Anda di halaman 1dari 47

Dr. BASLI MUHAMMAD, Sp.

S
UPF NEUROLOGI
RSUD CUT MEUTIA LHOKSEUMAWE
PENDAHULUAN
 Byk kasus henti nafas  ventilator
 Fs Vital dipertahankan secara buatan
 Meskipun otak sdh berhenti

Implikasi terhadap definisi kematian secara medis,


 memunculkan konsep kematian batang otak sebagai
penanda kematian.
PENDAHULUAN
 Tanda dr kematian
 Tanda kardiorespirasi
 Kematian batang otak

 Seorang dokter
 Harus memahami benar konsep kematian batang otak,
 Perlu tidknya life support (penyokong kehidupan)
 Syarat mutlak di perkenankannya donor organ untuk
transplantasi.
 Implikasi kematian batang otak  kompleks
 Aspek Bioetik,
 Formulasi Sosial,
 Filosofi Kultural dan Religius,
 Aspek Hukum
Normal Brain Anatomy
Normal Brain Anatomy

Cerebral Cortex

Reticular
Activating
Brain Stem System
Cerebral Cortex
 Kognisi
 Gerakan Volunter
 Sensasi
Batang Otak
Batang Otak

Midbrain
Cranial Nerve III
 fungsi pupil
 gerakan bola mata
Batang Otak

Pons
Cranial Nerves IV, V, VI
 conjugate eye movement
 corneal reflex
Batang Otak

Medulla
Cranial Nerves IX, X
 Reflex Muntah
 Reflex Batuk
Reticular Activating System

 Menerima beberapa
inputs sensorik

 Pusat Kesadaran
Definisi

 Hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk fungsi


batang otak, secara irreversible.

 Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak


adalah
 Koma dalam,
 Hilangnya seluruh refleks batang otak,
 Apnea
Dasar
 Surat Keputusan PB IDI No.336/PB IDI/a.4 tertanggal
15 Maret 1988

 Surat Keputusan PB IDI No.231/PB.A.4/07/90.

Seorang dikatakan mati, bila fungsi pernafasan dan jantung telah


berhenti secara pasti atau irreversible, atau terbukti telah terjadi
kematian batang otak.
Diagnosis Kematian
 1976: Royal Colleges : UK
 Kematian batang otak = kematian otak = mati
 Irreversible coma + irreversible apnoe = mati

 2008 Academy of Medical Royal Colleges


 Kematian yang disertai dengan berhentinya fungsi
cardiorespirasi
 Kematian yang di sertai dengan berhentinya fungsi
batang otak yang irreversibel
Penyebab Kematian Otak

Normal Cerebral Anoxia


Penyebab Kematian Otak

Normal Cerebral Hemorrhage


Penyebab Kematian Otak

Normal Subarachnoid Hemorrhage


Penyebab Kematian Otak

Normal Trauma
Penyebab Kematian Otak

Normal Meningitis
Langkah penetapan kematian
batang otak
 Evaluasi kasus koma
 Berikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi
terkini pasien
 Penilaian klinis awal Refleks Batang Otak.
 Periode interval observasia :
 Usia 0- 2 bulan, periode interval observasi 48 jam.
 usia 2 bulan s/d 1 tahun, periode interval observasi 24 jam.
 Usia > 1 tahun s/d <18 tahun, periode interval observasi 12
jam.
 usia > 18 tahun, periode interval observasi berkisar 6 jam.
Langkah penetapan kematian
batang otak

 Penilaian klinis ulang Refleks Batang Otak.

 Test Apnea

 Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi.

 Persiapan akomodasi yang sesuai.

 Sertifikasi kematian batang otak.

 Penghentian penyokong Kardiorespirasi


Pemeriksaan Neurologi Mati
Batang Otak
Persyaratan Klinis
 Kenali pyb yg irreversible

 Exclusi kondisi yg berpotensi reversible


 Mabuk atau keracunan obat
 Gangguan Elektrolit dan Ggn Asam Basa
 Gangguan Endocrine

 Suhu tubuh > 32° C


Pemeriksaan neurologi mati batang
otak
 Koma

 Hilangnya Refleks Batang Otak

 Apnea
KOMA DALAM
 Tdk ada respon thd stimulasi nyeri luar

 Tidak adanya respon motorik cerebral terhadap


rangsang nyeri pada seluruh ekstremitas (nail-bed
pressure)

 Penekanan di daerah sternum

 Tekan di Supra-Orbital
KOMA
 PYB KOMA
 Cedera kepala berat,
 Perdarahan intraserebral hipertensif,
 Perdarahan subarachnoid,
 Kejas otak hipoksik-iskemik,
 Kegagalan hepatik fulminan

Potensial hilangnya fungsi otak yang


bersifat ireversibel
HILANGNYA REFLEKS BATANG OTAK
 Reflex Pupil

 Pergerakan Bola Mata

 Sensasi wajah dan respon motorik

 Reflex Muntah

 Reflex Batuk
 Pupil:
 Tidak terdapat respon terhadap cahaya / refleks cahaya
negatif
 Ukuran: midposisi (4 mm) sampai dilatasi (9 mm)

 Gerakan bola mata /gerakan okular:


 Refleks oculocephalic negatif
 Kalori Test (-)
Reflex Pupil
Dilatasi pupil ketika di beri cahaya
Pergerakan bola mata

Occulo-Cephalic Response
“Doll’s Eyes Maneuver”
 Respon motorik facial dan sensorik facial:
 Refleks kornea negatif
 Jaw reflex negatif (optional)
 Tidak terdapat respon menyeringai terhadap rangsang
tekanan dalam pada kuku, supraorbita,atau
temporomandibular joint
 Refleks trakhea dan faring:
 Tidak terdapat respon terhadap rangsangan di faring
bagian posterior
 Tidak terdapat respon terhadap pengisapan
trakeobronkial / tracheobronchial suctioning
APNEA
 Tes apnea  dilakukan setelah pemeriksaan refleks
batang otak yang kedua dilakukan.
 Syarat :
 Suhu tubuh ≥ 36,5 °C atau 97,7 °F
 Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam
sebelumnya)
 PaCO2 normal (PaCO2 arterial ≥ 40 mmHg)
 PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial ≥
200 mmHg)
Langkah- langkah tes apnea:

1. Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan


ventilator
2. Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea
(tempatkan kanul setinggi carina)
3. Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan
(gerakan dinding dada atau abdomen yang
menghasilkan volume tidal adekuat)
4. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8
menit, kemudian ventilator disambungkan kembali
5. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8 menit,
kemudian ventilator disambungkan kembali
6. Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan
PaCO2 ≥ 60 mmHg (atau peningkatan PaCO2
lebihatau sama dengan nilai dasar normal), hasil tes
apnea dinyatakan positif (mendukung kemungkinan
klinis kematian batang otak)
7. Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea
dinyatakan negatif (tidak mendukung kemungkinan
klinis kematian batang otak)
8. Hubungkan ventilator selama tes apnea apabila tekanan
darah sistolik turun sampai < 90 mmHg (atau lebih
rendah dari batas nilai normal sesuai usia pada pasien <
18 tahun), atau pulse-oxymeter mengindikasikan adanya
desaturasi oksigen yang bermakna, atau terjadi aritmia
kardial.
 Segera ambil sampel darah arterial dan periksa analisis gas
darah.
 Apabila PaCO2 ≥ 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 ≥ 20
mmHg di atas nilai dasar normal, tes apnea dinyatakan
positif.
 Apabila PaCO2 < 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 < 20
mHg di atas nilai dasar normal, hasil pemeriksaan belum
dapat dipastikan dan perlu dilakukan tes konfirmasi
 Kondisi-kondisi yg dapat mempengaruhi diagnosis
klinis kematian batang otak spt:
a. Trauma spinal servikal berat atau trauma fasial berat
b. Kelainan pupil sebelumnya
c. Level toksis obat sedatif, aminoglikosida,
antidepresan trisiklik, antikolinergik, obat anti
epilepsi, agen kemoterapi, atau agen blokade
neuromuscular
d. Sleep apnea atau penyakit paru berat yang
mengakibatkan retensi kronis CO2

Pemeriksaan Konfirmasi
Confirmatory Testing
EEG

Normal Electrocerebral Silence


Confirmatory Testing
Cerebral Angiography

Normal No Intracranial Flow


Confirmatory Testing
Technetium-99 Isotope Brain Scan
Confirmatory Testing
MR- Angiography
Confirmatory Testing
Transcranial Ultrasonography
Confirmatory Testing
Somatosensory Evoked Potentials

Anda mungkin juga menyukai