Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

G2P1A0 UK 7+4 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum grade II

Oleh:
dr. Ajeng Tri Hardini

Pembimbing:
dr. Diah Ayu Putriyanti

PESERTA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI) ANGKATAN III


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PREMBUN
KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH
PERIODE AGUSTUS 2022 – AGUSTUS 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

G2P1A0 UK 7+4 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II

Disusun oleh:
dr. Ajeng Tri Hardini

Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia


RSUD Prembun Kebumen

Telah diperiksa, disetujui, disahkan, dan dipresentasikan:

Kebumen, November 2022


Pembimbing

dr. Diah Ayu Putriyanti

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul G2P1A0 UK 7+5 minggu
dengan hiperemesis gravidarum grade II. Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat dalam menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia. Dalam menyusus laporan
kasus ini, penulis, telah mendapatkan banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
sehingga penyusunan laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat waktu. Pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, kemampuan, serta kemudahan kepada
penulis untuk menyelesaikan laporan kasus ini.
2. dr. Diah Ayu Putriyanti selaku dokter pembimbing di RSUD Prembun yang telah
banyak memberikan bimbingan, semangat, motivasi, serta pengarahan kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
3. Seluruh karyawan bangsal dan rekam medik RSUD Prembun atas kerjasama dan
bantuannya selama kegiatan internsip berjalan.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih terdapat
banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
masukan yang membangun demi penyempurnaan laporan kasus ini. Penulis berharap semoga
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Kebumen, November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iv
BAB I LAPORAN KASUS ..................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 24
BAB IV KESIMPULAN ......................................................................................................288
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................29

iv
BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Kabekalan, Prembun
No. RM : 010xxx
Tanggal Masuk RS : 7 September 2022

IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. S
Umur : 41 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Kabekalan, Prembun

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan suami pasien
dilakukan di bangsal Tulip RSUD Prembun pada tanggal 7 September 2022 pukul 15.00
WIB

Keluhan Utama
Mual dan muntah

1
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G2P1A0 datang dengan keluhan mual dan muntah yang memberat sejak 2
hari SMRS. Mual muntah dialami sejak ± 2 minggu SMRS dan hanya terjadi pada pagi
hari saja. Namun, sejak 2 hari SMRS, muntah sebanyak lebih dari 10 kali sehari dengan
volume ±1/2 gelas besar, muntahan berisi campuran makanan dan minuman yang
dimakan. Muntah bercampur darah disangkal. Setiap makan atau minum, pasien merasa
mual dan memuntahkan makanan dan minuman yang dikonsumsinya tersebut. Pasien
mengatakan badan terasa lemas sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti biasanya, bibir terasa kering dan nafsu makan menurun. Pasien juga mengaku
terjadi penurunan berat badan selama kehamilan ini dan mengeluh adanya nyeri ulu hati.
Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk. Frekuensi BAK pasien menjadi jarang. BAB tidak
ada keluhan. Pasien mengaku tidak ada permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya.

Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Menstruasi : durasi 5-7 hari, siklus 28-30 hari
Jumlah darah : 3-4 kali ganti pembalut per hari
Dismenore :-
Perdarahan di luar siklus :-
HPHT : 16 Juli 2022
HPL : 23 April 2023
Usia Kehamilan : 7+4 minggu
Status Obstetri : G2P1A0

Riwayat Pernikahan
Status : Menikah, 1x
Usia saat menikah : 27 tahun
Lama pernikahan : 9 tahun hingga saat ini

Riwayat Obstetri
I : 2014, aterm, perempuan, BBL 2400 gram, spontan, bidan, sehat
II : hamil ini

2
Riwayat Keluarga Berencana
Pasien mengaku menggunakan KB suntik setiap 3 bulan dan sudah berhenti 1 tahun
yang lalu

Riwayat Ante Natal Care (ANC)


Pasien memeriksakan kehamilannya di bidan 1 kali dan belum mendapatkan
imunisasi TT

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat keluhan serupa saat kehamilan pertama. Keluhan dirasakan
±3 bulan. Riwayat hipertensi, diabetes, hipertiroid dan penyakit lainnya disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi dan diabetes disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan ibu rumah tangga sedangkan suami bekerja sebagai buruh,
mimiliki 1 orang anak. Penghasilan keluarga tidak menentu namun dikatakan cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 123/75 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC

Antropometri
BB : 55 kg
TB : 158 cm
BMI : 22 kg/m2 (normal)
3
Status Generalis
Kepala : Normocephalic, simetris (+), deformitas (-), bibir tampak kering
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Slera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3mm
Mata cekung (+/+)
THT : Deviasi septum (-), rinorrhea (-), otorrhea (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
Paru : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Supel, bising usus (+), nyeri tekan (+) epigastrium, timpani (+),
turgor kulit 2 detik
Ekstremitas : Akral hangat (+), CRT <2 detik, edema (-/-)

Status Obstetri
TFU : Tidak teraba
Vaginal toucher : Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 7 September 2022
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,1 g/dl 14-18
Jumlah leukosit 10,8 103/µL 4.0-10.0
Hematokrit 39 % 40.0-54.0
Trombosit 315 Ribu/µL 150-450
Eritrosit 4,4 Juta/µL 4.50-5.90
Hitung Jenis
Eosinofil 0,1 % 2-4
Basofil 0,2 % 0-1
Neutrofil 88,3 % 50-70
Limfosit 10 % 25-40

4
Monosit 1,4 % 2-8
MCV 88,1 fL 80-96
MCH 29,9 Pg/mL 28-33
MCHC 33,9 g/dL 33-36
Kimia klinik
GDS 151 mg/dL 70-120
SARS-CoV-2 Antigen
SARS-CoV-2 Rapid Antigen Negatif Negatif

Urinalisis ( 7 September 2022)

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


Makroskopis
Warna Kuning Tua Kuning
Kekeruhan Agak Keruh Jernih
Kimia
pH 6,0 4,6 – 8,50
Protein 1+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Urobilin 1+
Keton 4+ Negatif
Sedimen
Epitel 3-5 / lpb -
Leukosit 4-6 / lpb 0-3
Eritrosit 1-4 / lpb 0-3
Kristal - -
Silinder - -
Bakteri Negatif Negatif
Immunoserologi
Tes Kehamilan Positif Negatif

5
USG (8 September 2022)

Kesan : 7+3 mingggu, pulsasi (+), HPL 24/4/2023

DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0 UK 7+4 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II

TATALAKSANA
Tatalaksana awal di IGD
- IVFD RL + drip 1 ampul neurobion 20tpm
- Inj ondansentron 4 mg
- Inj ranitidin 50 mg

Tatalaksana di bangsal Tulip (Advice dr.Endy,Sp.OG)


- IVFD RL + drip 1 ampul neurobion 20tpm
- Inj ondansentron 4 mg
- B complex 2x1
- Asam folat 1x1

6
PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assessment Plan
7/9/2022 lemas (+), KU: CM G2P1A0 UK - IVFD RL + drip 1 ampul
H1 mual (+) TD : 114/72 mmHg 7+4 minggu neurobion 20tpm
muntah (+) 3x N : 64 x/menit dengan - Inj ondansentron 4 mg
berisi makanan dan RR : 20 x/menit hiperemesis - B complex 2x1
air, nafsu makan T : 36,8 gravidarum - Asam folat 1x1
belum baik Abdomen : supel, grade II
BU (+), NTE (+)

8/9/2022 mual (+) KU: CM G2P1A0 UK Advice dr. Endy, Sp.OG:


H2 muntah (+) 1x isi TD : 118/70 mmHg 7+5 minggu USG → Hasil : 7+3
makanan dan cairan N : 70 x/menit dengan mingggu, pulsasi (+), HPL
lemas (+) RR : 20 x/menit hiperemesis 24/4/2023
berkurang T : 36,5 gravidarum
grade II
9/9/2022 mual (-), muntah (-), KU: CM G2P1A0 UK Visit dr. Endy, Sp.OG,
H3 lemas (-) TD : 125/80 mmHg 7+6 minggu pasien BLPL
N : 78 x/menit dengan
RR : 20 x/menit hiperemesis Obat pulang:
T : 36,7 gravidarum Ondansentron 3x8mg
perbaikan Ranitidin 2x50mg

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk
karena terjadi dehidrasi.1 Selain itu dapat diartikan hiperemesis gravidarum adalah keluhan
mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, asidosis akibat kelaparan,
alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida dalam muntahan dan hipokalemia atau
gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan
janin dalam kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil
sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat
badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal
tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan
selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa
kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya.2

Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada
gestasi minggu ke-9-10, memuncak pada minggu ke-11-13, dan berakhir pada minggu ke-
12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis
berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.3,4
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida. Dari
seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami
hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Insiden dikatakan
meningkat pada masyarakat barat yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan
pedesaan.4
Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi
masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.4 Morbiditas yang ditimbulkan
berupa :
1. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja.
8
2. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat pasien
hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari sekali.
3. Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan
neonatus dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur,
dan nilai Apgar 5 menit kurang dari 7.4

Etiologi dan Patogenesis


Muntah merupakan suatu mekanisme dari saluran cerna bagian atas mengeluarkan
isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
termasuk reflex integrative yang kompleks yang terdiri dari 3 komponen utama yakni
detektor muntah, mekanisme integrative dan efektor yang bersifat somatik, dimana
rangsangannya dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah.
Selain itu pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat muntah lain yang lebih
tinggi pada serebral dari chemoreseptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari
apparatus vestibular via serebelum. Kalau sinyal tersebut berasal dari perifer maka sinyal
tersebut tidak akan melalui trigger zone tetapi akan mencapai pusat muntah melalui
nucleus traktus solitaries. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat
vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X,
XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma, otot iga dan otot
abdomen.4
Apabila rangsangan dirasakan sudah mencukupi maka akan mengakibatkan
pernafasan menjadi lebih dalam, terangkatnya tulang hioid dan laring untuk mendorong
sifngter krikoesofagus terbuka, tertutupnya glotis dan akhirnya terangkatnya palatum mole
untuk menutup nares anterior. Akhirnya timbul kontraksi kuat dari otot abdomen yang
mengakibatkan timbulnya tekanan intragastrik yang tinggi. Dengan tekanan intragastrik
yang meninggi dilanjutkan dengan relaksasi dari sfingter esofagus, sehingga
memungkinkan terjadinya pengeluaran isi lambung.4
Sampai saat ini patogenesis hiperemesis gravidarum masih kontroversial. Dengan
adanya muntah yang terus menerus mengakibatkan berkurangnya cadangan energi. Tubuh
mulai beradaptasi dengan mengambil jalur lain untuk memperoleh energi yakni melalui
jalur glukoneogenesis dengan mengoksidasi asam lemak. Oksidasi lemak ini memiliki
kerugian yakni meningkatkan kadar keton dalam urin akibat hasil dari oksidasi tidak

9
sempurna dari asam lemak yakni tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik
dan aseton.4
Selain kehilangan cadangan energi, muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan
kehilangan cairan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan timbulnya dehidrasi, sehingga
cairan plasma dan ekstravaskuler akan berkurang. Natrium dan khlorida darah turun,
demikian juga dengan khlorida urine. Dampak lainnya yakni dapat mengakibatkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat
makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,
meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat
keadaan penderita. 5
Apabila intensitas muntahnya sangat berat dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung, sehingga kadang kala dapat muncul gejala seperti muntah darah.
Gejala ini dikenal dengan nama Mallory-Weiss Syndrome. Pada umumnya robekan ini
ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.4
Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara faktor endokrin,
imunologi gastrointestinal, enzim metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologi. 5
a. Endokrin
1. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Sampai saat ini HCG dikatakan sebagai penyebab utama dari hiperemesis
gravidarum karena dikaitkan adanya peningkatan signifikan dari HCG pada ibu
dengan hiperemesi gravidarun.5 mekanisme timbulnya masih belum jelas namun
dikatakan akibat efek stimulasi pada sistem sekresi dari GIT dan stimulasi dari
fungsi tiroid karena memiliki struktur yang mirip dengan Thyroid Stimulating
Hormon (TSH).5
Penelitian lainnya mengatakan peningkatan HCG bukan merupakan satu –
satunya penyebab melainkan ada isoform spesifik dari HCG yang juga
mengakibatkan Hiperemesis gravidarum (HEG). Ini ditandai dengan adanya HCG
yang lebih asam (pH <4). Kebanyakan bentuk isoform ini merupakan akibat dari
kelainan genetik ataupun hasil adaptasi terhadap lingkungan.5
2. Progesteron
Aktivitas hormonal pada saat corpus luteum merupakan paling tinggi pada
trimester pertama ketika HEG sering terjadi. Penelitian menunjukkan pada pasien
dengan HEG memiliki kadar progesteron yang lebih rendah. 5
10
3. Estrogen
Estrogen memiliki beberapa mekanisme yang dapat mengakibatkan
timbulnya HEG. Kadar estrogen yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan
waktu transit dari usus dan pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan
meningkatnya akumulasi cairan akibat peningkatan hormone steroid. Perubahan
pH pada GIT dapat meningkatkan risiko infeksi Helicobacter Pylori sehingga
dapat mengakibatkan munculnya gejala GIT. 5
4. Thyroid Hormones
Kelenjar tiroid secara fisiologis akan meningkatkan sekresinya pada saat
kehamilan mengakibatkan peningkatan sementara tiroksin dalam darah yang
dikenal dengan nama Gestational Transient Thyrotoxicosis (GTT). Bersamaan
dengan HCG, tiroid memiliki peranan penting dalam timbulnya HEG. Mekanisme
masih belum jelas, namun kemungkinan karena memiliki struktur yang mirib
dengan HCG.5
5. Leptin
Leptin merupakan hormone yang memliki peranan dalam mengatur berat
badan dan memiliki struktur yang hampir sama dengan sitokin. Hubungan antara
HEG dan leptin didapatkan berdasarkan fakta bahwa leptin sering ditemukan pada
jaringan adipose dan fungsi utamanya adalah mengurangi rasa lapar dan
meningkatkan konsumsi energi dengan cara berinteraksi dengan kortisol, tiroid
dan insulin. Kadar leptin sering ditemukan pada ibu hamil salah satunya dengan
HEG namun mekanismenya masih belum jelas.5
6. Adrenal Cortex
Suatu studi penelitian menyebutkan bahwa terdapat penurunan gejala pada
ibu dengan HEG ketika menggunakan terapi kortikosteroid. Kemungkinan
rendahnya kadar kortisol berhubungan dengan timbulnya HEG, namun
mekanisme masih belum jelas.5
7. Growth hormone dan prolactin
Penurunan human Growth Hormone (GH) dan peningkatan prolaktin
ditemukan pada pasien dengan HEG. Kemungkinan ini diakibatkan karena kadar
GH dan prolaktin kemungkinan mempengaruhi produksi dari hormon plasenta
dan endometrial pada ibu hamil. 5

11
8. Placental serum markers
Schwangerschafts protein 1 (SP1) merupakan suatu protein spesifik dari
plasenta yang beredar dalam sirkulasi maternal pada minggu awal kehamilan.
Protein ini diperkirakan berhubungan dengan adanya muntah pada kehamilan.5
b. Imunologi
Pada ibu hamil terjadi perubahan sistem humoral maupun mediated, kemungkinan
untuk melindungi janin dari sistem imun ibu. HEG dikatakan timbul akibat dari
overaktivasi dari sistem imun yang berhubungan dengan sintesis hormon kehamilan.5
c. Gastro Intestinal
1. Infeksi Helicobacter Pylori
Peningkatan insiden H.pylori pada pasien HEG merupakan salah satu etiologi
yang cukup jelas. Secara signifikan ditemukan H.pylori pada bagian antrum dan
corpus dari lambung pasien dengan HEG. Jumlah bakteri H.pylori juga
kemungkinan berhubungan dengan derajat keparahan dari HEG.5
Infeksi H.pylori pada ibu hamil kemungkinan disebabkan karena adanya
perubahan keasaman lambung yang berhubungan denga perubahan sistem imun
pada ibu hamil. Perubahan sistem imun baik secara humoral maupun selular
meningkatkan risiko ibu terinfeksi H.pylori.5
2. Motilitas lambung dan usus
Selama hamil sex steroid dapat mengakibatkan aktivitas abnormal dari
lambung dan usus halus mengakibatkan lambatnya waktu transit dan menghambat
waktu pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan mual. Namun ternyata
dalam penelitian hal tersebut tidak berpengaruh dalam patogenesis HEG.
3. Tekanan spingter bawah esophagus
Kebanyakan wanita memiliki gejala gastrointestinal reflux selama hamil.
Gejala ini kemungkinan muncul akibat penurunan tekanan dari spingter bawah
esophagus, yang diakibatkan karena meningkatnya estrogen dan progesteron. 5
4. Sekresi cairan di GIT
HEG kemungkinan muncul akibat distensi dari GIT bagian atas karena
peningkatan sekresi dan akumulasi cairan dalam lumen lambung. Peningkatan
sekresi cairan merupakan hal yang fisiologis pada ibu hamil, karena berhubungan
dengan sekresi cairan amnion.5

12
d. Enzim Metabolik
1. Liver enzim
Kelainan fungsi hati ditemukan pada pasien HEG dengan peningkatan kadar
SGOT maupun SGPT. Kelainan ini kemungkinan ditemukan pada pasien HEG
tipe late onset, lebih parah sampai ketonuria dan hipertiroidism, namun
mekanisme secara detail belum jelas. Diperkirakan kelainan fungsi hati
kemungkinan disebabkan karena efek kombinasi dari hipovolemia, malnutrisi,
dan timbulnya asam laktat pada HEG.5
2. Amilase
Adanya peningkatan serum amylase ditemukan pada pasien dengan HEG.
Namun peningkatan serum amylase tidak diakibatkan karena peningkatan enzim
amylase dari pancreas, menunjukkan kalau peningkatan tersebut bukan
diakibatkan gangguan dari pankreas melainkan sekresi yang berlebihan dari
kelenjar ludah.5
e. Defisiensi nutrisi
1. Defisiensi vitamin
Terdapat penurunan jumlah vitamin B1 pada pasien dengan HEG, namun
hubungan secara biokimia belum dapat dijelaskan secara detail. Selain itu juga
terdapat defisiensi vitamin lain yakni thiamin dan K yang juga diperkirakan
berhubungan dengan peningkatan insiden HEG.5
2. Defisiensi Unsur Mikro
Ada beberapa unsur mikro yang berkaitan dengan pathogenesis HEG yakni
zinc dan besi. Plasma zinc ditemukan meningkat sedangkan besi menurun pada
pasien dengan HEG. Zinc merupakan bahan yang penting dalam katalisis enzim
yang berhubungan dengan metabolism, sedangkan kadar besi yang rendah
kemungkunan mengganggu fungsi biokimia, metabolic dan endokrin dari
beberapa organ.5
f. Anatomi
Ibu hamil berisiko mengalami HEG karena adanya beberapa variasi anatomi,
kemungkinan penyebabnya adalah perbedaan sistem vena pada ovarium kanan dan
kiri menyebabkan tingginya kadar sex steroid pada vena porta. 5
g. Psikologi
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan,
13
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 5
Suatu studi penelitian berupaya membandingkan gejala psikologis pada wanita
hamil dengan dan tanpa HEG selama kehamilan. Subjek dengan gejala HEG jauh
lebih tinggi gejala psikologisnya dibandingkan dengan kecemasan dari para wanita
hamil yang tidak menderita HEG. Gejala tersebut antara lain; gejala depresi, histeria,
psychasthenia, skizofrenia, somatisasi dan perilaku obsesif kompulsif. Penyebab
gejala-gejala psikologis tersebut karena trauma dan stress. Dapat disimpulkan bahwa
HEG tidak berhubungan dengan gangguan psikologis dan sulit untuk membuktikan
bahwa HEG adalah murni psikologis karena banyak wanita mulai muntah sebelum
mereka mengetahui bahwa mereka hamil.5

Bagan 1. Interaksi antara faktor – faktor pencetus HEG.

14
Gejala Klinis
Batasan jelas antara mual yang masih dianggap fisiologis dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh,
sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut
berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu1,4 :
1. Tingkat I.
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, penderita
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.1,4
2. Tingkat II.
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan,
karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.1,4
3. Tingkat III.
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke
dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat
defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan
adanya gangguan hati.1,4
Tabel 1. Gejala Hiperemesis Gravidarum
Parameter Tingkat I Tingkat II Tingkat II
Kondisi umum Lemah Lebih lemah dan Lebih buruk
apatis
Kesadaran Compos mentis Apatis Somnolen
Nyeri + ++ ++
epigastrium
Muntah >10 kali Sering Berhenti
Tekanan darah Menurun Menurun Menurun
Nadi >100 x/mnt Meningkat Meningkat

15
Turgor kulit Menurun Menurun Menurun
Mata Cekung Cekung, + ikterus Cekung, + ikterus
BAK Normal Oligouria Oligouria-anuria
Keton urin -/+ > +2

Diagnosis
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan
yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan. Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang.5,6J
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.
Mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat
diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya
hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan
riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus,
dan tumor serebri).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid
dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas
darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai
menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter
TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi
penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya

16
menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria,
peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting
dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.

Diagnosis Banding
Diagnosis hiperemesis gravidarum merupakan diagnosis pereksklusionam, sehingga
perlu menyingkirkan semua diagnosis banding yang mungkin terlebih dahulu. Penyakit-
penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala muntah-muntah yang
hebat harus dipikirkan, antara lain:
1. Appendisitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendiksitis akut keluhan nyeri tekan pada perut
sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendiksitis akut keluhan
tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare, dan rebound
tenderness juga bisa dijadikan petunjuk untuk membedakan wanita hamil dengan
appendiksitis akut dan tanpa appendiksitis akut.3,7,8
2. Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai
riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan
penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton
urine untuk mendapatkan badan keton pada urine, pemeriksaan gula darah, dan
pemeriksaan gas darah. 3,7,8
3. Gastritis dan ulkus peptikum.
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai
riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obat-obat analgetik non
steroid (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan dengan
wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan
hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat.
Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari karena berisiko dapat menyebabkan persalinan
preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah,
juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena
hormon jarang disertai diare. 3,7,8
4. Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya
sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan SGOT dan SGPT
17
yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum tingkat
III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis dengan
wanita hamil yang sebelumnya memang sudah menderita hepatitis. Anamnesa yang
cermat dapat membantu menegakkan diagnosis. 3,7,8
5. Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat juga
disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari,
gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan
kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin. 3,7,8

Penatalaksanaan
Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain :
1. Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses
fisiologis. 1,4
2. Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi
pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan. 1,4
3. Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi yang lebih
sering. 1,4
4. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. 1,4
5. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau minuman
sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 1,4
6. Makan makanan yang banyak mengandung gula dianjurkan untuk menghindari
kekurangan karbohidrat. 1,4
7. Defekasi yang teratur.1

Terapi obat-obatan
Jika dengan tindakan pencegahan diatas tidak dapat mengurangi gejala dan keluhan
maka perlu dilakukan pengobatan. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat
inap di rumah sakit.

18
Indikasi pasien rawat inap di rumah sakit sebagai berikut:
 Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi bila telah berlangsung lama.
 Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal.
 Dehidrasi, yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering
 Adanya aseton dalam urine.4
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap
dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu :
1. Obat-obatan.
Obat-obat yang diberikan pada wanita hamil harus memperhitungkan efek
samping dari obat tersebut agar tidak menimbulkan efek teratogenik bagi janinnya.
Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin,
dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyridoxin
cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti histamin yang
dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan
untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak
langsung mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat muntah.
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan dalam
menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamin antagonis.
Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine, promethazine, dan
metocloperamide. Prochlorperazin dan promethazine bekerja pada reseptor D2 untuk
menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu metocloperamide bekerja di sentral dan
di perifer. Obat ini menimbulkan efek antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan
spinkter esofagus bagian bawah dan menurunkan transit time pada saluran cerna.
Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual
dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula.
Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Odansetron biasanya
diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan
obat-obatan yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid masih kontroversial
karena dikatakan pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat meningkatkan
risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.1,4

19
2. Terapi Nutrisi.
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada
derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita terhadap
rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus
digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan nasogastric
tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya dapat
mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk menanggulangi
infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke hati melalui saluran
porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.2
Bila penderita sudah dapat makan peroral, modifikasi diet yang diberikan adalah
makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah protein dan
rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari makanan yang
emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan muntah.1,2 Pemberian diet
diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari-hari ditambah dengan 300 kkal
perharinya.2
3. Isolasi.
Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran
udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk
keluar masuk kamar tersebut. Pasien tidak diberikan makan ataupun minum selama 24
jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.6,7
4. Terapi psikologik.
Terapi psikologik pada wanita hamil dapat bermanfaat. Hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi
penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi
pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
5. Cairan parenteral.
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah
berkurang.2 Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk
dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang
dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume
20
normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk keseimbangan
asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara cermat
berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium, defisit kalium dan
ada tidaknya asidosis.2
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi kekurangan protein.1
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu
diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam
pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba untuk memberikan
minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan
aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan salah satu cara menghitung
kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan sistem poin. Adapun poin-poin
gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.1
Tabel 2. Daldiyono score9
No Gejala klinis Score
1 Muntah 1
2 Voxs Choleric (Suara Parau) 2
3 Apatis 1
4 Somnolen, Sopor, Koma 2
5 T ≤ 90 mmHg 1
6 T ≤ 60 mmHg 2
7 N  120 x/menit 1
8 Frekuensi napas > 30x/menit 1
9 Turgor Kulit  1
10 Facies Cholerica (Mata Cowong) 1
11 Extremitas Dingin 1
12 Washer Women’s Hand 1
13 Sianosis 2

21
14 Usia 50 – 60 -1
15 Usia > 60 -2

Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat dihitung 9 :


Defisit = Jumlah Poin x 10 % BB x 1 Liter
15
 Koreksi 2 jam pertama
6. Penghentian Kehamilan.
Pada sebagian kecil kasus keadaan pasien tidak membaik, bahkan semakin
memburuk. Dalam kasus seperti itu perlu dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik
bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada
organ vital.1

Diet Hiperemesis Gravidarum


Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen
tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat
gizi yang cukup. Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat,
diantaranyanadalah:
a) Karbohidrat tinggi
b) Lemak rendah
c) Protein sedang
d) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan
keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
e) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering
dalam porsi kecil
f) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam
dan selingan malam.
g) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan gizi pasien

22
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
a) DietbHiperemesisbI
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau
rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka
tidak diberikan dalam waktu lama.
b) DietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara
berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan
yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
c) DietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet
diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.

Komplikasi
Penyulit yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul
dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia),
gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung. Penyulit lainnya yang mungkin timbul
adalah ruptur esofagus, robekan Mallory-Weiss pada esofagus, pneumotoraks dan
neuropati perifer. Pada janin dapat ditemukan kematian janin, pertumbuhan janin
terhambat, preterm, berat badan lahir rendah, kelainan kongenital.2,4

Prognosis
Penelitian di Amerika melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada
kehamilan merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut
menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu, dan
menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan muntah
setelah 16 minggu.8,9,10
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya. Namun demikian, pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.10
23
BAB III
PEMBAHASAN

Bedasarkan hasil anamnesis, pasien Ny. S, mengalami keluhan sebagai berikut:


- Ny. S mengaku sedang hamil, G2P1A0, HPHT 16 Juli 2022
- Mual dan muntah sejak 2 hari SMRS yang dirasakan semakin memberat. Mual muntah
dialami sejak ± 2 minggu SMRS dan hanya terjadi pada pagi hari saja. Namun, 2 hari
SMRS, muntah sebanyak lebih dari 10 kali sehari dengan volume ±1/2 gelas besar,
muntahan berisi campuran makanan dan minuman yang dimakan
- Nafsu makan menurun, lemas, mengganggu aktivitas sehari-hari
- Penurunan berat badan
- Nyeri ulu hati dan frekuensi BAK pasien menjadi jarang
Ny.S, pasien dalam kasus ini, G2P1A0 mengalami gejala-gejala hiperemesis gravidarum
yaitu mual dan muntah yang terjadi pada trimester pertama kehamilan, yang dirasakan
semakin hari semakin bertambah parah sehingga mengakibatkan gangguan asupan nutrisi
secara oral, gangguan dalam aktivitas sehari-hari dan terdapat tanda-tanda dehidrasi.3
Muntah yang terjadi pada wanita hamil disebabkan karena banyak faktor yang
mempengaruhi, yaitu peningkatan kadar humanchorionic gonadotropin (hCG) akan
menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan
muntah.2 Tingginya kadar hormon progesteron pada kehamilan juga menyebabkan kejadian
muntah, dimana kadar progesteron berakibat pada melemahnya kontraksi otot polos
saluran pencernaan, sehingga pergerakan motilitas pencernaan berkurang dan terjadi
refleks muntah setiap kali makan.2,4 Muntah yang berlebihan menyebabkan iritasi pada
mukosa lambung ditambah dengan motilitas usus yang berkurang pada wanita hamil
sehingga pemaparan mukosa lambung terhadap asam lambung lebih lama, sehingga
didapatkan nyeri epigastrium.2
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas, tekanan darah
114/72 mmHg, nadi 88 x/menit, frekuensi pernapasan 22 x/menit teratur, suhu 36,80C,
mata cekung (+/+), bibir tampak kering dan turgor kulit kembali lambat. Dari hasil tersebut,
didapatkan tanda dehidrasi yang disebabkan akibat muntah yang memberat sehingga
terjadi kekurangan cairan di dalam tubuh.

24
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil tes kehamilan positif, GDS
151mg/dL, protein 1+, urobilin 1+ dan keton 4+ pada urin. Pada kasus hiperemesis
gravidarum yang cukup berat, dimana pasien tidak dapat makan atau minum sama sekali,
menyebabkan cadangan karbohidrat dalam tubuh akan habis terpakai untuk memenuhi
kebutuhan energi jaringan. Sehingga sebagai akibatnya lemak akan dioksidasi. Namun,
lemak tidak dapat dioksidasi dengan sempurna, sehingga terjadi penumpukan asam aseton-
asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton dalam darah yang pada pemeriksaan urin
ditemukan adanya keton positif. Keton urin dilihat untuk mengetahui apakah terjadi
metabolisme yang tidak sempurna pada penderita hiperemesis gravidarum.4 Hal ini juga
berkaitan dengan peningkatan glukosa darah sewaktu pasien. Studi in vitro telah
menunjukkan bahwa oksidasi asam lemak jangka panjang dan akumulasi keton dalam
plasma dapat merusak fungsi sel B pankreas dan menurunkan sekresi insulin sehingga
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah.10
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibedakan menjadi 3
tingkatan, yaitu Tingkat I: muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan
menurun dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi meningkat sekitar 100 kali per menit,
tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit berkurang, lidah kering, mata cekung, urin
sedikit tetapi masih normal.3 Tingkat II : gejala lebih berat, apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan, penderita tampak lebih lemah atau apatis, tekanan darah sistolik
<80 mmHg, nadi 100-140 kali per menit, subfebris, turgor kulit lebih berkurang, kadang
ikterik, berat badan turun, dapat pula tercium aseton dalam hawa pernapasan dan
ditemukan keton dalam urin.3 Tingkat III : keadaan umum lebih parah, terjadi penurunan
kesadaran dari somnolen sampai koma, muntah berhenti, nadi kecil dan cepat, dan dapat
terjadi ikterus, sianosis, ganggguan jantung, bilirubin, dan protein dalam urin.3 Berdasarkan
hal tersebut, pasien termasuk dalam hiperemesis gravidarum tingkat II, karena muntah
semakin berat, pasien tampak lemah, mata cekung, turgor kulit menurun dan bibir kering,
tekanan darah sistolik 72 mmHg, dan ditemukannya keton dalam urin.
Tujuan terapi yang pertama pada pasien dengan hiperemesi gravidarum adalah untuk
memperbaiki keadaan umum pasien dan mengatasi dehidrasi,2 dimana pada pasien ini,
awalnya dberikan terapi parenteral sehingga keluhan mual, muntahnya berkurang. Cairan
yang diberikan untuk rehidrasi ialah infus RL ditambah dengan neurobion. Neurobion
merupakan suplemen vitamin yang mengandung vitamin B kompleks, yaitu vitamin B1, B6,
dan B12. Tujuan pemberian vitamin B ini adalah untuk mencegah komplikasi berupa
25
neuropati perifer pada pasien hiperemesis gravidarum, mencegah terjadinya Ensefalopati
Wernicke akibat defisiensi thiamin (vitamin B1).2

Ondansentron diberikan untuk mengurangi mual yang dialami pasien. Berdasarkan


tabel di atas, ondansetron termasuk kategori B yang dapat digunakan untuk terapi ibu
hamil. Ondansentron merupakan antagonis 5-HT3 yang bekerja pada sistem saraf SSP dan
perifer. Target utama zat ini adalah SSP, tetapi zat ini juga meningkatkan pengosongan
lambung. Ranitidin untuk mengurangi produksi asam lambung.
Selain itu, pasien juga diberikan vitamin B6 dan asam folat. Vitamin B6 adalah vitamin
yang larut dalam air yang merupakan koenzim penting dalam metabolisme asam amino,
karbohidrat, dan lipid. Vitamin B6 bekerja sebagai koenzim yang menyebabkan reaktivitas
lisin (lisin menjadi residu protein dari reseptor hormon steroid), dan reaktivitas lisin
mengurangi mual dan muntah yang disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen pada
wanita hamil. Asam folat (vitamin B9) juga merupakan vitamin larut air yang merupakan
nutrisi esensial, dimana dibutuhkan untuk replikasi DNA dan pembentukan sel darah
merah, serta dapat menjadi bahan baku untuk sejumlah reaksi enzim dalam sintesis asam
amino dan metabolisme vitamin. Dalam beberapa jurnal juga disebutkan bahwa asam folat
membantu untuk mengurangi gejala pada hiperemesis gravidarum.
Penilaian keberhasilan terapi pasien dengan hiperemesis gravidarum dilakukan secara
klinis dan laboratoris. Secara klinis, keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan

26
frekuensi mual dan muntah, frekuensi dan intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda
vital dan dehidrasi. Sedangkan parameter pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
evaluasi perbaikan dari gambaran ketonuria, ataupun perbaikan apabila terdapat gangguan
asam-basa dan elektrolit.1
Pada pasien dalam kasus ini, hari pertama dan kedua perawatan, terapi yang diberikan
masih dilanjutkan secara parenteral karena pasien masih mengeluh adanya mual dan
muntah, meski frekuensi muntah telah berkurang. Pada hari ketiga perawatan, pasien sudah
tidak mengeluh mual maupun muntah. Dari pemeriksaan klinis pun sudah tidak didapatkan
tanda-tanda dehidrasi yang menandakan telah terjadi perbaikan kondisi pada pasien,
sehingga pengobatan diganti secara per oral, dan pasien dapat dipulangkan.

27
BAB IV
KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil yang dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit dan ketosis.
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti hormon, kelainan pada gastrointestinal
maupun faktor psikologis. HEG ditandai dengan muntah terus menerus dan mempengaruhi
keadaan umum, pasien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun,
perubahan suhu tubuh, nadi meningkat, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
berkurang, mata cekung dan nyeri ulu hati. Pada kasus yang berat, HEG dapat
menyebabkan dehidrasi sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat sesuai
dengan gejala, tanda klinis dan juga hasil pemeriksaan penunjang.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a


multimodal challenge. Germany: BMC Medicine; 2010; 8:46.
2. Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. Englan: N Engl J Med; 2010;363;
p.1544-50.
3. Saifuddin A, Ravhimhadhi T, Wiknjosastro G. Kelainan gastrointestinal. Hiperemesis
gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Edisi keempat. Cetakan
kedua. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. hal 814-818
4. Miller AWF, Hanretty KP. Vomiting in pregnancy. Dalam: Miller AWF, Hanretty KP,
eds. Obstetrics Illustrated. 5th ed. London: Churchill Livingstone; 1998; p.102-3.
5. Bagian obstetri&ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung.Obstetri patologi. Edisi 1984. Bandung:Penerbit&Percetakan Elstar Offset;
1984; p.84-9.
6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Williams obstetrics. 23rd Edition. New
York: McGraw Hill; 2010.
7. Sulaiman.S, Djamhoer M, Firman F. Gestosis. Dalam: Johanes. C. Obstetriks Patologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2004; p. 64 – 7.
8. Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician (serial
online) 2003 (dikutip 2010 Nov 6); 68(1): 121-8. Diunduh dar::
http://www.aafp.org/afp/2003/0701/p121.html.
9. Evans AT. Manual of obstetrics. 7th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2007.
10. Bayraktar B. et al. The Effects of Hyperemesis Gravidarum on the Oral Glucose
Tolerance Test Values and Gestational Diabetes. 2021. Prague Medical Report. 122 (4)
285-293

29

Anda mungkin juga menyukai