Disusun Oleh:
Zainab Almuhdah, S. Ked
H1AP20032
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu, Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Demsi, Sp.OG sebagai pembimbing yang telah bersedia meluangkan
waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk serta bantuan
dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman–teman yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual
kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis
sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
1.1. Anamnesis.........................................................................................................1
1.1.1. Identitas pasien......................................................................................1
1.1.2. Riwayat Perkawinan..............................................................................1
1.1.3. Riwayat Reproduksi..............................................................................1
1.1.4. Riwayat Kehamilan/Melahirkan...........................................................1
1.1.5. Riwayat Antenatal Care (ANC)............................................................2
1.1.6. Riwayat Gizi/Sosial Ekonomi...............................................................2
1.1.7. Riwayat Penyakit Dahulu......................................................................2
1.1.8. Riwayat Penyakit Keluarga...................................................................2
1.1.9. Anamnesis Khusus................................................................................2
1.2. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................3
1.3. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................5
1.4. Diagnosis Kerja.................................................................................................7
1.5. Penatalaksanaan................................................................................................7
1.6. Prognosis...........................................................................................................7
1.7. Follow Up.........................................................................................................7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................14
ii
2.1.7. Komplikasi Plasenta Akreta.................................................................21
2.1.8. Tatalaksana Plasenta Akreta................................................................22
2.2 Seksio Sesarea..................................................................................................24
2.2.1 Definisi dan Jenis..................................................................................24
2.2.2 Indikasi dan Kontraindikasi..................................................................25
BAB III. PEMBAHASAN.....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
iii
BAB I. LAPORAN KASUS
1.1. Anamnesis
1.1.1. Identitas pasien
Nama : Ny. SP
No. MR : 016709
Usia : 38 Tahun
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Air Putih, Bengkulu Tengah
MRS : 4 Juni 2021, pukul: 09.10 WIB
1.1.2. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, lama 17 tahun, sebagai istri sah.
1.1.3. Riwayat Reproduksi
Menarch : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari, haid teratur
Lama haid : 7 hari
Banyak haid : 2–3 kali ganti pembalut
Hari pertama haid terakhir : 22 September 2020
Taksiran Persalinan : 29 Juni 2021
KB : Suntik selama 3 bulan
1.1.4. Riwayat Kehamilan/Melahirkan
Tabel 1.1. Riwayat Kehamilan/Melahirkan
Umur Jenis BBL PB Usia Anak
No. ♀/♂ Tempat Penolong
Kehamilan Persalinan (gr) (cm) Sekarang
1. ♂ Aterm Spontan Bidan Bidan 3000 gr 16 tahun
2. ♂ Aterm Spontan Bidan Bidan 3400 gr 10 tahun
3. ♂ Aterm SC RS Dokter 3700 gr 2 tahun
4. Hamil ini
1
1.1.5. Riwayat Antenatal Care (ANC)
Pasien mengaku melakukan Antenatal Care (ANC) dengan dokter spesialis
kebidanan setiap bulan sejak awal kehamilan hingga usia kehamilan 9 bulan. Pada
kehamilan 26 minggu pasien sudah terdiagnosis Plasenta Akreta.
2
Riwayat Perjalanan Penyakit:
±4 jam SMRS pasien mengeluh keluar bercak darah dari kemaluan, warna
merah segar. Lendir (-), riwayat perut mules yang menjalar ke pinggang (-),
riwayat keluar air-air (-), riwayat minum obat/jamu (-), riwayat post koital (-),
riwayat sesar 1x tahun 2019, riwayat operasi mioma tahun 2018, dan riwayat
operasi tumor payudara tahun 2001. Pasien mengaku hamil cukup bulan dan
gerakan anak masih dirasakan.
3
Thorax
- Pulmo : I : Dinding dada simetris saat statis dan dinamis, tidak
Anterior ada retraksi dinding dada
P : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
P : Sonor seluruh lapangan paru
A : Suara napas vesikuler, wheezing (-/-)
- Pulmo : I : Bentuk thoraks normal, simetris saat statis dan
Posterior dinamis, tidak ada jejas
P : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
P : Sonor seluruh lapang paru
A : Suara napas vesikuler, wheezing (-/-)
- Cor : I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis tidak teraba
P : Batas kanan: linea sternalis dextra
Batas pinggang: ICS II linea parasternal sinistra
Batas kiri: ICS V linea midklavicula sinistra
A : Bunyi Jantung I-II normal regular, tidak ada murmur
Abdomen : TFU 35 cm, memanjang, punggung kanan, DJJ 141x/menit,
presentasi kepala, TBJ 3255 gram
Indeks tokolitik:
Kontraksi: irreguler (1)
4
Ketuban pecah: tidak ada (0)
Pendarahan: spotting (1)
Pembukaan: tidak ada (0)
Total skor: 2 : Indikasi pemberian tokolitik (>8 kontraindikasi tokolitik)
1.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dan
USG.
Tabel 1.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada Hari Jumat, 04 Juni 2021
Parameter yang diperiksa Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,8 g/dL 11,7–15,5 g/dL
Hematokrit 30% 35–47%
Leukosit 8300 sel/mm3 4.000–10.000/mm3
Trombosit 222.000 sel/mm3 150.000–450.000/mm3
Gula Darah Sewaktu 67 mg/dl 74-106 mg/dl
Bleeding Time 2 menit 1-3 menit
Clotting Time 3 menit <10 menit
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
HIV Non Reaktif Non Reaktif
RAPID TEST COV-19
ANTIGEN Negatif Negatif
Swab Test Antigen
Hasil pemeriksaan USG pada hari Sabtu, 05 Juni 2021 sebagai berikut.
5
Gambar 1.1. Hasil Pemeriksaan USG
Kesan : Hamil 36-37 minggu dengan plasenta akreta
1.5. Penatalaksanaan
- Inform Consent pasien dan keluarga
- Seksio Histerektomi
6
- Persiapan Darah 5 kantong Packed Red Cell
1.6. Prognosis
Prognosis Ibu : Dubia
Prognosis Janin : Dubia ad bonam
1.7. Follow Up
St. Obstetri
P/ Observasi KU, TTV, dan
Pemeriksaan luar:
perdarahan
TFU 3 jari di bawah prosessus IVFD RL xx gtt/menit
xipoideus (34cm), memanjang,
Dexamethason 2x2 gr IV
punggung kanan, bagian terbawah
janin kepala, U5/5, his (-), DJJ 141 Hystolan 3x10mg po.
x/menit, TBJ 3255 gram R/ USG
Laboratorium: (04-06-2021) 08.36
WIB
Hemoglobin : 11,8 g/dL
Hematokrit : 30%
Leukosit : 8300 sel/mm3
Trombosit : 222.000 sel/mm3
Gula Darah Sewaktu : 67 mg/dl
Bleeding Time: 2 menit
7
Clotting Time: 3 menit
HBsAg : Non Reaktif
HIV : Non Reaktif
Rapid Test Antigen: Negatif
8
Kesan: Hamil 36-37 minggu dengan
Plasenta Akreta
Laporan Operasi
Senin, 7 Juni 2021
Pukul 08:30 WIB Operasi dimulai,
Aseptic dan antiseptic pada daerah
operasi
Insisi pfannensteil tampak plasenta
menembus segmen bawah rahim
dengan D=5cm
Dilakukan insisi klasik pada segmen
bawah rahim
9
Pukul 08:35 WIB Bayi dilahirkan dengan menarik kaki
Lahir neonatus, jenis kelamin: laki-
laki BB: 3100 gr, PB: 48 cm, anus
(+), A/S 8/9 FT AGA
Plasenta diletakkan insitu di uterus
Kontraksi uterus kurang baik
Segmen bawah rahim di jahit jelujur
feston dengan PGA no. 1
Dilakukan tindakan histerectomy
supravaginal dan dilakukan
pemasangan drainase melalui
dinding rahim abdomen
Dinding abdomen dijahit lapis demi
lapis
Pukul 09:00 WIB Operasi selesai
Perdarahan ±2500cc
Sebagian jaringan diperiksa PA
(patologi anatomi)
Follow up POST OP
Senin, 7 Juni 2021 (11.03 WIB)
O/ S/ nyeri post operasi (+)
St. Present
KU : Tampak sakit sedang A/ P4A0 Post Operasi Seksio
Sens : Compos mentis Histerektomi
TD : 90/50 mmHg
HR : 66 x/menit
RR : 20 x/menit P/ Observasi KU, TTV, dan
Suhu : 36,5 °C perdarahan
Masuk ICU
St. Obstetri
O2 3 lpm
Pemeriksaan luar: IVFD RL : D5% : NaCl
Abdomen datar, lemas, simetris, TFU 2 xxx gtt/menit
jbpst, kontraksi baik, perdarahan tak Head up 30◦
Transfusi darah sampai Hb>=
10
aktif, lokhea (+) rubra, luka operasi 10g/dL
tertutup perban, vulva dan vagina Ca glukonas 1gr IV
tenang. Ceftriaxon 2x1 IV
Metamizole 3x1 IV
Laboratorium: (07-06-2021) 21.17 As. Tranexamat 3x1 IV
WIB R/
Hb : 9,5 gr/dl ‒ Post Transfusi 8 jam, cek Hb
‒ Balance cairan dan drain
‒ Jika pasien sudah sadar penuh,
flatus (+), BAB (+) maka
boleh minum teh manis
11
Pukul 07.00 WIB
O/ S/ nyeri luka post operasi berkurang
St. Present (+), mual (-), muntah (-)
KU : Baik
Sens : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg A/ P4A0 Post Operasi Seksio
HR : 84 x/menit Histerektomi
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5 °C
P/ Observasi KU, TTV, dan
St. Obstetri perdarahan
Pemeriksaan luar: ‒ IVFD RL xx gtt/m
Abdomen datar, lemas, simetris, TFU 2
‒ Metamizole 3x1 IV
jbpst, kontraksi baik, perdarahan tak
aktif, lokhea (+) rubra, luka operasi ‒ Asam Mefenamat 3x 500 mg
tertutup verban, vulva dan vagina po.
tenang.
12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
13
2.1.2. Klasifikasi
Plasenta akreta dapat diklasifikasikan menjadi:1,2
1. Plasenta akreta, adalah kelainan plasenta dimana implantasi vili
korionik sampai menyentuh miometrium.
2. Plasenta inkreta, adalah kelainan plasenta dimana implantasi vili
korionik sampai menginvasi miometrium.
3. Plasenta prekreta, adalah kelainan plasenta dimana implantasi vili
korionik mencapai bagian serosa uterus.
14
Gambar 2.2. Gambaran USG Plasenta Akreta dengan gambaran
“swiss cheese” yang memperlihatkan lakuna-lakuna pada plasenta
akreta.3
15
Gambar 2.4. USG Color Doppler dengan plasenta perkreta.
Terdapat pembuluh darah intraplasenta yang ireguler. 3
Selain itu, Alanis et al. meninjau 72 kasus plasenta akreta yang dirawat
secara konservatif, di antara 15% wanita yang memiliki kehamilan berikutnya,
18% mengalami plasenta akreta berulang. Hal ini menunjukkan bahwa plasenta
akreta sebelumnya dapat menjadi faktor risiko juga bagi plasenta akreta. 1
Kelainan ini juga telah dilaporkan pada wanita tanpa riwayat operasi uterus
sebelumnya namun dengan kelainan uterus seperti uterus bikornuata,
adenomiosis, fibroid submukosa, dan distrofi miotonik. Nordic Obstetric
16
Surveillance Study, yang meneliti komplikasi obstetrik berat dari tahun 2009
dan 2012, menemukan bahwa usia maternal lebih dari 35 tahun
meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta akreta sebesar 4,5 (risiko absolut:
7,5 per 10,000). 4
Plasenta previa dijumpai pada sekitar 80% kasus plasenta akreta, sehingga
plasenta previa menjadi salah satu faktor risiko utama dari plasenta akreta. Sebuah
penelitian kohort di Amerika Serikat menemukan bahwa wanita dengan
plasenta previa dan riwayat persalinan sesar sebelumnya memiliki risiko
plasenta akreta sebesar 3% untuk persalinan sesar pertama, 11% untuk persalinan
sesar kedua, 40% untuk persalinan sesar ketiga, 61% untuk persalinan sesar
keempat, dan 67% untuk persalinan sesar kelima. Risiko ini tidak
berhubungan dengan karakteristik maternal lain seperti jumlah paritas, indeks
massa tubuh, merokok, hipertensi dan diabetes. 4
17
terhambat, invasi trofoblastik yang berlebihan, atau kombinasi keduanya. Tseng
dan Chou memiliki hipotesis bahwa pertumbuhan abnormal desidua,
angiogenesis, dan faktor terkait invasi trofoblas adalah faktor utama
terjadinya plasenta akreta.1
Beberapa konsep telah diusulkan sebagai patofisiologi dari plasenta akreta,
yaitu adanya defek primer dari trofoblas yang menyebabkan invasi berlebihan
sehingga plasenta mencapai miometrium. Hipotesis terbaru menyatakan bahwa
adanya defek sekunder pada hubungan antara endometrium-miometrium
menyebabkan gagalnya desidualisasi pada uterus yang mengalami luka sehingga
menyebabkan kelainan invasi vili korionik dan trofoblas.2
18
Tanda-tanda dari plasenta akreta dapat dilihat secara dini sejak pada
trimester pertama. Comstock secara retrospektif meninjau plasenta akreta melalui
pemeriksaan ultrasonografi hingga minggu ke 10 kehamilan. Semua terbukti
memiliki plasenta akreta pada pemeriksaan patologis. Semua memiliki letak
plasenta yang rendah yang jelas melekat pada bekas luka uterus atau disebut
plasenta previa. Miometrium yang tipis ditemukan di area bekas luka tempat
plasenta tersebut melekat dibandingkan dengan plasenta normal.1
Plasenta akreta yang disertai plasenta previa pada trimester pertama dan
kedua biasanya memiliki gejala perdarahan. Perdarahan tersebut membutuhkan
evaluasi dan penanganan yang tepat. Pada wanita yang tidak disertai previa,
akreta biasanya sulit diidentifikasi hingga kala III persalinan, yaitu ketika
ditemukan plasenta yang sulit dilepaskan.5
19
spesifisitas sebesar 84% dan sensitivitas sebesar 94,4%.10 Perlu diingat bahwa bias
pada pemeriksaan MRI ini sulit dihindari. Pasien biasanya memilih MRI ketika
USG tidak memberikan hasil yang memuaskan. Selain itu, penting untuk
mengetahui biaya dan ketersediaan MRI. Saat ini, USG menjadi modalitas utama
untuk mendiagnosis plasenta akreta.3
20
Paling sering, plasenta di anterior dan menginvasi kandung kemih. Pada kasus ini,
sistosomi mungkin penting untuk memisahkan jaringan plasenta. Kerusakan
ureter mungkin terjadi karena sulitnya teknik dalam cesarean histerektomi. Pasien
harus diberi konsul yang memadai terkait komplikasi ini.3
21
perdarahan. Seringnya, histerektomi supraservikal tidak memungkinkan karena
terjadi perdarahan. Dokter bedah mungkin perlu mempertimbangkan sistosomi
untuk memisahkan jaringan plasenta dari kandung kemih.3
Monitoring ketat terhadap status hemodinamik dan kehilangan darah
sebaiknya dilakukan. ACOG merekomendasikan pemantauan kehilangan darah,
hemoglobin, elektrolit, gas darah, dan faktor koagulasi untuk menentukan
dibutuhkannya transfusi secara objektif. Kebanyakan, protokol transfusi masif
termasuk rasio 1 : 1 : 1 dari packed red blood cell : fresh frozen plasma : platelet.
Bagaimanapun, pasien juga perlu mempertimbangkan donasi autolog sebelum
prosedur.2 Terapi antifibrinolitik seperti 1g asam traneksamat IV bisa
dipertimbangkan untuk menghentikan pendarahan dalam 3 jam pertama kelahiran.
Hal ini dapat mengurangi resiko kematian ibu karena perdarahan tanpa
meningkatkan efek samping. 13
Setelah prosedur, ACOG merekomendasikan saran untuk ke ICU supaya
bisa memantau lebih dekat terkait perdarahan, hipoperfusi, kelebihan cairan dari
resusitasi.2 Untuk catatan, beberapa dokter juga menawarkan penundaan
histerektomi. Pada praktik sekarang, plasenta ditinggalkan in situ dan histerektomi
dilakukan di waktu selanjutnya. Pada beberapa kasus dengan jumlah terbatas, ada
yang menunjukkan penurunan kehilangan darah dan menurunkan kebutuhan
untuk transfusi. Bagaimanapun itu masih dipertimbangkan dan dilakukan
penelitian lebih lanjut.14
Pada pasien, dengan plasenta akreta yang tidak diketahui sebelumnya, ada
2 cara yang biasanya dilakukan untuk manajemen. Pertama, jika akreta ditemukan
sebelum histerektomi, prosedur harus dihentikan sampai pertolongan yang
memadai datang, sediaan darah telah dipesan, dan tim anestesi sudah
dipersiapkan. Pada cara yang kedua, akreta ditemukan ketika plasenta tidak dapat
dilahirkan dengan manual plasenta biasa. Pada skenario ini, dokter spesialis akan
melakukan histerektomi. Jika histerektomi tidak memungkinkan di fasilitas
tersebut, transfer ke fasilitas lain harus dipertimbangkan. Dokter akan
membutuhkan peralatan memadai, mempertimbangkan transfusi serta anti
fibrinolitik, asam traneksamat.2
22
Harapan untuk mempertahankan kesuburan di masa depan dapat dilakukan
dengan manajemen konservatif atau manajemen ekspektatif yang dapat
dipertimbangkan. Pada manajemen konservatif, plasenta dan jaringan
uteroplasenta dipindahkan tanpa pemindahan uterus. Cara ini lebih sukses pada
pasien dengan defek kecil, yang mana bisa lebih mudah dipindahkan dengan
operasi dan dijahit.2
23
2.2.2 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi seksio sesarea dibagi menjadi indikasi ibu dan janin. Indikasi
seksio sesarea ibu, yaitu (1) panggul sempit absolut, (2) tumor-tumor jalan lahir
yang menimbulkan obstruksi, (3) stenosis serviks/vagina, (4) plasenta previa, (5)
disproporsi sefalopelvik, (6) ruptura uteri membakat; sedangkan indikasi seksio
sesarea janin, yaitu: (1) malpresentasi dan (2) gawat janin.
Pada umumnya, seksio sesarea tidak dilakukan pada keadaan (1) janin mati; (2)
syok dan anemia berat yang belum diatasi; dan (3) kelainan kongenital berat.
24
BAB III. PEMBAHASAN
19
3.2 Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?
Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat. Tatalaksana sudah sesuai
dengan indikasi dari Plasenta Akreta yaitu dilakukan Seksio Hiterektomi
bertujuan mencegah perdarahan dan mencegah robekan miometrium hingga
ruptur uteri. Robekan miometrium dan ruptur uteri mudah terjadi apabila anak
dilahirkan pervaginam dan dilakukan manuver untuk mengeluarkan plasenta
seperti manual plasenta. Pada plasenta akreta, ada daerah plasenta yang menempel
di lapisan miometrium pada uterus dengan mengandung banyak pembuluh darah.
Seksio histerektomi dilakukan pada kehamilan minggu ke 35-36 dikarenakan
untuk maturitas neonatal sehingga perkembangan janin menjadi optimal. Seksio
histerektomi pada plasenta akreta, selain dapat mengurangi kematian ibu, terutama
juga dilakukan untuk kepentingan bayi.
Setelah operasi Seksio histerektomi dilakukan, pasien diberikan transfusi
darah hingga Hb mencapai >10 dan asam traneksamat 3x1g IV. Pemberian
transfusi darah setelah melahirkan berfungsi untuk mengganti darah yang keluar
sebanyak sekitar 2500cc saat Seksio histerektomi. Pemberian asam traneksamat
3x1 g IV untuk menghentikan perdarahan yang masih terjadi setelah dilakukannya
Seksio Histerektomi. Pasien juga dimasukkan ke ICU setelah operasi yang
bertujuan untuk memudahkan pemantauan keadaan umum, tekanan darah,
perdarahan, hipoperfusi, dan kelebihan cairan akibat resusitasi.
20
BAB IV. KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
10. Bowman ZS, Eller AG, Kennedy AM, Richards DS, Winter TC, Woodward
PJ, Silver RM. Accuracy of ultrasound for the prediction of placenta accreta.
Am J Obstet Gynecol. 2014 Aug;211(2):177.e1-7. [PubMed]
23