Anda di halaman 1dari 21

Status Epilepticus

Penyaji : dr. Eka Azwinda


Pembimbing : dr. Masita, Sp.S

Departemen Neurologi
RSUP Moh. Hoesin Palembang - Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
PENDAHULUAN
Status epileptikus
International League Against konvulsif
Epilepsy, status epileptikus
 aktivitas kejang yang
berlangsung terus menerus Status Epileptikus
selama 30 menit atau lebih. non-konvulsif

Studi berbasis populasi di Richmond, Angka kematian untuk


VA, Delorenzo et al., memperkirakan status epileptikus cukup
bahwa 50,000-200,000 kasus status tinggi, sekitar 22%-25%
epileptikus terjadi setiap tahun di walaupun dengan terapi
Amerika Serikat. obat agresif.
DEFINISI

Status epileptikus menurut Epilepsy Foundation of America’s


Working Group on  sebagai bangkitan yang berlangsung lebih
dari 30 menit atau dua atau lebih bangkitan, dimana diantara dua
bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran.
EPIDEMIOLOGI
Status epileptikus merupakan
keadaan kejang terus menerus,
dengan kejadian tahunan berkisar
10-86 per 100.000 orang.

• Kejadian Di Amerika Serikat berdasarkan studi


epidemiologi102.000-152.000 episode /tahun.

• Kematian 55.000 per-tahun telah dikaitkan


dengan status epileptikus.
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
Status
Epileptikus
2 Tipe Status Epileptikus Berdasarkan onset

SE Konvulsif SE dini (5-30 menit)


Bangkitan umum tonik klonik

SE menetap (>30 menit)

SE Non-Konvulsif
Bangkitan bukan umum tonik SE refrakter
klonik
PATOFISIOLOGI
Perubahan konsentrasi ion diruang
ekstraseluler rangsang mekanis, kimiawi
dan aliran listrik dari sekitarnya Perbedaan Potensial
Perubahan patologis dari membran krn
penyakit/keturunan

Ion natrium berdifusi melalui


Hipereksitasi neuron membran (depolarisasi>repolarisasi)

Peningkatan
Kejang (berlangsung
pelepasan
>30 menit)
neurotransmitter

Status Epileptikus
MANIFESTASI KLINIS

8
9
DIAGNOSIS
Anamnesis

• Riwayat epilepsi dan riwayat pengobatan


• Pasien mungkin hanya menunjukkan gerakan kejang dengan
amplitudo yang kecil pada wajahnya, tangan, kaki dan
sentakan nistagmoid pada kedua matanya.
• Jika kejang ini berhenti, pasien akan tetap dalam kondisi tidak
sadar dan tidak memberikan respon atau kemungkinan pasien
bingung kemudian kejang kembali terjadi.
Pemeriksaan Fisik

SE konvulsif generalisata sering dapat dikenali langsung bila


terdapat aktivitas tonik-klonik. Kesadaran terganggu.
Beberapa hal pada pemeriksaan fisik dapat memberikan
informasi etiologi dari SE:
• Needle tracks
• Papilledema
• Tanda-tanda lateralisasi
• Jejas yang diasosiasikan dengan kejang termasuk laserasi
lidah, dislokasi bahu, trauma kepala, trauma wajah.
Pemeriksaan Penunjang

12
PENATALAKSANAAN
Protokol Penatalaksanaan Status Epileptikus

Stadium 1 (0-10 menit) Stadium 2 (0-30 menit)


• Diazepam 10mg IV bolus lambat • Monitor pasien
dalam 5 menit, stop jika kejang • Petimbangkan kemungkinan kondisi
berhenti, bila masih kejang dapat non epileptik
diulang 1 kali lagi atau Midazolam
• Pemeriksaan emergensi laboratorium
0,2mg/kgBB IM
• Berikan glukosa (D50% 50 ml)
• Pertahankan patensi jalan napas dan
dan/atau thiamine 250mg i.v bila ada
resusitasi
kecurigaan penyalahgunaan alcohol
• Berikan oksigen atau defisiensi nutrisi
• Periksa fungsi kardiorespirasi • Terapi asidosis bila terdapat asidosis
• Pasang infus berat
Stadium 3 (0-60 menit) Stadium 4 (30-90 menit)
• Pastikan etiologi • Pindah ke ICU
• Siapkan untuk rujuk ICU • Anestesi umum dengan salah satu obat di
bawah ini :
• Identifikasi dan terapi komplikasi
– Propofol 1-2mg/kgBB bolus, dilanjutkan
medis yang terjadi 2-10mb/kg/jam dititrasi naik sampai SE
• Vasopressor bila diperlukan terkontrol

• Fenitoin i.v dosis of 15-18mg/kg – Midazolam 0,1-0,2mg/kg bolus,


dilanjutkan 0,05-0,5mg/kg/jam dititrasi
dengan kecepatan pemberian naik sampai SE terkontrol
50mg/menit dan/atau bolus
– Thiopental sodium 3-5mg/kg bolus,
Phenobarbital 10-15mg/kg i.v dengan dilanjut 3-5mg/kg/jam dititrasi naik
kecepatan 100mg/menit sampai terkontrol
ALUR PENANGANAN STATUS EPILEPTIKUS

15
2020
PROGNOSIS
Koperasi SE Veteran Affairs  sebesar 56% dari pasien yang
terdiagnosis jelas mengalami GCSE (General Convulsive Status
Epilepticus) yang memberikan respon terhadap pengobatan tahap awal.

Sedangkan untuk jenis status epileptikus halus (Subtle SE)


hanya 15% pasien yang menanggapi pengobatan awal.

Prognosis tergantung terhadap baik buruknya respon pasien


terhadap pengobatan yang diberikan. Semakin rendah respon
terhadap pengobatan, semakin buruk prognosis.
KOMPLIKASI
Status
Epileptikus

Hipertermi Hipotensi Rabdomiolisis

Asidosis Kegagalan Aspirasi


pernapasan
KESIMPULAN
Status epileptikus merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang harus ditangani
segera dan secepat mungkin, karena melibatkan proses fisiologis pada sistem
homeostasis tubuh, kerusakan syaraf dan otak yang dapat mengakibatkan
kematian.

Diagnosis status epileptikus berdasarkan dari anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

Penanganannya tidak hanya menghentikan kejang yang sedang berlangsung, tetapi


juga harus mengidentifikasi penyakit dasar dari status tersebut.

Prognosis tergantung terhadap baik buruknya respon pasien terhadap


pengobatan yang diberikan. Semakin rendah respon terhadap pengobatan,
semakin buruk prognosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Deshpande LS, Lou JK, Mian A, Blair RE, Sombati S, Attkisson E, et al. Time course and mechanism of
hippocampal neuronal death in an in vitro model of status epilepticus: Role of NMDA receptor. Eur J Pharmacol
2008;583(1):73-83.
2. Medscape Emedicine. Apr 11, 2014. Status Epileptic http://emedicine.medscape.com [diakses pada 12 Mei 2019]
3. Lombardo MC. Gangguan kejang. In: Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi. 6 ed. Jakarta: EGC; 2005. p.
1158-1161.
4. Assis TMRd, Costa G, Bacellar A, Orsini M, Nascimento OJM. Status epilepticus in the elderly: epidemiology,
clinical aspects and treatment. Neurology 2012;4(17):78-84.
5. Standar Pelayanan Medik (SPM) Perdossi. Jakarta: Perdossi 2008
6. Hughes R. Neurological emergencies. 4 ed. London: BMJ Publishing Group; 2003.
7. Medscape Reference. May 26, 2011. Status Epileptikus. http://emedicine.medscape.com [diakses pada 12 Mei
2019]
8. Davis LE, King MK, Schultz JL. Fundamentals of neurological disease an introductory text. New york: Demos
medical publishing; 2005.
9. Hughes R. Neurological emergencies. 4 ed. London: BMJ Publishing Group; 2003.
10. Wilkinson I, Lennox G. Essential neurology. 4 ed. Victoria, Australia: Blackwell Publishing; 2005.
11. Epilepsi KS. Pedoman tata laksana epilepsi. 3 ed. Jakarta: Perdossi; 2008.

12. Stafstrom CE. Recognizing Seizures and Epilepsy: Insights from Pathophysiology. In: Miller JW, Goodkin HP,
editors. Neurology in Practice: Epilepsy. New Jersey: Wiley Blackwell. 2014.
13. Kusumastuti K, Gunadharma S, Kustiowati E. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi ke-5. Surabaya: Airlangga
University Press. 2014.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai