Oleh: Wayan
Riantana
(017.06.0010)
Pembimbing:
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan laporan
kasus dengan judul “Diabetes Mellitus Tipe 2”. Laporan kasus ini disusun untuk
memenuhi penugasan dalam menempuh kepaniteraan klinik di bagian SMF Interna.
Penyusun
i
i
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
..................................................................................................ii DAFTAR ISI
................................................................................................................iii BAB 1
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................
1
BAB 2 LAPORAN KASUS .........................................................................................
3
2.1 Identitas Pasien ....................................................................................................
3
2.2 Anamnesa ............................................................................................................
3
2.3 Pemeriksaan Fisik................................................................................................
4
2.4 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................
7
2.5 Diagnosis Banding ............................................................................................
12
2.6 Diagnosis Kerja .................................................................................................
12
2.7 Planning .............................................................................................................
12
2.8 Penatalaksanaan.................................................................................................
12
2.9 Follow Up ..........................................................................................................
13
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
34
3.1 Diabetes Mellitus...............................................................................................
34
3.2 Anemia ..............................................................................................................
45
BAB 3 PENUTUP ......................................................................................................
51
3.1 Kesimpulan........................................................................................................
51
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
52
ii
i
BAB
1
1
2
Diabetes mellitus itu sendiri merupakan penyakit kronis yang akan diderita
seumur hidup, sehingga progesifitas penyakit akan terus berjalan, pada suatu saat
dapat menimbulkan komplikasi baik komplikasi akut maupun kronis. Komplikasi
akut meliputi Ketoasidosis diabetik (KAD), Sindrom Hiperglikemi Hiperosmolar
(SSH), Hipoglikemi, sedangkan untuk komplikasi kronis dibagi menjadi dua yaitu
makrovaskular (penyakit kardiovaskular, hipertensi) dan mikrovaskular (neuropati
diabetic, gastropati diabetic, nefropati diabetic, ulkus kaki diabetic) yang
membutuhkan tindakan atau tatalaksana segera mungkin sehingga sangat diperlukan
program pengendalian dan penatalaksanan Diabetes Mellitus khususnya Tipe-2.
Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 5 pilar yaitu edukasi, diet, latihan
fisik, kepatuhan obat, selain itu juga termasuk pencegahan diabetes mellitus dengan
pemantauan kadar gula darah. Oleh karena itu, sebagai dokter muda, kita harus
mampu mengetahui dan memahami seluk beluk tentang Diabetes Mellitus dari
definisi hingga tatalaksana pada pasien, agar ketika sudah menjadi dokter nantinya
ilmu-ilmu yang sudah kita dapatkan di Rumah Sakit Pendidikan dapat kita terapkan
dengan baik pada pasien kita kelaknya.
BAB
2
sternalis sinistra
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : abdomen datar, distensi (-), asites (-), tidak
tampak adanya massa, tidak tampak adanya tanda – tanda
peradangan.
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Perkusi : Timpani diseluruh dinding abdomen
+ + +
+ + +
+ + +
- - -
- - -
Ekstremitas
- Akral
hangat :
+
- Edema
- -
- +
8
MCV 78,7 Fl 75,0 – 100,0 Normal
MCH 26,7 Pg 25,0 – 35,0 Normal
MCHC 33,9 g/dl 31,0 – 38 Normal
RDW% 12,0 % 11,9 – 16,0 Normal
RDWa 56,5 F1 30,0 – 55,0 High
PLT 286 109/l 100 – 400 Normal
MPV 7,8 fL 8,0 – 11,0 Low
PDWa 10,7 fL 0,1 – 99,9 Normal
PCT 0,22 % 0,01 – 9,99 Normal
Refrensi Rentang
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Nilai
Refrensi Rentang
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Nilai
Referensi Rentang
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Nilai
Cholesterol
8,5 mg/dL 40-80 Low
HDL direct
Cholesterol
82,9 mg/dL 0-150 Normal
LDL direct
10
Interpretasi :
1. Irama Sinus, Reguler (lead 2)
2. HR : 83x menit (1500/18)
3. Axis : Normoaxis (lead 1 +, lead avf +)
4. Gelombang P : durasi 0,04 detik, amplitude 0,1 mV
(normal di lead 2 panjang), terdapat p inversi di lead V1
5. Interval P-R : 0,20 detik
6. Kompleks QRS : normal
7. Interval QRS : 0,04 detik (menyempit)
8. Segmen ST : Isoeletrik
11
Kesan :
2.7 Planning
- MRS
- Cek GDS
- Diet DM 1500 kkal/hari
- Tirah Baring
- Konsultasi ke spesialis Bedah terkait DMDF
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di IGD Penatalaksanaan Lanjutan (ruangan)
- IVFD NaCl 0,9 % 12 tpm - IVFD NaCl 0,9 % 12 tpm
- Ceftriaxon 3 x 1g IV - Ceftriaxon 3 x 1g IV
- Metronidazole 3 x 500 mg IV - Metronidazole 3 x 500 mg IV
- Esomeprazole 2 x 40 mg - Levofloxacin 1x750 mg
- Ondancentron 3x4 mg - Esomeprazole 2 x 40 mg
- Paracetamol 3 x 1 g IV - Ondancentron 3x4 mg
- Diet DM 1500 kkal/hari - Paracetamol 3 x 1 g IV
- Transfusi PRC s/d Hb ≥ 10 g/Dl - Klp Albumin 3x1 g
dengan premed furosemid 20 mg - Novorapid 3x4 IU SC
dengan difenhidramin 1 ampul - Lantus 0-0-6 IU SC
- Mecobalamin 1x500mg
- Diet DM 1500 kkal/hari
- Rawat Luka
13
2.9 Follow Up
Rabu, Tanggal 2 Juni 2021
Keluhan : Pasien mengeluh lemas, nyeri pada luka dikaki kiri, mual (+), muntah (-)
KU : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital : TD: 130/80 mmHg, N : 86x/menit, RR : 20x/mnt, T : 36,6°C
(axilla), SpO2: 98% (udara ruangan)
Pemeriksaan Fisik
- Kepala : normochepali
- Mata: reflek pupil (+/+) bulat isokor, anemis (-/-) ,sklera ikterik (-/-)
- Hidung: Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung tidak ada,
deviasi septum tidak ada, deformitas tidak ada
- Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis tidak ada, lidah kotor tidak ada, carries
tidak ada, mukosa tidak hiperemis, tonsil T0-T0
- Telinga: Normal, simetris, discharge tidak ada (-/-), tidak ada kelainan
kongenital
- Leher: Normal, deviasi trakea tidak ada, JVP normal (5+2 cm), pembesaran
KGB tidak ada, kelenjar tiroid tidak ada pembesaran (-/-) dan auskultasi tidak
ada bruit pada arteri karotis atau tiroid.
- Pemeriksaan Thorax
Cor
:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V, linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
14
- Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, normal, distensi tidak ada, asites tidak ada,
tidak tampak adanya massa, tidak tampak adanya tanda – tanda
peradangan.
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi
: Timpani
+ + +
+ + +
+ + +
15
Palpasi :
Nyeri tekan
- - -
- - -
- - -
Ekstermitas :
Hangat Edema
+ + - -
+ + + +
Diagnosis :
1. DM Tipe 2
DM DF Wagner 5 post debridement
Gastropati Diabetik
2. Anemia Ringan NN ec
ACD Terapi :
- IVFD NaCl 0,9 % 8 tpm
- Ceftriaxon 3x1 g IV
- Metronidazol 3x500 mg IV
- Levofloxacin 1x750 mg
- Esomeprazole 2x40 mg
- Ondancentron 3x8 mg
- Paracetamol 3x1 g
16
- Novorapid 3x4 IU SC
- Lantus 0-0-6 IU SC
- Mecobalamin 1x500 mg
- Diet DM 1500 kkal/hari
- Rawat Luka
Monitoring :
- Cek Vital Sign
- GDS : 244 mg/dL
- Albumin 2,07
(L) Planning :
- GDS
- DL ulang
Keluhan : Pasien mengeluh nyeri pada luka dikaki kiri, lemas (+), nafsu makan
menurun
KU : lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital : TD: 130/80 mmHg, N : 82x/menit, RR : 20x/mnt, T : 36°C (axilla), SpO2
: 97% (udara
ruangan)
Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Normochepali
- Mata: : reflek pupil (+/+) bulat isokor, anemis (-/-) ,sklera ikterik (-/-)
- Hidung: Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung tidak
ada, deviasi septum tidak ada, deformitas tidak ada
17
- Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis tidak ada, lidah kotor tidak ada, carries
tidak ada, mukosa tidak hiperemis, tonsil T0-T0
- Telinga: Normal, simetris, discharge tidak ada (-/-), tidak ada kelainan
kongenital
- Leher: Normal, deviasi trakea tidak ada, JVP normal (5+2 cm), pembesaran
KGB tidak ada, kelenjar tiroid tidak ada pembesaran (-/-) dan auskultasi tidak
ada bruit pada arteri karotis atau tiroid.
- Pemeriksaan
Thorax
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tampak pada sela iga V, linea midclavicula sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V, linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
sinistra
Pulmo :
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
- Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, normal, distensi tidak ada, asites tidak ada,
tidak tampak adanya massa, tidak tampak adanya tanda – tanda
peradangan.
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
+ + +
+ + +
+ + +
- - -
- - -
- Ekstermitas :
Hangat Edema
+ + - -
+ + - -
Terdapat luka pada kaki kiri, Lukas maish basah, ROM terbatas
19
Diagnosis :
1. DM Tipe
2
DM DF Wagner 5 post debridement
Gastropati Diabetik
2. Anemia Ringan NN ec
ACD Terapi :
- IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
- Ceftiaxon 3x1 gr IV
- Metronidazole 3x500 mg IV
- Levofloxacin 1x750 mg
- Esomeprazole 2x40 mg
- Ondancentron 3x8 mg
- Paracetamol 3x1 gr
- Albumin 3x2 cap
- Novorapid 3x4 IU SC
- Lantus 0-0-6 IU SC
- Mecobalamin 2x500 mg
- B complex 2x1
- Diet DM 1500 kkal/hari
- Rawat Luka
Monitoring :
- Cek Vital Sign
- GDS : 177
mg/dL Planning
GDS
20
KU : lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda Vital : TD: 130/80 mmHg, N : 82x/menit, RR : 20x/mnt, T : 36°C
(axilla), SpO2 : 97% (udara ruangan)
Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Normochepali
- Mata: : reflek pupil (+/+) bulat isokor, anemis (-/-) ,sklera ikterik (-/-)
- Hidung: Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung tidak ada,
deviasi septum tidak ada, deformitas tidak ada
- Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis tidak ada, lidah kotor tidak ada, carries
tidak ada, mukosa tidak hiperemis, tonsil T0-T0
- Telinga: Normal, simetris, discharge tidak ada (-/-), tidak ada kelainan
kongenital
- Leher: Normal, deviasi trakea tid\ak ada, JVP normal (5+2 cm),
pembesaran KGB tidak ada, kelenjar tiroid tidak ada pembesaran (-/-) dan
auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid.
- Pemeriksaan Thorax
Cor
:
Inspeksi : Ictus cordis tampak pada sela iga V, linea
midclavicula sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V, linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Pulmo :
Inspeksi : Normochest, ada simetris kanan dan kiri, tidak ada gerakan
nafas tertinggal, tidak ada massa dan tidak ada tanda-tanda peradangan.
Palpasi : Fremitus
vocal normal sama kuat antara kanan dan kiri,
pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
Auskultasi :
vesikular rhonki wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
- Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, normal, distensi tidak ada, asites tidak
ada, tidak tampak adanya massa, tidak tampak adanya tanda –
tanda
peradangan.
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
+ + +
+ + +
+ + +
22
- - -
- - -
- Ekstermitas :
Hangat Edema
+ + - -
+ + - -
Luka masih
basah
ROM
terbatas
Diagnosis :
1. DM Tipe 2
DM DF Wagner 5 post debridement
Gastropati Diabetik
2. Anemia Ringan NN ec
ACD Terapi :
- IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
- Ceftiaxon 3x1 gr IV
- Levofloxacin 1x750 mg
- Esomeprazole 2x40 mg
- Ondancentron 3x8 mg
- Paracetamol 3x1 gr
- Novorapid 3x4 IU SC
23
- Lantus 0-0-6 IU SC
- Mecobalamin 2x500 mg
- B complex 2x1
- Curcuma 2x1
- Diet DM 1500 kkal/hari
- Rawat luka
Monitoring
- Cek Vital Sign
- GDS :163
mg/dL Planning
-
GDS
- DL ulang
Sabtu, 5 Juni 2021
KU : sakit sedang
Kesadaran :
Composmentis GCS :
E4V5M6
Tanda Vital : TD: 110/60 mmHg, N : 80x/menit, RR : 21x/mnt, T : 36°C
(axilla), SpO2 : 98% (udara ruangan)
Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Normochepali
- Mata: : reflek pupil (+/+) bulat isokor, anemis (-/-) ,sklera ikterik (-/-)
- Hidung: Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung tidak
ada, deviasi septum tidak ada, deformitas tidak ada
- Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis tidak ada, lidah kotor tidak ada,
carries tidak ada, mukosa tidak hiperemis, tonsil T0-T0
24
- Telinga: Normal, simetris, discharge tidak ada (-/-), tidak ada kelainan
kongenital
- Leher: Normal, deviasi trakea tid\ak ada, JVP normal (5+2 cm),
pembesaran KGB tidak ada, kelenjar tiroid tidak ada pembesaran (-/-) dan
auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid.
- Pemeriksaan
Thorax
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tampak pada sela iga V, linea
midclavicula sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V, linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
sinistra
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
- Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, normal, distensi tidak ada, asites tidak ada,
tidak tampak adanya massa, tidak tampak adanya tanda – tanda
peradangan.
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
+ + +
+ + +
+ + +
- - -
- - -
- Ekstermitas :
Hangat Edema
+ + - -
+ + - -
Diagnosis :
1. DM Tipe 2
DM DF Wagner 5 post debridement
Gastropati Diabetik
2. Anemia Ringan NN ec
ACD Terapi :
- IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
- Ceftiaxon 3x1 gr IV
- Levofloxacin 1x750 mg
- Esomeprazole 2x40 mg
- Ondancentron 3x8 mg
- Paracetamol 3x1 gr
- Novorapid 3x4 IU
- Lantus 0-0-6 IU
- Mecobalamin 2x500 mg
- B complex 2x1
- Curcuma 2x1
- Rawat luka
- Diet DM 1500 kkal/hari
Monitoring
- Cek Vital Sign
- GDS : 124 mg/dL
- DL bermakna : WBC 18,9 (H), GRAN 16,5 (H), GRAN% 87,6 (H), HGB
9,7 (L), HCT 29,2
(L)
27
KU : sakit sedang
Kesadaran :
Composmentis GCS :
E4V5M6
Tanda Vital : TD: 120/70 mmHg, N : 81x/menit, RR : 20x/mnt, T : 36°C
(axilla), SpO2 : 98% (udara ruangan)
Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Normochepali
- Mata: : reflek pupil (+/+) bulat isokor, anemis (-/-) ,sklera ikterik (-/-)
- Hidung: Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung tidak ada,
deviasi septum tidak ada, deformitas tidak ada
- Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis tidak ada, lidah kotor tidak ada, carries
tidak ada, mukosa tidak hiperemis, tonsil T0-T0
- Telinga: Normal, simetris, discharge tidak ada (-/-), tidak ada kelainan
kongenital
- Leher: Normal, deviasi trakea tid\ak ada, JVP normal (5+2 cm),
pembesaran KGB tidak ada, kelenjar tiroid tidak ada pembesaran (-/-) dan
auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid.
- Pemeriksaan Thorax
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tampak pada sela iga V, linea
midclavicula sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V, linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
- Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, normal, distensi tidak ada, asites tidak ada,
tidak tampak adanya massa, tidak tampak adanya tanda – tanda
peradangan.
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
+ + +
+ + +
+ + +
29
- - -
- - -
- Ekstermitas :
Hangat Edema
+ + - -
+ + - -
- Paracetamol 3x1 gr
- Mecobalamin 2x500 mg
- Insulin 4 IU
- B complex 2x1
- Curcuma 2x1
- Diet DM 1500kkal/hari
Monitoring
- Cek Vital Sign
- GDS :115 mg/dl
- DL bermakna: WBC 14.4 (H), HGB 9.6 (L), HCT 29,2 (L)
Keluhan : Pasien sedikit lemas, tetapi sudah lebih baik daripada kemarin,
nafsu makan membaik
KU : sakit sedang
Kesadaran :
Composmentis GCS :
E4V5M6
Tanda Vital : TD: 110/70 mmHg, N : 81x/menit, RR : 20x/mnt, T : 36,2°C
(axilla), SpO2 : 99% (udara ruangan)
Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Normochepali
- Mata: : reflek pupil (+/+) bulat isokor, anemis (-/-) ,sklera ikterik (-/-)
- Hidung: Normal, tidak ada discharge (-/-), nafas cuping hidung tidak
ada, deviasi septum tidak ada, deformitas tidak ada
- Mulut/Gigi: Normal, bibir sianosis tidak ada, lidah kotor tidak ada,
carries tidak ada, mukosa tidak hiperemis, tonsil T0-T0
31
- Telinga: Normal, simetris, discharge tidak ada (-/-), tidak ada kelainan
kongenital
- Leher: Normal, deviasi trakea tid\ak ada, JVP normal (5+2 cm),
pembesaran KGB tidak ada, kelenjar tiroid tidak ada pembesaran (-/-) dan
auskultasi tidak ada bruit pada arteri karotis atau tiroid.
- Pemeriksaan
Thorax
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tampak pada sela iga V, linea
midclavicula sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V, linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
sinistra
Auskultasi :
vesikular rhonki wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
- Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, normal, distensi tidak ada, asites tidak ada,
tidak tampak adanya massa, tidak tampak adanya tanda – tanda
peradangan.
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
+ + +
+ + +
+ + +
- - -
- - -
- Ekstermitas :
Hangat Edema
+ + - -
+ + - -
33
BAB
3
1. Diabetes Tipe 1
3
4
35
C. Faktor Risiko
Sumber : PERKENI, 2015
Adapun beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan
diabetes mellitus, diantaranya : (Zheng, 2018)
a. Riwayat keluarga dengan diabetes, seperti orang tua atau
saudara kandung dengan diabetes mellitus.
b. Usia
Seseorang dengan usia >40 tahun memiliki peningkatan
risiko terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa yang
disebabkan oleh faktor degeneratif yaitu menurunnya fungsi tubuh,
khususnya kemampuan dari sel ß dalam mensekresikan insulin
untuk mematabolisme glukosa.
c. Jenis Kelamin
Perempuan lebih berpeluang untuk terjadi DM dibandingkan laki
laki dengan alasan faktor hormonal dan metabolisme.
d. Obesitas (BMI ≥25 kg/m2)
Obesitas dikaitkan dengan banyak kelainan metabolik yang
dapat meneyababkan resistensi insulin
e. Aktivitas fisik yang kurang
Pengaruh aktivitas fisik secara langsung berhubungan dengan
peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak
otot mengambil glukosa dari aliran darah)
36
f. Ras / etnis
Ras Asia umumnya memiliki presentase lemak tubuh total dan
lemak viseral yang lebih tinggi dibandingkan ras kulit putih hal ini
akan meningkatkan risiko DM tipe 2 (Sudoyo, 2018).
g. Kadar kolesterol
Dislipidemia dapat menyebabkan terjadinya resistensi
insulin. h. Merokok
Perokok cenderung memiliki akumulasi lemak sentral daripada
bukan perokok, selain itu rokok diketahui dapat menyebabkan
resistensi insulin dan menurunkan respon dari sekresi insulin.
D. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus
Tabel 3.2 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus
No : Kriteria Diagnosis DM
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
beban
glukosa yan setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
dilarutkan ke dalam air.
4. HbA1C (≥ 6,5%)
E. Patofisologi
Peningkatan kadar glukosa pada pasien diabetes mellitus sebagai
akibat dari beberapa hal diantaranya :
Rusaknya (destruksi) sel ß yang dipengaruhi oleh faktor eksternal
(virus,
zat kimia, dll) atau dari faktor internal (penyakit autoimun) sehingga
terjadi defisiensi insulin, penurunan sensitivitas reseptor glukosa pada
kelenjar pankreas (Hammer, 2014 & Skyler, 2017).
Adanya resistensi insulin (kemunduran potensi insulin
untuk
meningkatkan pengambilan glukosa dan penggunaan glukosa oleh
sel- sel tubuh) (Skyler, 2017).
Resistensi insulin dapat disebabkan oleh suatu produk sel ß
yang
abnormal, antagonis insulin dalam sirkulasi, atau insensitivitas
reseptor insulin di jaringan perifer (Skyler, 2017).
b. Farmakologi
Beberapa farmakoterapi yang dapat digunakan sebagai anti-
hiperglikemik, yaitu :
Tabel 3.3. Obat Anti-Hiperglikemia Oral DM (ADA, 2017)
Gologan Generik Keuntungan Kerugian Kontraindikasi
Gastropati
Diabetik
Gastropati diabetik merupakan komplikasi diabetes mellitus
yang menyebabkan berbagai masalah pencernaan,
khususnya pada lambung. Menurut American Diabetes
Association, menjelaskan bahwa gastropati diabetik
menunjukkan terjadinya kerusakan fungsi dari sistem otot
dan saraf (neuromuskuler) dibagian lambung karena keadaan
gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dalam jangka
panjang (Sudoyo,
201
8)
Neuropati
Diabetik
Neuropati autonomik dapat berdampak pada fungsi
pupil, kardiovaskular, gastrointestinal, dan genitourinary
(Sudoyo, 2018).
44
Ulkus kaki diabetik
Neuropati sensorimotor dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermudah terjadinya ulkus (Zheng, 2018).
Klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner :
o Infeksi
a. Derajat 0 : tidak ada lesi beresiko tinggi menjadi kaki diabetic.
b. Derajat 1 : ulkus superficial tanpa infeksi. Disebut juga ulkus neuropati karena lebih
sering ditemukan didaerah kaki yang banyak mengalami tekanan berat badan yaitu di
daerah ibu jari kaki dan plantar. Sering terlihat adanya kallus
c. Derajat 2 : ulkus dalam yang disertai selulitis tanpa obses atau tanpa kelainan tulang
d. Derajat 3 : ulkus dengan kelainan kulit dan abses luas yang dalam disertai kelainan
tulang/oeteomielitis
e. Derajat 4 : gangrene terbatas yaitu pada ibu jari kaki dan tumit. Penyebab utamanya
adalah iskemik , oleh karena itu disebut juga ulkus iskemik yang terbatas pada daerah
tertentu.
f. Derajat 5 : Gangren seluruh kaki. Biasanya karena sumbatan arteri besar tetapi juga ada
kelainan neuropati, dan infeksi.
3.2 Anemia
fungsi fagositosis oleh sel leukosit sehingga rentan terkena infeksi dan menyebabkan
inflamasi (James, 2014).
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala
berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Oleh karena itu, dalam
diagnosis anemia tidaklah cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus
dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Hal ini penting
karena seringkali penyakit dasar tersebut tersembunyi, sehingga apabila hal ini
dapat diungkap akan menuntun para klinisi ke arah penyakit berbahaya yang
tersembunyi. Penentuan penyakit dasar juga penting dalam pengelolaan kasus
anemia, karena tanpa mengetahui penyebab yang mendasari anemia tidak dapat
diberikan terapi yang tuntas pada kasus anemia tersebut. Pendekatan terhadap pasien
anemia memerlukan pemahaman tentang patogenesis dan patofisiologi anemia, serta
ketrampilan dalam memilih, menganalisis serta merangkum hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya
(Bakta, 2016).
mempengaruhi morbiditas pada pasien gagal ginjal tahap akhir (ESRD), gagal
ginjal kronik, dan gagal jantung (Suega, 2014).
Anemia menunjukkan prognosis buruk, terlebih pada pasien usia lanjut dengan
faktor risiko (penyakit arteri koroner, penyakit paru, gagal ginjal
kronis).5,23
Kadar Hb ≤ 8 g/dL pada pasien penyakit ginjal kronis dan menjalani
hemodialisis menunjukkan adanya peningkatan 2 kali risiko kematian jika
dibandingkan dengan pasien dengan kadar Hb 10–11 g/dL.20 Pasien dengan
kadar Hb >10 g/dL menunjukkan adanya perbaikan angka kehidupan dan juga
hasil terapi yang baik (Hadiyanto et al, 2018).
b. Tatalasana
Pilihan
Transfusi
Terapi transfusi diberikan untuk intervensi yang cepat dan efektif,
terutama pada anemia yang mengancam jiwa (Hb <6,5 g/dL). Tidak ada
batasan kadar hemoglobin yang pasti sebagai indikasi pemberian transfusi
tetapi sebaiknya kadar hemoglobin pasien dipertahankan pada 10-11 g/dL.
Walaupun transfusi dapat meningkatkan angka kelangsungan hidup, transfusi
juga dapat meningkatkan risiko kegagalan multi-organ dan angka mortalitas
pada pasien kritis. Transfusi darah jangka panjang tidak direkomendasikan
pada anemia penyakit kronis dengan kanker/gagal ginjal kronis karena risiko
serta efek samping berupa overload besi dan sensitisasi antigen HLA yang
terjadi pada pasien sebelum transplantasi ginjal (Hadiyanto et al, 2018).
Terapi Zat Besi
Pemberian terapi zat besi pada anemia penyakit kronis hanya diberikan
apabila terdapat defisiensi zat besi. Defisiensi besi pada anemia penyakit
kronis diberikan suplementasi besi baik secara tunggal atau kombinasi
dengan agen stimulasi eritropoietin.5 Walaupun pemberian tablet besi secara
oral mudah diaplikasikan dan biaya yang dibutuhkan sedikit, tetapi
efektifitasnya menurun karena hepsidin membatasi penyerapan besi pada
saluran cerna. Oleh karena itu, pemberian besi secara intravena jauh lebih
efektif (Hadiyanto et al, 2018).
50
Eritropoietin
Selain untuk menghindarkan pasien dari transfusi serta efek
sampingnya, pemberian eritropoietin juga mempunyai keuntungan berupa
efek anti- inflamasi dengan cara menekan produksi dari TNF-α dan
interferon-γ. Pemberian eritropoietin dikhususkan pada anemia penyakit
kronis dengan penyakit gagal ginjal kronis yaitu pemberian eritropoietin alfa
(Hadiyanto et al,
2018).
3.1 Kesimpulan
BAB 3
PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ibu NWJ usia 57 tahun
masuk rumah sakit pada tanggal 21 Mei 2021 dengan keluhan luka dikaki sebelah
kiri yang tak kunjung sembuh. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang pasien memiliki kadar glukosa darah yang tinggi sehingga
mengarahkan diagnosis pasien yaitu Diabetes Mellitus tipe 2 yang sudah
berkomplikasi yaitu diabetik foot dan gastropati diabetik, serta ada juga diagnosis
lain yaitu Anemia Ringan Normositik Normokromik dilihat dari Hb pasien yang
dibawah 10 mg/dl. Tatalaksana yang diberikan yaitu pemberian insulin untuk
mengontrol dari glukosa darah pasien kemudian merawat luka pasien, memonitoring
dari diet pasien, dan diberikan transfuse darah (PRC) jika Hb terus mengalami
penurunan. Mengontrol gula darah pasien sangat penting untuk prognosis dari
pasien, karena apabila gula darah pasien terkontrol dengan baik maka prognosis
nya bisa ke arah bonam, tetapi apabila gula darah pasien
tidak terkontrol maka prognosis pasien akan menjadi buruk (malam).
5
1
DAFTAR
PUSTAKA
Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar,V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi
9.
Singapura : Elsevier Saunder
American Diabetes Association, 2017. Standar of Medical Care in Diabetes
2017
Vol. 40. United American State : ADA
Bakta, I.M. 2016. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC
Guyton, A. C., Hall, J.E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta :
EGC
Hadiyanto, J.N., Margareth Gracia, Alius Cahyadi, Mario Steffanus. (2018). Anemia
Penyakit Kronis. Jurnal Indonesia Medical Association, Volume 68, Nomor
10, pp. 443-450
Hammer, Gary D & J. Stephen. 2014. Pathophysiology Of Disease An Introduction
To
Clinical Medicine. Ed. 7. USE : Mc Graw Hill Education
Kasper, DL., et al. 2015. Horrison’s Principles of Internal Medicine Ed.19.
New
York : McGraw-Hill
James, Rebecca., & Hijaz, Adonis. 2014. Lower Urinary Tract Symptoms in
Women with Diabetes Mellitus : A Current Review. New York : Springer
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). 2015. Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia
Tahun 2015. Jakarta : Perkeni
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian Pengembangan Kementerian Kesehatan
Republik
Indonesia. Jakarta: Riskesdas.
Shresta, Dina., et all. 2018. National Consensus Statement on the Management
of
Type 2 Diabetes Mellitus in Nepal. Nepal : DEAN
Skyler, Jas J, et al. 2017. Differentiation of Diabetes by Pathophysiology,
Natural
History, and Prognosis. USA : ADA
Sudoyo, AW., Setiati S., Stiyohadi B., Syam AF. 2018. Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta : Internal Publishing
5
2
53
Suega, K. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat: Interna Publihing, pp. 425-556
World Health Organization. 2017. Diabetes . medica Centre. Diunduh
dari http://www.who.int/medicacentre/fatshets/fs312/en. Diakses November
2018
Zheng, Yan. Ley, Sylvia H & Hu, Frank B. 2018. Global Aetiology And
Epidemiology Of Type 2 Diabetes Mellitus And Its Complication. USE
: Macmillan Publisher. Available at :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29219149