Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

LEIOMYOMA UTERI

Disusun oleh:
Edo Aditya D. Susanto (1305002158)

Pembimbing:
dr. Jacobus Jeno, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE – RUMAH SAKIT UMUM SILOAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE JULI – SEPTEMBER 2017

TANGERANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. i


BAB 1: LAPORAN KASUS .................................................................................................... 2
I. Identitas Pasien.................................................................................................... 2
II. Anamnesis ........................................................................................................... 2
III. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................... 5
IV. Diagnosis Kerja Sementara ................................................................................. 7
V. Diagnosis Banding Sementara ............................................................................ 7
VI. Rencana Tatalaksana ........................................................................................... 7
VII. Hasil Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 8
VIII. Resume ................................................................................................................ 9
IX. Diagnosis Kerja ................................................................................................. 10
X. Prognosis ........................................................................................................... 10
XI. Persiapan Operasi .............................................................................................. 10
XII. Laporan Operasi ................................................................................................ 10
XIII. Hasil Patologi Anatomi ..................................................................................... 11
BAB 2: ANALISA KASUS ................................................................................................... 12
BAB 3: TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 14
3.1 Definisi ................................................................................................................. 14
3.2 Terminologi dan Lokasi........................................................................................ 14
3.3 Epidemiologi ........................................................................................................ 15
3.4 Faktor Resiko ........................................................................................................ 15
3.5 Gambaran Klinis ................................................................................................... 16
3.6 Diagnosis5 ............................................................................................................. 18
3.7 Diagnosis Banding5 .............................................................................................. 19
3.8 Tatalaksana3 .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 22

i
BAB 1:

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. W

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 12 Januari 1985 (32 tahun)

Alamat : Ciledug Indah II E 26/7, RT 23/08, Tangerang

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Pernikahan : Sudah menikah

Nomor Rekam Medis : RSUS.76-41-19

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis, pada tanggal 20 Juli 2017 di bangsal


maternity, Rumah Sakit Umum Siloam.

a) Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan menstruasi banyak dan sering sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu.

b) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan menstruasi banyak dan sering sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu. Haid datang setiap hari sejak bulan Agustus 2016 dan hanya berhenti 1-2 hari, lalu
berlanjut hingga saat ini. Warna menstruasi dilihat merah gelap dengan beberapa gumpalan
yang hancur apabila ditekan. Pembalut terisi penuh dan diganti hingga 12 kali dalam sehari.
Pasien juga mengeluhkan nyeri, yang bertepatan dengan saat menstruasi dengan durasi hingga
3 hari. Sifat nyeri seperti kram dan hilang timbul. Nyeri dirasakan dengan skor 9 dari 10, hingga
membuat pasien harus berbaring. Pasien tidak meminum obat apapun untuk mengurangi
keluhannya. Pasien juga mengeluhkan lemas. Pasien tidak mengeluhkan adanya perut

2
membesar, rasa begah atau kembung, atau massa pada perut bawah. BAK maupun BAB tidak
ada keluhan.

Pasien pernah berobat ke RS Mulia pada bulan Mei 2017. Saat itu pasien di USG dan
dikatakan ada mioma uteri, lalu disarankan untuk ditindak-lanjuti, tetapi pasien tidak lakukan.

c) Riwayat Ginekologi

Riwayat Haid:
 Menarche : 13 tahun
 Siklus : Teratur, 1 bulan sekali
 Durasi : 9-12 hari
 Pembalut : 12 kali ganti /hari, terisi penuh
 Dismenorea : (+) pada hari-hari awal
 Menopause : (–)
 Riwayat pendarahan abnormal : (–)
 Keputihan : (–)

Riwayat Sexual & Pernikahan:


 Cointarche : 24 tahun
 Dispareunia : (–)
 Post Coital Bleeding : (–)
 STD/IMS : (–)
 Jumlah pasangan :1
 Usia pernikahan : 8 tahun

d) Riwayat Obstetri

Skor Obstetri: P1A1


Tahun Usia Jenis Berat Tempat/
Gravid Cara
persalinan gestasi Kelamin Lahir Penolong
Di Rumah
37 SC atas
G1 2010 L 2900 g Sakit dengan
minggu indikasi KPD
dokter SpOG

5 Aborsi
G2 2015 [Abortus] - - Di bidan
minggu dengan bidan

3
e) Riwayat Kontrasepsi

Riwayat KB suntik (3 bulan) = tahun 2010 – 2013 (berhenti karena berat badan naik
dan haid tidak teratur)

f) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan atau sakit serupa sebelumnya. Pada bulan April
2017 pasien melakukan operasi pengangkatan massa mamae dan ditransfusi 4 kantong PRC
atas indikasi hemoglobin 4 g/dL.

 Riwayat kanker/tumor : (+), tumor mamae dekstra dengan hasil PA jinak


(informasi dari pasien), sudah diangkat April 2017.

 Riwayat penyakit jantung : (–)

 Riwayat asma/penyakit paru : (–)

 Riwayat hipertensi : (–)

 Riwayat diabetes : (–)

g) Riwayat Operasi

Pasien pernah menjalani operasi pengangkatan tumor mamae dekstra bulan April 2017.

h) Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat keluhan / sakit serupa : (–)

 Riwayat kanker/tumor : (–)

 Riwayat asma/penyakit paru : (–)

 Riwayat tekanan darah tinggi : (–)

 Riwayat kencing manis : (–)

i) Riwayat Pengobatan

Pasien tidak dalam pengobatan rutin apapun.

j) Riwayat Sosial

Riwayat sosial dan kebiasaan pasien baik. Pasien mengaku tidak merokok dan
mengonsumsi alkohol.

4
III. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang.

 Kesadaran : GCS 15, Compos Mentis

 Berat Badan : 70 kg

 Tinggi Badan : 155 cm

 BMI (Body Mass Index) : 70/(1,55)2 = 29.13 [overweight]

 Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah = 100/70 mmHg

: Denyut Jantung = 76x/menit

: Laju Nafas = 16x/menit

: Suhu tubuh = 36.5 oC

 Kepala : deformitas (-); perubahan warna kulit (-)

: rambut normal, kebotakan (-)

 Mata : cekung (-)

: pupil isokor, diameter 3mm/3mm

: reflek cahaya langsung normal (+/+).

: reflek cahaya tidak langsung normal (+/+)

: konjungtiva anemis (+/+)

: sklera ikterik (-)

 Mulut : mukosa normal; pendarahan gusi (-)

: lidah normal; palatum normal

 Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)

: Limfadenopati (-)

5
 Thorax

 Paru

a) Inspeksi : deformitas (-); bekas luka/operasi (-); spider naevi (-)


: bentuk dada normal dan simetris; gerak napas simetris

b) Palpasi : tactile fremitus simetris; ekspansi dada simetris


c) Perkusi : bunyi sonor pada semua lapang paru
: batas paru-hati normal
d) Auskultasi : suara napas vesikuler; wheezing (-), ronchi (-), rales (-)

 Jantung

a) Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat


b) Palpasi : iktus kordis tidak teraba
c) Perkusi : suara pekak, batas jantung normal
d) Auskultasi : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-), bruits (-)

 Abdomen

a) Inspeksi : bentuk abdomen normal dan simetris


: caput medusa (-), bekas luka (-)

b) Auskultasi : bising usus (+) 10x/menit; bruits (-)


c) Perkusi : timpani pada seluruh regio; ascites (-)
d) Palpasi : nyeri tekan (-), masa (-)
: TFU 3 jari diatas simfisis pubis

 Pemeriksaan Ginekologis :

a) Inspeksi
i. Vulva : bentuk dan ukuran normal, luka (-), sekret (-)
: keluar darah dari vagina (+) mengalir perlahan
: kelenjar bartolin normal
ii. Labia : labia mayora dan minora terlihat normal, luka (-)
iii. Clitoris : bentuk dan ukuran normal

6
b) Inspekulo

i. Vagina : darah (+), lendir (-), luka (-), benda asing (-)
ii. Serviks : darah (+), lendir (-), luka (-), massa (-)
: orificium eksterna parus
: tanda-tanda displasia (-)

c) Pemeriksaan dalam

i. Vagina : mukosa licin, darah (+), massa (-), nyeri (-)

ii. Serviks : kenyal dalam batas normal, nyeri goyang serviks (-),
posisi posterior

iii. Bimanual : uterus antefleksi, uterus terasa membesar, fundus uteri


terasa diantara umbilikus dan simfisis pubis

iv. Adneksa : nyeri (-)


e) Ekstremitas : akral tidak dingin, sianosis (-), edema (-)
: CRT <2 detik
: motorik & sensorik dalam batas normal

IV. Diagnosis Kerja Sementara

Perdarahan uterus abnormal et causa leiomyoma uteri

V. Diagnosis Banding Sementara

1. Leiomyosarcoma
2. Endometrial carcinoma

VI. Rencana Tatalaksana

 Pemeriksaan Penunjang

o Pemeriksaan Darah

 Complete Blood Count

o Pencitraan

 USG abdomen/pelvis

o Pemeriksaan histopatologis

 Medikamentosa

7
o Tatalaksana awal :

 IVFD RL 500 ml/8jam

 Asam Tranexamat IV 500 mg BD

o Tatalaksana bedah :

 Miomektomi

VII. Hasil Pemeriksaan Penunjang

1. Complete Blood Count (20/07/2017)


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 10,20 g/dL 11,70 – 15,50 g/dL
Ht 33,2 % 35,0 – 47,0 g/dL
RBC 4,68 106/uL 3,80 – 5,20 106/uL
WBC 6,76 103/uL 3,60 – 11,0/uL
Platelet 293.000 /uL 150.000 – 440.000/uL
MCV 70,90 fL 80,0 –100,0 fL
MCH 21,80 pg 26,0 – 34,0 fL
MCHC 30,70 g/dL 32,0 – 36,0 g/dL
PT-APTT
Prothrombin Time 10,30 detik 9,4 – 11,3 detik
APTT 36,00 detik 27,70 – 40,20 detik
Fungsi Liver
SGOT 29 U/L 5 - 34 U/L
SGPT 30 U/L 0 - 55 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum 18,0 mg/dL <50,00 mg/dL
Creatinine 0,46 mg/dL 0,4 - 1,1 mg/dL
Elektrolit
Natrium 137 mmol/L 137 – 145 mmol/L
Kalium 3,8 mmol/L 3,6 – 5,0 mmol/L
Klorida 108 mmol/L 98 – 107 mmol/L

8
2. USG Abdomen

Massa isoekoik berukuran 7,06 x 7,88 cm, letak intramural-submukosa

VIII. Resume

Ny. W, 32 tahun, P1A1, datang dengan keluhan menometrorrhagia selama ± 1 tahun.


Menstruasi berkelanjutan, dengan volume banyak (12 pembalut/hari). Darah menstruasi
berwarna merah gelap dan terkadang gumpalan (+). Dysmenorrhea (+) selama 3 hari menjelang
atau awal menstruasi. Pasien juga mengeluhkan lemas. Pasien mempunyai riwayat transfusi 4
kantong darah pada bulan April 2017 karena Hb-nya ~ 4mg/dL.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital pasien masih baik. Pada
pemeriksaan ginekologis, ditemukan adanya darah pada vagina dan porsio serviks.
Pemeriksaan bimanual menemukan massa yang dicurigai berasal dari uterus. Fundus uteri
teraba 3 jari diatas simfisis pubis.

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium, ditemukan anemia mikrositik hipokrom.


Pada USG ditemukan massa isoechoic miomatik pada bagian dalam uterus dengan ukuran 7,06
x 7,88 cm.

9
IX. Diagnosis Kerja

Perdarahan uterus abnormal e.c. uterine leiomyoma + anemia mikrositik hipokromik.

X. Prognosis

- Ad vitam: dubia ad bonam

- Ad fungsionam: dubia ad bonam

- Ad sanationam: dubia ad bonam

XI. Persiapan Operasi

a) Pemeriksaan Darah:

 Complete Blood Count  Gula darah sewaktu

 Fungsi ginjal & fungsi  Elektrolit


hati  PT-APTT
b) Pencitraan
 X-ray thoraks
c) EKG
d) Medikamentosa Pre-Operasi

 Gliserin rectal pagi dan sore

 Ceftriaxone 2 gr IV (1 jam sebelum operasi)

XII. Laporan Operasi

Tanggal : 21 Juli 2017 Tindakan : Miomektomi

Diagnosis pra operasi : Mioma Uteri

Prosedur dan temuan operasi:

1. Pasien dibius general anesthesia.

2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik di abdomen dan sekitarnya.

3. Dipasang kain steril diatas abdomen.

4. Peritoneum dibuka

5. Tampak uterus membesar ~ g12-14 mgg. Kenyal

10
6. Dilakukan kauterisasi pada corpus posterior uterus secara vertikal hingga mencapai
dinding mioma

7. Mioma dibebaskan

8. Dilakukan rekonstruksi uterus

9. Endometrium dijahit dengan chromic 3/0

10. Miometrium dijahit Vicryl no. 1 matras horizontal 1 per 1

11. Lapisan perimetrium dijahit vicryl no. 1 matras horizontal

12. Perdarahan dikontrol, dinding abdomen dijahit

13. Operasi selesai.

XIII. Hasil Patologi Anatomi

 No. Slide : H.1707-247

 Makroskopik :

- Diterima jaringan biopsi, warna; putih, konsistensi; kenyal, ukuran


diameter 5cm. Sebagian cetak.

 Mikroskopik :

- Sediaan tersusun atas proliferasi sel-sel otot polos dengan inti berbentuk
cerutu, pleomorfik, hiperkromatik, mitosis dapat ditemukan (3-4/1-LPB)
yang tersusun padat dan beranyaman kuat, disertai daerah-daerah
degenerasi hialin.

- Tidak tampak tanda ganas yang jelas pada sediaan ini.

 Kesimpulan: Cellular Leiomyoma Uteri

11
BAB 2:

ANALISA KASUS

Wanita usia produktif (32 tahun) datang dengan keluhan perdarahan uterin abnormal
(PUA). Perdarahan pasien meningkat drastis dalam frekuensi maupun volume sejak 1 tahun
lalu tanpa riwayat PUA lain sebelumnya. Kemungkinan etiologi PUA telah disusun oleh FIGO
yaitu dengan mnemonik PALM COEIN. Dari hasil anamnesis, kemungkinan etiologi
Adenomiosis, Ovulatory dysfunction, dan Endometrial bukan keganasan dapat disingkirkan;
karena pada etiologi tersebut perdarahan yang terjadi biasanya bersifat siklik sesuai dengan
siklus menstruasi atau bisa juga intermenstrual, tetapi tidak terus menerus hingga menahun
seperti pada pasien ini. Kemungkinan adanya masalah koagulosi dan iatrogenik juga dapat
disingkirkan karena pasien tidak mengalami perdarahan di anggota tubuh lain dan tidak pernah
menjalani operasi yang bersangkutan atau mendapatkan pengencer darah. Sehingga
kemungkinan etiologinya adalah: (1) Polip, (2) Leiomioma uteri, dan (3)
Malignancy/keganasan. Leiomyoma dan adenomiosis dapat dibedakan karena wanita dengan
adenomiosis lebih sering datang dengan pembesaran uterus yang difus.

Ketiga etiologi tersebut bisa sama-sama memiliki manifestasi perdarahan banyak dan
memanjang dengan disertai dismenore. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa yang
besar disertai dengan efek masa pada rongga panggul mengakibatkan gangguan pada BAK atau
BAB, tetapi hal tersebut tidak ada pada pasien ini. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan
bahwa ada massa irregular yang dicurigai berasal dari uterus yang membesar. Hal tersebut bisa
menunjukkan adanya mioma, keganasan endometrium atau polip endometrium yang sangat
besar tetapi kemungkinannya kecil. Pada pemeriksaan inspekulo tidak ditemukan kelainan
serviks ataupun polip endoservikal. Pencitraan dalam hal ini penting untuk membantu
menegakkan diagnosis.

Dari USG ditemukan gambaran masa isoekoik padat yang menonjol ke kavum uteri
yang mirip dengan gambaran mioma uteri. Dengan hasil USG, kemungkinan diagnosis lebih
mengarah pada mioma atau bisa juga keganasan (leiomiosarkoma atau kanker endometrium).
Temuan mixed echogenicity dan beberapa bagian hypoechoic; nekrosis sentral, dan distribusi
pembuluh yang tidak teratur pada Doppler, impedansi rendah terhadap aliran, dan kecepatan
sistolik puncak tinggi; biasanya mengarah pada leiomyosarcoma. Sedangkan pada
adenomiosis, pada USG akan ditemukan gambaran sarang lebah fokal pada miometrium
dengan 5-7 mm ruang kistik yang tidak teratur mengganggu pola berbintik yang biasanya
12
ditemukan pada uterus. Dengan pola progresivitas gejala yang lambat, mioma uteri jinak lebih
dicurigai. Endometrial carcinoma umumnya terjadi antara usia 50 dan 70, sedangkan pasien ini
baru berumur 32. Untuk menegakkan diagnosis yang definitif, maka diperlukan pemeriksaan
histopatologis.

Klasifikasi leiomyoma dapat dibagi dari lokasinya dalam uterus. Pada pasien ini, jenis
mioma yang mungkin adalah jenis submukosa atau intramural karena pasien memiliki
karakteristik menometrorrhagia yang lebih mengarah pada jenis tersebut. Mioma intramural
berarti mioma berada di dalam dinding miometrium dan tidak menembus lapisan endometrium
maupun serosa. Mioma submukosa berasal dari miosit yang berdekatan dengan lapisan mukosa
uterus, dan pertumbuhan miom submukosa mengarah kedalam.

Terapi yang cocok pada pasien ini adalah miomektomi. Miomektomi dipilih jika pasien
masih menginginkan kehamilan atau tidak menyetujui pengangkatan rahim. Efektifitasnya
cukup tinggi tetapi memiliki tingkat relaps hingga 40%. Pasien merupakan kandidat untuk
miomektomi karena pasien masih usia produktif dan baru memiliki 1 anak. Tatalaksana
ekspektatif tidak dapat karena perdarahan pasien cukup masif dan pasien mengeluh tidak subur;
sehingga diperlukan tatalaksana segera untuk memulihkan keadaan pasien. Tatalaksana
hormonal juga tidak dapat diberikan pada pasien ini karena pasien ingin segera hamil. Begitu
juga tatalaksana medikamentosa lainnya kurang tepat karena perdarahan pasien yang susah
dikontrol dengan risiko anemia. Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan adalah intervensi
radiologi, tetapi terapi tersebut dilaporkan dapat meningkatkan komplikasi kehamilan.

13
BAB 3:

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Leiomioma uteri (LU) (juga dikenal sebagai fibroid atau myoma) adalah penyebab
paling umum tumor pelvis pada wanita1,2. Leiomyoma adalah tumor jinak monoclonal yang
tumbuh dari sel otot halus dari myometrium.

3.2 Terminologi dan Lokasi

Klasifikasi untuk lokasi fibroid menurut: International Federation of Gynecology and


Obstetrics (FIGO), yaitu1:
 Mioma Submukosa. (FIGO tipe 0, 1, 2) – Leiomioma ini berasal dari sel myometrium
tepat dibawah endometrium. Neoplasma ini dapat menonjol ke uang uteri. Keparahan
penonjolan digambarkan dengan skor FIGO dan secara klinis relevan dalam
memprediksi hasil dari hysteroscopic myomectomy:
o Tipe 0 – Sama sekali pada rongga endometrium.
o Tipe 1 – Menonjol kurang dari 50% ke myometrium.
o Tipe 2 – Menonjol 50% atau lebih ke miometrium
 Mioma Intramural (FIGO tipe 3, 4, 5) – Leiomioma ini berlokasi pada dinding uteri.
Mioma tersebut dapat membesar dengan cukup untuk mengganggu rongga uteri atau
permukaan serosa. Beberapa fibroid bisa tumbuh secara transmural dan memanjang
dari serosal ke permukaan mukosa.
 Mioma Subserosa (FIGO tipe 6, 7) – Leiomioma ini berasal dari myometrium pada
dinding serosa dari uteri. Mioma tersebut dapat berupa basis yang bertangkai dan
mungkin bisa intraligamentarium (contoh: memanjang antara dua lipatan ligamen).
 Miomas servikal (FIGO tipe 8) – Leiomioma ini berlokasi pada serviks, dan jarang pada
korpus uterina.

14
3.3 Epidemiologi

Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif. Prevalensi


leiomioma bertambah seiring dengan usia saat usia reproduksi1. Leiomioma belum ditemukan
pada perempuan sebelum masa pubertas, tetapi mereka biasanya ditemukan saat remaja.
Sebagian besar, tetapi tidak semua, perempuan mengalami penyusutan leiomioma setelah
menopause.

3.4 Faktor Resiko1


 Ras — Insidens fibroid biasanya ditemukan 2 hingga 3 kali lipat lebih banyak pada
perempuan berkulit hitam daripada perempuan berkulit putih1,4. Perbedaan pada faktor
genetik, pola makan, gaya hidup, stress psikososial, dan paparan lingkungan antara
perempuan berkulit hitam dan berkulit putih dianggap berkontribusi pada perbedaan
tersebut.
 Kehamilan — kehamilan (lebih dari 20 minggu masa gestasi) mengurangi
kemungkinan formasi fibroid
 Menarke dini — Menarke dini (usia <10 tahun) terasosiasi dengan peningkatan risiko
terbentuknya fibroid.
 Kontrasepsi hormonal — Penggunaan dari kontrasepsi oral (≤35 mcg ethinyl
estradiol/hari) tidak menyebabkan pertumbuhan fibroid; oleh karena itu, penggunaan
obat tersebut tidak dikontra-indikasikan pada perempuan dengan fibroid. Kontrasepsi
long-acting progestin-only (contoh: depot medroxyprogesterone) ternyata mencegah
pertumbuhan leiomioma.
 Faktor endokrin lainnya — Paparan prenatal terhadap diethylstilbestrol berhubungan
dengan peningkatan risiko dari fibroid, mendukung peran paparan hormonal dini dalam
patogenesis.
 Obesitas — Sebagian besar penelitian menunjukkan hubungan antara fibroid dan
peningkatan indeks masa tubuh (IMT).
 Diet — konsumsi kafein umumnya tidak menjadi faktor risiko dari fibroid, tetapi
terdapat asosiasi yang lemah pada perempuan berusia <35 tahun dengan konsumsi
kafein yang tinggi.
 Alkohol – konsumsi alcohol, khususnya bir, ternyata berhubungan dengan peningkatan
risiko terbentuknya fibroid.
 Merokok – Penelitian sebelumnya menunjukkan merokok menurunkan risiko
15
terbentuknya fibroid, mungkin karena inhibisi aromatase. Penelitian lebih lanjut
menunjukkan tidak ada asosiasi antara merokok dengan fibroid.
 Genetik – Penelitian menunjukkan predisposisi familial pada leiomioma di beberapa
perempuan. Telah ditemukan bukti dari gen spesifik yang rentan untuk fibroid.
 Faktor lain – Hipertensi berhubungan dengan peningkatan risiko leiomioma. Risiko
tersebut berhubungan dengan durasi peningkatan atau keparahan dari hipertensi.

3.5 Gambaran Klinis

Mayoritas dari mioma kecil dan asimtomatik, tetapi banyak perempuan dengan miom
memiliki masalah yang signifikan yang mengganggu beberapa aspek kehidupannya dan
mengharapkan pengobatan. Gejala-gejala tersebut berhubungan dengan jumlah, ukuran dan
lokasi dari tumor. Mioma dapat muncul sebagai tumor tunggal atau tumor multipel; dan
bervariasi dalam ukuran mulai dari mikroskopik hingga puluhan sentimeter6.
Gejala dikelompokkan menjadi 3 kategori2:
 Perdarahan menstrual yang berat atau lama
 Gejala pembesaran masa, seperti penekanan dan nyeri pada pelvis
 Disfungsi fungsi reproduksi (contoh: infertilitas atau komplikasi obstetrik)

Perdarahan menstrual yang berat atau lama merupakan gejala yang paling sering
muncul (sekitar 26 hingga 29 persen). Menstruasi yang berat atau lama adalah bentuk
perdarahan yang paling sering dengan leiomioma3. Perdarahan antara menstruasi
(intermentrual bleeding) dan perdarahan postmenopausal perlu ditindaklanjuti untuk
menyingkirkan patologi endometrium. Untuk setiap gambaran AUB, endometrial sampling
perlu dilakukan jika dicurigai ada endometrial hiperplasia atau karsinoma. Perdarahan berat
dari uterus dapat menyebabkan iron deficiency anemia, masalah sosial, dan kehilangan
produktivitas dalam bekerja.
Derajat keparahan perdarahan uterus dipengaruhi sebagian besar oleh lokasi dari fibroid;
ukuran adalah faktor kedua7:
 Mioma submukosa yang menonjol ke rongga uterus (contoh: tipe 0 dan 1) adalah yang
paling sering menyebabkan perdarahan menstrual yang hebat.
 Mioma intramural juga sering menyebabkan perdarahan menstrual yang berat atau
lama, sedangkan fibroid subserosa tidak dianggap sebagai penyebab utama perdarahan
menstrual berat.

16
 Fibroids servikal yang dekat dengan kanal endoservikal dapat menyebabkan AUB.

Mekanisme dari menstruasi yang berlebihan pada permpuan dengan leiomioma belum
jelas tetapi mungkin disebabkan oleh abdormalitas mikroskopik dan makroskopik dari
vaskularisasi uterus, gangguan hemostasis endometrium, atau disregulasi molekular dari faktor
angiogenik. Sebuah penelitian tentang peristalsis uterus menunjukkan berubahnya
kontraktilitas miometrium dekat fibroid; mencetuskan satu teori tentang terhambatnya
kemampuan uterus untuk kontraksi saat menstruasi.
Gejala pembesaran massa — Uterus dengan mioma akan membesar dan berbentuk
tidak beraturan dan dapat menyebabkan gejala spesifik karena tekanan dari mioma. Gejala dan
penemuan klinis tersebut adalah nyeri atau tekanan pada pelvis, obstruksi saluran kemih atau
pencernaan, atau kompresi vena.
 Nyeri atau tekanan pada pelvis — Gejala dengan karakteristik kronik, intermiten, nyeri
tumpul. Nyeri pada punggung bisa disebabkan oleh mioma, tetapi penyebab lain perlu
diperiksa.
 Gejala BAK – frequency, kesulitan dalam mengosongkan vesika urinaria, atau yang
lebih jarang, obstruksi total saluran kemih; semua bisa muncul pada 60 persen pasien.
Gejala kandung kemih muncul ketika fibroid anterior menekan secara langsung
kandung kemih atau fibroid posterior menekan seluruh uterus kedepan. Fibroid dengan
hydronephrosis mempunyai ukuran fibroid 6 cm dan ukuran uteri 18 minggu.
 Gejala pencernaan – Fibroid yang menekan rektum dapat menyebabkan konstipasi.
 Kompresi vena – fibroid uteri yang sangat besar dapat menekan vena cava dan
menyebabkan peningkatan risiko thromboemboli.
 Nyeri saat menstruasi — Nyeri tersebut tampaknya berkorelasi dengan aliran
menstruasi yang berat dan/atau keluarnya berkuan-bekuan darah.
 Dispareunia — fibroid pada anterior atau fundus uteri adalah yang paling sering
mengalami nyeri saat berhubungan.

Degenerasi fibroid atau torsio — Terkadang, fibroid menyebabkan nyeri akut dari
rusaknya jaringan fibroid (contoh: carneous atau red degeneration) atau torsio pedunculated
tumor.
Infertilitas atau komplikasi obstetrik — Leiomioma yang mengganggu rongga uterus
(submucosal atau intramural dengan komponen intracavitary) menyebabkan kesulitan dalam

17
konsepsi dan meningkatnya risiko abortus.
Leiomioma mempengaruhi gangguan kehamilan dan kelahiran (contoh: solutio
placenta, fetal growth restriction, malpresentasi, dan kelahiran preterm).
Prolaps fibroid – terkadang, leiomioma submukosal akan prolaps melalui serviks dan
menimbulkan massa, perdarahan, mungkin infeksi dan ulkus.
Masalah endokrin – Gejala yang jarang, namun dapat muncul ketika fibroid dapat
mensekresi hormon, yaitu:
 Polisitemia dari produksi erythropoietin meningkat
 Hiperkalsemia dari produksi parathyroid hormone-related protein
 Hiperprolaktinemia

3.6 Diagnosis5

Diagnosis klinis leiomioma uteri dibuat berdasarkan pemeriksaan pelvis dan temuan
ultrasonografi pelvis yang konsisten dengan leiomioma uteri. Diagnosis definitif dengan
patologi anatomi tidak diperoleh pada semua kasus, tetapi harus dicari apabila ada kecurigaan
bahwa massa uterus mungkin lesi prakanker uterus atau kanker.
Anamnesis
 Gejala yang berkaitan dengan fibroid – Gejala yang paling umum timbul dari
fibroid uterus adalah perdarahan berat atau menstruasi berkepanjangan, nyeri
panggul atau tekanan, dan infertilitas.
 Gejala yang berhubungan dengan penekanan massa – dispareunia, retensi urin,
atau konstipasi.
 Pasien harus ditanya tentang infertilitas, keguguran berulang, atau komplikasi
kebidanan yang mungkin terkait dengan fibroid.

Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan abdomen – fibroid besar dapat teraba pada abdomen. Tingkat
fundus uteri harus diperhatikan.
 Pemeriksaan ginekologis
o Inspekulo – sebuah prolaps fibroid submukosa dapat terlihat di ostium
serviks eksternal. Prolaps fibroid dieksklusi dan dibedakan dari polip
endoserviks atau endometrium besar oleh konsistensi jaringan dan
dengan evaluasi patologi.

18
o Bimanual – Ukuran, kontur, dan mobilitas harus dicatat. Uterus yang
membesar dan mobile dengan kontur yang tidak teratur konsisten
dengan uterus leiomyomatous.

Pemeriksaan Penunjang
 Lab – anemia
 USG – hypoechoic, massa bulat berbatas tegas, dengan acoustic shadow; fibroid
selular mungkin tampak lebih isoechoic, membuat diferensiasi dari miometrium
yang normal sulit, atau hyperechoic.
 Hysteroscopy
 Saline infusion sonography
 MRI – pada kasus sulit
 CT scan

3.7 Diagnosis Banding5

Diagnosis banding dari uterus yang membesar meliputi kondisi jinak dan ganas:
 Lesi miometrium:
o Leiomioma jinak
o Adenomyosis (infiltrasi difus dari miometrium) atau adenomioma
o Varian Leiomioma
o Leiomyosarcoma
o Penyakit metastatik - Biasanya dari tumor primer saluran reproduksi lain; lesi
ini cenderung melibatkan miometrium tetapi dapat menginvasi endometrium
 Lesi endometrium:
o Polip endometrium - ini cenderung kecil dan tidak mungkin untuk
menyebabkan rahim yang membesar
o Endometrium karsinoma (mungkin menyerang ke miometrium) atau hiperplasia
o Karsinosarkoma - Dianggap neoplasma epitel
o Endometrium stromal sarcoma (meniru endometrium tapi menyerang
miometrium)
 Kehamilan

19
3.8 Tatalaksana3

Meredakan gejala seperti perdarahan uterus abnormal, nyeri, atau tekanan, merupakan
tujuan utama dalam tatalaksana leiomyoma. Jenis dan waktu untuk intervensi bersifat
individual, berdasarkan faktor-faktor seperti:
 Jenis dan tingkat keparahan gejala
 Ukuran miom
 Lokasi miom
 Usia pasien
 Rencana reproduksi dan sejarah obstetrik
3.8.1 Tatalaksana Ekspektatif

Terdapat penelitian bahwa fibroid dapat mengecil secara substansial dan ada regresi
substansial selama periode postpartum, tatalaksana ekspektatif tampaknya menjadi pilihan
yang masuk akal bagi sebagian wanita.

3.8.2 Tatalaksana Medikamentosa

a) Terapi Hormonal

Terapi hormonal dapat berguna dalam beberapa wanita dengan perdarahan menstruasi
yang berat, terutama mereka dengan masalah lain (misalnya, dismenore atau oligoovulasi),
namun terapi hormonal tidak tampak efektif dalam mengurangi ukuran dari miom.
 Kontrasepsi estrogen-progestin
 Levonorgestrel-releasing intrauterine system
 Implan, suntik, dan pil progestin
 Gonadotropin-releasing hormone agonists
 Gonadotropin-releasing hormone antagonists
 Modulator reseptor progesteron
 Ulipristal acetate
 Mifepristone
 Raloxifene
 Aromatase inhibitors

20
b) Non-steroidal Antiinflammatory Drugs (NSAID)

NSAID tidak mengurangi pendarahan maupun ukuran miom. NSAID hanya digunakan
untuk mengurangi nyeri pada dismenore.

c) Danazol and gestrinone

Steroid androgenik dapat merupakan suatu tatalaksana yang efektif pada gejala
leiomyoma, namun sering banyak efek samping.

3.8.3 Tatalaksana Operatif

Bedah merupakan terapi utama untuk leiomioma. Histerektomi merupakan prosedur


definitif untuk leiomyoma. Indikasi untuk tatalaksana operatif merupakan:
 Perdarahan uterus atau massa terkait gejala abnormal
 Infertilitas atau keguguran

Modalitas-modalitas yang dapat digunakan:


 Histerektomi
 Miomektomi
 Uterine artery occlusion pasca miomektomi

3.8.4 Radiologi Intervensi


 Uterine artery embolization

Terapi ini pilihan yang efektif bagi wanita yang ingin mempertahankan uterus namun
tidak tertarik dalam mengoptimalkan kesuburan masa depan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Baird DD, Dunson DB, Hill MC, et al. High cumulative incidence of uterine leiomyoma in
black and white women: ultrasound evidence. Am J Obstet Gynecol 2003; 188:100.
2. Serden SP, Brooks PG. Treatment of abnormal uterine bleeding with the gynecologic
resectoscope. J Reprod Med 1991; 36:697.
3. Munro MG, Critchley HO, Fraser IS, FIGO Menstrual Disorders Working Group. The
FIGO classification of causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive years. Fertil
Steril 2011; 95:2204.
4. Marshall LM, Spiegelman D, Barbieri RL, et al. Variasi dalam kejadian leiomyoma rahim
pada wanita premenopause dengan usia dan ras. Obstet Gynecol 1997; 90: 967.
5. Stewart E, Laughlin-Tommaso S. Uterine leiomyomas (fibroids): Epidemiology, clinical
features, diagnosis, and natural history [Internet]. Uptodate.com. 2016 [cited 29 March
2017]. Available from: https://www.uptodate.com/contents/uterine-leiomyomas-fibroids-
epidemiology-clinical-features-diagnosis-and-natural-history?/
6. Stewart EA. Clinical practice. Uterine fibroids. N Engl J Med 2015; 372:1646.
7. Committee on Practice Bulletins—Gynecology. Practice bulletin no. 128: diagnosis of
abnormal uterine bleeding in reproductive-aged women. Obstet Gynecol 2012; 120:197.
8. Stewart E. Overview of treatment of uterine leiomyomas (fibroids) [Internet].
Uptodate.com. 2016 [cited 29 March 2017]. Available from:
https://www.uptodate.com/contents/overview-of-treatment-of-uterine-leiomyomas-
fibroids?/

22

Anda mungkin juga menyukai