Pengertian
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang
lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti: Trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam. (Yoedhas, 2010).
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau
beresiko mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau
diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi
diri negatif mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-
Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri,
gagal menyesuaikan tingkah laku dan cita – cita. (Fk.UNDIP , 2001 )
Kesimpulan harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang percayaan diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak
dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri serta gagal dalam
menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.
Klasifikasi Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi
2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama.
B. Penyebab
Etiologi Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah
dan dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau
pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien,
penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering
disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).
C. Manifestasi klinis
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Mencederai diri
g. Konsentrasi menurun
h. Menyangkalfek labil
i. Regresi perkembangan
D. Penatalaksanaan
a. Psikofarmakologi
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak
digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat
golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah
memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan
serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi
defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal
ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien
dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter
seperti serotonin, norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri
rendah kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak
dalam jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine,
desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk
meningkatkan reuptakeseorotonin dan norepinefrin sehingga
meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga
mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang
saling meningkatkan.
b. Psikoterapi
Psikoterapi keperawatan yang diberikan pada klien dengan harga
diri rendah meliputi tindakan untuk klien secara pribadi, juga untuk
keluarga dan komunitas di lingkungan klien tinggal. Terapi yang
diberikan tetap dengan menggunakan tindakan keperawatan generalis
ditambah dengan tindakan berupa terapi kognitif untuk individu,
triangle terapi untuk keluarga dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi
dan logoterapi untuk terapi kelompok pada klien harga diri rendah
kronis. Terapi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tindakan keperawatan pada klien
Tujuan:
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
b. Kien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan
d. Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan
e. Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
Tindakan keperawatan:
a. Terapi generalis
Prinsip tindakan:
Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki klien.
Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih
Latih kemampuan yang dipilih klien
Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih
Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian
Latih kemampuan kedua
Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam
jadwal harian
b. Terapi Kognitif
Prinsip tindakan:
Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis
2) Logo Therapy
Logoterapi berfokus pada arti eksistensi manusia dan usahanya
mencari arti itu. Logoterapi memandang manusia sebagai totalitas
yang terdiri dari tiga dimensi: fisik, psikologis, dan spiritual. Untuk
memahami diri dan kesehatan kita harus memperhitungkan
ketiganya. Selama ini dimensi spiritual diserahkan kepada agama,
dan pada gilirannya agama tidak diajak bicara untuk urusan fisik
dan psikologis. Kedokteran, termasuk psikoterapi telah
mengabaikan dimensi spiritual sebagai sumber kesehatan dan
kebahagiaan.
Teknik analisa dalam logoterapi meliputi mengajukan pertanyaan
pada diri sendiri, melihat dan merenungkan pengalaman yang
bermakna dan mengungkap makna dalam kondisi kritis. Pada klien
dengan harga diri rendah kronis, dimana klien lebih dominan
memandang aspek negatif dirinya dan kurang bergairah dalam
mencari makna kehidupan ataupun dalam pencapaian tujuan
hidup. Penerapan logoterapi pada klien dengan harga diri rendah
kronis akan membantu klien dalam mengungkapkan perasaan dan
menemukan makna kehidupan serta akan meningkatkan
neurotransmitter di otak (terutama serotonin), sehingga harga diri
klien dapat meningkat secara bermakna.
3) Triangle Therapy
Setiap hubungan antara terapis, klien dan keluarga dalam
psikoterapi merupakan bagian dari triangle relationship (hubungan
segitiga). Hal ini karena setiap klien merupakan bagian dari multi
generasi yang disebut keluarga. Setiap terapi berpengaruh bagi
keluarga dan dipengaruhi oleh keluarga.
Hal ini sesuai dengan konsep triangle therapy bahwa jika dua
orang anggota keluarga terjadi konflik, maka dibutuhkan pihak
ketiga untuk menyelesaikan dan mendukung penyelesaian masalah
mereka. Secara alamiah, proses dalam kehidupan manusia
dipengaruhi oleh tiga sisi jaringan hubungan tersebut. Ketiga
jaringan tersebut membentuk hubungan yang disebut ”emotional
triangle”. Pada klien dengan harga diri rendah kronis, pola interaksi
dengan keluarga tidak berjalan dengan baik. Sehingga dengan
dilakukannya triangle therapy ini dapat membantu klien dalam
mengekspresikan perasaannya dan klien dapat diterima dalam
keluarganya dan mendapat support dari keluarga dalam
penyelesaian masalah klien. Inti dari terapi ini adalah bukan saja
menghilangkan gejala yang ditimbulkan dari masalah yang
dihadapi. Akan tetapi adalah bagaimana membantu klien dengan
harga diri rendah kronis yang biasanya menggunakan koping
regresi menjadi lebih dewasa dalam menghadapi masalah yang
dialaminya dan mencegah supaya gejala yang dialaminya tidak
muncul kembali. Proses pendewasaan ini adalah proses belajar
menjadi diri sendiri dalam berinteraksi dengan orang lain.
E. Pohon Masalah
(Yosep, 2009)
F. Asuhan Keperawatan
a. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul dan Data yang
Perlu dikaji
- Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Harga Diri Rendah
2. Ansietas
3. Gangguan citra tubuh
- Data yang Perlu dikaji
Subjektif :
Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
Mengungkapkan dirinya merasa tidak bersemangat untuk
beraktivitas atau bekerja
Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi,
berhias, makan, atau toileting)
Objektif :
Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimistis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memperhatikan perawatan diri
Berpakaian tidak rapi
Berkurang selera makan
Tidak berani menatap lawan bicara
Lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah
b. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
c. Rencana Tindakan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
EVALUASI
1 Gangguan konsep TUM: klien 1. setelah
1. Bina hubungan
diri: harga diri memiliki konsep beberapa kali
saling percaya
rendah diri yang positif interaksi,klien
dengan
TUK: menunjukkan
menggunakan
1. klien membina ekspresi wajah
prinsip kounikasi
hubungan saling bersahabat,rasa
terapiutik
percaya dengan senang,ada kontak
perawat mata,mau
berjabata
tangan,menjawab
salam,dan mau
duduk
berdampingan
dengan perawat.
2. klien dapat 2.setelah beberapa 2.1. diskusikan
mengidentifikasi kali interaksi klien dengan klien
aspek positif dan menyebutkan: tentang:
kemampuan yang *Aspek positif dan *aspek positif
dimilki. kemampuan yang klien,keluarga
dimilik klien dan lingkungan
*aspek positif *kemampuan
keluarga yang dimiliki klien
*aspek positif 2.2. beri pujian
lingkungan klien yang
realistis ,hindari
memberi
penilaian yang
negatif.
3.klien dapat 3. setelah 3.1. diskusikan
menilai kempuan beberapa kali dengan klien
yang dimiliki untuk interaksi klien kemapuan yang
dilaksanakan dapat dapat
menyebutkan dilaksanakannya.
kemampuan yang 3.2. diskusikan
dapat kemampuan yang
dilaksanakannya. dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
4. klien dapat 4. setelah 4.1. tingkatkan
merencanakan beberapa kali kegiatan sesuai
kegiatan sesuai interaksi membuat sesuai kondisi
dengan rencana kegiatan klien
kemampuan yang harian 4.2. berikan
dimilikinya. contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang
dapat dilakukan
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial . Jakarta:
Salemba Medika
Iyus, Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Keliat, B. 2009. MPKP Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Wilkinson, J. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC