Anda di halaman 1dari 29

Laboratorium/SMF Obstetri

TUTORIAL KLINIK
Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Aji Muhammad Parikesit Tenggarong

PREEKLAMPSIA BERAT

Disusun Oleh :
Muh. Rijal Muttaqin 2110017032

Angger Inandika 2210017044

Dosen Pembimbing :
dr. Bernardus Edi Dirgantoro, Sp. OG

Laboratorium Ilmu Obstetri Ginekologi


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Februari 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tutorial klinik
tentang “PreEklamsia Berat”. Laporan kasus ini disusun dalam rangka tugas
kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Bernardus Edi
Dirgantoro, Sp. OG selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, perbaikan dan saran kepada penulis sehingga laporan kasus ini
dapat diselesaikan dengan baik. Jika terdapat ketidaksempurnaan dalam laporan
kasus ini, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaannya.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi para pembaca.

Tenggarong, 23 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Tujuan ......................................................................................................1
BAB II KASUS ....................................................................................................2
2.1 Anamnesis .................................................................................................2
2.2 Pemeriksaan Fisik .....................................................................................3
2.3 PemeriksaaPenunjang ...............................................................................5
2.4 Diagnosa Kerja ..........................................................................................5
2.5 Tatalaksana ................................................................................................5
2.6 Follow Up ..................................................................................................7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................10
3.1 Definisi ...................................................................................................10
3.2 Epidemiologi ..........................................................................................11
3.3 Faktor Risiko ..........................................................................................12
3.4 Klasifikasi dan Kriteria diagnosis ..........................................................14
3.5 Etiologi dan patofisiologi .......................................................................15
3.6 Diagnosis ................................................................................................18
3.7 Penatalaksanaan ......................................................................................18
3.8 Komplikasi .............................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................23
BAB V PENUTUP ...............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................26

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tingginya angka kematian ibu (AKI) secara global masih sangat
tinggi, yakni pada tahun 2017 sebesar 295.000 kasus dengan angka
kematian ibu (AKI) sebesar 211 per100.000 kelahiran hidup (WHO,
2019). Angka Kematian Ibu (AKI) penting untuk diketahui karena
menjadi indikator keberhasilan program kesehatan (KEMENKES, 2021).
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita selama periode kehamilan,
persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab lain seperti
kecelakaan atau insidental. AKI adalah semua kematian dalam lingkup
tersebut di setiap 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia pada tahun
2017 berada diperingkat kedua setelah Myanmar, dengan hipertensi pada
kehamilan berupa preeklamsia/eklamsia menjadi penyebab kematian
terbanyak urutan kedua pada tahun 2020 (WHO, 2019; KEMENKES,
2021).
Preeklamsia menjadi suatu kegawatdaruratan bidang Obstetri dengan
standar kompetensi dokter umum adalah 3B. Preeklamsia harus
mendapat tatalaksana dengan baik untuk mencegah terjadinya
komplikasi, baik komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang
(Poon et al., 2019).
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui tentang teori
preeklampsia.
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesis
Identitas Pasien dan Suami
PASIEN SUAMI
Nama : Ny. MSP Tn. JP
Usia : 19 Tahun 23 Tahun
Alamat : Desa Bangun Sari Kota Bangun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wiraswasta
Agama : Islam Islam
MRS : 21 Februari 2023, Pukul 16:16 WITA
Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 2 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien hamil 30 minggu datang untuk kontrol ke poli kebidanan
RSUD I.A. Moeis dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari SMRS.
• Nyeri kepala dirasakan didaerah tengkuk, nyeri seperti perasaan
dicengkram. Nyeri kepala juga disertai dengan keluhan pandangan
kabur sejak 2 hari SMRS, sebelumnya pasien tidak pernah
mengeluhkan gangguan penglihatan.
• Keluhan lain diantaranya adalah nyeri ulu hati disertai mual muntah
sejak 2 hari SMRS. Pasien juga menyampaikan saat di poli kebidanan
tekanan darahnya tinggi yaitu hingga 151/122 mmHg. Pasien
menyampaikan tidak ada riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya, dan
saat rutin kontrol juga tekanan darahnya normal. Tekanan darah pasien
mulai tinggi saat memasuki usia kehamilan 6 bulan. Keluhan kaki
bengkak pada kaki pasien juga baru dirasakan sejak beberapa hari
SMRS.
• Tidak ada keluhan keluar air ketuban ataupun keluar lendir darah.
• Tidak ada keluhan kejang dan sesak nafas.
• Tidak ada riwayat aktivitas berat, terjatuh maupun diurut.
• Gangguan BAK dan BAB (-).

5
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan tensi tinggi sebelum kehamilan (-), hipertensi (-), jantung (-),
DM(-), Asma (-), Alergi (-), Tuberculosis (-), tumor (-), keganasan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan tensi tinggi saat hamil (+), hipertensi (+) Ibu pasien, jantung (-),
DM (-), Asma (-), Alergi (-), Tuberculosis (-), tumor (-), keganasan (-).
Riwayat Menstruasi
Menarche : 11 tahun, dengan siklus teratur 30 - 35 hari, lama haid sekitar
4 - 5 hari dan jumlah perdarahan haid yang dikeluarkan sekitar 3-4 kali
ganti pembalut.
HPHT : 25-07-2022
TP : 01-05-2023
Status Perkawinan
Menikah pertama kali usia 19 tahun, menikah sebanyak 1 kali, sudah
menikah selama 7 Bulan
Riwayat Obstetri G2P1A0

Tempat/ Umur
No Tahun Persalinan Penyulit Keterangan
Penolong Kehamilan

1. 20123 Hamil Saat ini

Riwayat Kontrasepsi

• Tidak Ada

Riwayat ANC
• Rutin Sebanyak 4 kali
• Telah USG sebanyak 4 kali
2.2 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6
Tekanan darah : 151/122 mmHg
Nadi : 142 x/menit

6
Suhu : 36,6 0C
Pernapasan : 20x/menit
BB/TB : 71,5 kg/148 cm (IMT 32,6 kg/m2)
Status Generalis
Kepala dan Leher
• Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), bibir sianosis (-),
pembesaran KGB (-)
Jantung
• S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
Paru
• Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
• Massa (-), bising usus (+)
Ekstremitas
• Superior : Akral hangat, CRT<2 detik, edema (-/-)
• Inferior : Akral hangat, CRT<2 detik, edema (+/+)
Pemeriksaan Obstetri
Inspeksi : Striae gravidarum (+), linea nigra (+)
Palpasi :
Leopold I : Teraba suatu bagian suatu bagian besar bulat, keras,
kepala, TFU : 27 cm
Leopold II : Teraba suatu bagian memanjang dan datar disisi
kanan, punggung kanan.
Leopold III : Teraba bulat besar, lunak, bokong.
Leopold IV : Konvergen
HIS : Tidak ada
DJJ : 140 x/menit reguler
Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan
2.3 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan
Laboratorium Darah (21/02/2023)

− Hemoglobin : 11,5 gr/dL


− Hematokrit : 36 %
− Leukosit : 13.100/µL
− Trombosit : 231.000/µL
7
− SGOT : 20U/L
− SGPT : 10U/L
− GDS : 86 mg/dl
− Ureum : 35 mg/dL
− Kreatinin : 0.5 mg/dL
− Ab HIV : Non reaktif
− HBs Ag : Non reaktif
− Kalium : 4.5
− Natrium : 133
− Klorida : 111

Urine Lengkap (21/02/2023)

− Warna : Kuning
− Kejernihan : Agak keruh
− PH : 6
− Berat Jenis : 1.020
− Protein : Positif 3 (+3)
− Reduksi : Negatif
− Bilirubin : Negatif
− Urobilinogen : Negatif
FT 4 3 (22/02/2023)

− FT4 : 0.56
− Total T3 : 0.56
− TSH : 1.23

Pemeriksaan EKG (21/02/2023)


Kesimpulan : Sinus Takikardi (155 BPM)
Pemeriksaan Echocardiografi (23/02/2023)
Kesimpulan : Normal Echocardiografi
Efusi Pleura Kiri Minimal

8
2.4 Diagnosis
G1P0000A000 gravid 30 minggu + Janin tunggal hidup intrauterine +
letak sungsang + preeklampsia berat + impending eklamsia +
hiponatremi
2.5 Tatalaksana
− Observasi Keadaan Umum, TTV dan DJJ
− O2 4-6 lpm
− IVFD RL 12 tpm
− IVFD MgSO4 40% 4 gram dalam 10 cc cairan RL diberikan dalam 5-
10 menit
− Maintanance dose MgSO4 40% 6 gram dalam 500 cc cairan RL (28
tpm)
− PO Herbesser CD 1 x 100 mg

Follow Up

Selasa, 21 Februari 2023


15.20 S Pusing, pandangan kabur, nyeri ulu hati tidak ada
Ruang Perawatan
Preeklamsi O Keadaan umum: sedang, tekanan darah: 150/100 mmHg,
Nadi:124x/menit, Respiratory Rate: 20x/menit, Suhu: 36,5℃, SpO2:
98% on NK 3 lpm, GCS 15
DJJ : 151x / menit
A G1P0000A000 gravid 30 minggu + Janin tunggal hidup intrauterine +
letak sungsang + preeklampsia berat + impending eklamsia +
hiponatremi
P ● Observasi keadaan umum, TTV dan DJJ
● NK 3 lpm
● IVFD MgSO4 40% 6 gram dalam 500 cc cairan RL
● Inf RL 12 tpm
● PO Herbesser CD 1 x 100 mg

9
Rabu, 22 Februari 2023

06.00 S Tidak ada mual, pusing, nyeri ulu hati atau pandangan kabur
Ruang Perawatan
Preeklamsi
O Keadaan Umum: sedang, Tekanan Darah: 140/120 mmHg, Nadi:
135x/Menit, Respiratory Rate: 20x/Menit, Suhu: 36,5℃, SPO2: 98%
GCS 15
A G1P0000A000 gravid 30 minggu + Janin tunggal hidup intrauterine
+ letak sungsang + preeklampsia berat + impending eklamsia +
hiponatremi
P ● Observasi keadaan umum, TTV dan DJJ
● NK 3 lpm
● IVFD MgSO4 40% 6 gram dalam 500 cc cairan RL
● Inf RL 12 tpm
● PO Herbesser CD 1 x 100 mg

Rabu, 22 Februari 2023

14.00 S Nyeri Kepala


Ruang Perawatan
Preeklamsi
O Keadaan Umum: sedang, Tekanan Darah: 150/110 mmHg, Nadi:79
x/Menit, Respiratory Rate: 22x/Menit, Suhu: 36,8 ℃, SPO2: 98%. TFU
1 jari dibawah pusat, skala nyeri 3/10, rembesan luka operasi (-)
A G1P0000A000 gravid 30 minggu + Janin tunggal hidup intrauterine +
letak sungsang + preeklampsia berat
P ● Observasi keadaan umum, TTV dan DJJ
● NK 3 lpm
● IVFD MgSO4 40% 6 gram dalam 500 cc cairan RL
● Inf RL 12 tpm
● PO Herbesser CD 1 x 100 mg

Kamis, 23 Januari 2023

06.00 S Tidak ada keluhan


Ruang Perawatan
Preeklamsi
O Keadaan Umum: sedang, Tekanan Darah: 120/90mmHg, Nadi:140
x/Menit, Respiratory Rate: 20x/Menit, Suhu: 36,5 ℃, SPO2: 98%
A G1P0000A000 gravid 30 minggu + Janin tunggal hidup intrauterine +
letak sungsang + preeklampsia berat
P ● Observasi keadaan umum, TTV dan DJJ
● NK 3 lpm
● IVFD MgSO4 40% 6 gram dalam 500 cc cairan RL
● Inf RL 12 tpm
● PO Herbesser CD 1 x 100 mg

10
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Preeklamsia merupakan gangguan kehamilan yang dapat
mempengaruhi sistem organ (Cunningham, et al., 2018; Poon, et al.,
2019). Sebelumnya, Preeklamsia diartikan sebagai hipertensi yang
timbul pada usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan proteinuria
(Prawirohardjo, 2014). Meskipun 2 gejala tersebut menjadi kriteria
klasik preeklamsia, pada beberapa wanita dapat ditemukan hipertensi
disertai gangguan multisistem lain yang menunjukkan adanya kondisi
berat dari preeklamsia tanpa disertai proteinuria (POGI, 2016;
Cunningham, et al., 2018; ACOG, 2020; Poon, et al., 2019). Oleh karena
itu, definisi preeklamsia diperluas oleh ISSHP (International Society for
the Study of Hypertension in Pregnancy) dan ACOG (The American
College of Obstetricians and Gynecologists), yakni tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada
setidaknya dua pengukuran dengan jarak 4 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi saat/setelah kehamilan 20 minggu, dapat disertai
proteinuria dan/atau gejala lain, yakni (Poon, et al., 2019; ACOG, 2020):
Tabel 3. 1 Perbedaan Definisi Preeklamsia oleh ISSHP dan ACOG
(Poon, et al., 2019; ACOG, 2020)

ISSHP ACOG
Preeklamsia adalah hipertensi Kriteria minimal Preeklamsia :
diikuti oleh salah satu Hipertensi DAN Proteinuria
dibawah ini :
1. Proteinuria
• rasio protein: kreatinin • rasio protein: kreatinin 🡪0.3 mg/dL;
🡪0.3mg/dL; • protein urin ≥ 300 mg/24 jam;
• protein urin ≥ 300 mg/24 jam; • urin dipstick ≥ 2+
• urin dipstick ≥ 1+

11
2. Terdapat bukti adanya Bila tidak ditemukan proteinuria,
disfungsi organ maternal hipertensi dapat disertai SALAH SATU
lainnya, berupa : dibawah ini :
• AKI (Acute Kidney 1. Gangguan Ginjal: Kreatinin serum >
Injury) Kreatinin ≥ 90 1.1 mg/dl ATAU didapatkan
µmol/L ; ≥ 1mg/dL. peningkatan kadar kreatinin serum pada
• Gangguan Liver kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal
Peningkatan ALT/AST > 40 lainnya.
IU/L dengan/tanpa nyeri 2. Gangguan Liver : Peningkatan
regio kanan atas abdomen Konsentrasi transaminase 2x normal
atau nyeri epigastrik. DAN/ATAU nyeri di daerah
• Komplikasi neurologis epigastrik/regio kanan atas abdomen
Penurunan kesadaran, 3. Gejala Neurologis : Stroke, Nyeri
stroke,nyeri kepala berat, kepala, gangguan visus
scotomata visual persisten 4. Trombositopenia : trombosit <
• Komplikasi hematologis 100.000/µL
Trombositopenia : Trombosit 5. Edema Paru
<150.000/µL 6. Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta :
DIC Oligohidramnion, Fetal
(Disseminate GrowthRestriction (FGR) atau
dIntravascular Coagulation) didapatkanadanya absent or reversed
Hemolisis end diastolicvelocity (ARDV)
3. Disfungsi Uteroplasenta
FGR (Fetal Growth Restriction)
Stillbirth

12
3. 2 Epidemiologi
World Health Organizations (WHO) menyebutkan jumlah kematian
ibu secara global masih sangat tinggi, yakni pada tahun 2017 sebesar
295.000 kasus dengan angka kematian ibu (AKI) sebesar 211 per
100.000 kelahiran hidup (WHO, 2019). WHO menyebutkan terdapat tiga
penyebab utama kematian maternal, yakni perdarahan pasca persalinan,
infeksi pasca persalinan, dan hipertensi selama kehamilan berupa
preeklamsia/eklampsia (Say, et al., 2014). Angka Kematian Ibu (AKI)
penting untuk diketahui karena menjadi indikator keberhasilan program
kesehatan (KEMENKES, 2021). Kematian ibu adalah kematian seorang
wanita selama periode kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan
oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan
karena sebab lain seperti kecelakaan atau insidental. AKI adalah semua
kematian dalam lingkup tersebut di setiap 100.000 kelahiran hidup
(KEMENKES, 2021).
Tabel 1. 2 Data WHO : AKI setiap Negara pada Kawasan ASEAN pada
Tahun2017 (WHO, 2019)
No. Negara ASEAN Rasio AKI 2017
1. Myanmar 250
2. Indonesia 177
3. Vietnam 43
4. Thailand 37
5. Brunei Darussalam 31
6. Malaysia 29
7. Singapura 8

Pada tahun 2017, rasio AKI di Indonesia berada di peringkat kedua


Kawasan ASEAN (Tabel 1.1) (WHO, 2019). Data di Indonesia
menunjukkan pada tahun 2020 terdapat 4.627 kasus kematian Ibu,
angka ini meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kasus
kematian.
Berbeda dengan data WHO 2017, penyebab kematian Ibu di
Indonesia tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan sebesar 1.330
kasus, hipertensi dalam kehamilan sebesar 1.110 kasus, dan gangguan
13
sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus. Jumlah kematian ibu
provinsi Kalimantan Timur juga mengalami peningkatan, yakni dari
79 kasus pada tahun 2019 menjadi 92 kasus pada tahun 2020
(KEMENKES, 2021).
3.3 Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko preeklamsia yang dapat dinilai dari
kunjunganantenatal pertama, yakni (POGI, 2016; Poon, et al., 2019):
ANAMNESIS
▪ Umur > 35 tahun

▪ Nulipara

▪ Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya


▪ Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru

▪ Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau

lebih
▪ Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan

▪ Kehamilan multipel

▪ IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)


▪ Hipertensi kronik
▪ Penyakit Ginjal

▪ Sindrom antifosfolipid (APS)


▪ Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio

▪ Obesitas sebelum hamil

PEMERIKSAAN FISIK
▪ Indeks masa tubuh > 30 kg/m2
▪ Tekanan darah diastolik > 80 mmHg
▪ Proteinuria (dipstick >+l pada 2 kali pemeriksaan
berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300 mg/24 jam)

14
Faktor risiko diatas, dapat diklasifikasikan menjadi faktor risiko,
yaitu risiko tinggi/mayor dan risiko sedang/minor (POGI, 2016) :
Faktor Risiko Tinggi Faktor Risiko Sedang
▪ Riwayat preeklampsia ▪ Nulipara
▪ Kehamilan multipel ▪ Obesitas
▪ Hipertensi kronis (Indeks masa
▪ Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2 tubuh >30
▪ Penyakit ginjal kg/m2)
▪ Penyakit autoimun ▪ Riwayat
(contoh: systemic lupus erythematous, preeklampsia pada
ibu atau saudara
perempuan
▪ Usia ≥ 35 tahun
Riwayat khusus pasien
3.4 Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis
Saat ini, sindrom preeklamsia dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Preeklamsia
Kriteria minimal preeklamsia meliputi (POGI, 2016):

Hipertensi DAN Proteinuria

• Hipertensi
TD Sistolik ≥ 140 mmHg ATAU TD Diastolik ≥ 90
mmHg pada 2 kalipemeriksaan berjarak 15 menit pada
lengan yangsama
• Proteinuria
Protein urin > 300 mg dalam 24 jam ATAU tes urin dipstik
>+1

Jika TIDAK didapatkan protein urin, Hipertensi dapat


diikuti SALAH SATU dibawah ini :

15
1. Gangguan Ginjal : Kreatinin serum > 1.1 mg/dl ATAU
didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada
kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya.
2. Gangguan Liver : Peningkatan Konsentrasi
transaminase 2x normal
DAN/ATAU nyeri di daerah epigastrik/regio kanan atas
abdomen
3. Gejala Neurologis : Stroke, Nyeri kepala, gangguan visus
4. Trombositopenia : trombosit < 100.000/µL
5. Edema Paru
6. Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta :
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya
absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
2. Preeklamsia Berat
Beberapa gejala klinis dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas dari preeklamsia, kondisi ini disebut sebagai preeklamsia
berat. Kriteria diagnosis meliputi (POGI, 2016) :

Bila ditemukan salah satu dari :


1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau
110 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15
menit menggunakan lengan yang sama
2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
3. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau
didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi
dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
4. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kana
abdomen
5. Edema Paru
6. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan
visus
7. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan

16
sirkulasi uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)

3. Hipertensi Kronik superimposed Preeklamsia


Hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklamsia. Hipertensi kronik
adalah hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu ATAU
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah kehamilan 20 minggu
dan menetap higga 12 minggu pasca persalinan (Prawirohardjo, 2014).
Dibandingkan dengan preeklamsia, kondisi ini lebih berat dan sering
diikuti dengan FGR (Cunningham, et al., 2018).

3.5 Etiologi dan Patofisiologi


Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan terjadinya
preeklamsia, yakni(Cunningham, et al., 2018) :
1. Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas yang abnormal
Proses implantasi plasenta yang normal ditandai dengan adanya
remodeling yang luas dari arteriol spiralis pada desidua basalis dan
lapisan 1/3 dalam miometrium (Gambar 3.1) (Gathiram & Moodley,
2016; Cunningham, et al., 2018). Trofoblas endovaskular (Trofoblas
extravili) akan menggantikan endotel vaskular dan lapisan muscular
untuk memperbesar diameter pembuluh darah (Cunningham, et al.,
2018). Hal ini akan merubah sistem vaskular yang awalnya tinggi
resistensi dengan aliran rendah menjadi rendah resistensi dengan aliran

tinggi, yang penting untuk pertumbuhan janin yang normal (Gathiram &
17
Moodley, 2016).

Gambar 3. 1 Skema Implantasi plasenta pada kondisi Normal


dan Preeklamsia(Cunningham, et al., 2018)
Pada preeklamsia, invasi trofoblas tidak terjadi secara sempurna. Pada
kondisi ini, hanya pembuluh darah pada desidua basalis saja yang
dilapisi oleh trofoblas endovaskular, dan pembuluh darah pada lapisan
1/3 dalam myometrium tidak dilapisi oleh trofoblas endovaskular. Hal
ini menyebabkan lapisan endotel dan muskular pembuluh darah arteriol
pada lapisan dalam miometrium tidak hilang, dan diameter luarnya
hanya berukuran setengah dari pembuluh darah plasenta yang normal.
Gangguan invasi trofoblas kemudian akan mengganggu aliran darah
plasenta, menyebabkan penurunan perfusi plasenta dan iskemi plasenta
(Cunningham, et al.,2018).
Besarnya gangguan invasi trofoblas bergantung pada seberapa berat
gangguan hipertensi yang ada, contohnya paling sering terjadi pada
preeklamsia onset dini (< 34 minggu). Pada preeklamsia onset dini
ditemukan kerusakan endothelial, proliferasi sel myointimal, dan
atherosis (akumulasilemak pada sel miointimal dan makrofag)
(Cunningham, et al., 2018).
1. Toleransi maladaptif imunologi antara jaringan ibu, plasenta, dan
janin
Pada kehamilan normal, respon imun tubuh ibu tidak menolak hasil
konsepsi dikarenakan adanya Human Leukocyte Antigen Protein G
(HLA-G), yang berperan dalam modulasi sistem imun dengan mencegah
lisis trofoblas oleh sel Natural Killer (NK) ibu, dan mempermudah
invasi trofoblas kedalam desidua (Prawirohardjo, 2014). Pada hipertensi
kehamilan, jumlah HLA-G ini berkurang, menyebabkan gangguan pada
proses invasi trofoblas (Prawirohardjo, 2014). Kondisi ini berisiko tinggi
terjadi pada kehamilan pertama, dan multipara kehamilan dengan
pasangan baru (Cunningham, et al., 2018).
2. Maladaptif Ibu terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamasi
terhadap kehamilan
18
Sebagai respon terhadap iskemia, plasenta akan melepaskan oksidan
(radikal bebas), yakni radikal hidroksil yang bersifat toksis terhadap
membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak
membrane sel yang mengandung banyak asam lemak menjadi
peroksida lemak, dan menyebabkan disfungsi endotel.
Disfungsi ini menyebabkan (Prawirohardjo, 2014) :

a. Gangguan metabolisme prostaglandin, suatu vasodilator kuat.


b. Agregasi trombosit ke daerah endotel yang mengalami kerusakan.
Agregasi trombosit memproduksi tromboksan, yang merupakan
vasokonstriktor kuat.
c. Peningkatan permeabilitas kapiler
d. Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, misalnya endotelin.
e. Peningkatan faktor-faktor koagulasi
Pada kehamilan normal, pembuluh darah refrakter terhadap bahan-
bahan vasopressor, akibat adanya perlindungan dari sintesis
prostaglandin oleh sel endotel. Refrakter artinya tidak peka atau
dibutuhkan kadar yang lebih tinggi untuk menimbulkan vasokonstriksi.
Gangguan metabolism prostaglandin oleh endotel akibat disfungsi
endotel diatas, dapat menyebabkan hilangnya daya refrakter endotel
terhadap vasopressor, sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka
terhadap rangsangan bahan vasopressor (Prawirohardjo, 2014).
3. Faktor Genetik
Preeklamsia terjadi akibat multifactorial, dan gangguan poligenik
(Cunningham, et al., 2018). Terdapat peningkatan risiko terjadinya
preeklamsia sebesar 20 – 40% pada perempuan dengan ibu yang
preeklamsia, 11 – 37% pada perempuan dengan saudara perempuan
yang preeklamsia, dan 22 – 47% pada perempuan kembar (Cunningham,
et al., 2018).
3.4 Diagnosis
Penegakan diagnosis dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang telah disesuaikan dengan kriteria
diagnosis. Pada evaluaasi awal pasien dengan hipertensi kehamilan,
pemeriksaan darah lengkap meliputi hitung trombosit, kreatinin serum,
19
SGPT/SGOT, LDH (Lactate Dehydrogenase) dan pemeriksaan urin
untuk menilai proteinuria perlu dilakukan (ACOG, 2020). Monitor
keadaan janin dengan USG juga harus dilakukan, untuk menilai
perkiraan berat janin dan jumlah cairan amnion (ACOG, 2020).
3.5 Tatalaksana
Tujuan manajemen ini untuk memperbaiki luaran perinatal dengan
mengurangi morbiditas neonatal serta memperpanjang usia kehamilan
tanpa membahayakan ibu, adapun rekomendasi perawatan ekspektatif
pada PEB, yakni (POGI, 2016):

20
21
Pemberian Magnesium Sulfat untuk Mencegah Kejang
Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin
pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuskular. Tujuan utama pemberian magnesium sulfat pada
preeklamsia adalah untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian
eklamsia, mengurangi morbiditas, dan mortalitas maternal serta
perinatal (Prawirohardjo, 2014). Selain berfungsi sebagai
antikonvulsan, magnesium sulfat juga berperan sebagai antihipertensi
dan tokolitik (POGI, 2016).
Dalam pemberiannya, perlu dilakukan pemantauan pada produksi
urin, refleks patella, frekuensi napas, dan saturasi oksigen. Dosis
terapeutik dan toksis MgSO4 (Prawirohardjo, 2014):
a. Dosis terapeutik: 4-7 mEq/L (4,8-8,4 mg/dl)
b. Hilangnya reflek tendon: 10 mEq/L (12 mg/dl)
c. Tehentinya pernafasan: 15 mEq/L (18 mg/dl)
d. Terhentinya jantung: >30 mEq/L (>36 mg/dl)
Cara pemberian magnesium sulfat antara lain sebagai berikut :
a. Cara pemberian dosis awal
Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml akuades. Berikan larutan tersebut secara
perlahan IV selama 5-10 menit. Jika akses intravena sulit, berikan
masing-masing 5 g MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM di
bokong kiri dan kanan (Pengurus Besar IDI, 2017).
b. Cara pemberian dosis rumatan
Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam
500 ml larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan secaraIV
dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24
jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia) (Pengurus
Besar IDI, 2017).

22
c. Syarat-syarat pemberian MgSO4
• Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonas 10% = 1 g (10% dalam 10 cc) diberikan i.v. 3
menit.
• Reflek patella (+) kuat
• Frekuensi nafas >16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distress
pernafasan.
• Produksi urin >100 cc dalam 4 jam terakhir > 30cc/jam
dalam 6 jam terakhir atau 0.5 cc/kgbb/jam (Prawirohardjo, 2014)
d. Magnesium sulfat dihentikan bila:
• Ada tanda-tanda intoksikasi(refleks patella negatif, pernapasan
<12x/menit, sesak nafa, produksi urin <30 cc/jam
• Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang
terakhir (Prawirohardjo, 2014).
Pemberian obat Antihipertensi
Indikasi utama pemberian obat antihipertensi pada kehamilan adalah
untuk keselamatan ibu dalam mencegah penyakit serebrovaskular
(POGI, 2016). Terapi antihipertensi diberikan pada hipertensi berat onset
akut persisten, yakni TDS ≥ 160 mmHg atau TDD ≥ 110 mmHg atau
keduanya (ACOG, 2020). Penurunan tekana darah dilakukan secara
bertahap, tidak lebih dari 25% penurunan dalam waktu jam. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan darah uteroplasenta
(POGI, 2016). Beberapa obat antihipertensi yang dapat diberikan, yakni
(Pengurus Besar IDI, 2017):

23
Antihipertensi golongan ACE inhibitor (missal Kaptopril), ARB
(missal : Valsartan), dan klortiazid dikontraindikasikan pada ibu
(Pengurus Besar IDI, 2017).
3.6 Komplikasi
Preeklamsia berkaitan dengan beberapa komplikasi jangka pendek
dan jangka panjang, termasuk kematian. Sebagian besar komplikasi
tersebut berkaitan dengan berat badan lahir dan usia kehamilan saat
persalinan, dan kondisi ini sebagian besar berkaitan dengan
preeklamsia onset dini (Poon, et al., 2019)

24
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis

Kasus Teori

• Pasien hamil 30 minggu datang untuk kontrol ke poli Preeklampsia adalah peningkatan
kebidanan RSUD I.A. Moeis dengan keluhan nyeri tekanan darah 140/90 atau lebih
kepala sejak 2 hari SMRS. disertai adanya proteinuria atau
• Nyeri kepala dirasakan didaerah tengkuk, nyeri adanya tanda gangguan organ berat.
seperti perasaan dicengkram. Nyeri kepala juga disertai Faktor resiko terjadinya preeklampsia
dengan keluhan pandangan kabur sejak 2 hari SMRS, salah satunya yaitu usia >35 tahun
sebelumnya pasien tidak pernah mengeluhkan gangguan dan multipara yang jarak kehamilan
penglihatan. sebelumnya 10 tahun atau lebih. Hal
• Keluhan lain diantaranya adalah nyeri ulu hati ini sesuai dengan kondisi pasien.
disertai mual muntah sejak 2 hari SMRS. Pasien juga
menyampaikan saat di poli kebidanan tekanan darahnya
tinggi yaitu hingga 151/122 mmHg. Pasien
menyampaikan tidak ada riwayat tekanan darah tinggi
sebelumnya, dan saat rutin kontrol juga tekanan darahnya
normal. Tekanan darah pasien mulai tinggi saat memasuki
usia kehamilan 6 bulan. Keluhan kaki bengkak pada kaki
pasien juga baru dirasakan sejak beberapa hari SMRS.

4.2 Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori
Keadaan umum : tampak sakit ringan • Beberapa gejala klinis dapat menigkatkan
Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6 mordibitas dan mortalitas dari preeklampsia,
Tekanan darah : 151/122 mmHg kondisi ini disebut sebagai preeklampsia berat.
Nadi : 142 x/menit Kriteria diagnosis meliputi (POGI, 2016) : bila
Suhu : 36,6 0C ditemukan salah satu dari :
Pernapasan : 20x/menit 1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160mmHg
BB/TB : 71,5 kg/148 cm (IMT 32,6 kg/m2) sistolik atau 110mmHg diastolic pada dua kali

25
Status Generalis pemeriksaan berjarak 15 menitmenggunakan
Kepala dan Leher lengan yang sama
• Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), 2. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi
bibir sianosis (-), pembesaran KGB (-) transaminase 2 kali normal dan atau adanya
Jantung nyeri di epigastrik / regio kanan atas abdomen
• S1 S2 tunggal reguler, murmur (-) 3. Edema paru
Paru 4. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
• Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-) kepala, gangguan visus
Abdomen Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda
• Massa (-), bising usus (+) gangguan sirkulasi uteroplasenta :
Ekstremitas oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
• Superior : Akral hangat, CRT<2 detik, edema atau didapatkan absent or reversed end diastolic
(-/-) velocity (ARDV)
• Inferior : Akral hangat, CRT<2 detik, edema
Salah satu faktor resiko terjadinya preeklampsia
(+/+)
yaitu adanya IMT> 30 kg/m2. Hal ini sesuai dengan
Pemeriksaan Obstetri
kondisi pasien yaitu dengan IMT 32,6 kg/m2.
Inspeksi : Striae gravidarum (+), linea nigra (+)
Palpasi :
Leopold I : Teraba suatu bagian suatu bagian
besar bulat, keras, kepala, TFU : 27 cm
Leopold II : Teraba suatu bagian memanjang
dan datar disisi kanan, punggung kanan.
Leopold III : Teraba bulat besar, lunak, bokong.
Leopold IV : Konvergen
HIS : Tidak ada
DJJ : 140 x/menit reguler
Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan

26
4.3 Pemeriksaan Penunjang

Kasus Teori

− Hemoglobin : 11,5 gr/dL • Proteinuria merupakan salah satu tanda dari


− Hematokrit : 36 % preeklampsia
− Leukosit : 13.100/µL • Trombositopenia dapat terjadi pada kasus
− Trombosit : 231.000/µL preeklampsia berat
− SGOT : 20U/L • Trombositopenia : trombosit < 100.000/microliter
− SGPT : 10U/L • Peningkatan SGOT dan SGPT serta trombositopennia

− GDS : 86 mg/dl dapat menandakan sindrom HELLP


− Ureum : 35 mg/dL • Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1mg/dL atau

− Kreatinin : 0.5 mg/dL didapatkan peningkatan kadar kreatinan serum pada

− Ab HIV : Non reaktif kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya

− HBs Ag : Non reaktif


− Kalium : 4.5
− Natrium : 133
− Klorida : 111
− Protein : +3

4.4 Tatalaksana

Kasus Teori

Observasi Keadaan Umum, TTV Pada PEB menurut POGI 2016 dilakukan manajemen
dan DJJ ekspetatif jika UK <34 minggu dengan keadaan stabil
O2 4-6 lpm untuk memperbaiki luaran perinatal dengan
IVFD RL 12 tpm mengurangi morbiditas neonatal diberikan
IVFD MgSO4 40% 4 gram dalam kortikosteroid Dilakukan terminasi pada kasus PEB
10 cc cairan RL diberikan dalam 5- ialah harus mempertimbangkan indikasi keadaan baik
10 menit dari ibu pasien dan janin yang dikandung Pada PEB
Maintanance dose MgSO4 40% 6 diberikan Magnesium sulfat untuk menghambat
gram dalam 500 cc cairan RL (28 transmisi neuro muscular mencegah dan mengurangi

27
tpm) angka kejadian eclampsia serta diberikan obat
PO Herbesser CD 1 x 100 mg antihipertensi. Salah satu indikasi dilakukan terminasi
pada PEB adalah adanya deselerasi lambat pada
pemeriksaan CTG janin. Hal ini sesuai dengan kondisi
janin pasien sehingga dilakukan SC CITO

28
DAFTAR PUSTAKA

ACOG. (2020). ACOG Practice Bulletin Clinical Management Guidelines for


Obstetricians-Gynecologist : Gestational Hypertention and
Preeclampsia. PracticeBulletin The American College of Obstetricians
and Gynecologists, e237-e260.

Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Dashe, J. S., Hoffman, B. L.,
Casey, B. M., & Spong, C. Y. (2018). Williams Obstetrics. New York:
McGraw-Hill Education.

Gathiram, P., & Moodley, J. (2016). Pre-eclampsia : its Pathogenesis and


Pathophysiology. Cardiovascular Journal of Africa, 71-78.

KEMENKES. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Pengurus Besar IDI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia.

POGI. (2016). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Diagnosis dan


Tatalaksana Pre-Eklamsia. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia : Himpunan Kedokteran Feto Maternal.

POGI. (2016). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Pengelolaan


Kehamilan dengan Pertumbuhan Janin Terhambat. Jakarta:
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia : Himpunan
Kedokteran Feto Maternal 2016.

Poon, L. C., Shennan, A., Hyett, J. A., Kapur, A., Hadar, E., Divakar, H., . . .
Hod, M. (2019). The International Federation of Gynecology and
Obstetrics (FIGO) Initiative on Pre-eclampsia : A pragmatic Guide for
First Trimester Screening and Prevention. International Journal of
Gynecology Obstetrics FIGO, 1-33.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:


PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

WHO. (2019). Trends in Maternal Mortality 2000 - 2017 : Estimates by


WHO, UNICEF, UNIFPA, World Bank Group and the United Nations
Population Division. World Health Organization.

29

Anda mungkin juga menyukai