LEIOMYOMA UTERI
Disusun oleh:
Edo Aditya D. Susanto (1305002158)
Pembimbing:
dr. Jacobus Jeno, Sp.OG
TANGERANG
DAFTAR ISI
i
BAB 1:
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
II. Anamnesis
a) Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan menstruasi banyak dan sering sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu.
Pasien datang dengan keluhan menstruasi banyak dan sering sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu. Haid datang setiap hari sejak bulan Agustus 2016 dan hanya berhenti 1-2 hari, lalu
berlanjut hingga saat ini. Warna menstruasi dilihat merah gelap dengan beberapa gumpalan
yang hancur apabila ditekan. Pembalut terisi penuh dan diganti hingga 12 kali dalam sehari.
Pasien juga mengeluhkan nyeri, yang bertepatan dengan saat menstruasi dengan durasi hingga
3 hari. Sifat nyeri seperti kram dan hilang timbul. Nyeri dirasakan dengan skor 9 dari 10, hingga
membuat pasien harus berbaring. Pasien tidak meminum obat apapun untuk mengurangi
keluhannya. Pasien juga mengeluhkan lemas. Pasien tidak mengeluhkan adanya perut
2
membesar, rasa begah atau kembung, atau massa pada perut bawah. BAK maupun BAB tidak
ada keluhan.
Pasien pernah berobat ke RS Mulia pada bulan Mei 2017. Saat itu pasien di USG dan
dikatakan ada mioma uteri, lalu disarankan untuk ditindak-lanjuti, tetapi pasien tidak lakukan.
c) Riwayat Ginekologi
Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun
Siklus : Teratur, 1 bulan sekali
Durasi : 9-12 hari
Pembalut : 12 kali ganti /hari, terisi penuh
Dismenorea : (+) pada hari-hari awal
Menopause : (–)
Riwayat pendarahan abnormal : (–)
Keputihan : (–)
d) Riwayat Obstetri
5 Aborsi
G2 2015 [Abortus] - - Di bidan
minggu dengan bidan
3
e) Riwayat Kontrasepsi
Riwayat KB suntik (3 bulan) = tahun 2010 – 2013 (berhenti karena berat badan naik
dan haid tidak teratur)
Pasien tidak pernah mengalami keluhan atau sakit serupa sebelumnya. Pada bulan April
2017 pasien melakukan operasi pengangkatan massa mamae dan ditransfusi 4 kantong PRC
atas indikasi hemoglobin 4 g/dL.
g) Riwayat Operasi
Pasien pernah menjalani operasi pengangkatan tumor mamae dekstra bulan April 2017.
i) Riwayat Pengobatan
j) Riwayat Sosial
Riwayat sosial dan kebiasaan pasien baik. Pasien mengaku tidak merokok dan
mengonsumsi alkohol.
4
III. Pemeriksaan Fisik
Berat Badan : 70 kg
: Limfadenopati (-)
5
Thorax
Paru
Jantung
Abdomen
Pemeriksaan Ginekologis :
a) Inspeksi
i. Vulva : bentuk dan ukuran normal, luka (-), sekret (-)
: keluar darah dari vagina (+) mengalir perlahan
: kelenjar bartolin normal
ii. Labia : labia mayora dan minora terlihat normal, luka (-)
iii. Clitoris : bentuk dan ukuran normal
6
b) Inspekulo
i. Vagina : darah (+), lendir (-), luka (-), benda asing (-)
ii. Serviks : darah (+), lendir (-), luka (-), massa (-)
: orificium eksterna parus
: tanda-tanda displasia (-)
c) Pemeriksaan dalam
ii. Serviks : kenyal dalam batas normal, nyeri goyang serviks (-),
posisi posterior
1. Leiomyosarcoma
2. Endometrial carcinoma
Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Darah
o Pencitraan
USG abdomen/pelvis
o Pemeriksaan histopatologis
Medikamentosa
7
o Tatalaksana awal :
o Tatalaksana bedah :
Miomektomi
8
2. USG Abdomen
VIII. Resume
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital pasien masih baik. Pada
pemeriksaan ginekologis, ditemukan adanya darah pada vagina dan porsio serviks.
Pemeriksaan bimanual menemukan massa yang dicurigai berasal dari uterus. Fundus uteri
teraba 3 jari diatas simfisis pubis.
9
IX. Diagnosis Kerja
X. Prognosis
a) Pemeriksaan Darah:
4. Peritoneum dibuka
10
6. Dilakukan kauterisasi pada corpus posterior uterus secara vertikal hingga mencapai
dinding mioma
7. Mioma dibebaskan
Makroskopik :
Mikroskopik :
- Sediaan tersusun atas proliferasi sel-sel otot polos dengan inti berbentuk
cerutu, pleomorfik, hiperkromatik, mitosis dapat ditemukan (3-4/1-LPB)
yang tersusun padat dan beranyaman kuat, disertai daerah-daerah
degenerasi hialin.
11
BAB 2:
ANALISA KASUS
Wanita usia produktif (32 tahun) datang dengan keluhan perdarahan uterin abnormal
(PUA). Perdarahan pasien meningkat drastis dalam frekuensi maupun volume sejak 1 tahun
lalu tanpa riwayat PUA lain sebelumnya. Kemungkinan etiologi PUA telah disusun oleh FIGO
yaitu dengan mnemonik PALM COEIN. Dari hasil anamnesis, kemungkinan etiologi
Adenomiosis, Ovulatory dysfunction, dan Endometrial bukan keganasan dapat disingkirkan;
karena pada etiologi tersebut perdarahan yang terjadi biasanya bersifat siklik sesuai dengan
siklus menstruasi atau bisa juga intermenstrual, tetapi tidak terus menerus hingga menahun
seperti pada pasien ini. Kemungkinan adanya masalah koagulosi dan iatrogenik juga dapat
disingkirkan karena pasien tidak mengalami perdarahan di anggota tubuh lain dan tidak pernah
menjalani operasi yang bersangkutan atau mendapatkan pengencer darah. Sehingga
kemungkinan etiologinya adalah: (1) Polip, (2) Leiomioma uteri, dan (3)
Malignancy/keganasan. Leiomyoma dan adenomiosis dapat dibedakan karena wanita dengan
adenomiosis lebih sering datang dengan pembesaran uterus yang difus.
Ketiga etiologi tersebut bisa sama-sama memiliki manifestasi perdarahan banyak dan
memanjang dengan disertai dismenore. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa yang
besar disertai dengan efek masa pada rongga panggul mengakibatkan gangguan pada BAK atau
BAB, tetapi hal tersebut tidak ada pada pasien ini. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan
bahwa ada massa irregular yang dicurigai berasal dari uterus yang membesar. Hal tersebut bisa
menunjukkan adanya mioma, keganasan endometrium atau polip endometrium yang sangat
besar tetapi kemungkinannya kecil. Pada pemeriksaan inspekulo tidak ditemukan kelainan
serviks ataupun polip endoservikal. Pencitraan dalam hal ini penting untuk membantu
menegakkan diagnosis.
Dari USG ditemukan gambaran masa isoekoik padat yang menonjol ke kavum uteri
yang mirip dengan gambaran mioma uteri. Dengan hasil USG, kemungkinan diagnosis lebih
mengarah pada mioma atau bisa juga keganasan (leiomiosarkoma atau kanker endometrium).
Temuan mixed echogenicity dan beberapa bagian hypoechoic; nekrosis sentral, dan distribusi
pembuluh yang tidak teratur pada Doppler, impedansi rendah terhadap aliran, dan kecepatan
sistolik puncak tinggi; biasanya mengarah pada leiomyosarcoma. Sedangkan pada
adenomiosis, pada USG akan ditemukan gambaran sarang lebah fokal pada miometrium
dengan 5-7 mm ruang kistik yang tidak teratur mengganggu pola berbintik yang biasanya
12
ditemukan pada uterus. Dengan pola progresivitas gejala yang lambat, mioma uteri jinak lebih
dicurigai. Endometrial carcinoma umumnya terjadi antara usia 50 dan 70, sedangkan pasien ini
baru berumur 32. Untuk menegakkan diagnosis yang definitif, maka diperlukan pemeriksaan
histopatologis.
Klasifikasi leiomyoma dapat dibagi dari lokasinya dalam uterus. Pada pasien ini, jenis
mioma yang mungkin adalah jenis submukosa atau intramural karena pasien memiliki
karakteristik menometrorrhagia yang lebih mengarah pada jenis tersebut. Mioma intramural
berarti mioma berada di dalam dinding miometrium dan tidak menembus lapisan endometrium
maupun serosa. Mioma submukosa berasal dari miosit yang berdekatan dengan lapisan mukosa
uterus, dan pertumbuhan miom submukosa mengarah kedalam.
Terapi yang cocok pada pasien ini adalah miomektomi. Miomektomi dipilih jika pasien
masih menginginkan kehamilan atau tidak menyetujui pengangkatan rahim. Efektifitasnya
cukup tinggi tetapi memiliki tingkat relaps hingga 40%. Pasien merupakan kandidat untuk
miomektomi karena pasien masih usia produktif dan baru memiliki 1 anak. Tatalaksana
ekspektatif tidak dapat karena perdarahan pasien cukup masif dan pasien mengeluh tidak subur;
sehingga diperlukan tatalaksana segera untuk memulihkan keadaan pasien. Tatalaksana
hormonal juga tidak dapat diberikan pada pasien ini karena pasien ingin segera hamil. Begitu
juga tatalaksana medikamentosa lainnya kurang tepat karena perdarahan pasien yang susah
dikontrol dengan risiko anemia. Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan adalah intervensi
radiologi, tetapi terapi tersebut dilaporkan dapat meningkatkan komplikasi kehamilan.
13
BAB 3:
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Leiomioma uteri (LU) (juga dikenal sebagai fibroid atau myoma) adalah penyebab
paling umum tumor pelvis pada wanita1,2. Leiomyoma adalah tumor jinak monoclonal yang
tumbuh dari sel otot halus dari myometrium.
14
3.3 Epidemiologi
Mayoritas dari mioma kecil dan asimtomatik, tetapi banyak perempuan dengan miom
memiliki masalah yang signifikan yang mengganggu beberapa aspek kehidupannya dan
mengharapkan pengobatan. Gejala-gejala tersebut berhubungan dengan jumlah, ukuran dan
lokasi dari tumor. Mioma dapat muncul sebagai tumor tunggal atau tumor multipel; dan
bervariasi dalam ukuran mulai dari mikroskopik hingga puluhan sentimeter6.
Gejala dikelompokkan menjadi 3 kategori2:
Perdarahan menstrual yang berat atau lama
Gejala pembesaran masa, seperti penekanan dan nyeri pada pelvis
Disfungsi fungsi reproduksi (contoh: infertilitas atau komplikasi obstetrik)
Perdarahan menstrual yang berat atau lama merupakan gejala yang paling sering
muncul (sekitar 26 hingga 29 persen). Menstruasi yang berat atau lama adalah bentuk
perdarahan yang paling sering dengan leiomioma3. Perdarahan antara menstruasi
(intermentrual bleeding) dan perdarahan postmenopausal perlu ditindaklanjuti untuk
menyingkirkan patologi endometrium. Untuk setiap gambaran AUB, endometrial sampling
perlu dilakukan jika dicurigai ada endometrial hiperplasia atau karsinoma. Perdarahan berat
dari uterus dapat menyebabkan iron deficiency anemia, masalah sosial, dan kehilangan
produktivitas dalam bekerja.
Derajat keparahan perdarahan uterus dipengaruhi sebagian besar oleh lokasi dari fibroid;
ukuran adalah faktor kedua7:
Mioma submukosa yang menonjol ke rongga uterus (contoh: tipe 0 dan 1) adalah yang
paling sering menyebabkan perdarahan menstrual yang hebat.
Mioma intramural juga sering menyebabkan perdarahan menstrual yang berat atau
lama, sedangkan fibroid subserosa tidak dianggap sebagai penyebab utama perdarahan
menstrual berat.
16
Fibroids servikal yang dekat dengan kanal endoservikal dapat menyebabkan AUB.
Mekanisme dari menstruasi yang berlebihan pada permpuan dengan leiomioma belum
jelas tetapi mungkin disebabkan oleh abdormalitas mikroskopik dan makroskopik dari
vaskularisasi uterus, gangguan hemostasis endometrium, atau disregulasi molekular dari faktor
angiogenik. Sebuah penelitian tentang peristalsis uterus menunjukkan berubahnya
kontraktilitas miometrium dekat fibroid; mencetuskan satu teori tentang terhambatnya
kemampuan uterus untuk kontraksi saat menstruasi.
Gejala pembesaran massa — Uterus dengan mioma akan membesar dan berbentuk
tidak beraturan dan dapat menyebabkan gejala spesifik karena tekanan dari mioma. Gejala dan
penemuan klinis tersebut adalah nyeri atau tekanan pada pelvis, obstruksi saluran kemih atau
pencernaan, atau kompresi vena.
Nyeri atau tekanan pada pelvis — Gejala dengan karakteristik kronik, intermiten, nyeri
tumpul. Nyeri pada punggung bisa disebabkan oleh mioma, tetapi penyebab lain perlu
diperiksa.
Gejala BAK – frequency, kesulitan dalam mengosongkan vesika urinaria, atau yang
lebih jarang, obstruksi total saluran kemih; semua bisa muncul pada 60 persen pasien.
Gejala kandung kemih muncul ketika fibroid anterior menekan secara langsung
kandung kemih atau fibroid posterior menekan seluruh uterus kedepan. Fibroid dengan
hydronephrosis mempunyai ukuran fibroid 6 cm dan ukuran uteri 18 minggu.
Gejala pencernaan – Fibroid yang menekan rektum dapat menyebabkan konstipasi.
Kompresi vena – fibroid uteri yang sangat besar dapat menekan vena cava dan
menyebabkan peningkatan risiko thromboemboli.
Nyeri saat menstruasi — Nyeri tersebut tampaknya berkorelasi dengan aliran
menstruasi yang berat dan/atau keluarnya berkuan-bekuan darah.
Dispareunia — fibroid pada anterior atau fundus uteri adalah yang paling sering
mengalami nyeri saat berhubungan.
Degenerasi fibroid atau torsio — Terkadang, fibroid menyebabkan nyeri akut dari
rusaknya jaringan fibroid (contoh: carneous atau red degeneration) atau torsio pedunculated
tumor.
Infertilitas atau komplikasi obstetrik — Leiomioma yang mengganggu rongga uterus
(submucosal atau intramural dengan komponen intracavitary) menyebabkan kesulitan dalam
17
konsepsi dan meningkatnya risiko abortus.
Leiomioma mempengaruhi gangguan kehamilan dan kelahiran (contoh: solutio
placenta, fetal growth restriction, malpresentasi, dan kelahiran preterm).
Prolaps fibroid – terkadang, leiomioma submukosal akan prolaps melalui serviks dan
menimbulkan massa, perdarahan, mungkin infeksi dan ulkus.
Masalah endokrin – Gejala yang jarang, namun dapat muncul ketika fibroid dapat
mensekresi hormon, yaitu:
Polisitemia dari produksi erythropoietin meningkat
Hiperkalsemia dari produksi parathyroid hormone-related protein
Hiperprolaktinemia
3.6 Diagnosis5
Diagnosis klinis leiomioma uteri dibuat berdasarkan pemeriksaan pelvis dan temuan
ultrasonografi pelvis yang konsisten dengan leiomioma uteri. Diagnosis definitif dengan
patologi anatomi tidak diperoleh pada semua kasus, tetapi harus dicari apabila ada kecurigaan
bahwa massa uterus mungkin lesi prakanker uterus atau kanker.
Anamnesis
Gejala yang berkaitan dengan fibroid – Gejala yang paling umum timbul dari
fibroid uterus adalah perdarahan berat atau menstruasi berkepanjangan, nyeri
panggul atau tekanan, dan infertilitas.
Gejala yang berhubungan dengan penekanan massa – dispareunia, retensi urin,
atau konstipasi.
Pasien harus ditanya tentang infertilitas, keguguran berulang, atau komplikasi
kebidanan yang mungkin terkait dengan fibroid.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen – fibroid besar dapat teraba pada abdomen. Tingkat
fundus uteri harus diperhatikan.
Pemeriksaan ginekologis
o Inspekulo – sebuah prolaps fibroid submukosa dapat terlihat di ostium
serviks eksternal. Prolaps fibroid dieksklusi dan dibedakan dari polip
endoserviks atau endometrium besar oleh konsistensi jaringan dan
dengan evaluasi patologi.
18
o Bimanual – Ukuran, kontur, dan mobilitas harus dicatat. Uterus yang
membesar dan mobile dengan kontur yang tidak teratur konsisten
dengan uterus leiomyomatous.
Pemeriksaan Penunjang
Lab – anemia
USG – hypoechoic, massa bulat berbatas tegas, dengan acoustic shadow; fibroid
selular mungkin tampak lebih isoechoic, membuat diferensiasi dari miometrium
yang normal sulit, atau hyperechoic.
Hysteroscopy
Saline infusion sonography
MRI – pada kasus sulit
CT scan
Diagnosis banding dari uterus yang membesar meliputi kondisi jinak dan ganas:
Lesi miometrium:
o Leiomioma jinak
o Adenomyosis (infiltrasi difus dari miometrium) atau adenomioma
o Varian Leiomioma
o Leiomyosarcoma
o Penyakit metastatik - Biasanya dari tumor primer saluran reproduksi lain; lesi
ini cenderung melibatkan miometrium tetapi dapat menginvasi endometrium
Lesi endometrium:
o Polip endometrium - ini cenderung kecil dan tidak mungkin untuk
menyebabkan rahim yang membesar
o Endometrium karsinoma (mungkin menyerang ke miometrium) atau hiperplasia
o Karsinosarkoma - Dianggap neoplasma epitel
o Endometrium stromal sarcoma (meniru endometrium tapi menyerang
miometrium)
Kehamilan
19
3.8 Tatalaksana3
Meredakan gejala seperti perdarahan uterus abnormal, nyeri, atau tekanan, merupakan
tujuan utama dalam tatalaksana leiomyoma. Jenis dan waktu untuk intervensi bersifat
individual, berdasarkan faktor-faktor seperti:
Jenis dan tingkat keparahan gejala
Ukuran miom
Lokasi miom
Usia pasien
Rencana reproduksi dan sejarah obstetrik
3.8.1 Tatalaksana Ekspektatif
Terdapat penelitian bahwa fibroid dapat mengecil secara substansial dan ada regresi
substansial selama periode postpartum, tatalaksana ekspektatif tampaknya menjadi pilihan
yang masuk akal bagi sebagian wanita.
a) Terapi Hormonal
Terapi hormonal dapat berguna dalam beberapa wanita dengan perdarahan menstruasi
yang berat, terutama mereka dengan masalah lain (misalnya, dismenore atau oligoovulasi),
namun terapi hormonal tidak tampak efektif dalam mengurangi ukuran dari miom.
Kontrasepsi estrogen-progestin
Levonorgestrel-releasing intrauterine system
Implan, suntik, dan pil progestin
Gonadotropin-releasing hormone agonists
Gonadotropin-releasing hormone antagonists
Modulator reseptor progesteron
Ulipristal acetate
Mifepristone
Raloxifene
Aromatase inhibitors
20
b) Non-steroidal Antiinflammatory Drugs (NSAID)
NSAID tidak mengurangi pendarahan maupun ukuran miom. NSAID hanya digunakan
untuk mengurangi nyeri pada dismenore.
Steroid androgenik dapat merupakan suatu tatalaksana yang efektif pada gejala
leiomyoma, namun sering banyak efek samping.
Terapi ini pilihan yang efektif bagi wanita yang ingin mempertahankan uterus namun
tidak tertarik dalam mengoptimalkan kesuburan masa depan.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Baird DD, Dunson DB, Hill MC, et al. High cumulative incidence of uterine leiomyoma in
black and white women: ultrasound evidence. Am J Obstet Gynecol 2003; 188:100.
2. Serden SP, Brooks PG. Treatment of abnormal uterine bleeding with the gynecologic
resectoscope. J Reprod Med 1991; 36:697.
3. Munro MG, Critchley HO, Fraser IS, FIGO Menstrual Disorders Working Group. The
FIGO classification of causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive years. Fertil
Steril 2011; 95:2204.
4. Marshall LM, Spiegelman D, Barbieri RL, et al. Variasi dalam kejadian leiomyoma rahim
pada wanita premenopause dengan usia dan ras. Obstet Gynecol 1997; 90: 967.
5. Stewart E, Laughlin-Tommaso S. Uterine leiomyomas (fibroids): Epidemiology, clinical
features, diagnosis, and natural history [Internet]. Uptodate.com. 2016 [cited 29 March
2017]. Available from: https://www.uptodate.com/contents/uterine-leiomyomas-fibroids-
epidemiology-clinical-features-diagnosis-and-natural-history?/
6. Stewart EA. Clinical practice. Uterine fibroids. N Engl J Med 2015; 372:1646.
7. Committee on Practice Bulletins—Gynecology. Practice bulletin no. 128: diagnosis of
abnormal uterine bleeding in reproductive-aged women. Obstet Gynecol 2012; 120:197.
8. Stewart E. Overview of treatment of uterine leiomyomas (fibroids) [Internet].
Uptodate.com. 2016 [cited 29 March 2017]. Available from:
https://www.uptodate.com/contents/overview-of-treatment-of-uterine-leiomyomas-
fibroids?/
22