OLEH :
Lia Oktaria
P1337420921206
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
JADWAL ABSENSI
Ruang/Kamar : Teratai
Nama Mahasiswa : Lia Oktaria
Peran : Kepala Tim (KaTim)
Kepala Ruangan
Indra Wahyudi., S.Tr.Kep
Perawat Pelaksana
Ribka Westinia., S.Tr.Kep
Daftar Tim Keperawatan Dan Pasien
Nama
Nama Nama Katim
Tgl Perawat Nama Pasien Nama Dokter DPJP
Tim /PPJA
pelaksana
9/6/ Tim 1 Lia Oktaria., Ribka Westinia., 1. Tn. M dr.Ronius
S.Tr.Kep S.Tr.Kep
2022
2. Tn. I dr.Ronius
Klien I
A. IDENTITAS
Tanggal masuk : 02 Juni 2022
Tanggal pengkajian : 06 Juni 2022
1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
No. Rekam Medis : 40.08.19
Tempat, Tanggal lahir : 01-01-1979
Umur : 43 thn
Ruang Rawat Inap : Teratai 1
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku : Dayak
Bahasa : Indonesia
Alamat : Desa Balawa, Barito Timur
Pembiayaan Kesehatan : BPJS
Kelas Ruangan : Kelas II
a) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah : 100/70 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 36, 5oC
- Tinggi Badan : 168 cm
- Berat Badan : 60 kg
4. Kepala : Bentuk bulat tidak ada lesi dan tidak mengalami nyeri.
5. Rambut : Rambut berwana hitam dan tampak tidak terlalu kotor
6. Mata : Tampak cekung, simetris antara mata kanan dan kiri,
sklera normal, konjungtiva anemis, pupil isokor. Fungsi penglihatan pasien kabur.
Reaksi terhadap cahaya baik.
7. Telinga : Pendengaran baik, terdapat serumen.
8. Hidung : Normal, tidak ada perdarahan maupun sekret dan tidak
ada sinus
9. Mulut : Normal, lidah kotor keadaan gigi tidak lengkap.
10. Leher : Normal. Mengatakan sakit pada bagian tenggorokkan.
Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ KaTim / perawat yang diberi
delegasi.
a) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.
b) Perawat menunjukkan kamar/tempat tidur klien dan mengantar ke tempat yang
telah ditetapkan.
c) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila
pasien datang dengan branchard/kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman.
d) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format.
e) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
f) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan
informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk
perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan.
g) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikan
h) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menandatangani
informed concent sentralisasi obat.
i) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien.
3. Discharge Planning
a) Discharge planning merupakan proses multidisiplin dalam memenuhi kebutuhan
pasien.
b) Prosedur discharge planning dilaksanakan secara konsisten untuk semua pasien.
c) Pengkajian juga dilakukan terhadap keluarga sebagai orang yang akan melanjutkan
perawatan.
d) Meyakinkan bahwa pasien dipindahkan ke lingkungan yang aman dan memadai.
e) Menjamin adanya kontinuitas dalam perawatan setelah pulang dari rumah sakit.
f) Discharge planning dimulai saat kontak pertama dengan pasien sampai pasien merasa
siap kembali ke lingkungannya. tindakan yang bertujuan untuk dapat memandirikan pasien
setelah pemulangan.
6) IPSG 6-Mengurangi Risiko Pasien Cedera Karena Jatuh (Reduce The Risk Of Patient Harm
Resulting From Falls)
Kruk, tongkat,
tripot, dll 15
Pasien terpasang
infus 20 20
Skor total 50
Keterangan Skor:
Resiko tinggi (RT) : 51 atau
lebih Resiko sedang (RS) : 25 - 50
Resiko rendah (RR) : 0 – 24
Interpretasi penilaian resiko jatuh pasien : skor 50 maka pasien dengan resiko jatuh
sedang
7. Penilaian Resiko Dekubitus
Buruk(2) 2
Kondisi fisik 4
Sedang(3) 3
Baik(4) 4
Stupor(1) 1
Kondisi Delirium(2) 2
4
mental Apatis(3) 3
CM(4) 4
Tirah baring(1) 1
Kursi Roda(2) 2
Aktifitas 3
Dipapah(3) 3
Mandiri(4) 4
Immobile(1) 1
Sangat terbatas(2) 2
Mobilitas 3
Agak terbatas(3) 3
Baik(4) 4
Selalu(1) 1
Sering(2) 2
Inkontinentia 4
Kadang(3) 3
Tidak(4) 4
Skor total 18
Keterangan Skor:
Tidak beresiko decubitus jika skor ≥
14 Beresiko decubitus jika skor ≤ 14
Interpretasi penilaian resiko dekubitus: skor 18 maka tidak beresiko decubitus
8. Pengkajian Nyeri
Pengkajian Nyeri Dengan Numeric Scale (Dewasa) Dan Face Scale (Anak – Anak)
Cara mengkaji skala nyeri secara subjektif yang sering digunakan adalah Numeric rating scale
(NRS). Metode ini menggunakan angka 0-10. Tujuan dari skala ini untuk dapat menentukan
tingkat derajat nyeri pasien dimana 0 (tidak ada nyen), 1-4 (nyeri ringan), 5-6 (nyeri sedang), 7-
10 (nyeri berat). FLACC adalah singkatan dan face (ekspresi wajah), legs (posisi kaki), activity
(aktivitas tubuh), crying (tangisan), dan consolability (tenang atau tidaknya pasien). Masing-
masing bagian tersebut dinilai dari angka 0-2, Misalnya, wajah pasien tidak memperlihatkan
ekspresi tertentu, maka nilainya adalah 0. Sementara itu, jika ia terlihat cemberut maka diberi
nilai 1. Lalu pada tangisan, jika pasien tidak menangis maka diberi nilai 0 dan jika menangis
kencang diberi nilai 2. Pada skala ini, pengukuran nyeri dilakukan oleh dokter dan bukan oleh
pasien sendiri. Biasanya, FLACC scale digunakan untuk mengukur nyeri pada bayi atau orang
dewasa yang sulit berkomunikasi. Hasil skala nyeri ini dibagi menjadi empat, yaitu :
Masalah keperawatan :
- Nyeri akut
- Resiko Infeksi
1. Identitas Klien
Nama : Tn. I
No. Rekam Medis : 40.09.93
Tempat, Tanggal lahir : Muara Lahin, 01 Februari 1967
Umur : 55 thn
Ruang Rawat Inap : Teratai T8 A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : menikah
Pendidikan Terakhir : SD Sederajat
Pekerjaan : Petani
Suku : Dayak
Bahasa : Dayak Ngaju dan Indonesia
Alamat : Desa Batampang
Pembiayaan Kesehatan : BPJS
Kelas Ruangan 3
6. Mata : Tidak cekung, simetris antara mata kanan dan kiri, sklera
sinus
15. Kulit : Warna kulit normal tidak ada bercak dan kebiruan.
C. PENGELOLAAN PASIEN
Pasien mengatakan nyeri perut sampai kepinggang, perut membesar dan rasa kencang
sejak ±1 minggu yang lalu sampai sekarang masuk rumah sakit, keluhan umum pasien
tampak lemah kesadaran composmentis, pasien tampak tidak nafsu makan, BAB dan
BAK dalam batas normal.
2. Proses Orientasi Ruangan pada Pasien
Proses penerimaan pasien baru serta keluarga pada saat pertama kali pasien datang (24
jam pertama) dan keadaan pasien sudah tenang. Orientasi pasien baru bertujuan
membina hubungan saling percaya dan informasi awal yang berkaitan dengan proses
keperawatan pasien.
D. Discharge Planning
Proses mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan sampai pasien merasa siap
kembali ke lingkungannya. tindakan yang bertujuan untuk dapat memandirikan pasien
setelah pemulangan.
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok
:
(1) Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 5-7 jam perawatan langsung per 24 jam
(2) Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 3-4 jam perawatan langsung per 24 jam
(3) Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 1-2 jam perawatan langsung per 24 jam
Jelaskan prinsip patient safety di ruangan menurut IPSG (International Patient safety
Goals) dengan 6 sasaran :
1. Identifikasi pasien
4. Safety surgery
Infections)
6. Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh (Reduce the risk of patient
harm resulting from falls)
Dimensia 15 0
Lemah 10 10
Normal 0 0
Kruk, tongkat, 15
0
tripot, dll
sekunder
Pasien terpasang 20
20
infus
Skor total 30
Keterangan Skor:
Resiko tinggi (RT) : 51 atau
Interpretasi penilaian resiko jatuh pasien : skor total 30 dengan resiko jatuh sedang
mental
Delirium(2) 2
Apatis(3) 3
CM(4) 4 4
Aktifitas Tirah baring(1) 1
Kursi Roda(2) 2
Dipapah(3) 3 3
Mandiri(4) 4
Mobilitas Immobile(1) 1
Sangat terbatas(2) 2
Agak terbatas(3) 3
Baik(4) 4 4
Inkontinenti Selalu(1) 1
a
Sering(2) 2
Kadang(3) 3
Tidak(4) 4 4
Skor total 18
Keterangan Skor:
Numeric rating scale (NRS): cara mengkaji nyeri secara subjektif yang sering digunakan.
Metode yang digunakan adalah angka 0-10, dengan menggunakan NRS kita dapat
menentukan tingkat/derajat nyeri pasien dimana 0 (tidak ada nyeri), 1-4 (nyeri ringan), 5-
FLACC adalah singkatan dari face (ekspresi wajah), legs (posisi kaki), activity (aktivitas
tubuh), crying (tangisan), dan consolability (tenang atau tidaknya pasien). Masing-
masing bagian tersebut dinilai dari angka 0-2. Misalnya, wajah pasien tidak
memperlihatkan ekspresi tertentu, maka nilainya adalah 0. Sementara itu, jika ia terlihat
cemberut maka diberi nilai 1. Lalu pada tangisan, jika pasien tidak menangis maka
Pada skala ini, pengukuran nyeri dilakukan oleh dokter dan bukan oleh pasien sendiri.
Biasanya, FLACC scale digunakan untuk mengukur nyeri pada bayi atau orang dewasa
J. Pengetahuan Keluarga
Keluarga mengetahui dengan penyakit yang diderita oleh pasien dan sudah mengetahui
Ruang/Kamar : Teratai
Nama Mahasiswa : Lia Oktaria
Peran : Kepala Tim (KaTim)
Kepala Ruangan
Ayu Novita Sari., S.Tr.Kep
Ketua Tim
Lia Oktaria., S.Tr.Kep
Perawat Pelaksana
Indra Wahyudi., S.Tr.Kep
Daftar Tim Keperawatan Dan Pasien
Nama
Nama Nama Katim
Tgl Perawat Nama Pasien Nama Dokter DPJP
Tim /PPJA
pelaksana
17/6/ Tim 1 Lia Oktaria., Indra 1. Tn. Y dr.Budi, Sp.PD
S.Tr.Kep Wahyudi., dr.Endang
2022 S.Tr.Kep
2. Tn. I dr.Ronius
A. IDENTITAS
Nama : Tn.S
No. Rekam Medis :
Umur : 49 thn
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Swasta
Suku : Banjar
Bahasa : Indonesia
Alamat :
Pembiayaan Kesehatan : BPJS
PENGELOLAAN PASIEN
a) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ KaTim / perawat yang
diberi delegasi.
b) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.
c) Perawat menunjukkan kamar/tempat tidur klien dan mengantar ke tempat yang
telah ditetapkan.
d) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila
pasien datang dengan branchard/kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman.
e) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format.
f) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
g) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan
informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan, perawatan
(termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter
yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan.
h) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikan
i) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menandatangani
informed concent sentralisasi obat.
j) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien.
3. Proses Orientasi Ruangan pada Pasien
a) Orientasi dilakukan saat pertama kali pasien datang (24 jam pertama) dan kondisi
pasien sudah tenang.
b) Orientasi dilakukan oleh PP (perawat primer). Bila PP tidak ada PA (Perawat
asosiet) dapat memberikan orientasi untuk pasien dan keluarga, selanjutnya
orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP sesegera mungkin. Hal ini penting
karena PP yang bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang
dilakukan.
c) Orientasi diberikan pada pasien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan
di kamar pasien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya pasien
diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang ditempelkan
di kamar pasien.
d) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada pasien dan keluarga
kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci pasien.
e) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang mewakili,
terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan, sekaligus
menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan pasien dengan
mengidentifikasi kebutuhan pasien.
f) Pada saat penggantian dinas (di kamar pasien), ingatkan pasien nama perawat
yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan pasien atau keluarga melihat pada
daftar nama tim.
4. Discharge Planning
e) Menjamin adanya kontinuitas dalam perawatan setelah pulang dari rumah sakit.
MINIMAL CARE
1. Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
l. Perawatan luka
bakar m.Perawatan
kolostomi
Prinsip patient safety di ruangan menurut IPSG (International Patient safety Goals) dengan
6 sasaran :
Patients Correctly)
Nama : Tn. S
No. Rekam Medis :
Effective Communication)
Medication)
Tgl: Tgl:
Penilaian Resiko Jatuh Skor Tgl:
12/4/22
Riwayat jatuh : Jatuh satu kali
tidak termasuk atau lebih dalam
25 0
kecelakaan kerja kurun waktu 6
atau rekreasional Bulan
Status mental Agitasi / konvulsi 15 0
Dimensia 15 0
Gaya berjalan Terganggu 20 0
Lemah 10 10
Normal 0 0
Alat bantu jalan Benda sekitar,
kursi, dinding, dll 30 0
Kruk, tongkat,
tripot, dll 15 0
Pasien terpasang
Infus 20 20
Skor total 30
Keterangan Skor:
Interpretasi penilaian resiko jatuh pasien : skor 30 maka pasien dengan resiko jatuh
sedang
Tgl:
Penilaian Resiko dekubitus Skor Tgl: Tgl:
12/4/22
Sangat baik(1) 1
Buruk(2) 2
Kondisi fisik 3
Sedang(3) 3
Baik(4) 4
Stupor(1) 1
Delirium(2) 2
Kondisi mental 4
Apatis(3) 3
CM(4) 4
Tirah baring(1) 1
Kursi Roda(2) 2
Aktifitas 3
Dipapah(3) 3
Mandiri(4) 4
Immobile(1) 1
Sangat terbatas(2) 2
Mobilitas 4
Agak terbatas(3) 3
Baik(4) 4
Selalu(1) 1
Inkontinentia Sering(2) 2 4
Kadang(3) 3
Tidak(4) 4
Skor total 18
Keterangan Skor:
E. Pengkajian Nyeri
Pengkajian Nyeri Dengan Numeric Scale (Dewasa) Dan Face Scale (Anak – Anak)
Cara mengkaji skala nyeri secara subjektif yang sering digunakan adalah Numeric rating
scale (NRS). Metode ini menggunakan angka 0-10. Tujuan dari skala ini untuk dapat
menentukan tingkat derajat nyeri pasien dimana 0 (tidak ada nyen), 1-4 (nyeri ringan), 5-6
(nyeri sedang), 7-10 (nyeri berat). FLACC adalah singkatan dan face (ekspresi wajah), legs
(posisi kaki), activity (aktivitas tubuh), crying (tangisan), dan consolability (tenang atau
tidaknya pasien). Masing-masing bagian tersebut dinilai dari angka 0-2, Misalnya, wajah
pasien tidak memperlihatkan ekspresi tertentu, maka nilainya adalah 0. Sementara itu, jika
ia terlihat cemberut maka diberi nilai 1. Lalu pada tangisan, jika pasien tidak menangis
maka diberi nilai 0 dan jika menangis kencang diberi nilai 2. Pada skala ini, pengukuran
nyeri dilakukan oleh dokter dan bukan oleh pasien sendiri. Biasanya, FLACC scale
digunakan untuk mengukur nyeri pada bayi atau orang dewasa yang sulit berkomunikasi.
Hasil skala nyeri ini dibagi menjadi empat, yaitu :