Anda di halaman 1dari 18

MATI BATANG OTAK

TASK READING KELOMPOK 1


DEFINISI KEMATIAN

• Mati klinis adalah henti napas (tidak ada gerakan napas spontan)
ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak
terhenti, tetapi tidak ireversibel.
• Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis
bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya
resusitasi dihentikan.
• Mati serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel
serebrum, terutama neokorteks.
KEMATIAN BATANG OTAK

• Adanya otak yang tidak berfungsi lagi secara permanen


• Tidak adanya pergerakan napas
• Tidak adanya refleks-reflex
• respon pupil terhadap cahaya terang
• pergerakan okuler pada uji penggelengan kepala dan uji kalori
• refleks berkedip
• aktivitas postural (misalnya deserebrasi)
• refleks menelan
• refleks kornea, refleks faring, refleks tendon dalam, dan respon terhadap
rangsang plantar.
ETIOLOGI

• Penyebab umum kematian otak adalah adanya cedera otak


• perdarahan subarachnoid
• perdarahan intraserebral
• stroke iskemk dengan edema serebri dan herniasi serebri
• ensefalopati hipoksik-iskemik
• gangguan fungsi hati yang fulminan dengan edema serebri
dan peningkatan tekanan intrakranial
• infeksi intracranial
PATOFISIOLOGI

• Patofisiologi penting terjadinya kematian otak adalah


peningkatan hebat tekanan intrakranial (TIK) yang
disebabkan perdarahan atau edema otak.
• Jika TIK meningkat mendekati tekanan darah arterial,
kemudian tekanan perfusi serebral (TPS) mendekati nol,
maka perfusi serebral akan terhenti dan kematian otak
terjadi.
KRITERIA UMUM

• Hilangnya fungsi serebral


• Hilangnya fungsi batang otak termasuk respirasi
spontan
• Bersifat irreversibel.
KRITERIA HARVARD

• Tidak bereaksi terhadap stimulus noksius yang intensif (unresponsive


coma).
• Hilangnya kemampuan bernapas spontan.
• Hilangnya refleks batang otakdan spinal.
• Hilangnya aktivitas postural seperti deserebrasi.
• EEG datar.
• Hipotermia dan pemakaian depresan seperti barbiturat harus
disingkirkan.
• Temuan klinis dan EEG harus tetap saat evaluasi sekurang kurangnya
24 jam kemudian.
KRITERIA MINNESOTA

• Hilangnya respirasi spontan setelah masa 4 menit pemeriksaan.


• Hilangnya refleks otak yang ditandai dengan: pupil dilatasi,
hilangnya refleks batuk, refleks kornea dan siliospinalis,
hilangnya doll’s eye movement, hilangnya respon terhadap
stimulus kalori dan hilangnya refleks tonus leher.
• Status penderita tidak berubah sekurang-kurangnya dalam 12
jam
• Proses patologis yang berperan dan dianggap tidak dapat
diperbaiki.
DIAGNOSIS

• Pemeriksaan neurologis klinis tetap menjadi standar untuk


penentuan kematian otak.
• Terbuktinya kondisi cedera otak berat.
• Tidak adanya bukti intoksikasi obat, racun atau agen
penyekat neuromuscular.
• Tidak adanya hipotermia berat, didefinisikan sebagai suhu
tubuh ≤ 32oC.
• Penyingkiran kondisi medis yang dapat mengganggu
penilaian klinis, khususnya penyebab ekstrakranial
ALGORITMA PENETAPAN MATI
BATANG OTAK

Penilaian reflex Pemeriksaan


KIE keluarga
batang otak konfirmasi

Evaluasi kasus koma

Periode interval Tes apnea


Observasi
Sertifikasi
Kematian
batang otak
EVALUASI KASUS KOMA

• Penentuan kematian batang otak memerlukan identifikasi


kasus koma ireversibel beserta penyebab koma yang paling
mungkin.
• Cedera kepala berat, perdarahan intraserebral hipertensif,
perdarahan subarachnoid, jejas otak hipoksik-iskemik, dan
kegagalan hepatik fulminan adalah merupakan penyebab
potensial hilangnya fungsi otak yang bersifat ireversibel.
• Dokter perlu menilai tingkat dan reversibilitas koma, serta
potensi berbagai kerusakan organ.
PERIODE INTERVAL OBSERVASI

• Sampai dengan usia 2 bulan, periode interval observasi 48 jam


• Usia lebih dari 2 bulan - < 1 tahun, periode interval observasi 24 jam
• Usia lebih dari 1 tahun - < 18 tahun, periode interval observasi 12 jam
• Usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar 6 jam
PEMERIKSAAN REFLEKS BATANG
OTAK

• Refleks pupil  midbrain


• Refleks kornea  pons
• Refleks okulo-vestibular
• Kalorik test
• Refleks occuloshepalic
• Doll’s eye movement (phenomena)
TES APNEA

• Secara umum, tes apnea dilakukan setelah pemeriksaan


refleks batang otak yang kedua dilakukan.
• Tes apnea dapat dilakukan apabila kondisi prasyarat
terpenuhi
• Suhu tubuh ≥ 36,5 °C atau 97,7 °F
• Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam sebelumnya)
• PaCO2 normal (PaCO2 arterial ≥ 40 mmHg)
• PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial ≥ 200 mmHg)
CARA TEST APNEA

• Hubungkan oksimeter pulse dan lepaskan ventilator


• Isi dengan 100% 02, 61x/menit melalui trakea
• Perhatikan Gerakan pernapasan
• Cek PO2, PCO2, dan pH setelah 8 menit dan
sambung Kembali ventilator
• Bila Gerakan pernapasan tidak ada dan PCO2 >
60mmhg maka test apnea positif (kematian batang
otak)
TES KONFIRMATIF

• Angiography : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat pengisian intraserebral
(intracerebral filling) setinggi bifurkasio karotis atau sirkulus Willisi
• Elektroensefalografi (EEG) : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat aktivitas elektrik
setidaknya selama 30 menit
• Nuclear brain scanning : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat ambilan (uptake)
isotop pada parenkim otak dan atau vasculature, bergantung teknik isotop (hollow skull phenomenon)
• Somatosensory evoked potentials : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat respon
N20-P22 bilateral pada stimulasi nervus medianus
• Transcranial doppler ultrasonography : kematian batang otak ditegakkan oleh adanya puncak sistolik
kecil (small systolic peaks) pada awal sistolik tanpa aliran diastolik (diastolic flow) atau reverberating
flow, mengindikasikan adanya resistensi yang sangat tinggi (very high vascular resistance) terkait
adanya peningkatan tekanan intrakranial yang besar.
KESIMPULAN

• Berbagai teknik yang ditemukan untuk mempertahankan detak jantung dan pernapasan
walaupun pasien telah mati telah memunculkan persepsi baru tentang definisi kematian
sebagai hilangnya fungsi otak dan bukan fungsi jantung dan paru, dimana kematian dapat
ditentukan berdasarkan kriteria neurologis. Kematian otak kebanyakan diakibatkan oleh
cedera kepala berat dan perdarahan intrakranial.
• Kriteria untuk kematian otak sendiri berevolusi seiring waktu. Kematian otak
didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi otak secara ireversibel, termasuk batang
otak. Tiga temuan penting dalam kematian otak adalah koma, hilangnya refleks batang
otak, dan apnea. Pada pasien, harus diperiksa kondisi-kondisi serta kriteria eksklusi.
Harus ditemukan kondisi cedera otak berat yang konsisten dengan proses terjadinya
kematian otak, tidak bernafas secara spontan, dan hasil yang negatif pada pemeriksaan
refleks-refleks batang otak.

Anda mungkin juga menyukai