Anda di halaman 1dari 8

KEJANG TANPA DEMAM

Disusun oleh : Nur Ramlah Rezi, S. Ked


Pembimbing : dr. Dian Anggraeni, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ANAK RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEODKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I PENDAHULUAN

 Latar belakang :

Kejang: suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau
sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal serta adanya
pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan.

Terjadinya kejang dapat disebabkan oleh malformasi otak congenital, faktor


genetis atau adanya penyakit seperti meningitis, ensefalitis serta demam yang
tinggi atau dapat dikenal dengan istilah kejang demam, gangguan metabolisme,
trauma, dsb.
Dari penelitian oleh berbagai pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah
mengalami kejang sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Insidensi kejang diberbagai
Negara maju seperti AS dan Eropa barat mencapai 2-4% sedangkan di negara berkembang
jumlah penderita lebih tinggi lagi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami
kejang kompleks yang harus ditangani lebih teliti

Apabila kejangnya bersifat kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi yang terjadi
secara berulang-ulang dengan sendirinya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
 Definisi : Kejang → lepasnya aktivitas listrik abnormal dan
berlebihan dari jaringan neuroglia. Kejang klinis → kejang yang
tampak secara klinis : perubahan fungsi neurologis (perilaku, motor
atau autonomik) yang bersifat paroksismal.
 Patofisiologi : ↑ aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron
dan mampu secara berurutan merangsang sel neuron lain secara
bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga
disebabkan oleh kemampuan membran sel sebagai pacemaker
neuron untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan,
berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino
butirat [GABA] atau meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter
asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang.
 Klasifikasi :
 Kejang parsial (fokal, lokal)

 Kejang umum (absens, mioklonik, klonik, tonik, tonik-klonik, atonik)

Etiologi :
 Kejang demam
 Infeksi: meningitis, ensefalitis
 Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia,
hipokalsemia, gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal,
gagal hati, gangguan metabolik bawaan
 Trauma kepala
 Keracunan: alkohol, teofilin
 Penghentian obat anti epilepsi
 Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intrakranial,
idiopatik
 Diagnosis
Anamnesis

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang : EEG, labor, radiologi
 Tatalaksana :
Lini 1 : fenobarbital
Dosis inisial IV : 20 mg/kgBB selama 10-15 mnt, IM : 30 mg/kgBB
Dilanjutkan rumatan 24 jam setelah dosis inisial, dosis 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis IV/PO, Jika masih kejang pemberian fenobarbital diulang selang waktu minimal
15 mnt
Lini 2 : fenitoin
Dosis inisial : 20mg/kgBB IV dgn kecepatan 1 mg/kgBB/mnt
Lini 3 : midazolam
Dosis inisial 0,15 mg/kgBB IV kemudian dilanjutkan infus 1 mcg kg/mnt

Pilihan terakhir diazepam IV kontinu dalam dextrose 5%, dosis 0,3 mg/kgBB/jam
(dosis max 2,75 mg/jam), diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB
Bila masih kejang rujuk secepatnya bila tidak memungkinkan utk dirujuk, optimalisasi
dosis midazolam, dosis dapat dinaikkan 0,5-1 mcg/kg/mnt tiap 2 mnt hingga dosis max
18 mcg/kg/mnt
BAB III KESIMPULAN
 Penanganan kejang pada anak dimulai dengan
memastikan adanya kejang. Kejang dapat berhenti
sendiri, atau memerlukan pengobatan saat kejang.
 Tatalaksana kejang yang adekuat dibutuhkan untuk
mencegah kejang menjadi status konvulsivus.
 Setelah kejang teratasi dilakukan anamnesis,
pemeriksaan klinis neurologis, dan pemeriksaan
penunjang sesuai indikasi untuk mencari penyebab
kejang.
DAFTAR PUSTAKA
 Schweich PJ, Zempsky WT. Selected topic in emergency medicine. Dalam: McMilan JA,
DeAngelis CD, Feigen RD, Warshaw JB, Ed. Oski’s pediatrics. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins, 1999, h, 566-89.
 Roth HI, Drislane FW. Seizures. Neurol Clin 1998; 16:257-84.
 Smith DF, Appleton RE, MacKenzie JM, Chadwick DW. An Atlas of epilepsy. Edisi ke-1.
New York: The Parthenon Publishing Group, 1998. h. 15-23.
 Westbrook GL. Seizures and epilepsy. Dalam: Kandel ER, Scwartz JH, Jessel TM, ed.
Principal of neural science. New York: MCGraw-Hill, 2000. h. 940-55.
 Najm I, Ying Z, Janigro D. Mechanisms of epileptogenesis. Neurol Clin North Am 2001;
19:237-50.
 Hanhan UA, Fiallos MR, Orlowski JP. Status epilepticus. Pediatr Clin North Am 2001;48:683-
94.
 Commission on Classification and Terminology of the International League Against Epilepsy.
Proposal for revised clinical and electroencephalographic classification of epileptic seizures.
Epilepsia 1981; 22:489-501.
 Bradford JC, Kyriakedes CG. Evidence based emergency medicine; Evaluatin and diagnostic
testing evaluation of the patient with seizures; An evidence based approach. Em Med Clin
North Am 1999; 20:285-9.
 Appleton PR, Choonara I, Marland T, Phillips B, Scott R, Whitehouse W. The treatment of
convulsive status epilepticus in children. Arch Dis Child 2000; 83:415-19.

Anda mungkin juga menyukai