• Mati klinis adalah henti napas (tidak ada gerakan napas spontan)
ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak
terhenti, tetapi tidak ireversibel.
• Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis
bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya
resusitasi dihentikan.
• Mati serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel
serebrum, terutama neokorteks.
KEMATIAN BATANG OTAK
• Angiography : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat pengisian intraserebral
(intracerebral filling) setinggi bifurkasio karotis atau sirkulus Willisi
• Elektroensefalografi (EEG) : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat aktivitas elektrik
setidaknya selama 30 menit
• Nuclear brain scanning : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat ambilan (uptake)
isotop pada parenkim otak dan atau vasculature, bergantung teknik isotop (hollow skull phenomenon)
• Somatosensory evoked potentials : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat respon
N20-P22 bilateral pada stimulasi nervus medianus
• Transcranial doppler ultrasonography : kematian batang otak ditegakkan oleh adanya puncak sistolik
kecil (small systolic peaks) pada awal sistolik tanpa aliran diastolik (diastolic flow) atau reverberating
flow, mengindikasikan adanya resistensi yang sangat tinggi (very high vascular resistance) terkait
adanya peningkatan tekanan intrakranial yang besar.
KESIMPULAN
• Berbagai teknik yang ditemukan untuk mempertahankan detak jantung dan pernapasan
walaupun pasien telah mati telah memunculkan persepsi baru tentang definisi kematian
sebagai hilangnya fungsi otak dan bukan fungsi jantung dan paru, dimana kematian dapat
ditentukan berdasarkan kriteria neurologis. Kematian otak kebanyakan diakibatkan oleh
cedera kepala berat dan perdarahan intrakranial.
• Kriteria untuk kematian otak sendiri berevolusi seiring waktu. Kematian otak
didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi otak secara ireversibel, termasuk batang
otak. Tiga temuan penting dalam kematian otak adalah koma, hilangnya refleks batang
otak, dan apnea. Pada pasien, harus diperiksa kondisi-kondisi serta kriteria eksklusi.
Harus ditemukan kondisi cedera otak berat yang konsisten dengan proses terjadinya
kematian otak, tidak bernafas secara spontan, dan hasil yang negatif pada pemeriksaan
refleks-refleks batang otak.