BANJARMASIN
2019
Kejang
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
Kejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak dan tidak terkontrol
yang disebabkan oleh kejang involunter saraf otak.1
Kejang atau bangkitan didefinisikan sebagai kejadian mendadak yang berupa kesadaran
terganggu, binggung, gerakan otot abnormal yang sifatmya involunter.
Selama kejang, aliran darah otak, oksigen, konsumsi glukosa, karbon dioksida dan
produksi asam laktat meningkat. Kejang singkat jarang menghasilkan efek yang berlangsung
pada otak. Kejang yang berkepanjangan dapat menyebabkan asidosis metabolik, hiperkalemia,
hipertermia, hipoglikemia, dan kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan neurologis permanen.
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan yaitu, epilepsi, kejang demam,
hipoglikemia, hipoksia, hipotensi, tumor otak, meningitis, ketidakseimbangan elektrolit, dan
overdosis obat.
Meskipun penyebab dari kejang beragam namun pada fase awal tidak perlu untuk
melabelnya masuk pada kelompok mana, karena manajemen jalan nafas dan penghentian kejang
adalah prioritas awal pada pasien dengan kejang aktif.
1. Kehilangan keseimbangan
2. Tubuh gemetar
3. Sensasi menusuk dan mati rasa (paraesthesia)
4. Tidak sadarkan diri
5. Kontraksi otot dan kram
6. Perubahan emosi dan tingkah laku
7. Bingung
8. Hilang atau terjadi perubahan pada indra dasar
9. Inkontinensia
KLASIFIKASI KEJANG TIPE DASAR MENURUT ILAE 20172
Onset Tidak
Onset Fokal Onset General
Diketahui
Sadar
Motor (Tonik-klonik Motor (Tonik-klonik
atau motor lain) atau motor lain)
Gangguan
kesadaran
1. DIAZEPAM
Dosis diazepam bisa spesifik secara individual dan perlu hati-hati untuk menghindari
efek samping. Tidak ada dosis maksimal benzodiazepine untuk mengelola kejang.
2. LORAZEPAM
Dosis Remaja Lorazepam : 0,1 mg/kgBB IV perlahan selama 2-5 menit, ulangi dalam 10-
15 menit bila diperlukan. Jangan melebihi 4 mg/dosis.
3. MIDAZOLAM
Midazolam adalah obat alternative dalam tatalaksana status epileptikus refrakter. Karena
midazolam larut dalam air, efek obat dapat bertahan sekitar 3 kali lebih lama dari diazepam
kepuncak efek EEG. Dengan demikian, dokter harus menunggu 2-3 menit untuk mengevaluasi
efek obat midazolam sebelum memulai prosedur atau mengulangi dosis.
Loading dosis (sebelum infuse kontinu): 0,2 mg/kgBB IV; continuous infus 0,05-2
mg/kgBB/jam atau 10-15 mg IM (ketikaakseslainnyasulit). Intubasimungkindiperlukan.
4. FENITOIN (DILANTIN)
Fenitoin bekerja di korteks motor, dimana obat ini dapat menghambat penyebaran
aktivitas kejang. Aktivitas listrik di pusat batang otak yang bertanggung jawab untuk fase tonik
dari kejang grand mal juga dapat dihambat.
Untuk memperkecil risiko hipotensi, maka pemberian harus perlahan. Dosis parenteral,
sebaiknya tidak melebihi 50 mg/menit (hipotensi dan aritmia dapat terjadi).
Jika status epileptikus berlanjut, maka dosis dapat ditingkatkan total 30 mg/kgBB.
Sampai saat ini, tidak ada dukungan data yang reliable bahwa intervensi selain obat efektif
mencegah kejang atau status epileptikus. Oleh karena itu, kepatuhan dalam konsumsi obat-
obatan harus selalu ditekankan kepada setiap pasien.
Pemberian obat anti-kejang yang tidak sesuai dapat berakibat fatal menyebabkan efek
samping aritmia jantung pada pasien. Contohnya, pemberian fenitoin dengan dosis cepat sering
kali dikaitkan dengan risiko blok jantung dan aritmia.
Sebuah penelitian juga mengungkapkan bahwa pada pasien usia muda, fenitoin sebaiknya
diberikan dengan kecepatan < 50 mg/menit. Dosis tersebut masih aman, sementara fenitoin
dengan dosis> 50 mg/menit dilaporkan banyak dikaitkan dengan kemungkinan mortalitas pasien
yang lebih tinggi. Maintenance fenitoin diberikan 5-8 mg/kg dengan kecepatan maksimal 50
mg/menit, biasanya diencerkan dalam PZ (Normal Saline) 20 cc atau kalau susah pakaisaja PZ
100 cc dengan kecepatan seperti diata
Algoritma Penatalaksanaan Kejang
Referensi