Disusun Oleh:
Muhammad Fadhil Ihsan Pratama
0607012210040
Pembimbing:
dr. Dharma Putra Perjuangan Banjarnahor, Sp.OG-Subs.KFM
Telah dibaca, direvisi, disetujui, dan diuji oleh dosen pembimbing dan telah
dinyatakan lulus sebagai salah satu tugas dan syarat kepaniteraan klinik dokter
muda Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan (Obstetri dan Ginekologi) RSUD
Dr. Mohamad Soewandhie.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
anugerah-Nya akhirnya laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya. Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas
yang harus dilaksanakan sebagai bagian dari kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Mohamad Soewandhie. Tak lupa
ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan tugas ini, terutama kepada dr. Dharma Putra Perjuangan
Banjarnahor, Sp.OG-Subs.KFM yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan, kesalahan, dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
apabila terdapat kata yang tidak berkenan di hati pembaca mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun dapat diberikan kepada
penulis sebagai renungan agar dapat lebih baik lagi kedepannya. Harapan penulis
kedepannya semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca maupun bagi penulis secara pribadi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
RINCIAN KASUS...................................................................................................3
2.1 Status pasien..............................................................................................3
2.2 Subjektif.....................................................................................................3
2.3 Objektif......................................................................................................4
2.4 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................6
2.5 Assessment dan Planning..........................................................................8
2.6 Follow Up..................................................................................................8
BAB III...................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................31
KESIMPULAN......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini untuk mengetahui
mengenai persalinan kurang bulan.
1
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah sebagai pedoman
bagi tenaga medis dalam persalinan kurang bulan.
2
BAB II
RINCIAN KASUS
3
c. Riwayat Imunisasi
Vaksin COVID 1x
Vaksin TT 1x
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Jantung (-), Hipertensi (-), Diabetes (-), Asma (-), TBC (-),
Hepatitis (-)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Jantung (-), Hipertensi (-), Diabetes (-), Asma (-), TBC (-),
Hepatitis (-)
f. Riwayat Penggunaan Obat
Tidak ada riwayat penggunaan obat
g. Riwayat Perawatan/Operasi
Tidak ada riwayat perawatan/operasi
h. Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi makanan, obat-obatan, maupun
lainnya
i. Riwayat Obstetri Saat Ini
HPHT : lupa
TP :-
Gerak janin + (awal Juni 2023) ~ 35/36 minggu
KB :-
ANC :-
Status pernikahan : -
j. Riwayat Persalinan
Hamil ini
2.3 Objektif
1. Keadaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
4
GCS : 4-5-6
Tampilan : Segar
TB : 154 cm
BB pre/ante : 50/53 kg
BMI : 22.4 (normal)
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 124/83 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Laju Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 99 % FA
3. Status Umum
Kepala : A/I/C/D -/-/-/-
Thorax
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Gerak dada simetris, fremitus raba simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
- Jantung : S1/S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop
(-)
- Paru : Vesikuler +/+ rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Auskultasi : Bising usus (+) dbn
Palpasi : dbn
Perkusi : dbn
Ekstremitas
Sup: Akral hangat kering merah +/+, CRT<2s, edema -/-
Inf: Akral hangat kering merah +/+, CRT<2s, edema -/-
5
4. Status Obstetri
TFU : 26 cm
DJJ : 150x/menit
His : 3x35”/10 menit
Leopold : membujur, bagian terendah kepala, sudah masuk
PAP
TBJ : 2325 g
6
Laboratorium darah lengkap, faal hemostasis, PITC program
7
Anti HIV
VIROCEK Non Reaktif Non Reaktif
SD BIOSEN -- Non Reaktif
RAPID TES -- Non Reaktif
Hasil Akhir Non Reaktif Non Reaktif
Planning
Infus RD5
Cek Lab DL, PITC, HbsAg
NST
Observasi CHPB
Evaluasi 6 jam pro SptB (09.10)
2.6 Follow Up
Tanggal Follow Up
29/09/2023 S: Pasien ingin mengejan
04.03 O: KU baik, DJJ : 156x/menit His:
3x40”/10’
VT:10cm/100%/kepala/UUK/kidep/HIII/Ket
–
A: GIP0000 35/36 mgg + THIU + letak
kepala + inpartu kala 2 + primimuda + TBJ
2325
P: pimpin persalinan
29/09/2023 S: Bayi lahir
8
04.08 O: Bayi lahir sptB/P/2400g/47cm/AS 8-9/
jernih/ BS 36 minggu
A: P0101 PP SptB H0
P: Manajemen Aktif Kala 3 dan inj. Oksitosin
10 IU IM
29/09/2023 S: Plasenta lahir
04.25 O: Plasenta lahir spontan lengkap, perdarahan
200cc, perineum episiotomi +
A: P0101 PP SptB H0
P: perineorafi dan manajemen kala 4
29/09/2023
04.45 109/73 80/36 2jbpst keras 10cc
05.00 108/67 80/36 2jbpst keras 10cc
05.15 112/76 80/36 2jbpst keras 10cc
05.30 118/82 79/36 2jbpst keras 5cc
06.00 121/75 83/36 2jbpst keras 5cc
06.30 119/84 79/36 2jbpst keras -
29/09/2023 S: -
09.00 O: KU baik, TD: 106/62 N: 78 S:36C RR: 20
Edelweis B: -/- tidak nyeri
U: 2jbpst keras
B: - Flatus +
B: +
L: rubra
E: +
A: P0101 PP SptB H0
P: Observasi KU, VS, BUBBLE
30/09/2023 S: -
09.00 O: KU baik, TD: 97/63 N: 95 S:36C RR: 20
B: -/- tidak nyeri
9
U: 2jbpst keras
B: +
B: +
L: rubra
E: +
A: P0101 PP SptB H1
P: Pro KRS
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
11
tahun 2010 berkisar antara 5% di beberapa negara Eropa Utara hingga
18% di Malawi. Angka tersebut tertinggi di negara-negara berpendapatan
rendah dan menengah ke bawah (masing-masing rata-rata 11.8% dan
11.3%), sementara angkanya lebih rendah di negara-negara berpendapatan
menengah ke atas dan tinggi (masing-masing 9.4% dan 9.3%). Lebih dari
60% kelahiran prematur di seluruh dunia terjadi di negara dengan sumber
daya rendah dan tingkat kelahiran yang tinggi di Afrika Sub-Sahara dan
Asia Selatan (Purisch & Gyamfi-Bannerman, 2017).
12
3.3 Etiologi dan Faktor Risiko Persalinan Kurang Bulan
Faktor Maternal
Riwayat Keluarga
Penelitian familial menunjukkan bahwa faktor genetik
mungkin berkontribusi terhadap sekitar 40% Persalinan preterm.
Risiko persalinan preterm secara signifikan lebih tinggi pada ibu
yang punya riwayat lahir prematur dibandingkan ibu yang tidak
lahir prematur. Selain itu, risiko lebih tinggi jika ibu, saudara
perempuan kandung, atau orangtua ibu memiliki riwayat persalinan
(Nadeem et al., 2019).
13
Prevalensi vaginosis bakterialis (BV, salah satu faktor
terkait PTB), juga lebih tinggi pada perempuan berkulit hitam
dibandingkan perempuan berkulit putih. Selain itu, wanita Afrika-
Amerika dilaporkan memiliki beragam mikrobioma vagina yang
tidak memiliki dominasi spesies Lactobacillus. Oleh karena itu,
mereka lebih rentan terhadap infeksi intrauterin selama kehamilan
dibandingkan dengan penduduk kulit putih (Nadeem et al., 2019).
14
kali terjadi bersamaan dengan kelahiran prematur, seperti
hambatan pertumbuhan intrauterin dan preeklampsia. Perdarahan
vagina, yang terisolasi atau berhubungan dengan solusio plasenta
atau plasenta previa, juga meningkatkan risiko kelahiran prematur
(Wallenstein et al., 2018).
Distensi uterus yang berlebihan, yang disebabkan oleh
kehamilan ganda atau polihidramnion, sangat meningkatkan risiko
kelahiran prematur. Lebih dari separuh kehamilan kembar
mengakibatkan persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu,
kemungkinan besar disebabkan oleh distensi mekanis akibat
peningkatan massa janin dan penyakit penyerta lainnya yang
terkait dengan kehamilan ganda. Polihidramnion dan
oligohidramnion merupakan faktor risiko KPP Preterm dan
persalinan prematur. Kelainan anatomi rahim dan intervensi bedah
rahim atau leher rahim sebelumnya juga meningkatkan risiko
kelahiran prematur. Demikian pula, serviks yang pendek dan
insufisiensi serviks mempunyai peningkatan risiko, yang sangat
bervariasi tergantung pada derajat pemendekannya (Wallenstein et
al., 2018).
Faktor Lingkungan
Infeksi
Lebih dari seperempat kelahiran prematur dapat disebabkan
oleh infeksi intra-amniotik, dimana mikroorganisme mengganggu
homeostasis ibu-janin dan memicu rangkaian sinyal biologis yang
memulai persalinan prematur spontan, KPP Preterm, atau gawat
janin yang mengarah pada indikasi kelahiran prematur.
Mikroorganisme dan komponen seluler imunogeniknya
mengaktifkan reseptor seperti tol, kemokin, dan sitokin, yang
mempengaruhi keseimbangan toleransi ibu-janin dan menyebabkan
15
kontraktilitas uterus, pecahnya selaput ketuban, dan kelahiran
prematur (Wallenstein et al., 2018).
Stress
Beberapa penelitian menemukan bahwa stres ibu, yang
diukur dengan survei peristiwa kehidupan dan/atau penanda
biologis akan menyebabkan aktivasi axis hipotalamus-hipofisis-
adrenal. Perubahan fisiologis yang disebabkan oleh stres termasuk
produksi glukokortikoid dan prostaglandin uterotonik (PG), yang
dapat memicu permulaan persalinan prematur. Secara khusus,
dilaporkan bahwa corticotropin releasing hormone (CRH) adalah
mediator utama persalinan kurang bulan yang disebabkan oleh
stres. CRH dapat menginduksi persalinan prematur dengan
merangsang sintesis dan produksi PGF2α dan PGE2 uterotonik,
yang menyebabkan aktivasi otot rahim (miometrium) dan
permulaan kontraksi persalinan (Nadeem et al., 2019; Wallenstein
et al., 2018).
Nutrisi
Asupan nutrisi yang buruk dikaitkan dengan BMI yang
rendah dan tinggi dan menjadi salah satu penjelasan potensial atas
hubungannya dengan kelahiran prematur. Anemia defisiensi besi,
rendahnya asupan nutrisi seperti asam folat dan vitamin B lainnya,
seng, kalsium, magnesium, dan asam lemak tak jenuh ganda, serta
indeks glikemik makanan yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan
peningkatan risiko (Wallenstein et al., 2018).
16
racun yang paling signifikan. Mekanismenya tidak jelas tetapi
mungkin melibatkan peradangan sistemik (menyebabkan kelahiran
prematur spontan) atau vasokonstriksi plasenta akibat nikotin yang
menyebabkan hambatan pertumbuhan janin, yang pada gilirannya
dapat menyebabkan kelahiran prematur. Alkohol tidak selalu
dikaitkan dengan risiko kelahiran prematur, meskipun kokain dan
zat terlarang lainnya meningkatkan risiko kelahiran prematur,
kemungkinan melalui perubahan aliran darah plasenta dan/atau
solusio plasenta.
Polusi udara lingkungan juga dikaitkan dengan peningkatan
risiko kelahiran prematur. Ada banyak sekali polutan udara yang
telah diselidiki, antara lain ozon, karbon monoksida, sulfur
dioksida, dan timbal. Paparan racun lain, termasuk berbagai
pestisida dan logam berat, juga dikaitkan dengan kelahiran
prematur (Wallenstein et al., 2018).
17
Gambar 3.2 Sumber: (Herman & Joewono, 2020).
18
Mekanisme Prostaglandin Dehydrogenase
Jalur yang lain memungkinkan memiliki peranan, seperti contoh;
prostaglandin dehydrogenase dalam jaringan korionik menginaktivasi
prostaglandin yang dihasilkan dalam amnion yang mencegahnya mencapai
miometrium dan menyebabkan kontraksi. Infeksi korionik menurunkan
aktivitas dehidrogenase ini yang memungkinkan peningkatan kuantitas
prostaglandin untuk mencapai miometrium.
Jalur lain dimana infeksi menyebabkan persalinan Kurang bulan
melibatkan janin itu sendiri. Pada janin dengan infeksi, peningkatan
hipotalamus fetus dan produksi corticotropin releasing hormone
menyebabkan meningkatnya sekresi kortikotropin janin, yang kembali
meningkatkan produksi kortisol adrenal fetus. Meningkatnya sekresi
kortisol menyebabkan meningkatnya produksi prostaglandin. Juga, ketika
fetus itu sendiri terinfeksi, produksi sitokin fetus meningkat dan waktu
untuk persalinan jelas berkurang. Namun, kontribusi relatif kompartemen
maternal dan fetal terhadap respon peradangan keseluruhan tidak diketahui
(Herman & Joewono, 2020).
19
Mekanisme Perdarahan Plasenta
Mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan plasenta dengan
ditemukannya peningkatan emosistein yang akan mengakibatkan kontraksi
miometrium. Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi
dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah
protrombin menjadi trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu
menstimulasi kontraksi myometrium (Herman & Joewono, 2020).
20
Gambar 3.6 Sumber: (Herman & Joewono, 2020).
21
3.6 Tata Laksana Karsinoma Mammae dalam Kehamilan
Keputusan mengenai penatalaksanaan diambil berdasarkan
perkiraan usia kehamilan, perkiraan berat janin, dan adanya kontraindikasi
untuk menekan persalinan prematur. Tabel 3.1 mencantumkan faktor-
faktor yang menunjukkan bahwa persalinan prematur harus dilakukan
terminasi. Setelah pasien dipastikan tidak memiliki salah satu kondisi ini,
penatalaksanaan persalinan prematur bergantung pada usia kehamilan
janin. Secara umum, penatalaksanaan terbagi dalam 1 dari 2 kategori:
penatalaksanaan konservatif (observasi) atau terminasi (DeCherney et al,
2013).
Takiaritmia
Dilatasi Serviks > 4cm
Perdarahan Maternal
Abruptio Plasenta
Plasenta Previa
Sumber : DeCherney et al, 2013
22
Bed Rest
Peran tirah baring dalam penatalaksanaan persalinan prematur
masih kontroversial. Meta-analisis gagal menunjukkan perpanjangan
kehamilan. Istirahat di tempat tidur dikaitkan dengan peningkatan risiko
tromboemboli ibu. Minimal, tirah baring mungkin disarankan terutama
selama evaluasi awal suatu episode persalinan prematur untuk
memungkinkan pemantauan ketat terhadap janin dan ibu (DeCherney et al,
2013).
Tokolitik
Tokolitik diindikasikan pada kasus kehamilan tanpa komplikasi
dengan persangkaan persalinan preterm. Tatalaksana untuk mencegah
persalinan dilakukan bila penundaan memberikan manfaat bagi janin.
Tokolisis efektif hanya hingga 48 jam, maka dari itu hanya kehamilan
yang terbukti bermanfaat menunda 48 jam kelahiran yang sebaiknya
mendapatkan tokolisis. Terapi tokolitik dapat memperpanjang kehamilan
dalam jangka pendek, memungkinkan pemberian kortikosteroid antenatal
dan magnesium sulfat untuk neuroprotektan, serta transportasi, jika
diindikasikan, ke fasilitas tersier. Namun, tidak ada bukti bahwa terapi
tokolitik mempunyai efek langsung yang menguntungkan pada outcome
neonatal atau bahwa perpanjangan kehamilan yang diberikan oleh tokolitik
benar-benar menghasilkan manfaat neonatal yang signifikan secara
statistik (ACOG, 2016).
Tokolisis dikontraindikasikan pada risiko yang besar bagi ibu dan
janin terkait memperpanjang kehamilan dibandingkan dengan risiko
kelahiran preterm. Kontraindikasi tokolisis antara lain:
o Kematian janin intrauterin.
o Anomali janin yang bersifat letal.
o Preeklamsia berat atau eklamsia.
o Perdarahan maternal dengan gangguan hemodinamik.
o Korioamnionitis.
23
o Ketuban pecah dini preterm/PPROM.
o Kontraindikasi spesifik terhadap obat tokolisis (POGI, 2019).
24
berisiko melahirkan prematur dalam waktu 7 hari dan yang sebelumnya
belum pernah menerima kortikosteroid (ACOG, 2016).
Pengobatan harus terdiri dari dua dosis betametason 12 mg yang
diberikan secara intramuskular dengan selang waktu 24 jam atau empat
dosis deksametason 6 mg setiap 12 jam yang diberikan secara
intramuskular. Karena pengobatan dengan kortikosteroid kurang dari 24
jam masih dikaitkan dengan penurunan morbiditas dan mortalitas neonatal
yang signifikan, dosis pertama kortikosteroid antenatal harus diberikan
bahkan jika kemampuan untuk memberikan dosis kedua kecil
kemungkinannya, berdasarkan skenario klinis (ACOG, 2016).
Neuroprotektan
Direkomendasikan pemberian MgSO4 untuk mengurangi
morbiditas neurologi. Pemberian MgSO4 sebagai neuroprotektif dengan
dosis loading 4gram bolus intravena dalam waktu 15 menit. Pemberian
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan yakni infus 1 gram per jam hingga
kelahiran atau selama 24 jam (sesuai dengan yang tercepat) (POGI, 2016).
Mekanisme MgSO4 sebagai agen neuroprotektif belum
sepenuhnya diketahui. Beberapa teori menyatakan MgSO4 menghalangi
reseptor N-methyl-D-aspartic (NMDA) yang penting pada terjadinya
proses cedera oligodendrosit glial pada daerah putih di periventrikular.
Selain itu MgSO4 juga bersifat protektif terhadap jaringan terhadap
radikal bebas, sebagai vasodilator, menurunkan instabilitas vaskular,
mencegah kerusakan akibat hipoksia, melemahkan sitokin atau asam
amino yang menginduksi kerusakan sel dan juga beraksi sebagai anti
apoptosis (POGI, 2016).
Kandidat magnesium yang optimal untuk indikasi ini belum
ditentukan dengan jelas, namun masuk akal untuk menawarkan
magnesium sulfat kepada wanita mana pun yang memiliki usia berusia
antara 240/7 dan 320/7 minggu segera sebelum melahirkan untuk
25
mengurangi risiko hasil neurologis yang merugikan (DeCherney et al,
2013).
Antibiotik
Terapi antibiotik sebagai pengobatan persalinan prematur dan cara
memperpanjang kehamilan telah diteliti dan tidak menunjukkan manfaat
dalam menunda kelahiran prematur pada populasi pasien ini. Pasien
dengan persalinan prematur harus mulai diberikan antibiotik untuk
pencegahan infeksi GBS neonatal jika status GBS pasien positif atau tidak
diketahui. Penisilin atau ampisilin digunakan sebagai agen lini pertama;
cefazolin, klindamisin, eritromisin, atau vankomisin dapat digunakan jika
pasien alergi terhadap penisilin. Jika pasien berhasil melakukan tokolisis
dan tidak ada tanda akan segera melahirkan atau jika kultur GBS
rektovaginal pasien yang terbaru (dalam 5 minggu) negatif, profilaksis
GBS dapat dihentikan (DeCherney et al, 2013).
Terminasi Persalinan
Bayi prematur yang berusia kurang dari 34 minggu harus
dilahirkan di rumah sakit yang dilengkapi dengan perawatan intensif
neonatal jika memungkinkan, karena pemindahan antar rumah sakit
setelah lahir lebih berbahaya.
Meskipun rute persalinan untuk bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah telah diperdebatkan, tidak ada bukti konklusif mengenai
manfaat persalinan sesar rutin. Indikasi operasi caesar adalah indikasi
obstetri yang umum, termasuk status janin yang tidak meyakinkan,
malpresentasi, dan riwayat operasi caesar sebelumnya (DeCherney et al,
2013).
Jika diindikasikan persalinan sesar, keputusan untuk melakukan
operasi didasarkan pada kematangan janin dan prognosis kelangsungan
hidup. Dalam kasus-kasus borderline (usia kehamilan 23-24 minggu dan
berat badan 500-600 g EFW), keinginan orang tua sehubungan dengan
26
intervensi mempunyai peranan yang penting. Saat melakukan persalinan
sesar, penting untuk memastikan bahwa sayatan rahim cukup untuk
mengeluarkan janin tanpa penundaan atau trauma yang tidak perlu. Hal ini
mungkin memerlukan sayatan vertikal ketika segmen bawah rahim belum
berkembang sempurna.
Ketika kelahiran terjadi setelah penggunaan obat tokolitik
parenteral tidak berhasil, ingatlah potensi sisa efek samping obat ini. Agen
β-Adrenergik dapat menyebabkan hipotensi neonatal, hipoglikemia,
hipokalsemia, dan ileus. Magnesium sulfat mungkin bertanggung jawab
atas depresi pernafasan dan jantung (DeCherney et al, 2013).
27
Komplikasi Bayi
Persalinan prematur berhubungan dengan gangguan perkembangan saraf
yang meliputi gangguan kemampuan kognitif, defisit motorik, cerebral
palsy, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Risiko ini meningkat
seiring dengan menurunnya usia kehamilan. Masalah perilaku seperti
kecemasan, depresi, gangguan spektrum autisme, dan ADHD juga
berhubungan dengan persalinan prematur (Suman & Luther, 2022).
Komplikasi Neonatal
Ini termasuk enterokolitis nekrotikans, perdarahan intraventrikular,
displasia bronkopulmoner, ARDS, retinopati ketidakdewasaan,
pertumbuhan lemah, dan adanya kelainan kongenital (Suman & Luther,
2022).
Progesteron
Meningkatnya aktivitas progesteron endogen telah diketahui sangat
bermanfaat dalam perkembangan dan menjaga kehamilan. Sekitar tahun
1960, sebuah studi mendapatkan menurunnya progesteron endogen (P4)
berhubungan dengan onset persalinan termasuk persalinan preterm. Sejak
saat itu P4, komponen sintetis seperti 17 -hydroxy progesterone caproate
(17-OHPC) dan progesteron lainnya telah diuji kemampuannya pada
percobaan klinis dalam mencegah persalinan preterm (POGI, 2019).
28
Menurut panduan ACOG, perempuan hamil tunggal dengan
riwayat persalinan preterm dapat diberikan suplementasi progesteron
mulai dari 16–24 minggu usia kehamilan untuk mengurangi risiko
persalinan preterm, tanpa melihat hasil pemeriksaan panjang serviks.
Progesteron vagina dapat diberikan untuk mencegah persalinan preterm
pada perempuan asimtomatik dengan kehamilan tunggal dengan panjang
serviks ≤20 mm pada usia kehamilan ≤24 minggu tanpa memandang
riwayat persalinan sebelumnya. Progesteron tidak direkomendasikan pada
kehamilan ganda karena tidak menurunkan risiko persalinan preterm
(POGI, 2019).
Cerclage Serviks
Dua meta-analisis menunjukkan cerclage bermanfaat menurunkan
kejadian kelahiran preterm, morbiditas dan mortalitas perinatal pada
pasien dengan riwayat kelahiran preterm dan serviks yang pendek pada
pemeriksaan ultrasonografi transvaginal. Pada perempuan tanpa riwayat
kelahiran preterm sebelumnya dan panjang serviks kurang dari 25 mm
pada usia kehamilan 16-24 minggu, pemasangan sirklase tidak
menurunkan kejadian kelahiran preterm secara signifikan. Tatalaksanan
kombinasi antara sirklase dan progesteron belum memiliki bukti lebih baik
dibandingkan monoterapi untuk mencegah persalinan preterm.
Pada ACOG cerclage dapat dipertimbangkan pada kehamilan
tunggal dengan salah satu keadaan berikut:
Riwayat inkompentensi serviks (dilatasi serviks tanpa nyeri) pada
kehamilan sebelumnya.
Riwayat cerclage karena inkompetensi serviks pada kehamilan
sebelumnya.
Pasien dengan gejala inkompentesi serviks.
Pasien dengan panjang serviks kurang dari 25 mm pada usia kehamilan
kurang 24 minggu dan memiliki riwayat kelahiran preterm di kehamilan
sebelumnya.
29
Pemberian salah satu antara sirklase dan progesteron vagina dapat
ditawarkan pada pasien hamil tunggal dengan panjang serviks kurang dari
25 mm pada usia kehamilan 16-24 minggu dengan riwayat PPROM pada
hamil sebelumnya atau memiliki riwayat trauma pada serviks. Pada pasien
dengan panjang serviks kurang dari 25 mm tanpa riwayat persalinan
preterm sebelumnya tidak direkomendasikan untuk dilakukan sirklase.
Pasien tersebut dapat ditawarkan pemberian progesteron vaginal untuk
menurunkan risiko persalinan preterm (POGI, 2019).
30
BAB IV
KESIMPULAN
Ny. PAS, 15 tahun 10 bulan, datang ke IGD Ponek dengan keluhan kenceng-
kenceng disertai keluar air dan lendir darah sejak 2 jam SMRS. Riwayat trauma (-
), riwayat koitus (-), nyeri BAK (-). Pasien di diagnosis dengan GIP0000 35/36
mgg + THIU + letak kepala + inpartu kala 1 fase laten + primimuda + TBJ 2325,
dan diberikan planning NST, Infus RD5, Cek Laboratorium DL, PITC, HbsAg,
serta observasi CHPB dan evaluasi 6 jam pro SptB, kemudian mempersiapkan
NICU untuk ancaman bayi lahir prematur.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Suman, V. & Luther, E.E. Preterm Labor. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536939/
Wallenstein, M. B., Carmichael, S. L., & Stevenson, D. K. (2018). Prematurity
and Stillbirth. In Avery's Diseases of the Newborn (10th ed., pp. 78-
81e3). Elsevier.
WHO (2023). Preterm Birth. World Health Organization
33