Anda di halaman 1dari 28

1

DISKUSI TOPIK
PENURUNAN KESADARAN DAN
STATUS EPILEPTIKUS

Agung Prasetyo
NIM I4061162043

Pembimbing
dr. Ranti Waluyan
2

PENDAHULUAN
• Kondisi tidak sadar dan koma merupakan
masalah umum dalam kedokteran.
• Penurunan kesadaran merupakan kondisi
mental dan perilaku dari menurunnya
pemahaman, rasionalitas, dan kapasitas
motivasi
• Ketidaksadaran dan kehilangan kesadaran
memiliki manifestasi klinik dan penjelasan
fisiologi yang berbeda kendati dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit.
3

PENDAHULUAN
• Status epileptikus merupakan suatu kondisi
kegawatdaruratan neurologis dengan morbiditas
dan mortalitas yang bergantung pada durasi
kejang.
• Insidensi tertinggi terjadi pada usia di bawah 10
tahun (14,3 per 100.000) dan pada usia lebih
dari 50 tahun (28,4 per 100.000) dengan angka
kematian tertinggi pada populasi lansia
• Terapi status epileptikus yang tepat dan cepat
akan mengurangi mortalitas dan morbiditas
4
5

Definisi
Gangguan kesadaran merupakan keadaan
individu yang tidak dapat mengenali tanggapan
yang adekuat terhadap rangsangan visual,
auditorik dan sensorik.
6

Patofisiologi
• Lesi Supratentorial  kerusakan langsung ada
jaringan otak atau akibat penggeseran dan
kompresi pada ARAS
• Lesi Infratentorial  gangguan kesadaran dapat
terjadi karena kerusakan ARAS baik oleh proses
intrinsik pada batang otak maupun oleh proses
ekstrinsik
• Gangguan difus  akibat gangguan metabolik
7

Klasifikasi
• Kompos mentis
• Apatis
• Somnolen
• Soporous/stupor
• Koma
8

Etiologi
• Lesi struktural ▫ Perdarahan atau infark
supratentorial serebelar
▫ Perdarahan subdural ▫ Perdarahan epidural dan
▫ Perdarahan epidural subdural fossa posterior
▫ Kontusio serebri • Ensefalopati Difus
▫ Perdarahan intraserebral ▫ Meningitis dan ensefalitis
▫ Abses otak ▫ Perdarahan subarachnoid
▫ Stroke ▫ Hipoglikemia
▫ Tumor otak ▫ Intoksikasi
• Lesi Struktural ▫ Ensefalopati hepatikum
Subtentorial ▫ Hyperglycemic
▫ Oklusi arteri basiler hyperosmolar state
▫ Perdarahan pontine ▫ Hyponatremia
9

Evaluasi Awal dan Penatalaksanaan


Kegawatdaruratan
• Pertahankan patensi jalan nafas serta ventilasi
dan sirkulasi yang adekuat
• Lakukan pemasangan infus dan pemeriksaan
glukosa darah, elektrolit, fungsi hepar dan
ginjal, PT, aPTT, darah lengkap dan toksikologi.
• Berikan cairan intravena dan dextrose, thiamin
serta naloxone bila diindikasikan
• Lakukan pemeriksaan analisis gas darah dan pH
• Atasi Kejang
10

Anamnesis
• Onset mendadak  etiologi vaskuler
• Onset progres cepat dan lateralisasi 
perdarahan intraserebral
• Onset yang berlangsung dalam beberapa hari
dan minggu disebabkan oleh tumor, abses atau
perdarahan subdural kronis
• Riwayat penyakit komorbid juga perlu
ditanyakan khususunya yang berpengaruh
terhadap penurunan kesadaran (sirosis, CKD,
PPOK, epilepsi, dan gangguan psikiatri).
11

Pemeriksaan Fisik Umum


• Tanda-tanda trauma
• Pemeriksaan tanda vital
• Pemeriksaan tanda rangsang meningeal
12

Pemeriksaan Neurologis
13

Pemeriksaan Neurologis
14

Penatalaksanaan
Terapi Non-Farmakologik
▫ Life saving, bebaskan jalan nafas, berikan oksigen
▫ Pantau tanda vital
▫ Pasang kateter
▫ Perhatikan nutrisi, pasang NGT dan berikan
cairan infus
▫ Perhatikan sirkulasi darah optimal
▫ Turunkan tekanan intrakranial
▫ Perbaiki keseimbangan cairan elektrolit
▫ Perhatikan suhu tubuh
15

Penatalaksanaan
Terapi Farmakologik
• Tindakan operasi pada perdarahan epidural
• Antibiotik dosis tinggi pada meningoensefalitis
bakteri
• Turunkan tekanan darah pada hipertensi
ensefalopati
• Diazepam iv 10 mg pada status epileptikus
• Bolus dextrose 40% IV pada hipoglikemi
16
17

DEFINISI
Status epileptikus (SE) adalah bangkitan yang
berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya
dua bangkitan atau lebih dan diantara
bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat
pemulihan kesadaran.
Namun demikian penanganan bangkitan
konvulsif harus dimulai bila bangkitan konvulsif
sudah berlangsung lebih dari 5-10 menit
18

ETIOLOGI
• Simtomatis: penyebab diketahui
▫ Akut: stroke, intoksikasi, malaria, ensefalitis,
infeksi
▫ Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumya:
post trauma, post ensefalitis, post stroke
▫ Kelainan neurologi progresif seperti tumor orak,
penyakit neurodegeneratif, dll
• Idiopatik / kriptogenis : penyebab tidak dapat
diketahui
19

PATOFISIOLOGI
Status epileptikus disebabkan oleh aktivasi
neurotransmiter eksitasi yang berlebihan dan
atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang
tidak efektif.
20

KLASIFIKASI
• Berdasarkan klinis:
▫ SE fokal
▫ SE general
• Berdasarkan durasi:
▫ SE Dini (5-30 menit)
▫ SE menetap / Established (>30 menit)
▫ SE Refrakter (bangkitan tetap ada setelah
mendapat dua atau tiga jenis antikonvulsan awal
dengan dosis adekuat)
21

EVALUASI AWAL
• Pemberian terapi antiepilepsi emergensi harus
dilakukan sesegera mungkin bersamaan dengan
pemeriksaan emergensi.
• Tanda vital
▫ Tekanan darah
▫ Suhu
▫ Nadi
• Pemasangan jalur intravena dan ambil sampel
darah
• Berikan glukosa (50 mL dextrose 50%) secara
intravena jika GDS < 60 mg/dL
22

EVALUASI AWAL
• Menggali riwayat penyakit pasien
• Pemeriksaan fisik singkat, khususnya
▫ Tanda – tanda trauma
▫ Tanda meningeal atau infeksi sistemik
▫ Papiledema
▫ Defisit neurologis fokal
• Analisis gas darah
• Pungsi lumbar, kecuali apabila penyebab kejang sudah
dapat ditentukan atau adanya tanda peningkatan
tekanan intrakranial atau defisit neurologis fokal.
• EKG
• Sampel urin untuk pemeriksaan toksikologi
23

TATALAKSANA
24

TATALAKSANA
25

TATALAKSANA
26

DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Internal Publishing; 2014.
2. Dham BS, Hunter K, Rincon F. The Epidemiology of Status Epilepticus in
the United States. Neurocrit Care. 2014 Jun;20(3):476–83.
3. Betjemann JP, Josephson SA, Lowenstein DH, Burke JF. Trends in Status
Epilepticus—Related Hospitalizations and Mortality: Redefined in US
Practice Over Time. JAMA Neurol. 2015 Jun 1;72(6):650.
4. Glauser T, Shinnar S, Gloss D, Alldredge B, Arya R, Bainbridge J, et al.
Evidence-Based Guideline: Treatment of Convulsive Status Epilepticus in
Children and Adults: Report of the Guideline Committee of the American
Epilepsy Society. Epilepsy Curr. 2016 Jan;16(1):48–61.
5. Setyohadi B, Arsana PM, Suryanto A, Soeroto AY, Abdullah M, editors.
EIMED PAPDI: Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. 2nd ed. Jakarta:
Persatuan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia; 2011.
6. Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ, Aminoff MJ. Clinical neurology
[Internet]. 2018 [cited 2019 Jan 13]. Available from:
http://accessmedicine.mhmedical.com/book.aspx?bookid=2274
7. Pokdi Epilepsi Perdossi. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. 5th ed.
Kusumastuti K, Gunadharma S, Kustiowati E, editors. Surabaya: Airlangga
University Press; 2014.
27

DAFTAR PUSTAKA
8. Fountain N, Lothman E. Pathophysiology of status epilepticus. J Clin Neurophysiol.
1995;12(4):326–42.
9. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical Neurology. 9th ed. New York:
McGraw Hill Education; 2015.
10. Louis ED, Mayer SA, Rowland LP. Merritt’s neurology. 13th ed. New York:
Lippincott Williams & Wilkins; 2016.
11. Claassen J, Hirsch LJ, Kreiter KT, Du EY, Sander Connolly E, Emerson RG, et al.
Quantitative continuous EEG for detecting delayed cerebral ischemia in patients
with poor-grade subarachnoid hemorrhage. Clin Neurophysiol. 2004
Dec;115(12):2699–710.
12. Hantus S. Epilepsy Emergencies: Contin Lifelong Learn Neurol. 2016 Feb;22(1,
Epilepsy):173–90.
13. Gilad R, Izkovitz N, Dabby R, Rapoport A, Sadeh M, Weller B, et al. Treatment of
status epilepticus and acute repetitive seizures with i.v. valproic acid vs phenytoin.
Acta Neurol Scand. 2008 Nov;118(5):296–300.
14. Misra UK, Kalita J, Maurya PK. Levetiracetam versus lorazepam in status
epilepticus: a randomized, open labeled pilot study. J Neurol. 2011 Sep 6;259:645–
8.
15. DeToledo J, Ramsay R. Fosphenytoin and phenytoin in patients with status
epilepticus: Improved tolerability versus increased costs. Drug Saf. 2000
Jun;22(6):459–66.
28

Anda mungkin juga menyukai