Anda di halaman 1dari 18

Brain Death/Mati Batang Otak

Disusun oleh :
Bagus Bashofi 170070201011186
Michael Surya 170070201011135

Pembimbing
dr. Buyung Hartiyo L., Sp.An, KNA
Pendahuluan
• Salah satu tantangan terberat bagi dokter: mempertahankan dan
memulihkan fungsi saraf pasien cedera otak berat.

• Kematian didefinisikan sebagai hilangnya fungsi otak dan bukan


fungsi jantung dan paru.

• Tidak lagi didapatkan aktivitas dari otak, atau dikenal dengan istilah
mati batang otak.

• Tidak diharuskan mengkonsulkan kondisi pasien untuk menentukan


kematian batang otak.
Mati Batang Otak
• Sebuah komite ad hoc di Harvard Medical School (1968)

“tidak adanya respons dan kurangnya daya terima rangsang,


tidak adanya gerakan motorik dan pernapasan,
tidak adanya refleks batang otak,
dan koma yang penyebabnya telah diidentifikasi“
• Kematian batang otak didefinisikan sebagai
“kehilangan semua fungsi otak yang tidak dapat dibalikkan.”

• Tiga temuan penting dalam kematian batang otak adalah


• koma
• tidak adanya refleks batang otak
• apnea

Diagnosis kematian otak terutama bersifat klinis.


Tidak diperlukan tes lain jika dapat dilakukan pemeriksaan
klinis lengkap,
termasuk masing-masing dari dua penilaian refleks batang
otak dan tes apnea tunggal.
Penentuan Kematian Batang Otak
1. Identifikasi riwayat/temuan pemeriksaan fisik yang
memberikan etiologi disfungsi otak yang jelas.

identifikasi penyebab langsung dan ditemukannya koma yang


ireversibel.

bukti klinis atau neuro-imaging dari kelainan SSP akut yang kompatibel
dengan diagnosis klinis kematian batang otak.
2. Menyingkirkan segala kondisi yang memungkinkan
menyebabkan gangguan batang otak

• Syok
• Hipotermi
• Dalam pengaruh obat yang mengubah kondisi neurologis
• Ensefalitis
• Guillain-Barre syndrome
• Encephalopathy
• Hipofosfatemia
3. Pemeriksaan fungsi saraf secara menyeluruh

• Memeriksa ada tidaknya adanya gerakan spontan, perubahan postur,


kejang, menggigil, respons terhadap rangsangan verbal, dan respons
terhadap rangsangan yang tidak nyaman
• Memeriksa ada tidaknya refleks pupil terhadap cahaya langsung.
• Memeriksa ada tidaknya reflek kornea, reflek oculocephalic, reflek
batuk, dan reflek muntah.
• Memeriksa ada tidaknya reflek oculovestibular.
• Memeriksa adanya kegagalan denyut jantung untuk bertambah lebih
dari 5 denyut per menit setelah pemberian 1-2mg atropine IV.
• Memeriksa ada tidaknya usaha napas spontan dalam kondisi
hiperkarbia, dengan melakukan tes apnoe.
4. Melakukan pemeriksaan tes apnoe

Prasyarat tes apnoe


i. Suhu tubuh > 36,5
ii. Euvolemia (balance cairan positif dalam 6 jam terakhir)
iii. Normal PCO2 (arterial PCO2 > 40mmHg)
iv. Normal PO2 (pre-oksigenasi hingga arterial PO2 > 200mmHg)
Langkah-langkah tes apnoe
1. Pasang pulse oximeter dan lepaskan ventilator
2. Berikan pasokan 100% O2 seanyak 6L/menit ke trakea
3. Periksa apakah ada pergerakan napas abdominal atau napas dada
yang memproduksi volum tidal
4. Ukur PO2, PCO2, dan pH arteri setelah 8 menit dan hubungkan
kembali ventilator
5. Apabila pergerakan napas absen dan PCO2 arteri > 60mmHg atau
(BGA) ada kenaikan 20mmHg dari nilai baseline PCO2, maka tes apnoe
dinyatakan positif (mendukung diagnosis mati batang otak)
6. Hubungkan segera ventilator apabila dalam proses nya ditemukan
tekanan darah yang tiba-tiba menurun < 90mmHg (atau dibawah
standar usia pada anak kurang dari 18 tahun), pulse oximeter
menunjukkan desaturase signifikan, atau terdapat cardiac arrhytmia.
Penilaian Reflek Batang Otak
• 1. Pupil (fungsi saraf cranial II dan III)
Ada tidaknya respon terhadap cahaya terang, dengan ukuran
midposition (4mm) atau dilatasi (9mm).

• 2. Pergerakan okular (fungsi saraf cranial III, VI, dan VIII)


Ada tidaknya reflek oculocephalic, hanya diuji jika tidak ada
fraktur/instabilitas servikal/basis cranii.
Ada tidaknya respon deviasi mata terhadap irigasi di telinga dengan
menggunakan air dingin, hanya diakukan apabila membrane timpani
intak, dan respon ditunggu hingga 1 menit. Berikan jarak waktu 5 menit
per telinga yang diuji.
• 3. Respon sensoris dan motoris facial
ada tidaknya reflek korneal (fungsi saraf cranial V dan VII)
ada tidaknya reflek rahang (fungsi saraf cranial IX)
ada tidaknya perubahan ekspresi meringis terhadap tekanan kuku,
daerah supraorbital, atau sendi temporomandibular (fungsi saraf
aferen V dan eferen VII)

• 4. Reflek faringeal dan trakeal (fungsi saraf cranial IX dan X)


ada tidaknya respon setelah stimulasi pada faring posterior
ada tidaknya respon batuk pada suction tracheobronchial
Kriteria Diagnosa Mati Batang Otak
Kriteria Harvard Kriteria Minnesota Kriteria Philadhelpia

unreceptivity dan tidak adanya respon tekanan intrakranial yang diketahui Tidak adanya responsif terhadap
Temuan ini harus dinyatakan oleh dua tetapi tak tergantikan lingkungan internal dan eksternal
tim independen, dengan dua deklarasi Semua temuan harus tetap tidak Tidak ada pernapasan spontan selama
dengan interval 6 jam di antara mereka berubah selama 12 jam lebih dari 3 menit
Tidak ada gerakan Tidak ada gerakan spontan Tidak ada gerakan otot dengan
Apnea Apnea flacciditas menyeluruh
Tidak adanya refleks yang dapat Tidak adanya refleks batang otak Tidak adanya refleks dan respons
diterima Menurunnya tekanan arteri tanpa
Isoelektrik menggunakan obat-obatan atau
Electroencephalogram dengan tindakan lain
Elektroensefalogram isoelektrik
direkam secara spontan dan selama
stimulasi sentuhan dan pendengaran
Tanggung Jawab Dokter Dalam Menentukan
Kematian Otak
• Diagnosis kematian otak terutama bersifat klinis.

• Tidak diperlukan tes lain jika pemeriksaan klinis lengkap.

• Harus memberi tahu orang yang paling dekat dengan pasien ketika
proses pemeriksaan berlangsung.

• Persetujuan pemeriksaan tidak perlu diperoleh tetapi permintaan


keberatan harus dicatat dan disampaikan ke staf etik.
• Pasien harus diamati untuk jangka waktu tertentu bila terdapat
manifestasi klinis yang tidak konsisten dengan diagnosis kematian
otak. (per 6 jam pada orang dewasa dan anak kecil> 1tahun)

• Pemeriksaan sebagaimana dijelaskan di atas harus diulangi secara


menyeluruh dan didokumentasikan.

• Pada beberapa pasien, kondisi cedera tengkorak atau cedera serviks,


ketidakstabilan kardiovaskular, atau faktor-faktor lain mungkin
menghalangi pemeriksaan secara menyeluruh.
Tes Konfirmasi
• Angiography (konvensional, computerized tomographic, magnetic
resonance, radionuclide)
• Electroencephalography (EEG)
• Nuclear brain scanning
• Somatosensory evoked potentials
• Transcranial doppler ultrasonography
Sertifikasi Kematian Otak
• Kematian batang otak dapat di sertifikasi oleh satu orang dokter saja
yang memeriksa dan memastikan kematian otak.

• Pada donor organ, kematian otak harus dipastikan oleh seorang


dokter yang memeriksa kematian otak dan satu orang saksi dokter
lain.

• Semua fase dari penentuan kematian otak haruslah dicatat dengan


jelas pada rekam medis.
Kematian Batang Otak Pada Anak-anak Kurang
Dari 1 Tahun
• Belum terdapat kriteria yang pasti untuk menentukan kematian otak
pada anak kurang dari 7 hari.

• Untuk anak usia 7 hari hingga 2 bulan, kematian otak dipastikan


dengan pemeriksaan sebanyak dua kali yang diikuti EEG, dengan jarak
waktu 48 jam.

• Untuk anak usia 2 bulan hingga 1 tahun, kematian otak dipastikan


dengan pemeriksaan sebanyak dua kali yang diikuti EEG, dengan jarak
waktu 24 jam. Pemeriksaan ulangan tidak dibutuhkan jika dapat
dipastikan dengan gambaran angiografik.
Pengamatan Klinis Yang Tidak Sesuai Dengan
Diagnosis Kematian Otak
• gerakan tungkai spontan selain fleksi patologis atau respons ekstensi
• respiratory like movements (elevasi dan aduksi bahu, gerakan
punggung melengkung, ekspansi interkostal tanpa volume tidal yang
signifikan)
• berkeringat, flushing, takikardia
• tekanan darah normal tanpa dukungan farmakologis atau
peningkatan tekanan darah mendadak
• diabetes insipidus absen
• reflek deep tendon, reflek abdominal superfisial, respon triple fleksi
• reflek Babinski

Anda mungkin juga menyukai