OLEH :
A.18.10.001
Keperawatan A
Prodi S1 Keperawatan
Epilepsy adalah kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi
secara terus menerus untuk terjadinya suatu bangkitan epileptic dan juga ditandai
Epilepsy adalah gejala kompleks dari banyak ganggguan fungsi otak berat yang
kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya tonus otot atau gerakan
dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi, dan persepsi, sehingga epilepsy
Bangkitan epilepsy adalah tanda atau gejala yang timbul sepintas akibat aktivitas
B. Etiologi
diketahui pada sekitar 50% kasus secara global. Penyebab epilepsy dibagi menjadi
beberapa kategori yakni structural, genetic, infeksius, metabolic, imun, dan tidak
7. Tumor otak
C. Patofisiologi
sel-sel saraf pusat pada suatu bagian otak akan menjadikan sel-sel tersebut
memberikan muatan listrik yang abnormal, berlebihan, secara berulang, dan tidak
terkontrol. Aktivitas serangan epilepsy dapat terjadi sesudah suatu gangguan pad
aotak dan sebagian ditentukan oleh deraja dan lokasi dari lesi. Lesi pada
epileptogenic, sedangkan lesi pada serebelum dan batang otak biasanya tidak
Pada tingkat membrane sel, neuron epileptic ditandai oelh fenomena biokimia
sel lebih mudah diaktifkan. Neuron hipersensitif dengan amabng yang menurun,
abnormal terjadi dengan cepat, dan seseorang dikatakan menuju kea rah epilepsy,
setiap kejang yang menimbulkan kongesti vena dan hipoksia otak. Episode berulang
anoksia dan pembengkakakn serebral dapat menimbulkan kerusakan otak janin yang
D. Manifestasi klinik
pertama kali dimulai dan seberapa jauh ia menyebar. Gejala sementara terjadi
(termasuk penglihatan, pendengaran, dan rasa), suasana hati, atau fungsi kognitif
lainnya.
Orang dengan epilepsy cenderung memiliki lebih banyak maslah fisik (seperti
paah tulang dan memar akibat cedera yang berkaitan denga kejang), serta tingkat
pula, resiko kematian dini pada orang dengan epilepsy hingga tiga kali lebih tinggi
daripada populasi umum, dengan tingkat teringgi kematian dini ditemukan di negara
E. Pemeriksaan diagnostic
1. Elektroensafalogram EEG
Pemeriksaan ini membantu dalam menemukan pusat lokasi pelepasan
tomography (SPECT)
Dapat membantu mengukur aliiran darah pada klien yang akan menjalani
F. Tatalaksana
dapat hidup normal dan tercapainya kualitas hidup optimal sesuai dengan perjalanan
penyakit dan disabilitas fisik maupun mental yang dmilikinya. Harapannya adalah
bebas bangkitan tanpa efek samping. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan
bangkitan tanpa efek, samping/ dengan efek samping yang minimal menurunkan
angka kesakitan dan kematian. Terapi pada epilepsy dapat berupa terapi farmakologi
dan nonfarmakologi
1. Farmakologi
Pada bangkitan epileptic pertama, tetapi obat anti epileptic (OAE)
dapat lagsung diberikan bila terdapat risiko yang tinggi untuk terjadinya
pilihan pada kejang tipe parsial berdasarkan pedoman ILAE 2013 antara
Pilihan OAE pada anak –a ank adalh okskarbamazepin dan pada lanjut
Dosis obat dimulai dari dossi kecil dan dinaikkan secara bertahap
epileptic.
2. Nonfarmakologi
a. Pembedahan
c. Diet ketogenik
Daftar pustaka
Singapura : Elseiver
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/epilepsy
http://yankes.kemkes.go.id/ready-epilepsi-4812.html
Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
OLEH
NIM : A 18.10.002
PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2019/2020
1.DEFENISI
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau
tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L,Wong,2003) spina
yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh.Spina bifida adalah kegagalan arkus vertebralis untuk berfusi
di posterior (Rosa M Sacharin, 1998 ).Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan
berupa defek pada arkus posterior tulang belakang akibat kegagalan penutupan
Rasyad,1998)
2.ETIOLOGI
Genetik
Lingkungan
3.MANIFESTASI KLINIS
Gejala bervariasi tergantung pada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar
Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru
lahir.
4.PATOFISIOLOGI
Spina bifida di sebabkan oleh kegagalan dari tabung saraf untuk menutup selama bulan
pertama embrio pembangunan (sering sebelum ibu tahu dia hamil).biasanya penutupan
tabung saraf terjadi pada sekitar 28 hari setelah pembuahan. namun,jika sesuatu yang
mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan baik,cacat tabung saraf akan
spina bifida,obesitas dan peningkatan suhu tubuh dari demam atau sumber-sumber
eksternal seperti bak air panas dan selimut listrik dapat meningkatkan kemungkinan
seorang wanita akan mengandung bayi dengan spina bifida.namun sebagian besar
wanita yang melahirkan bayi spina bifida tidak punya faktor resiko,sehingga meskipun
banyak penelitian masih belum diketahui apa yang menyebabkan mayoritas kasus.
5.KOMPLIKASI
Paralisis cerebri
Retardasi mental
Atrofi otot
Osteoporosis
6.PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
mencrgah meningitis.
saluaran kemih
pengeluaran feces
Penatalaksanaan keperawatan
Pre-operasi
Segera setelah lahir daerah yang terpapar harus dikenakan kasa steril
tutupi.
cepat.
- Suhu catatan aktivitas otot pada anggota gerak bawah dan spingter
Pasca operasi
pembedahan.
- Jika ada drain penyedotan luka maka harus di periksa setiap jam
dan terjaganya tekanan negatif pada wadah.di mana pada saat drain
atas perenium dan bokong tetap utuh dan pergantian popok yang
teratur dengan pembersihan dan pengeringan yang seksama
bokong.
- Lingkaran kepala di ukur dan di buat grafik sekali atau dua kali
Jakarta:EGC
MIASTENIA GRAVIS
Oleh :
Nim:A. 18.10.005
TAHUN 2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Miastenia Gravis (MG) yang berarti kelemahan otot yang serius merupakan
karena adanya gangguan dari sinaps transmission atau pada neuromuscular junction,bila
penderita beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali.1
Miastenia gravis mempunyai prevalensi 85-125 per satu juta jiwa dan insiden per tahun
Puncak insiden penyakit ini dijumpai pada usia 20 hingga 40 tahun yang didominasi
oleh wanita; dan pada usia 60 hingga 80 tahun sama antara wanita dan pria.3 Miastenia
gravis merupakan penyakit yang jarang, namun prevelansinya meningkat baru-baru ini
kejadian miastenia gravis dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur. Angka kejadian
miastenia gravis pada wanita 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada pria pada usia
dewasa muda.3,7,8 Insiden pada pubertas hampir sama dengan populasi di atas 40
tahun.3,6,7,9 Miastenia gravis pada anak-anak di Eropa dan Amerika Utara cukup
jarang, kira-kira 10-15% dari keseluruhan kasus,7,8,10 namun lebih sering di negara-
negara Asia, dimana 50% pasien mempunyai awitan di bawah umur 15 tahun,
Kesehatan Dasar) 2010, insiden miastenia gravis di Indonesia diperkirakan 1 kasus dari
100.000.11 Data yang didapatkan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
terdapat 94 kasus dengan diagnosis miastenia gravis pada periode tahun 2010-2011.12
Gejala klinis khas pada miastenia gravis adalah kelemahan yang sering terkait dengan
otot yang rentan dan spesifik.1,2,4,7 Pasien sering mengeluhkan kelemahan otot yang
berfluktuasi dari hari ke hari atau dari jam ke jam, memburuk dengan aktivitas, dan
membaik dengan istirahat.1,2,7 Pasien dapat mempunyai gejala seperti ptosis, diplopia,
disartria, disfagia, dispnea, kelemahan otot wajah, atau tungkai atau kelemahan aksial
terlibat.
dan paling awal terjadi pada pasien miastenia gravis. Kelemahan otot okular ini
dalam waktu 2 tahun setelah awitan penyakit.15 Penyebabnya diduga karena serangan
gravis, sekitar 75% dengan hiperplasia folikel kelenjar, dan 10-15% dengan tumor
pada masing-masing 35% dan 50% penderita sehingga diduga miastenia gravis
berhubungan dengan serangan autoimun terhadap antigen pada timus danmotor end
plate atau abnormal clone dari sel-sel imun di thymus.Diagnosis ditegakkan berdasarkan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara
terusmenerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Penyakit ini timbul karena
adanya gangguan dari sinaps transmission atau pada neuromuscular junction. Bila
penderita beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali.
2.2 Epidemiologi
Prevelansi Miastenia gravis adalah 14 per 100000 populasi (kira-kira 17,000 kasus)
di Amerika.3,4 Sebelum umur 40 tahun, penyakit ini terjadi 3 kali lipat lebih banyak
pada wanita dibandingkan pria, namun pada usia yang lebih tua persentasenya sama.
Miastenia Gravis dapat terjadi di seluruh etnis, usia dan dapat menyerang pria ataupun
wanita. Namun kasus Miastenia Gravis jarang ditemui. Diperkirakan Miastenia Gravis
terjadi pada 1 dari 20.000 orang. Biasanya penyakit ini menyerang orang berusia 20-50
tahun. Wanita lebih sering menderita penyakit ini. Rasio perbandingan pria dan wanita
adalah 6:4. Pada wanita, penyakit ini tampak pada usia yang lebih muda yaitu sekitar 28
tahun. Sedangkan pada pria, penyakit ini sering terjadi pada usia 42 tahun Insiden
miastenia gravis pada anak-anak 0,9 – 2,0 kasus per 1 juta anak tiap tahun pada populasi
pediatrik usia 0 – 17 tahun di Kanad dari tahun 2010 hingga 2011, Angka yang lebih
tinggi didapatkan di Amerika Utara, yaitu 9,1 per 1 juta penduduk. Sebanyak 4,2%
terjadi pada usia 0 – 9 tahun dan 9,5% pada usia 9 – 19 tahun. Sri-udomkajorn (2011)
mendapatkan bahwa miastenia gravis pada anak lebih banyak mengenai perempuan,
usia awitan rata-rata biasanya 4 tahun dan tipe okuler lebih sering daripada tipe
generalisata. Hasil yang berbeda pernah dilaporkan bahwa usia awitan terjadi pada anak
yang lebih tua, yaitu usia 13 tahun dan lebih banyak tipe generalisata.2 Miastenia gravis
tipe okuler lebih banyak pada ras Asia, sedangkan tipe generalisata lebih banyak pada
2.3 Pathogenesis
mengganggu sistem sinaps Pada penderita miastenia gravis, sel antibodi tubuh atau
kekebalan tubuh akan menyerang sinaps yang mengandung asetilkolin (ACh), yaitu
neurotransmiter yang mengantarkan rangsangan dari saraf satu ke saraf lainnya. Jika
komunikasi antara sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkan kelemahan otot. Pada
bagian terminal dari saraf motorik terdapat sebuah pembesaran yang biasa disebut
bouton terminale atau terminal bulb. Terminal Bulb ini memiliki membran yang disebut
juga membran presinaps, struktur ini bersama dengan membran post sinaps (pada sel
otot) dan celah sinaps (celah antara 2 membran) membentuk neurobmuscular junction.
Influx ini akan mengaktifkan vesikel-vesikel tersebut untuk bergerak ke tepi membran.
Vesikel ini akan mengalami docking pada tepi membran. Karena proses docking ini,
maka asetilkolin yang terkandung di dalam vesikel tersebut akan dilepaskan ke dalam
celah sinaps. ACh yang dilepaskan tadi, akan berikatan dengan reseptor asetilkolin
(AChR) yang terdapat pada membran post sinaps. AChR ini terdapat pada lekukan-
lekukan pada membran post sinaps. AChR terdiri dari 5 subunit protein, yaitu 2 alpha,
dan masing-masing satu beta, gamma, dan delta. Subunit-subunit ini tersusun
Ikatan antara ACh dan AChR akan mengakibatkan terbukanya gerbang Natrium
pada sel otot, yang segera setelahnya akan mengakibatkan influx Na+. Influx Na+ ini
depolarisasi ini mencapai nilai ambang tertentu (firing level), maka akan terjadi
potensial aksi pada sel otot tersebut. Potensial aksi ini akandipropagasikan
n(dirambatkan) ke segala arah sesuai dengan karakteristik sel eksitabel, dan akhirnya
akan mengakibatkan kontraksi. ACh yang masih tertempel pada AChR kemudian akan
dihidrolisis oleh enzim Asetilkolinesterase (AChE) yang terdapat dalam jumlah yang
cukup banyak pada celah sinaps. ACh akan dipecah menjadi Kolin dan Asam Laktat.
Kolin kemudian akan kembali masuk ke dalam membran pre-sinaps untuk membentuk
ACh lagi. Proses hidrolisis ini dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya potensial
r(AChR). Kondisi ini mengakibakan asetilkolin (ACh) yang tetap dilepaskan dalam
jumlah normal tidak dapat mengantarkan potensial aksi menuju membran post-sinaps.
Kekurangan reseptor dan kehadiran ACh yang tetap pada jumlah normal akan
mengakibatkan penurunan jumlah serabut saraf yang diaktifkan oleh impuls tertentu.
inilah yang kemudian menyebabkan rasa sakit pada pasien. Pengurangan jumlah AChR
ini dipercaya disebabkan karena proses auto-immun di dalam tubuh yang memproduksi
anti-AChR bodies, yang dapat memblok AChR dan merusak membran post-sinaps.
Menurut Shah pada tahun 2006, anti-AChR bodies ditemukan pada 80%-90% pasien
immunologis memainkan peranan penting dalam etiology penyakit ini. Alasan mengapa
pada penderita Miastenia Gravis, tubuh menjadi kehilangan toleransi terhadap AChR
sampai saat ini masih belum diketahui.Sampai saat ini, Miastenia Gravis dianggap
sebagai penyakit yang disebabkan oleh sel B, karena sel B lah yang memproduksi anti-
AChR bodies.Namun, penemuan baru menunjukkan bahwa sel T yang diproduksi oleh
Thymus, memiliki peranan penting pada patofisiologis penyakit Miastenia Gravis. Hal
dan thymoma.
2.4 Manifestasi Klinis
Miastenia Gravis adalah penyakit kelemahan pada otot, maka gejala-gejala yang
timbul juga dapat dilihat dari terjadinya kelemahan pada beberapa otot. Gejala gejala
yang timbul bervariasi pada tipe dan berat kasus, termasuk didalamnya adalah lemahnya
salah satu atau kedua kelopak mata yang biasa disebut ptosis, kabur atau penglihatan
ganda (diplopia) oleh karena kelemahan dari otot yang mengontrol pergerakan mata,
wajah, kesulitan dalam menelan yang dapat menyebabkan regurgitasi melalui hidung
jika mencoba menelan (otot-otot palatum) dan bila pasien meminum air, mungkin air itu
dapat keluar dari hidungnya, menimbulkan suara yang abnormal atau suara nasal
(sengau) serta gangguan bicara (disartria), dan pasien tidak mampu menutup mulut,
yang dinamakan sebagai tanda rahang menggantung, nafas pendek, dan kelemahan pada
lengan, tangan, jari, tungkai bawah dan leher.9,10 Bila penyakit hanya terbatas pada
otot-otot mata saja, maka perjalanan penyakitnya sangatringan dan tidak akan
menyebabkan kematian. Satu awitan dari kelainan ini dapat terjadi secara mendadak dan
Pada kebanyakan kasus, gejala pertama yang dikenali adalah kelemahan pada otot
mata.Selain itu, kesulitan dalam menelan dapat menjadi tanda pertama. Derajat
masingmasing, bentuk lokal yang terbatas pada otot mata (ocular miastenia), untuk
bentuk yang berat atau umum yang melibatkan banyak otot, terkadang melibatkan otot-
otot yang mengatur pernafasan.3 Aspek yang paling berbahaya dari Miastenia Gravis
disebut Miastenia Crisis, yang memungkinkan diperlukannya ventilator pada beberapa
kasus.
Kelemahan otot pada Miastenia Gravis meningkat pada saat aktivitas yang terus
menerus dan membaik setelah periode istirahat. Pasien akan mengalami penurunan
tenaga sepanjang hari, dengan kecenderungan kelelahan dalam satu hari, atau menjelang
berakhirnya aktivitas. Jika dibiarkan, keluhan umum yang dialami oleh pasien biasanya
kelemahan tersebut cenderung menjadi lebih buruk dengan adanya berbagai macam
stress, kepanasan, infeksi serta pada penderita dengan akhir masa kehamilan.
2.5 Klasifikasi
Kelas I : adanya keluhan otot-otot ocular, kelemahan pada saat menutup mata dan
Kelas II : terdapat kelemahan otot ocular yang semakin parah, serta adanya kelemahan
Kelas II a : mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh, atau keduanya. Juga terdapat
Kelemahan pada otot-otot anggota tubuh dan otot-otot aksial lebih ringan dibandingkan
kelas II a.
Kelas III : terdapat kelemahan yang berat pada otot-otot ocular, sedangkan otot-otot lain
Kelas III a : mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial atau keduanya
Kelas III b : mempengaruhi otot faringeal, otot-otot pernapasan, atau keduanya secara
Kelas IV : otot-otot selain otot-otot ocular mengalami kelemahan dalam derajat yang
Kelas IV a : secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan atau otot-
secara predominan. Selain itu juga terdapat kelemahan pada otot-otot anggota tubuh,
2. Generalized miastenia
a) Mild generalized miastenia Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan
otot baik.
b) Moderate generalized miastenia Kelemahan hebat dari otot-otot skelet dan bulbar,
pernapasan, progresi penyakit biasanya komplit dalam 6 bulan. Respon terhadap obat
kurang memuaskan, aktivitas penderita terbatas dan mortalitas tinggi. Late severe
miastenia : timbul paling sedikit 2 tahun setelah kelompok I dan II progresif dari
miastenia gravis dapat pelanpelan atau mendadak, presentase thymoma kedua paling
2.6 Diagnosis
Ada banyak jenis penyakit yang memiliki gejala yang mirip dengan Miastenia
gravis sehingga anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap merupakan langkah
pengobatan. Belum ada satu tes tunggal yang dapat diandalkan sepenuhnya dalam
fungsi saraf, dan pemeriksaan darah sering kali dapat menegakan diagnosis yang valid
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang detil serta digabungkan dengan investigasi
Metode singkat untuk membedakan ptosis akibat Miastenia Gravis dengan penyebab
lainnya yaitu test ice pack. Pendinginan dapat memperbaiki transmisi neuromuskuler,
sehingga pada pasien ptosis, penempatan es di kelopak mata akan memperbaiki ptosis.
Es dapat ditempatkan di dalam sarung tangan atau dibungkus handuk dan diletakkan
secara lembut di atas kelopak mata selama 2 menit atau 5 – 10 menit. Tes dikatakan
positif bila terdapat resolusi ptosis. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 82% dan
spesifisitas 96%.
untuk menunjukan reversibelitas kelemahan otot dan hanya dapat dilakukan apabila
terdapat kelemahan yang jelas yang dapat diukur secara objektif. Pemeriksaan ini
membantu diagnosis miastenia gravis atau membedakan antara krisis miastenik dan
krisis kolinergik. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu singkat dan durasi aksi obat
yang cepat. Sebelumnya harus di pastikan bahwa jalan napas pasien paten dan ventilasi
adekuat. Dosis inisial diberi kan dalam dosis kecil, yaitu 2 mg intravena. Bila tidak
timbul efek samping maka dosis selanjutnya diberikan 3 mg dan dinilai adanya
perbaikan kekuatan otot, ekspresi wajah, postur, dan fungsi respirasi dalam 1 menit. Jika
maksimal 10 mg total pemberian. Perbaikan ini dapat bertahan selama 5 menit. Selama
prosedur pemeriksaan ini pasien harus dipantau, karena dapat timbul efek samping
bradikardi, blok konduksi jantung, fibrilasi ventrikel, dan asistol. Atropin harus selalu
disediakan sebagai antidotum. Kekuatan otot dapat membaik setelah tindakan ini atau
kelemahan masih dapat tampak. Pemeriksa harus berhati-hati terhadap efek kolinergik
yang tidak diinginkan, seperti hipersalivasi yang dapat menyebabkan eksaserbasi distres
napas dan berisiko aspirasi. Waktu paruh edrofonium adalah 10 menit. Apabila pasien
tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah pemberian dosis maksimal edrofonium,
berarti pasien mengalami krisis kolinergik atau ada penyebab kelemahan lain selain
miastenia gravis. Karena efeknya yang cepat, pengulangan dosis sering diperlukan
sebelum pasien mendapat antikolinesterase oral. Sensitivitas tes ini sebesar 88% untuk
Miastenia Gravis generalisata dan 92% untuk Miastenia Gravis ocular, dengan
spesifisitas sebesar 96% untuk kedua jenis Miastenia Gravis. Tes ini sebaiknya dihindari
2.6.3 Neurofisiologi
Repetitive nerve stimulation (RNS) dan SFEMG merupakan tes neurofisiologi yang
paling sering digunakan. Hasil dari tes ini dapat disalahartikan pada pasien yang
mengonsumsi inhibitor asetilkolin dosis tinggi secara kronis. Apabila terdapat keraguan,
menghasilkan penurunan amplitudo dari potensi susunan otot aksi. Sekitar 80% dari tes
mengahsilkan nilai positif pada 80% kasus Miastenia Gravis generalisata, namun dapat
negatif pada 50% kasus Miastenia Gravis ocular, sehingga secara keseluruhan,
sensitivitas dari tes ini mencapai 75%. Spesivisitas dari RNS bervariasi dan tergantung
secara parsial terhadap saraf mana yang dites. Single-fibre electromyography (SFEMG)
merupakan tes diagnostik yang paling sensitif pada Miastenia Gravis dan sebaiknya
dilakukan apabila RNS normal dan dicurigai terdapat penyait pada neuro muscular
junction.
2.6.4 Pencitraan (Imaging)
Semua penderita Miastenia Gravis harus dilakukan CT-Scan dan MRI thoraks
diulang pada MG berulang setelah periode penyakit ini. stabil untuk mengeksklusi
Semua pasien yang dicurigai menderita Miastenia Gravis harus dilakukan tes
antibodi anti-AChR. Sensitivitas dari tes ini mencapai 70 – 95% untuk MG generalisata
negatif, antibodi anti-MuSK harus dikerjakan. Pada pasien yang seronegatif, terdapat
angka serokonversi sebesar 15% setelah 1 tahun. Supresi terhadap sistem imun dapat
mengarahkan pada hilangnya antibodi yang diperlukan untuk menegakan diagnosis MG.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksaan dari penyakit miastenia gravis dapat dibagi dibagi menjadi 3 pendekatan
yaitu:
- Penatalaksaan Simptomatik
- Terapi Immunodulatory
- Terapi Immunosupresant
- Anticholinesterase
hydrolisis dari ACh pada cholinergic synapse sehingga Ach akan bekerja lebih lama
dari Pyrodostigmine lebih dianjurkan karena memiliki efek samping yang lebih minimal
pada gastointestinal dan durasi kerja obat lebih lama. Efek samping lain yang muncul
yaitu akumulasi ACh pada muscarinic receptor pada otot polos sehingga muncul
stimulasi otot polos pada abdomen dan menyebabkan abdominal cramping, peningkatan
flatus, diare dan menurunnya frekuensi buang air kecil. Jika efek samping muncul dapat
diberikan propantheline 15 mg tiap dosis pyrodostigmine atau dengan dosis satu kali
perhari. 1,2 Dosis awal pyrodostigmine pada orang dewasa berkisar antara 30-60 mg
tiap 4-8 jam. Sedangkan pada bayi dan anak-anak diberikan 1mg/kg dan neostagmine
0,3 mg/kg. Dosis maksimum per hari dari pyrodostigmine adalah 360 mg atau 6 tablet.
Miastenia gravis yang muncul pada usia dibawah 60 tahun. Respon dari thymectomy
tidak dapat diprediksi dan gejala kemungkinan akan menetap hingga beberapa bulan
sampai tahun setelah operasi. Respon terbaik dari thymectomy terjadi pada pasien
dianjurkan untuk tidak diangkat pada operasi pertama dan kedua dengan syarat pasien
digunakan sebagai intervensi jangka pendek pada pasien dengan perburukan symptom
miastenia secara mendadak, untuk memperkuat saat operasi, mencegah exacerbasi yang
diinduksi kortikosteroid dan sebagai terapi chronic intermittent untuk pasien yang telah
Menurut typical PLEX protocol, 2 hingga 3 liter dari plasma dikeluarkan sebanyak 3
kali dalam seminggu hingga kondisi membaik yaitu sekitar 5 hingga 6 kali penukaran.
Perbaikan klinis biasanya dijumpai pada minggu pertama. Perbaikan klinis biasanya
akan bertahan hingga 3 bulan dan efek akan menghilang kecuali diikuti dengan
kecuali terapi lain mengalami kegagalan atau kontraindikasi.Efek samping dari PLEX
antara lain transitory cardiac arrythmia, nausea, kepala terasa ringan, menggigil,
maupun pasien dengan vena akses yang sulit ditemukan dan jika PLEX tidak tersedia.
hingga 100 persen pasien setelah diberikan dosis 3 mg/kg selama 2 hingga 4 hari.
Perbaikan klinis akan bertahan hingga beberapa minggu atau bulan. Dosis minimum
masih belum ditentukan karena masih belum ada penelitian yang mendukung mengenai
hal tersebut. Menurut Gajdos P (2006) dosis 1 mg/kg sama efektifnya dengan dosis 2
mg/kg dalam mengobati miastenia crisis.Efek samping yang sering terjadi antara lain
demam, sakit kepala maupun menggigil. Reaksi tersebut dapat diringankan dengan
IGiv. Pasien dengan selective IgA deficiency kemungkinan akan mengalami reaksi
anafilaksi terhadap IGiv. Oleh karena hal tersebut maka dianjurkan untuk melakukan tes
- Kortikosteroid
Prednisone dilaporkan dapat menghilangkan gejala pada lebih dari 75% pasien dengan
Miastenia Gravis. Perbaikan kondisi klinis biasanya akan muncul 6 hingga 8 minggu
setelah pemberian prednisone pertama. Respon terbaik terjadi pada pasien dengan onset
muda. Pasien dengan thymoma biasanya akan membaik dengan prednisone setelah
dilakukan pengangkatan tumor. Dosis awal prednison yang dianjurkan yaitu 1,5 hingga
2 mg/kg perhari. Dosis akan dipertahankan hingga perbaikan klinis muncul yang
biasanya terjadi pada minggu kedua. Kemudian dosis akan diturunkan setiap bulannya
hingga mencapai dosis terendah untuk terapi maintance, dimana idealnya 20 mg setiap
harinya. Penurunan dosis untuk tiap orang akan bervariasi. Pasien dengan initial
response yang buruk dianjurkan untuk menggunakan dosis alternatif yaitu 100- 120 mg
dan turunkan dosis 20 hingga 60 mg tiap bulan.Efek samping dari pemberian prednison
jangka lama antara lain hypercortism. Tingkat keparahan dari hypercortism meningkat
seiring dengan pemberian dosis tinggi lebih dari 1 bulan. Efek samping akan membaik
jika dosis diturunkan dan menjadi minimal pada dosis dibawah 20 mg per hari. Efek
samping dapat diminimalkan dengan diet rendah lemak, rendah sodium dan pemberian
2.9 Prognosis
Gejala awal yang dialami sebagian besar pasien adalah kelemahan otot-otot
ekstraokuler, yang biasanya terjadi pada tahun pertama. Hampir 85% dari pasien
tersebut akan mengalami kelemahan pada otot-otot ekstremitas tiga tahun berikutnya.
Kelemahan orofaring dan eksteremitas pada fase awal jarang ditemukan. Tingkat
keparahan yang berat ditemukan saat tahun pertama pada hampir dua pertiga pasien,
dengan krisis myastenik terjadi pada 20% pasien. Gejala bisa diperberat dengan adanya
kondisi sistemik yang menyertai, contohnya ISPA akibat virus, gangguan tiroid, dan
kehamilan. Pada fase awal penyakit, gejala bisa berfluktuasi dan membaik, walaupun
perbaikan jarang yang bersifat permanen. Relapses and remissions berlangsung sekitar
tujuh tahun, diikuti fase inaktif selama sekitar sepuluh tahun. Sebelum penggunaan
imunomodulator, mortality rate pada miastenia gravis masih besar, yaitu sebesar 30%.
Dengan adanya imunoterapi dan perkembangan alat-alat terapi intensif, resiko kematian
BAB III
RINGKASAN
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara
terusmenerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Penyakit ini timbul karena
bila penderita beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali.
Prevalansi Miastenia gravis adalah 14 per 100000 populasi (kira-kira 17,000 kasus)
di Amerika.3,4 Sebelum umur 40 tahun, penyakit ini terjadi 3 kali lipat lebih banyak
pada wanita dibandingkan pria, namun pada usia yang lebih tua persentasenya sama.
Gejala – gejala yang timbul bervariasi pada tipe dan berat kasus, termasuk di
dalamnya adalah lemahnya salah satu atau kedua kelopak mata (ptosis), kabur atau
penglihatan ganda (diplopia) oleh karena kelemahan dari otot yang mengontrol
perubahan pada ekspresi wajah, kesulitan dalam menelan yang dapat menyebabkan
menimbulkan suara yang abnormal atau suara nasal (sengau) serta gangguan bicara
(disartria), dan pasien tidak mampu menutup mulut, yang dinamakan sebagai tanda
rahang menggantung, nafas pendek oleh karena terkadang melibatkan otot-otot yang
mengatur pernafasan, dan kelemahan pada lengan, tangan, jari, tungkai bawah dan
leher.
Klasifikasi menurut The Medical Scientific Advisory Board (MSAB) of the
menjadi 4 tipe.
fisim neurologi dan beberapa tes penunjang seperti tes antibodi, neurofisiologi, tes
endrofonium, tes es kotak dan pencitraan (imaging). Walaupun belum ada penelitian
tentang strategi pengobatan yang pasti, miastenia gravis termasuk mudah untuk diobati
digolongkan menjadi terapi jangka pendek yang dapat memulihkan kelemahan secara
cepat dan terapi jangka panjang yang dapat mencegah terjadinya kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Engel A. Miastenia gravis and miastenia syndromes. Annals of Neurology. 2004.
2. Khadilkar SV, Sahni AO, Patil SG. Miastenia gravis. JAPI. 2004 November; 52:897-
903. 3. Romi F, Gilhus NE, Aarli JA. Miastenia gravis: clinical, immunological, and
4. Beekman R, Kuks JBM., Oostherhius HJGH. Miastenia gravis: diagnosis and follow-
gravis: a Danish population based study. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2003; 64: 78-
63.
6. Sanders DB. Generalized miastenia gravis: clinical presentation and diagnosis. 56th
7. Brainin M., Barnes M., Baron J.C., et al. Guidance for the preparation of neurological
2002; 2: 797-804.
11. Hoch W, McConville J., Helms S., Newsom-Davis J., Melms A., Vincent A., Auto-
antibodies to the reseptor tyrosine kinase MuSK in patients with miastenia gravis
12. Vernino S., Lennon V.A., Autoantibody profiles and neurological correlations
13. Berrih S., Morel E., Gaud C., Raimond F., LeBrigand H., Bach J.F., AntiAChR
March;34:66-71.
14. Grob D, Brunner N., Namba T., Pagala M., Lifetime course of miastenia gravis.
16. Chan J.W., Orrison W.W., Ocular miastenia: a rare presentation with MuSK
PRODI : SI KEPERAWATAN
NIM : A.18.10.006
a. DEFINISI
Penyakit creutzfeldt-jakob (CJD) adalah penyakit otak fatal dan jarang terjadi,
elektroensefalografi (EEG) yang khas. CJD adalah penyakit unik yang ternyata
dapat muncul dari dua mekanisme yang berbeda, yaitu genetik dan infeksi.
Individu dengan bentuk genetik memiliki gen yang bermutasi. Bentuk infeksius
tidak berkembang dari virus yang dikenal atau patogen lainnya; oleh karena itu
kata-kata seperti virion, virus lambat, dan prion terkadang digunakan untuk
mengindikasikan adanya kesulitan besar untuk melacak infeksi. Pada tahun 1996
CJD dikaitkan dengan konsumsi daging sapi yang terinfeksi. Hal ini
b. ETIOLOGI
menular dari manusia dan hewan yang dikenal sebagai transmissible spongiform
yang terlihat dengan mikroskop dan terjadi pada jaringan otak yang terinfeksi.
disebut prion. Normalnya protein ini tidak berbahaya, tetapi ketika sesuatu
terjadi pada protein ini, mereka dapat menyebabkan infeksi dan dapat
c. MANIFESTASI KLINIS
cepat, biasanya dalam beberapa bulan. Tanda dan gejala utama CJD biasanya
antara lain:
bipolar).
4. Hilang ingatan
7. Insomnia
8. Sulit berbicara
9. Sulit menelan
10. Pergerakan tubuh yang tiba-tiba dan tidak terkendali
d. PATOFISIOLOGI
Penyakit ini bisa bermutasi ke individu lain yang diamana bakteri infeksius yang
terdapa pada bakteri ini yakni adanya gen infeksius yang dapat berkembang
jaringan dari seorang penderita CJD. Yang jika menyebar akan Disebabkan oleh
infeksi prion sebuah protein yang tidak normal yang bisa merusak jaringan
e. KOMPLIKASI
Depresi
f. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
tubuh pasien
2. Pemeriksaan jaringan otak setelah pasien meninggal dunia. Namun,
pasien.
otak pasien.
g. PENATALAKSANAAN
Oleh sebab itu, para pakar menaruh fokus penanganan untuk menghilangkan
rasa nyeri serta gejala lainnya. Tujuannya adalah untuk menjaga kenyamanan
Black, Joyce M, dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
OLEH
Nim : A. 18.10.007
Kelas :A
PRODI SI KEPERAWTAN
2020
Konsep Medis Penyakit
(AUTISME)
OLEH:
NIM : A18 10 08
KELAS : A KEPERAWATAN
penderita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Di samping itu,
Autisme sekarang disebut sebagai gangguan spektrum autisme atau autism spectrum
disorder (ASD). Hal ini karena gejala dan tingkat keparahannya bervariasi pada tiap
penderita. Gangguan yang termasuk dalam ASD adalah sindrom Asperger, gangguan
disorder.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme pengaruh faktor genetik terhadap kejadian autism spectrum disorder masih
belum diketahui dengan pasti walaupun kedua hal tersebut telah lama dipelajari dan
autisme memiliki risiko autisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.
Kendati ASD memiliki spektrum fenotip penyakit yang luas, pasien ASD dengan
karakteristik genetik yang homogen biasanya memiliki fenotip yang lebih mirip. Selain
itu, terdapat sejumlah mutasi genetik baru yang menyebabkan kelainan alel pada
individu dengan ASD atau orang tuanya yang mempengaruhi neuroanatomi dan
karakteristik perilaku.
Mutasi gen tersebut diduga mempengaruhi fungsi sinaps melalui berbagai cara. Hal ini
mencakup gangguan pada penggabungan asam amino menjadi protein dan perubahan
struktur protein transmembran yang penting bagi sinaptogenesis serta kelainan genetik
Faktor genetik turut diduga berperan pada kecenderungan ASD untuk lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini mungkin berkaitan dengan
keberadaan gen alel dari orang tua asal. Interaksi antara perbedaan jenis kelamin
terhadap faktor hormonal dan faktor lingkungan seperti pola makan, stres, dan infeksi
Telah banyak bukti yang mendukung adanya peran gangguan neurogenesis dan migrasi
neuron pada autism spectrum disorder. Pada pasien ASD, ukuran serebrum mungkin
saja normal saat lahir namun seiring perjalanan waktu terjadi pertumbuhan abnormal
neurogenesis pada ASD. Displasia serebrum dapat menjangkiti berbagai area di otak
populasi neuron proyeksi kortikal tanpa disertai gangguan bermakna pada sel glia. Hal
ini juga dibuktikan oleh penelitian lain yang menemukan bahwa pada substansia alba di
serebrum individu dengan ASD tidak terdapat peningkatan bermakna walaupun telah
terjadi makrosefali.
Kaitan klinis antara makrosefali pada ASD dengan fenotip penyakit ASD masih belum
berkaitan dengan peningkatan fungsi kognitif pada individu dengan ASD dibandingkan
kelompok kontrol. Namun, pengaruh peningkatan lingkar kepala pada pasien dengan
ASD terhadap kemampuan khusus pada populasi ini masih belum dapat dipastikan
dengan tegas.
Beragam penelitian juga menemukan bahwa defek migrasi neuron juga terjadi pada
pasien dengan ASD. Defek tersebut meliputi perubahan densitas neuron, ukuran soma,
kolom sel yang ireguler, serta gangguan lokalisasi neuron. [19,20] Pada level molekuler,
gangguan migrasi neuron ini diketahui berkaitan dengan sejumlah gen yang mengatur
produksi reelin (glikoprotein regulator pada migrasi neuron), mutasi pada gen Auts2,
dan CNTNAP2.
Perubahan Pola Pertumbuhan Neurit dan Taju Dendritik pada Gangguan
Spektrum Autisme
Perubahan pola pertumbuhan neurit dan taju dendritik dalam perjalanan penyakit autism
spectrum disorder telah banyak dipelajari. Peran neuron sebagai suatu sel yang
menjalankan fungsi spesifik tak dapat dilepaskan dari integritas fungsi soma yang
punjung dendritik yang menerima informasi dari akson dari neuron di sekitarnya.
Gangguan konektivitas neuronsatu defek utama yang ditemukan pada pasien dengan
ASD dan dapat dipengaruhi oleh perubahan pada perkembangan dendritik, morfologi
dengan ASD, volume otak saat usia bayi umumnya masih normal yang menandakan
Pertumbuhan volume otak pasca kelahiran, sebagaimana terjadi pada ASD, diduga lebih
dendritik dan penambahan hubungan sinaptik yang baru di otak. Hal ini dapat
peningkatan densitas taju dendritik dibandingkan individu normal [24]. Berbagai gen
seperti MECP2, FMR1, PTEN, dan CYFIP1 sangat penting perannya dalam
pertumbuhan dendritik dan formasi taju dendritik serta maturasi sinaps sehingga
dianggap sebagai gen-gen yang berisiko tinggi terhadap autisme apabila mengalami
mutasi.
ETIOLOGI
Hingga kini belum ditemukan suatu etiologi spesifik terhadap autism spectrum disorder
(ASD), disebut juga sebagai gangguan spektrum autisme. Namun, studi menemukan
adanya hubungan faktor genetik dan neurobiologis berupa 15 gen yang berkaitan
dengan ASD.
Peran faktor genetik sebagai penyebab ASD didukung oleh adanya bukti bahwa ASD
bersifat herediter pada 80% kasus meskipun tidak dapat dipastikan secara tegas apakah
pola turunannya bersifat autosomal dominan atau resesif. [28,29] Pada sekitar 10-15%
kasus, ASD berkaitan dengan sejumlah sindrom yang melibatkan satu gen seperti
Pada mayoritas kasus ASD, perubahan genetik biasanya bersifat poligenik dan
Selain itu, pola perubahan genetik yang mungkin didapati pada kasus ASD meliputi
mutasi fungsional monogenik, varian jumlah salinan (misalnya, mikrodelesi atau
mikroduplikasi) yang melibatkan lebih dari satu gen. [30] Titik-titik pada kromosom
yang terlibat dalam kejadian ASD antara lain delesi SHANK3, 1q21, 3q29, 7q11.23,
Faktor Risiko
Sejumlah faktor risiko prenatal, perinatal, dan neonatal dianggap berkaitan dengan
autism spectrum disorder dan perlu dikaji saat mengevaluasi pasien yang dicurigai
Riwayat prematuritas
Obesitas maternal
inhibitor) seperti fluoxetine sebelum maupun selama kehamilan telah diteliti pada
beberapa studi namun hubungan kausalitas dengan ASD masih belum dapat dipastikan.
Manifestasi klinis
f. perkembangan bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan pada anak 7
autistim hildren)
g. reaksi pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan tidak padan.
tingkatan meskipun terhadap kejadian yang baru, demikian juga kepedulian terhadap
lingkungan sekitar sangat kurang. Anak autisme kalau berbicara tepat tetapi tanpa
arti,kadang diselingi suara yang tidak jelas maksudnya seperti suara gemeretak gigi.
DIAGNOSIS
Penentuan diagnosis autisme adalah dengan merujuk pada sejumlah kriteria berikut:
1. Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial dalam berbagai konteks, yang ditandai
2. Pola perilaku, aktivitas, atau ketertarikan yang berulang dan terbatas, ditandai oleh
sebagai berikut:
Reaksi yang berlebihan atau sebaliknya, kurangnya reaksi pada aspek sensorik
terhadap lingkungan.
3. Gejala muncul pada periode perkembangan awal, dan makin terlihat jelas seiring
waktu.
kecacatan.
Pemeriksaan penunjang
a. Skrining perkembangan
b. penilaian perilaku
c. penilaian fisik
d. tes laboratorium
PENGOBATAN
penderita berperilaku positif pada segala situasi. Terapi ini juga membantu
berganti pakaian.
pertanyaan.
Terapi keluarga
Terapi keluarga berfokus membantu orang tua dan keluarga penderita autism Melalui
terapi ini, keluarga akan belajar cara berinteraksi dengan penderita, dan mengajarkan
obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang, antidepresan untuk meredakan depresi, dan
https://www.scribd.com/doc/314568351/ASUHAN-KEPERAWATAN-PADA-ANAK-
AUTIS-doc
SISTEM SARAF
OLEH :
Albar Amal
A.18.10.009
Keperawatan A
Prodi S1 Keperawatan
Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan pada medulla spinalis akibat
trauma atau non trauma yang akan menimbulkan gangguan pada sistem motorik,
sistem sensorik dan vegetatif. Kelainan motorik yang timbul berupa kelumpuhan
atau gangguan gerak dan fungsi otot-otot, gangguan sensorik berupa hilangnya
sensasi pada area tertentu sesuai dengan area yang dipersyarafi oleh level vertebra
yang terkena, serta gangguan sistem vegetatif berupa gangguan pada fungsi bladder,
a. Cedera medula spinalis traumatik, terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti
merusak medula spinalis. Sebagai lesi traumatik pada medula spinalis dengan
beragam defisit motorik dan sensorik atau paralisis. Sesuai dengan American
b. Cedera medula spinalis non traumatik, terjadi ketika kondisi kesehatan seperti
gaya fisik eksternal. Faktor penyebab dari cedera medula spinalis mencakup
sehingga dapat segera dilakukan intervensi farmakologi yang tepat dengan tujuan
cedera medula spinalis. Banyak sel di medula spinalis mati seketika secara progresif
setelah terjadinya cedera. Kista biasanya terbentuk setelah cedera memar. Setelah
mengalami luka tusuk, sel dari sistem saraf perifer seringkali menyebabkan daerah
yang terkena tusuk membentuk jaringan parut yang bergabung bersama astrosit, sel
Akson asending dan desending banyak yang terganggu dan gagal memperbaiki
diri. Beberapa akson membentuk sirkuit baru, akson dapat menembus kedalam
trabekula dan dibentuk oleh sel ependim. Segmen akson bermielin yang terputus
difagosit oleh makrofag. Sebagian remielinasi muncul spontan, yang terbanyak dari
sel schwan.
Pada umumnya, cedera medula spinalis disertai kompresi dan angulasi vertebra
yang parah, misalnya terjadinya hipotensi yang parah akibat infark dari medula atau
distraksi aksial dari unsur kolumna vertebralis akan mengakibatkan tarikan (stretch)
pada medula. Biasanya cedera medula spinalis disertai subluksasi dengan atau
tanpa rotasi dari vertebra yang menekan medula diantara tulang yang dislokasi.
pada vertebra, dan tulang lain atau fragmen diskus intervertebralis dapat menekan
ke dalam kanalis spinalis dan menjepit medula dan arteri spinalis. Cedera seringkali
terjadi pada orang tua dengan artritis degeneratif dan stenosis vertebra servikalis,
vertebra posterior dari medula. Medula spinalis terjepit diantara spurs (osteofit)
anterior dari tulang yang mengalami artritis dan posterior dari ligamentum flavum,
sentral.
primer dan sekunder. Terdapat empat mekanisme cedera primer pada medula
spinalis, pertama adalah dampak cedera disertai kompresi persisten, pada umumnya
terjadi akibat fragmen tulang yang menyebabkan kompresi pada spinal, fraktur
dislokasi, dan ruptur diskus akut. Kedua, Dampak cedera disertai kompresi
terjadi jika kolumna spinalis teregang berlebihan pada bidang aksial akibat distraksi
yang dihasilkan dari gerakan fleksi, ekstensi, rotasi atau adanya dislokasi yang
menyebabkan pergeseran atau peregangan dari medula spinalis dan atau asupan
darahnya. Biasanya mekanisme seperti ini tanpa disertai kelainan radiologis dan
pada umumnya terjadi pada anak-anak dimana vertebranya masih terdiri dari tulang
rawan, ototnya masih belum berkembang sempurna, dan ligamennya masih lemah.
Pada orang dewasa, cedera medula spinalis tanpa disertai kelainan radiologis
Keempat yaitu laserasi atau transeksi, dapat terjadi akibat luka tembak, dislokasi
fragmen tulang tajam, atau distraksi yang parah. Laserasi dapat terjadi mulai dari
Cedera primer yang terjadi cenderung merusak pusat substansia grisea dan
substansia grisea lebih lunak dan banyak vaskularisasi. Pada cedera primer, tahap
sehingga terjadi infark lokal. Hal ini menyebabkan substansia grisea rusak.
metaboliknya yang tinggi. Saraf yang mengalami trauma secara fisik terganggu dan
di sekitar saraf yang mengalami cedera, dapat menyebabkan saraf tersebut semakin
akan hilang secara sementara. Pada permulaan terjadinya cedera memicu timbulnya
eikosanoid vasoaktif, radikal bebas oksigen, dan produk dari peroksidasi lipid.
Program jalur kematian sel juga teraktivasi. Terjadi kehilangan darah dari barier
Terdapat 2 jenis gejala yang dapat muncul pada penderita cedera saraf tulang
dan gejala tidak menyeluruh atau lokal (incomplete). Ketika cedera saraf tulang
gerakan, kondisi ini disebut gejala yang menyeluruh. Namun, ketika cedera saraf
yang terjadi hanya mengganggu beberapa kemampuan sensorik dan pengendalian
kedua tungkai. Kelumpuhan ini juga dapat mengenai otot dada sehingga
c. Triplegia, yaitu kelumpuhan yang dapat terjadi pada kedua tungkai dan salah
satu lengan.
Pada dasarnya gejala yang muncul akibat cedera saraf tulang belakang dapat
berbeda-beda pada tiap orang, tergantung letak cedera dan keparahan kondisi yang
diderita. Beberapa gejala yang umum muncul pada penderita cedera saraf tulang
belakang adalah:
b. Mengalami impotensi
c. Sakit kepala.
f. Batuk.
g. Pingsan.
j. Kehilangan indera peraba atau sensorik, seperti tidak bisa merasakan panas,
Komplikasi yang dapat terjadi akibat cedera saraf tulang belakang meliputi:
d. Penggumpalan darah
Umumnya, cedera saraf tulang belakang terjadi karena kecelakaan. Maka dari
a. Berkendara dengan aman dan patuhi rambu lalu lintas yang ada.
berpengalaman.
saraf tulang belakang, berikut adalah hal-hal yang perlu Anda lakukan:
c. Letakkan handuk atau kain tebal di kedua sisi leher, agar lehernya tidak
bergerak. Apabila masih sadar, beri tahu korban untuk tidak bergerak.
Cedera pada tulang dan saraf spinalis sering terjadi bersamaan sehingga terapi
keduanya juga harus bersamaan untuk memperoleh hasil yang terbaik. Transeksi
anatomikal dari medula spinalis hampir tidak pernah terjadi pada cedera medula
spinalis pada manusia. Oleh karena itu, penting sekali untuk melindungi jaringan
spinal yang masih bertahan. Pertama, didapatkan riwayat cedera. Kedua, dilakukan
perawatan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (cedera sekunder) dan mendeteksi
perbaikan dan penyembuhan sistem saraf. Keempat, evaluasi dan rehabilitasi pasien
harus dilakukan secara aktif untuk memaksimalkan fungsi yang masih bertahan
meskipun jaringan saraf tidak berfungsi. Prinsip tersebut harus disertai dengan
meminimalisir biaya secara ekonomi, sosial dan dan emosional dari cedera medula
spinalis.
dalam 8 jam, dan terutama dalam 3 jam setelah cedera, dilanjutkan dengan infus
pasien mendapatkan bolus metilprednisolon antara 3-8 jam setelah cedera, maka
akan terjadi pemulihan motorik dan sensorik dalam 6 minggu, 6 bulan dan 1
indikasi untuk pasien dengan luka tembak atau cedera radiks dorsalis (kauda
ekuina), atau hamil, kurang dari 14 tahun, atau dalam pengobatan steroid jangka
panjang, serta hipotermi (salah satu gejala yang timbul pada cedera medula
spinalis).
Bila ada rasa nyeri bisa diberikan: Analgetika golongan NSAIDs (anti
untuk nyeri, namun penggunaan jangka panjang harus dihindari karena sering
terjadi efek samping yang merugikan pada fungsi ginjal dan gastrointestinal.
b. Alat Ortotik
Alat ortotik eksternal yang rigid (kaku), dapat menstabilisasi spinal dengan
cara mengurangi range of motion (ROM) dan meminimalkan beban pada spinal.
Pada umumnya penggunaan cervical collars (colar brace) tidak adekuat untuk
meningkatkan stabilisasi servikal pada daerah diatas torak hingga dagu dan
stabilisasi servikal eksternal. Empat buah pin di pasangkan pada skul (tengkorak
kepala) untuk mengunci halo ring. Stabilisasi lumbal juga dapat digunakan
dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau halter traction dapat digunakan
c. Operasi
Intervensi operasi dalam hal ini memiliki dua tujuan, yang pertama adalah
untuk dekompresi medula spinalis atau radiks dorsalis pada pasien dengan
defisit neurologis inkomplit. Kedua, untuk stabilisasi cedera yang terlalu tidak
stabil untuk yang hanya dilakukan eksternal mobilisasi. Fiksasi terbuka (open
komplit tanpa sedikitpun tanda pemulihan, atau pada pasien yang mengalami
cedera tulang atau ligament spinal tanpa defisit neurologis. Operasi stabilisasi
dapat disertai mobilisasi dini, perawatan, dan terapi fisik. Indikasi lain operasi
yaitu adanya benda asing atau tulang di kanalis spinalis disertai dengan defisit
neurologis yang progresif sehingga menyebabkan terjadinya epidural spinal atau
fusion menggunakan metal plates, rods, dan screws dikombinasi dengan bone
fusion.
d. Perawatan Berkelanjutan
pasien dengan cedera medula servikal atau torak tinggi membutuhkan bantuan
ventilasi sampai dinding dada cukup kuat untuk bernafas. Pasien dengan cedera
ileus paralitik disertai distensi abdomen atau pasien tampak lemah maka
rendah dan menyebabkan cedera sekunder. Tekanan darah arteri rata-rata 85-90
medula spinalis untuk meningkatkan perfusi pada medula yang cedera. Jika
produksi urin tidak adekuat setelah pemasangan kateter, pasien dengan hipotensi
tetapi hal tersebut hanya boleh diberikan setelah dipastikan tidak ada perdarahan
https://www.academia.edu/37162512/PAPER_SPINAL_CORD_INJURY_Disusun_ole
https://www.alodokter.com/cedera-saraf-tulang-belakang
Ana Jihad Islamiyah
KONSEP MEDIS
OLEH:
NIM:A.18.10.010
KELAS A S1 KEPERAWATAN
dan demyelinisasi pada nervus optik akibat reaksi autoimun. Pada neuritis optikus,
serabut saraf menjadi bengkak dan tak berfungsi sebagaimana mestinya. Penglihatan
dapat saja normal atau berkurang, tergantung pada jumlah saraf yang mengalami
peradangan.Neuritis optik juga merupakan kondisi mata ketika lapisan mielin pada saraf
optic meradang,jika terjadi gangguan atau mielin tidak ada sinyal visual tidak dapat
terkirim dengan baik menuju otak.Akibatnya pengidap akan mengalami gangguan pada
Neuritis optik bisa terjadi pada siapa saja,baik pada anak-anak maupun orang
dewasa ,namun kelainan ini paling sering ditemukan pada wanita usia antara 20 tahun
40 tahun.
1. Retrobulbar neuritis : menunjukan kepada lesi saraf akut dan tidak ditemukan
dan hiperemis.
kepada suatu proses yang lebih lanjut menuju daerah dekat retina dan uvea.
B. Etiologi
C. Patofisiologi
beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik
Hingga saat ini reaksi autoimun merupakan teori yang masih dipegang
dalam patofisiologi neuritis optik. Dalam reaksi ini myelin nervus optikus mengalami
destruksi sehingga akson hanya dapat memberikan impuls listrik dalam jumlah yang
sangat kecil. Bila keadaan ini terus menerus terjadi, maka sel ganglion retina akan
sel ganglion retina akan mulai berdegenerasi. Monosit melokalisir daerah tersebut
berfoliferasi dengan diikuti deposisi jaringan sel glia. Daerah gliotik (sklerotik) dapat
bertambah jumlahnya dan meluas ke otak dan medulla spinalis (multiple sklerosis).
Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat
diperantarai oleh imun, tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum
diketahui. Aktivasi sistemik sel T diidentifikasi pada awal gejala dan mendahului
menjadi normal mendahului perubahan sentral (dalam 2-4 minggu). Aktivasi sel T
menyebabkan pelepasan sitokinin dan agen-agen inflamasi yang lain. Aktivasi sel B
melawan protein dasar mielin tidak terlihat di darah perifer namun dapat terlihat di
cairan serebrospinal pasien dengan Neuritis optikus. Neuritis optikus juga berkaitan
dengan kerentanan genetik, sama seperti MS. Terdapat ekspresi tipe HLA tertentu
D.Gejala neuritis
3. Pada beberaa kasus menyabakan mati rasa, lumpuh, dan kesulitan berjalan.
E.Komplikasi
dan remisi. Disabilit `asi yang menetap cenderung meningkat pada setiap
F.Manifestasi Kinis
Gambaran akut:
1. Hilang penglihatan
2. Nyeri pada mata yang semakin memberat bila bola mata digerakkan
6. Fotopsia
7. Buta warna
8. Perdarahan peripapil
Gambaran kronik:
4. Fenomena uhthoff
5. Diskus optik terlihat mengecil dan pucat, terutama di daerah temporal. Pucatnya
H.Penatalaksanaan
c. Tappering off dengan cara 20 mg prednisone oral untuk hari pertama (hari
ke-15 sejak pemberian obat) dan 10 mg prednisone oral pada hari ke-2
sampai ke-4.
visual.
tahun kemudian,
b. Steroid IV dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan visual,
I.Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan visus
dalam keadaan wajar. Refleks pupil menurun pada mata yang terkena defek
pupil aferen relatif atau Marcus Gunn pupil umumnya ditemukan. Pada kasus
Pada neuritis optik akut sebanyak dua pertiga dari kasus merupakan bentuk
optikus dapat menjadi pucat akibat atrofi. Pada kasus neuritis optik bentuk
palpilitis akan tampak edema diskus yang hiperemis dan difus, dengan
perubahan pada pembuluh darah retina, arteri menciut dan vena melebar. Jika
neuroretinitis.
Pemeriksaan tambahan:
1. Tes konfrontasi
2. Tes isihara untuk melihat adanya penglihatan warna yang terganggu, umumnya
Pemeriksaan anjuran:
sinar X kanal optik, sela tursika, atau dilakukan pemeriksaan CT orbita dan
kepala.
2. Dengan MRI diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri. Hal
3. Funduskopi
Pada funduskopi terlihat hiperemia dan pelebaran vena-vena besar sebagai tanda
dini papilitis. Batas lempeng optik tidak jelas, terdapat edema papil serta eksudat
retina.
4. Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah. Dilakukan untuk melihat adanya proses
5. Slit lamp
1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,
2000.Hall 274-287
2. Ilyas sidharta, ilmu penyakit mata, fakultas kedokteran indonesia edisi ke tiga
5. Wijana nana s,d. Ilmu penyakit mata, cetakan ke 6, abdi tegal.jakarta 1993. Hall
332-342
Andi Mayang Sari
OLEH:
Nim: A 18 10 01
Kelas: A S1 keperawatan
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
1.DEFINISI
suatu generasi dari penyakit saraf motorik atau jaringan motorik yang berperan penting
2.ETIOLOGI
ALS sampai sekarang belum diketahui penyebabnya sebanyak 90% sementara 5 sampai
10% karena disebabkan oleh familia atau genetik yang merupakan penyakit keturunan.
ALS pertama kali muncul di Amerika dan sebagian besar merupakan penyakit yang
diderita oleh laki-laki dan peran ras sangat berpengaruh terutama pada kaum asoid atau
bule.
3.GEJALA
Pada penderita ALS gejala yang dirasakan tidak tiba-tiba dan sangat progresif yang
ditandai dengan gejala seperti kaku,keram dan mengalami kelumpuhan total terutama
4.MANIFESTASI KLINIS
Sampai saat ini penyakit amytrophic lateral sclerosis (ALS) membutuhkan penanganan
yang multi disiplin yang bermacam baik dari dokter, maupun perawat dan penanganan
nutrisi yang teratur,baik,dan benar karena jika tidak teratur akan menimbulkan
gangguan pada mengunyah dan menelan.dan untuk OBAT belum ditemukan obat yang
menyembuhkan tetapi ada jenis obat yang hanya berfungsi untuk mengurangi
ALS atau regenerasi sistem sel saraf lebih banyak menyerang pada usia diatas 50 tahun
dan mempunyai sifat gradual atau bertahap. Yang ditandai jika ibu jari dan telunjuk jari
6.PENATALAKSANAAN
Penyakit ini belum dapat disembuhkan dan sangat progresivitas karena belum
Oleh sebab itu para pakar menaruh fokus pada penanganan dan pengembangan para
ahli.
Andi Resky Ika Fitri
(Alzheimer)
OLEH:
Nim : A.18.10.012
Kelas : A
S1 KEPERAWATAN
pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar dari otak depan yang mengirim
disebut AD adalah penyakit yang bersifat degeneratif dan progresif pada otak
fungsi intelektual,penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut
dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Keperawatan Medikal
B. ETIOLOGI
Sampai dengan saat ini, para ilmuwan belum mengetahui secara pasti
C. MANIFESTASI KLINIK
dan mandi.
d) Keluyuran.
mengamuk.
D. PATOFISIOLOGI
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang
dijumpai pada penyakit Alzheimer,antara lain : serabut neuron yang kusut (masa
kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein
(APP).Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan
terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi
soma dan atau akson dan atau dendrit.Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian
besar terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP,protein tau sebagian besar sebagai
perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara
adalah plak senilis,terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk
adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal
E. KOMPLIKASI
1. Pneumonia.
2. Inkontinensia bowel.
3. Inkontinensia bladder.
4. Kontraktur.
5. Luka tekan.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Karena tidak adanya pemeriksaan diagnostik yang khusus pada DAT
elektrolit,neurosifilis.
insufisiensi jantung.
11. CSS : Munculnya protein abnormal dari sel otak sekitar 90%
DAT.
G. PENATALAKSANAAN
yang menguntungkan.
1. Inhibitor kolinesterase
2. Thiamin
3. Nootropik
4. Klonidin
5. Haloperiodol
kognitif.
Daftar Pustaka
EGC.
Persarafan.Salemba Medika:Jakarta
https://www.academia.edu/12262673/Askep_Alzheimer
https://id/scribd.com/doc/169307299/Askep-Alzheimer
https://www/academia.edu/28509213/Askep_Alzheimer
Armand
TUGAS
KEPERAWATAN PALIATIF
OLEH :
NAMA : ARMAND
NIM : A.18.10.013
A. Defenisi
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
Hidrosefalus (Kepala Air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang
berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal
dengan "Kepala Air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (Cairan Serebro Spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan
tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya,
besar serta terjadi pelebaran sutura - sutura dan ubun - ubun (DeVito EE et al,
2007:328).
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
CSS (Ngastiyah,2005).
5. Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak
1. Pembesaran kepala.
2. Tekanan intra kranial meningkat dengan gejala: muntah, nyeri kepala, oedema
papil.
3. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekana dan penipisan tulang supraorbital.
5. Gangguan sensorik.
C. Epidemiologi Hidrosefalus.
kongenital adalah 0,5 - 1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11% - 43% disebabkan oleh
stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis
kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur.
Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus
infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan
subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono,
2005:211).
D. Patofisiologi
Produksi CSS normal adalah 125 cc/hari, produksi CSS terutama tergantung
pada transporalselsan, terutama natrium melintasi membran epitel khusus dari pleksus
koroideus ke dalam rongga ventrikel. Air secara pasif mengikuti untuk memudahkan
Cairan berselulasi lewat akuaduktus silvi dan ventrikel keempat, masuk ke dalam ruang
sirkulasi vena dari ruang subarakhnoid yang meliputi otak, sejumlah tertentu medula
Sementara itu, pada hidrosefalus yang terjadi setelah lahir (acquired hydrocephalus)
cairan otak, seperti stroke perdarahan, tumor otak, cedera otak yang parah, radang otak,
E. Etiologi
d. Sindrom Dandy-walker.
2. Infeksi.
a. TORCH.
b. Kista-kista parasit.
c. Lues kongenital.
3. Trauma.
Seperti pada pembedahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat
menyebabkan fibrosis epto meningen pada daerah basal otak, disamping organisasi
darah itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya sumbatan yang mengganggu aliran
CSS.
4. Neoplasma.
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi
d. Leukemia, limfoma.
5. Degeneratif.
6. Gangguan vaskuler.
c. Malformasi V. Galeni.
d. Ekstaksi A. Basilaris.
F. Pemeriksaan Penunjang
tanda-tanda. Namun ada kasus-kasus samar yang tidak terdiagnosis sampai dewasa,
dengan demikian perlu adanya ketelitian dlam menangani penderita yang diduga
1. Aloamnanesis/ amnanesis.
akuisita. Bayi yang lahir prematur atau posterm dan merupakan kelahiran anak
yang keberapa adalah penting sebagai faktor resiko. Adanya riwayat cedera kepala
kecerdasan serta riwayat nyeri kepala, muntah-muntah, gangguan visus dan adanya
bangkitan kejang.
2. Pemeriksaan fisik.
Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi kepala terhadap badan,
anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak biasanya dalam keadaan
tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran, rewel, sukar makan atau
muntah-muntah.
sutura melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya
tanda mac ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar.
Pemeriksaan fisik pada hydrocephalus tidak lepas dari manifestasi klinis yang
a. Neonatus
ukuran lingkar kepala (occipito-frontal) yang lebih besar daripada normal, hal
ini dinilai dengan kurva lingkar kepala untuk usia 0-2 tahun, serta sutura
b. Bayi
(makrosefali). Pada kelompok usia ini manifestasi apnea dan bradikardi sudah
tidak terlalu terlihat. Perubahan perilaku dan penurunan kesadaran (letargi dan
iritabilitas) dapat diamati dengan jelas pada kelompok usia ini. Muntah-muntah
dan penurunan berat badan juga dapat terjadi. Manifestasi klinis yang khas
pada neonatus dan bayi antara lain, kepala yang mengalami pembesaran yang
c. Anak-anak
kompensasi kranium menurun, sehingga gejala akut lebih mudah terlihat pada
kelompok usia ini. Anak dapat terlihat letargi dan irritable, dengan gangguan
neurologis fokal seperti kelemahan saraf keenam bilateral, yaitu tidak mampu
penekanan pada otot ekstraokular. Perkusi area kepala pada bagian ventrikel
d. Dewasa
Pemeriksaan fisik hydrocephalus pada orang dewasa, seperti pada pasien anak-
examination (MMSE). Apraxia, selain dinilai dari cara berjalan pasien, juga dapat
pada ekstremitas inferior, serta refleks Babinski positif yang disebabkan karena
bawah pada korteks motorik. Gejala ini biasanya bilateral dan simetris, sehingga
disingkirkan.
3. Pemeriksaan laboratorium.
penyebab hidrosefalus, seperti peningkatan kadar protein yang amat sangat terdapat
pada papiloma pleksus khoroideuis, setelah infeksi susunan saraf pusat, atau
perdarahan susunan saraf pusat atau perdarahan saraf sentral. Penurunan kadar
glukosa dalam cairan serebrospinal terdapat pada invasi meninggal oleh tumor,
psikomotor.
4. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan foto polos kepala, pelebaran fontanela, serta pelebaran sutura.
yang lebih jelas lagi pada bayi, dan untuk diagnosis kelainan selama masih dalam
kandungan.
itu juga dapat untuk mempelajari sirkulasi cairan serebrospinal yaitu dengan
kontras diikuti dengan CT-Scan sehingga akan jelas adanya obstruksi terhdap
cairan serebrospinal.
dan ruang subarakhnoid. Apabila sudut korpus kolosum kurang dari 120
obstruksi.
G. Pathway
H. Faktor Risiko Hidrosefalus
Terdapat beberapa beberapa kondisi yang memperbesar peluang seorang anak
1. Adanya perkembangan yang tidak normal pada sistem saraf pusat, sehingga
prematur.
3. Saat hamil, ibu mengalami infeksi pada rahim, sehingga timbul peradangan di
jaringan otak janin. Misalnya akibat infeksi rubella, toksoplasma, gondok atau
Ruangan cairan serebrospinal (CSS) terdiri dari sistem ventrikel, sisterna magna
pada dasar otak dan ruangan subaraknoid. Ruangan ini mulai terbentuk pada minggu
kelima masa embrio. Sistem ventrikel dan ruang subarachnoid dihubungkan melalui
foramen Magendi di median dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV.
Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh pleksus koroidalis di ventrikel otak.
Cairan ini mengalir ke foramen Monro ke ventrikel III, kemudian melalui akuaduktus
Sylvius ke ventrikel IV. Cairan tersebut kemudian mengalir melalui foramen Magendi
dan Luschka ke sisterna magna dan rongga subarachnoid di bagian cranial maupun
spinal. 6 Sekitar 70% cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroidideus, dan
J. Manajemen Terapi
antara lain:
a. Diamox Cazetasolamoid.
b. Isosorbid.
e. Fenobarbital.
dipasang pada usia 3-4 bulan, sedangkan revisi pada usia 18-24 bulan, 1-6 tahun,
10-12 tahun.
dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan
meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi
Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap
dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60%
dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan
permukaan otak. Prosedur ini sering diterapkan pada kasus hidrosefalus yang dipicu
oleh penyumbatan ventrikel otak. ETV bertujuan agar cairan otak dapat tersebar
merata di seluruh bagian otak dan tidak menumpuk di satu lokasi tertentu.
K. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian preoperasi: Kesan umum penderita terutama bayi dan anak, proporsi
kepala terhadap badan, anggota gerak secara keseluruhan tidak seimbang. Anak
biasanya dalam keadaan tidak tenang, gelisah, iritable, gangguan kesadaran, rewel,
Pada hidrosefalus kongenital kepala sangat besar, fontanela tidak menutup, sutura
melebar, kepala tampak transluse, dengan tulang kepala yang tipis, adanya tanda mac
ewens cracked pot, tanda berupa sunset sign dengan dahi yang lebar.
infeksi intrauterine. Pada bayi dan anak pembesaran lingkar kepala yang progresif,
ubun-ubun yang menonjol dan tegang serta tidak berdenyut, vena-vena kulit kepala
melebar, sunset sign, gelisah dan cengeng, sering mual, muntah dan nafsu makan
Pada anak yang lebih besar gejala utama yang menonjol adalah peningkatan
TIK, muntah dan mengeluh sakit kepala, iritabel, pupil edema kejang baik vokal
maupun umum, perubahan pupil, perubahan pola makan, perubahan tanda vital
1. Perfusi jaringan tidak efektif: Serebral b.d. Kerusakan transport oksigen, penurunan
inflamasi).
3. Risiko cidera b.d Faktor risiko: Penurunan Hb, gangguan sistem saraf pusat.
Hasan, Rupseno, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak II, Jakarta, Bagian Ilmu
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002, NANDA
Smith, C., 1988, Nursing Care Planning Guides for Children, California, Assisten
Tucker, S.M., 1988, Patient Care Standars, The Mosby Company, Washinton, USA.
https://b11nk.wordpress.com/2009/08/22/asuhan-keperawatan-hidrocepalus/
https://www.halodoc.com/kesehatan/hidrosefalus
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-_-
Hidrosepalus.pdf
KONSEP PENYAKIT AMNESIA
OLEH :
DEVI ALPIANA
A. 18.10.014
Keperawatan A
Prodi S1 Keperawatan
A. DEFINISI
Amnesia, atau yang dikenal juga dengan istilah sindrom amnestik, adalah sebuah
personal. Beberapa orang yang menderita kondisi ini tidak dapat mengingat
fakta atau pengalaman yang terjadi di masa lalu. Lebih parahnya lagi, banyak
memori baru.
motorik seperti biasa. Kondisi ini terjadi akibat adanya kerusakan pada bagian
depresi, atau cedera kepala. Kondisi ini umumnya hanya terjadi untuk sementara
orang-orang sekitar pun juga penting untuk mengatasi kondisi ini. Amnesia
atau hilang ingatan merupakan suatu kondisi yang sangat umum terjadi.
Umumnya, kondisi ini merupakan akibat dari masalah kesehatan yang lebih
serius, seperti cedera kepala, stroke, atau demensia. Kondisi hilang ingatan
memang dapat menimpa siapa saja, namun kasus kejadiannya lebih banyak
Selain itu, terdapat pula beberapa faktor yang bisa membuat seseorang rawan
mengalami hilang ingatan, seperti operasi otak dan konsumsi alkohol yang
berlebihan.
Hilang ingatan adalah kondisi yang dapat diatasi dengan cara mengenali faktor-
faktor risiko yang ada. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai
masing-masing jenis:
1) Retrograde amnesia
Jenis retrograde terjadi ketika Anda kehilangan memori atau ingatan yang telah
terbentuk sebelumnya selama Anda hidup. Jenis hilang ingatan ini umumnya
berefek pada ingatan-ingatan yang masih baru terbentuk. Sementara itu, ingatan
atau memori yang lebih lama, seperti kenangan masa kecil, membutuhkan waktu
lebih lama untuk terdampak. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan hilang
2) Anterograde amnesia
Jika Anda memiliki kondisi hilang ingatan jenis anterograde, ini artinya Anda
kondisi ini terjadi adalah kerusakan pada hippocampus, yaitu salah satu bagian
TGA merupakan kondisi yang masih sulit dipahami. Apabila Anda memiliki
hilang ingatan jenis ini, Anda akan merasakan kebingungan dan kecemasan
ingatan beberapa jam sebelum kondisi ini menyerang, dan Anda tidak akan
bahwa TGA terjadi akibat adanya kejang atau penyumbatan pembuluh darah
sementara. Kondisi ini juga lebih sering terjadi pada orang dewasa dan lansia.
4) Infantile amnesia
Kebanyakan orang tidak dapat mengingat 3 hingga 5 tahun pertama
kehidupannya. Kondisi ini sangat umum terjadi dan sering disebut dengan
istilah infantile atau childhood amnesia.
Tanda-tanda dan gejala utama amnesia terdiri dari dua aspek, yaitu:
baru (anterograde)
yang baru, sekarang bulan apa, atau makan apa saat sarapan tadi pagi.
masih dapat mengingat cara berjalan yang benar, cara berbicara, bahasa
berarti Anda masih dapat mengenal siapa diri Anda dan mengingat
D. Penyebab
terdapat penyakit atau cedera yang memengaruhi otak, hal tersebut berpotensi
berdampak pada ingatan pula. Kehilangan ingatan dapat terjadi akibat adanya
kerusakan struktur otak yang membentuk sistem limbik. Sistem ini berfungsi
temporal pada otak. Berikut adalah beberapa kondisi kesehatan yang dapat
1) Demensia
Lokasi memori atau ingatan pada otak Anda tergantung pada usia Anda. Jadi,
ingatan lama Anda pun akan terpengaruh. Hal ini dapat disebabkan oleh
kehilangan ingatannya secara bertahap, mulai dari ingatan-ingatan yang baru dan
2) Anoksia
terjadinya hilang ingatan. Apabila anoksia yang dialami tidak terlalu parah dan
tidak berpotensi merusak otak, hilang ingatan pun mungkin akan bersifat
sementara.
berperan mengatur ingatan ini bersifat lebih rapuh dan memakan banyak energi.
Sel-sel ini mudah rusak oleh anoksia dan ancaman lainnya, seperti zat-zat
membentuk ingatan baru. Jika hippocampus pada kedua sisi otak Anda
4) Cedera kepala
Cedera kepala yang traumatik, termasuk stroke, tumor, dan infeksi, dapat
hilang ingatan permanen. Selain itu, kondisi gegar otak juga dapat mengganggu
ingatan Anda selama beberapa jam, hari, atau minggu sebelum dan sesudah
5) Konsumsi alkohol
Trauma atau stres yang parah dapat menyebabkan juga hilang ingatan bersifat
disosiatif. Pada kondisi ini, otak Anda akan membuang jauh-jauh pikiran,
perasaan, dan informasi yang terlalu sulit untuk Anda cerna. Salah satu jenis
dirinya.
7) Terapi elektrokonvulsif
Kejang-kejang
Obat-obatan tertentu, seperti benzodiazepines untuk
E. Komplikasi Amnesia
Amnesia dapat menganggu kehidupan sehari-hari penderita. Jika terjadi terus menerus, hal
ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup. Penderita dapat mengalami kesulitan saat
bekerja, sekolah, atau bersosialisasi akibat kondisi ini. Jika kondisi sudah cukup parah,
rehabilitasi.
F. Faktor-faktor risiko
Amnesia adalah kondisi yang dapat menimpa siapa saja dari berbagai golongan usia dan ras.
Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi
ini. Memiliki satu atau semua faktor risiko bukan berarti Anda dapat dipastikan mengalami
kondisi ini. Ada kemungkinan pula Anda dapat mengalaminya, meskipun Anda tidak
memiliki faktor risiko satu pun. Berikut adalah faktor-faktor risiko yang memicu terjadinya
kondisi ini:
a) Operasi otak
c) Stroke
d) Penyalahgunaan alkohol
Jika Anda merasa berada dalam risiko terkena amnesia, hubungi dokter untuk mengatasi
risiko
penyebab hilang ingatan. Selain itu, hasil diagnosis juga dapat membantu
2) Pemeriksaan fisik
respon fisiologis untuk memastikan fungsi otak dan sistem saraf Anda.
3) Tes kognitif
Tes ini mengukur pemikiran, penilaian, serta memori jangka pendek dan jangka
panjang. Tes ini juga dapat menilai tingkat keparahan kehilangan ingatan Anda.
4) Tes diagnostik
kelainan pada otak. Anggota keluarga atau teman perlu menemani pasien saat
mengunjungi dokter. Hal ini dapat membantu dokter melakukan penilaian yang
lebih tepat apabila pasien tidak dapat menjawab pertanyaan yang diperlukan.
Dalam beberapa kasus, amnesia dapat terselesaikan tanpa perlu penanganan atau
pengobatan khusus. Namun, jika ada masalah kesehatan atau mental yang menjadi
pasien dengan kondisi ini. Terapi hipnosis juga efektif membantu pasien mengingat
memori atau ingatan yang telah terlupakan. Selain itu, peran dan dukungan anggota
keluarga sangatlah penting. Menunjukkan foto, aroma tertentu, atau lagu-lagu tertentu
diyakini juga dapat membantu ingatan kembali pulih. Penanganan amnesia umumnya
Bekerja sama dengan terapis okupasional untuk mendapatkan ingatan baru dan
menggantikan ingatan lama, atau menggunakan ingatan yang masih ada sebagai dasar
harian, pengingat, dan sebagainya. Menyimpan daftar kontak beserta foto pemilik
kontak juga mungkin dapat membantu. Hingga saat ini, tidak ada obat yang dapat
mengembalikan memori yang hilang akibat amnesia. Khusus untuk penderita malnutrisi
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi amnesia:
Tuliskan informasi personal penting, termasuk stress atau perubahan gaya hidup
yang Anda ingat. Minta anggota keluarga atau teman-teman untuk membantu Anda
Catat semua pengobatan yang sedang Anda konsumsi, termasuk vitamin dan
suplemen.
Bawa catatan serta pulpen atau pensil untuk mencatat hal-hal yang ingin Anda
ingat.
https://id.m.wikepedia.org/wiki/Amnesia
https://www.alodokter.com/amnesia
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
KONSEP MEDIS
(ENSEFALITIS)
DISUSUN OLEH:
KELAS: A S1 KEPERAWATAN
NIM: A.18.10.015
1. Defenisi
terluka.(Dewanto,2007).
c. Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
d. Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Wartonah, 2007).
2. Etiologi
dan virulogik pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun cairan
akut. (Mansjoer,2000).
b. Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari
vaksinasi terdahulu.
hari.
Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes
Herpes simpleks
Amuba
Rabies
berbulan-bulan.
Jamur
kulit.
3. Patofisiologi
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui
peredaran darah, saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan berkembang biak
menimbulkan proses peradangan. Kerusakan pada myelin pada akson dan White
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas, dan saluran cerna.Setelah
masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa
cara:
organ tertentu.
muntah nyeri tenggorokan, malais, nyeri ekstremitas, dan pucat. &uhu badan
4. Manifestasi klinis
sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara
umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi
( Mansjoer 2000).
Muntah
(kejang-kejang di muka).
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi
tanda dan gejala: kejang, delirium, bingung, stupor atau koma aphasia hemiparesis
h. Biakan:
Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
antibody tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
glukosa.
koma, tumor, infeksi system saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut
otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama
bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti
6. Penatalaksanaan
lain:
tindakan pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh
dokter:
per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.
polifragmasi.
e. Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial: manajemen edema otak.
memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
k. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bisa diulang dengan dosis yang
sama.
l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium
kebutuhan (2-31/menit).
yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher,
7. Komplikasi
6etardasi mental
Iritabel
Gangguan motorik
Epilepsie.
Sulit tidur
Halusinasi
Enuresisi
https://www.academia.edu/10981650/asuhan_keperawatan_ensefalitis
Keperawatan Medikal Bedah II
Kelumpuhan (Paralisis)
Oleh:
Nim : A 18.10.016
Kelas : A S1 Keperawatan
dalam mengatur gerakan otot tubuh. Paralisis membuat anggota tubuh tidak bisa
digerakkan. Kondisi ini paling sering dialami oleh penderita stroke atau orang
yang mengalami cedera saraf tulang belakang. Ada banyak penyebab yang
B. Etiologi
seperti cedera tulang belakang atau leher yang patah, penyebab lain dari
kelumpuhan adalah :
1. Cerebral palsy
Paralisis sejak lahir. Kondisi ini terjadi karena cacat bawaan lahir.
3. Bell's palsy
palsy pada masing-masing orang bisa berbeda, terkadang kondisi ini disertai
4. Neurofibromatosis
Kondisi ini juga lantas menjadi penyebab paralisis yang umum terjadi.
C. Patofisiologi
oleh masalah pada otot. Kelumpuhan justru terjadi karena kelainan saraf motorik
atau saraf tulang belakang yang membawa pesan gerakan dari otak.
kombinasi sel saraf , salah satunya terdapat pada korteks motorik, serabut –
piramida, dan serat lainnya berada pada ujung anterior medula spinalis, serat –
seratnya berjalan menuju otot. Yang pertama disebut sebagai neuron motorik
atas ( upper motor neuron ) dan yang terakhir disebut neuron motorik batah
( lower motor neuron ). Setiap saraf motoric yang menggerakkan setiap otot
Jarak motorik dari otot ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke
batang otak dibentuk oleh UMN. UMN mulai di dalam korteks pada sisi yang
ujungnya berakhir pada sinaps LMN. LMN menerima impuls di bagian ujung
UMN, LMN berakhir di dalam otot. Ciri – ciri klinik pada lesi di UMN dan
LMN adalah :
- UMN : kehilangan kontrol volunter, peningkatan tonus otot,
spastisitas otot, tidak ada atropi otot, reflek hiperaktif dan abnormal
Rangkaian sel saraf berjalan dari otak melalui batang otak keluar menuju
otot yang disebut motor pathway. Fungsi otot yang normal membutuhkan
pergerakan otot.
Regenerasi saraf untuk tumbuh kembali melalui satu jalan yang mana kekuatan
dapat kembali untuk otot yang lumpuh. Paralisis lebih banyak disebabkan
perubahan sifat otot. Lumpuh otot mungkin mebuat ototo lemah, lembek dan
tanpa kesehatan yang cukup, atau mungkin kejang, mengetat, dan tanpa sifat
D. Menifestasi klinis
Gejala umum dari paralisis adalah hilangnya kemampuan untuk
menggerakkan anggota tubuh. Kondisi ini bisa muncul bertahap atau secara tiba-
tiba. Paralisis bisa terjadi pada satu atau beberapa area tubuh, tergantung pada
- Tangan
- Wajah
Selain sulit digerakkan, gejala lainnya dari paralisis adalah kaku disertai
kedutan, mati rasa, nyeri, kesemutan, serta lemas dan lunglai pada otot.
Kesulitan bicara, kesulitan menelan, dan kesulitan bernapas juga bisa menjadi
E. Pemeriksaan diagnostik
kehilangan fungsi otot yang sangat terlihat. Kelumpuhan pada organ dalam
tubuh, lebih sulit diidentifikasi. Untuk kondisi ini, dokter akan menggunakan x-
akan membantu dokter melihat saraf dengan jelas pada x-ray. Dokter juga akan
dirasakan penderita. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik
dan penunjang seperti MRI, CT scan, tes darah, dan pemeriksaan hantaran listrik
F. Penatalaksanaan
Terapi okupasi
Pemberian Obat, seperti botox atau pelemas otot pada kasus paralisis spastik
Dalam banyak kasus, kelumpuhan tidak dapat diobati. Namun, tim dokter
https://www.academia.edu/10223927/paralysis-therapy
https://www.sehatq.com/penyakit/kelumpuhan
https://www.alodokter.com/memahami-paralisis-dan-penyebab-yang-mendasarinya
Eli Ariyanti Putri
POLIOMYELITIS
OLEH :
Nim : A.18.10.017
Kelas : A.keperawatan
PRODI S1 KEPERAWATAN
DI SUSUN
OLEH
NAMA : ELIS
NIM : A 18.10.018
KELAS : A KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
Stroke
A. Pengertian stroke
sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Srtoke merupakan
kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke
bicara,kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir, daya ingat dan
bentuk-bentuk kecacatan yang lain seperti akibat gangguan fungsi otak. Menurut
WHO stroke adalah adanya tanda-tanda vital klinik yang berkembang secara cepat
akibat gangguan fungsi otak vocal atau global dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
1. Trombosit selebri
menyebabkan dispnia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kogesti
disekitarnya . trombosit biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur dan
bangun tidur, hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas spatif dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia selebri. Tanda dan
thrombus atau embolus dan dinding arteri menjadi lemah dan terjadi
2. Emboli
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan tersumbat oleh system arteri selebri. Emboli tersebut
tertuntung cepat dan gejala timbul kurang dari 10 sampai 30 detik. Beberapa
3. Hemokaragit
subarakonit atau didalam jaringan otak itu sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi
4. Hipoksia umum
yang parah, henti jantung paruh, curah jantung turun akibat aritmia.
5. Hipoksia local
1. Hipertensi
4. Obesitas
6. Diabetes
8. Merokok
9. Penyalahgunaan obat
yang disebebkan oleh pendarahan otak terjadi secara spontan dan bkan
- Stroke non hemaragit dapat berupah iskemia atau imboli dan trombosit
selebri biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat baru bangun atau dipagi
E. Patofisiologi stroke
Impart selebri adalah berkurangnya udara kealiran udara tertentu diotak luasnya
impart bergantung pada fakto-faktor seperti lokasi dan besarnya pebuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi perseral terhadap aritmia yang disuplai oleh pembuluh darah
yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berupah makin lambat atau cepat pada
gangguan lokal thrombosis emboli perdarahan spasme faskula atau karena gangguan
umum hipoksia karena gangguan paruh dan jantung. Thrombus dapat pecah dari
dinding pembuluh darah dan diperluas sebagai emboli dalam aliran darahterombus
mengakibatkan yang pertama yaituh ekomiat jaringan otak pada area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan ,kedua edema dan kongesti disekitar area.
Daftar pustaka :
books.com.id
AKALASIA
FADLIAH ISNAINI
KELAS : A
NIM : A1810019
PRODI SI KEPERAWATAN
DEFENISI
Akalasia adalah suatu gangguan modilitas primer esofargus yang ditandai oleh
kegagalan sfigteresofargus bafian bawah yang hipertonik untuk berelaksasi pada waktu
ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belu diketehui. Namun, secara histologik pada
penyakit akalasia ditemukan penyebab berupa degenerasi sel ganglion plexus auerbach
2. Akalasia skunder
1. Teori genetic
2. Teori infeksi
3. Teori autoimun
4. Teori degenerative
FATOFISIOLOGI
Menurut castel ada dua efek penting pada pasien akalasia:
dilatasi 2/3 bagian bawah korpus esofhargus. Akibat lemah dan tidak
MANIFESTASI KLINIS
1) DISFAGIA
2) REGURGITASI
Aliran kembali
Rasa takut untuk makan karena timbulnya asa nyeri pada saat menelan
KOMPLIKASI
Pneumonia aspirasi
Abses paru
Divertikulun meckel
Perforasi esofargus
Sudden death
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
n. Pemeriksaan diagnostic
o. Pemeriksaan esofagoskopi
p. Pemeriksaan monometrik
r. Pemeriksaan motilitas
PENATALAKSANAAN
Dilatasi SEB
Miotomy heller
Daftar Pusataka
https://id.scribd.com/presentation/358063427/KONSEP-MEDIS-AKALASIA
KONSEP DASAR MEDIS
DI SUSUN OLEH :
Nama : Fatmawati
Nim : A.18.10.020
3. DEFINISI
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak. Tumor otak suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) dan ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
4. ETIOLOGI
s. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
u. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk
hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
v. Substansi-substansi karsinogenik
5. PATOFISIOLOGI
tumor otak biasanya disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh
tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada
kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada
tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang
kaku.
karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial,
atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke
inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi
foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan
henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi
Gejala tumor otak bervariasi dari satu penderita ke penderita lain tergantung pada
ukuran dan bgian otak yang terjangkit. Tumor bisa membuat area otak yg
terjangkit tidak berfungsi dengan baik dan meekan jarinagan otak sehingga
menyebabkan sakit kepala serta kejang-kejang. Berikut ini tanda dan gejala umum
7) Sulit berbicara
10) Kejang khususnya pada seseorang yang tidak pernah mengalami kejang
7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor
otak ialah :
b) Gangguan kognitif
d) Disfungsi seksual.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika.
neuron.
serebral.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
3. Rontgen foto (X-ray) kepala lebih banyak sebagai Screening test, jika ada tanda-
(vaskularisasi) otak.
tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihanuntuk kebanyakan karena
6. Magnetic Resonance Imaging(MRI), bisa membuat diagosa yang lebih dini dan
akurat serta lebih defititif. Gambar otak tersebut dihasilkan ketika medan magnet
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorokan.
aliran darah. Efek samping : lelah, mual, muntah,hilang nafsu makan, kerontokan
Gosyen Publishing.
https://id.scribd.com/doc/307298245/Makalah-Tumor-Otak
TUGAS KONSEP MEDIS
“MIGRAIN”
DI SUSUN
OLEH :
NAMA : FIDYAWATI
KELAS : A
NIM : A.18.10.021
PRODI : S1.KEPERAWATAN
Definisi
neurogenik. Karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang
berulang-ulang . penyebab migren sampai saat ini belum diketahui dengan jelas.
Patofisiologi
Tanda dan gejala migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskemia kortikal
yang bervariasi. Serangan yang khas dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala
sekitarnya dan dilatasi arteri. Keadaan ini bertujuan mengaktivkan zat-zat yang ada pada
Manifestasi Klinis
14. Fase prodromal : dimana kondisi terasa lelah, nyeri otot leher, gangguan
15. Fase aura : gejala neurologis fokal dapat berupa visual, bicara tidak jelas, pusing
Komplikasi
Stroke iskemik. Risiko terkena stroke jenis ini meningkat pada penderita
Pemeriksaan diagnostik
Evaluasi diagnostic terdiri dari riwayat rinci : pengkajian fisik pada leher dan leher,
dan reaksi pupil, pemeriksaan funduskopi terhadap mata, dan menguji fungsi motoric
dan sensorik.
Riwayat kesehatan berfokus pada pengkajian terhadap sakit kepala itu sendiri dengan
to-mogrhapy (CT) atau pencitraan resonans magnetic (MRI) dapat digunakan untuk
mendeteksi penyebab dasar seperti tumor atau aneurisma. Uji diagnostic ini dapat di
indikasikan untuk pasien dengan nyeri sakit kepala yang menetap atau yang
menyebabkan kecacatan.
Penatalaksanaan
Pendekatan simtomatik. Pengobatan ini dilakukan pada pasien yang sering mendapat
serangan dan ditunjukkan untuk mengurangi atau membatasi serangan sakit kepala.
rektal atau melalui inhalasi. Pengobatan ini efektif dalam mengobati sakit kepala jika
digunakan pada awal proses migrane. Masing-masing dosis pasien diberikan sesuai
https://www.halodoc.com/kesehatan/migrain
TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
"Penyakit disleksia"
Oleh:
Nim: A.18.10.022
Prodi: S1 Keperawatan
penglihatan, tetapi mengarah pada otak yang telah mengolah dan memproses informasi
B. Etiologi disleksia
utama, yaitu faktor pendidikan, psikologis, dan biologis, namun penyebab utamanya
1. Faktor pendidikan
daripada mengajarkan kata sebagai bentuk bunyi dari suatu tulisan. Contoh, Jika anak
dalam tahap belum bisa membedakan huruf-huruf yang mirip seperti b dan d, maka cara
satu. Misalnya fokuskan pengajaran kali ini pada huruf b. Tulislah huruf b dalamukuran
yang besar kemudian mintalah anak untuk mengucapkan sembari tangannya mengikuti
alur huruf b atau membuat kode tertentu oleh tangan. Anak dilatih terus menerus sampai
ia bisa menguasainya, setelah itu mulailah beranjak ke huruf d. Mereka berpikir bahwa
Merekamengklaim bahwa anak yang belajar membaca dengan metode fonetik akan
lebih mudah dalam mempelajari kata-kata baru. Dan untuk mengenali kata-kata asing
mengkombinasikan pendekatan “kata utuh” dan metode fonetik merupakan cara paling
efektif dalam pengajaran membaca.kesatuan (unit) anak pun akan belajar cara
2. Faktor Psikologis
sebagai akibat dari tindakan kurang disiplin, tidak memiliki orangtua,sering pindah
sekolah, kurangnya kerja sama dengan guru, atau penyebab lain.Memang, anak yang
yang kurang baik dengan orangtua atau dengan anak lain kemungkinan
3. Faktor Biologis
Sejumlah peneliti meyakini bahwa disleksia merupakan akibat dari penyimpangan
fungsi bagian-bagian tertentu dari otak. Diyakini bahwa area-area tertentu dari otak
itu kematangan otaknya pun lambat. Teori memang dulu banyakdiperdebatkan, namun
bukti-bukti mutakhir mengindikasikan bahwa teori itu memiliki validitas. Teori lainnya
peneliti menerima bahwa teori ini masihdiyakini sampai saat diadakan penelitian
bahwa 50 persen atau lebih anak disleksia memiliki riwayat orangtua yang disleksia
atau gangguan lain yang berkaitan. Ternyata, lebih banyak anak laki-laki yang disleksia
4. Kecelekaan
Gangguan kemampuan membaca atau mengenali huruf serta simbol huruf akibat
kerusakan saraf otak atau selaput otak, sehingga otak kiri korteks oksipital(bagian
kerusakan ini, otak tidak berfungsi mengenali semua citra (image) yangditangkap indra
penglihatan karena ada gangguan sambungan otak kiri dan kanan.Ada yang berpendapat
Gejala Disleksia bisa sulit untuk dikenali sebelum anak Anda masuk
anak Anda mencapai usia sekolah, guru anak Anda mungkin menjadi yang pertama
untuk melihat masalah. Kondisi ini sering menjadi jelas saat seorang anak mulai belajar
membaca.
1. Sebelum Sekolah
Terlambat berbicara
Kesulita berima
2. Usia Sekolah
Setelah anak anda masuk sekolah, tanda dan gejala disleksia mungkin menjadilebih
jelas, termasuk:
10. Keahliahan membaca pada tingkat jauh di bawah tingkat yang diharapkan
11. Kesulitan dalam memproses dan memahami apa yang dia dengar
13. Kesulitan mengikuti lebih dari satu perintah pada waktu yang bersamaan
17. Melihat huruf atau kata-kata secara terbalik ("b" untuk "d" atau "melihat"untuk
"adalah," misalnya) - ini adalah umum pada anak-anak, tetapi akan lebih terasa
Gejala Disleksia pada remaja dan orang dewasa adalah sama dengan yang pada anak-
anak. Meskipun intervensi awal akan bermanfaat untuk pengobatan disleksia, tidak
Beberapa gejala disleksia umum pada remaja dan orang dewasa meliputi:
5. kesulitan membaca
atau dengan masalah psikologi. Membaca merupakan proses yang berlangsung didaerah
posterior yang paling inferior, terletak tepat di belakang area Wernicke dan di sebelah
posterior bergabung dengan area visual lobus oksipitalis. Bila daerah ini mengalami
kerusakan sedangkan area Wernicke di lobus temporalis tetap utuh, pasien masih dapat
pengalaman visual yang berjalan dari korteks visual ke area Wernicke benar-benar
terhambat. Oleh karena itu, pasien mungkin masih mampu melihat kata-kata dan bahkan
tahu mengenai kata-kata itu, tetapi tidak dapat menginterpretasikan arti kata-kata itu.
Sebuah teori disleksia yang bersumber pada defisit proses di temporal, yang
disleksia. Teori ini berdasarkan pendekatan neuropsikologis yang mengarah pada defisit
fonologis dan gangguan visual.Dalam teori ini dikemukakan bahwa pada anak disleksia
didapatkan kesulitan untuk menyatukan perubahan stimulus yang berlangsung cepat
pendengaran pada konsonan, defisit dalam penilaian perintah temporal, dan defisit
dalam berbagai tingkat membaca cepat. Diskalkulia, biasanya terdapat pada disleksia
berat juga merupakan hasil dari kegagalan fungsi proses numerik temporal. Koordinasi
motorik halus juga dapat terganggu pada penderita disleksia, yang akan mengakibatkan
disgrafia atau kesulitan dalam menulis, dan dispraksia atau kesulitan dalam koordinasi
gerakan motorik.
disleksia.Salah satu teori membaca yang paling banyak diterima adalah teori jalur
ganda.Dalam teori ini terdapat dua mekanisme yang digunakan untuk membaca sebuah
kata, yaitu jalur langsung (ortografi) dan jalur tidak langsung (fonologis).Jalur langsung
adalah melihat kata dan otomatis mengetahui apa yang dibaca. Untuk orang yang sering
melihat kata-kata, dan kata-kata tersebut telah dikenali sebelumnya, maka kemungkinan
besar jalur inilah yang digunakan. Pembaca terlatih menggunakan jalur ini untuk
sebagian besar yang mereka baca, meskipun mereka dapat menggunakan jalur lain
ketika mereka menemukan kata-kata yang baru atau kata asing. Jalur tidak langsung
kombinasi suara yang dihasilkan. Jalur ini menggunakan proses fonologis dan biasanya
Pada dasarnya, membaca terdiri dari 2 proses utama, yaitu pengkodean dan pemahaman.
Pada penderita disleksia, terdapat defisit fonologis sehingga terjadi kegagalan dalam
E. Diagnosa
adalah gambaran klinis yang ditandai oleh kegagalan perkembangan proses membaca
dan mengeja. Namun, penelitian terkini menunjukkan terdapat 3 kelainan yang terpisah,
terdiagnosis sampai anak di kelas 3 atau sekitar umur 6-9 tahun. Anak usia prasekolah
mempunyai faktor risiko untuk menderita disleksia, antara lain kalo ada riwayat
keterlambatan bahasa atau tidak dapat mengeluarkan suara tertentu (kesulitan dalam
permainan kata-kata, kerancuan pada kata-kata dengan bunyi yang sama, kesulitan
belajar mengenal huruf), dan ada keluarga lain yang menderita disleksia. Pada usia
sekolah, anak sering dikeluhkan tidak dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik.
Orang tua dan guru seringkali tidak menyadari bahwa penyebabnya adalah gangguan
membaca.
Untuk menentukan apakah anak berisiko menderita disleksia, skrining biasanya
dilakukan pada akhir masa taman kanak-kanak atau memasuki sekolah dasar. Siswa
fonologis untuk anak yang tersedia saat ini adalah Comprehensive Test of
Pada anak usia sekolah, salah satu elemen yang penting untuk dievaluasi adalah
Kelancaran membaca dapat dinilai dengan menggunakan the Gray Oral Reading
Test. Tes ini terdiri atas 13 bagian yang semakin sulit dan masing-masing diikuti
normal. Pemeriksaan lain, seperti MRI atau analisis kromosom, hanya dilakukan
F. Penatalaksanaan
tergantung pada beratnya disleksia dan kelainan psikologis lain yang menyertai.
ditimbulkan. 1
fonem pada suku kata dengan cara memfokuskan intruksi pada satu atau dua
kemampuan membaca secara oral dengan kecepatan, akurasi dan ekspresi yang
yaitu anak membaca dengan suara yang keras berulang kali dihadapan guru,
orang dewasa, atau teman-temannya, dan menerima umpan balik.Bukti-bukti
jumlah besar dan membaca dalam hati (diam), tanpa umpan balik kepada siswa.
Pada terapi dengan Read Write and Type (RWT) dan Lindamood
Phoneme Sequencing Program for Reading, Spelling, and Speech (LIPS) selama
sekolah dasar yang berisiko disleksia pada sebuah studi memberikan perbaikan
G. Pencegahan
mengenal suku kata, dan pengenalan suara.Kegiatan ini telah dibuktikan dengan
bahasa tertulis.Perlu ada tenaga yang terlatih dan memiliki motivasi tinggi
mulai bersekolah, setiap hari selama 15 menit orang tua dapat memberikan
dan kreasi, bersajak, mengenal huruf dan kalimat, bunyi huruf akan sangat
tugas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/231352395/Disleksia-pada-anak.kristianRichardson.
Juni/26/2014.
https://id.scribd.com/document/208085083/Disleksia.Ery sandi.
Februari/20/2014
“Multiple Sclerosis”
OLEH:
Nama : HAERUNNISA
Nim : A.18.10.023
Kelas : A
S1 KEPERAWATAN
kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple
sclerosis secara umum dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh
terhadap terhadap virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai
otak ke seluruh bagian tubuh. Ditandai dengan remisi dan ekaserbasi periodic.
Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori
Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir
usia belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat
setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja. Serangan
Interval waktu antara serangan satu dengan serangan yang selanjutnya sama
sekali tidak bisa diduga, bila dalam hitungan hari, minggu bulan atau tahun.
beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis MS ini akan berubah menjadi
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat – saat
tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa berakhir dengan
kematian.
Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini
MS.
15. Benign Multiple Sclerosis
menderita MS.
Etiologi
dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang
Kehamilan
Stress emosional
Cedera
yang paling nyata adalah factor genetik (mirip kanker), tapi perkembangan dunia
yang menderita penyakit ini. Faktor lingkungan juga berperan dalam terjadinya
yang tinggal di dekat katulistiwa. Iklim dimana seseorang tinggal pada 10 tahun
dan factor genetic serta mengekalkan (menetap) sebagai hasil dari factor
akan diturunkan. Derajat pertama, kedua, ketiga relative pada klien dengan MS.
mudah diterima pada MS. Adanya faktor presifitasi terdiri dari terpaparnya pada
karena asosiasi mereka masih acak dan tidak adanya hubungan sebab akibat
disana.
Faktor presifitasi yang mungkin termasuk infeksi , cedera fisik dan strees
Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :
sendi dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan
dan disorientasi.
urgensi sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan
inkontinensia.
cc. Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat
hilang, demensia.
dd. Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan
refleks abdomen.
Patofisiologi
bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima
dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari
tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal cord yang
terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak
dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat
robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan
pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls
saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada saraf, axone, impuls
secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada
secara progresif.
Pathway
Pemeriksaan Diagnostik
(IgG).
Penatalaksaan
6) Farmakoterapi :
Azatioprin, betaseron.
7) Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan
10. Obat
adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan satu atau dua
gejala saja. Misalnya, jika gejala yang muncul adalah akit kepala maka
dokter akan memberikan obat sakit kepala. Ada obat yang tidak
myalgia (nyeri otot/sendi). Gejala mirip flu ini akan timbul 4-6 jam
etelah injeksi dan gejala ini akan menetap selama beberapa jam.efek
samping yang lain adalah moon face, wajah terlihat menjadi bulat seperti
yang telah menjalani pengobatan dengan transplantasi sel induk dari sum
kehidupan penderita dari amerika terjebak dalam kursi roda lumpuh total
Mc. Graw Hill. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Basic Neurologi. Jakarta. PT:
Ghanesa
Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan ed
https://id.scribd.com/doc/220064460/Askep-Multiple-Sclerosis
Konsep Medis Penyakit
(GLAUKOMA)
OLEH:
KELAS : A KEPERAWATAN
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian
tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.
(Sidarta Ilyas,2000) Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996) Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit
mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan
rusaknya saraf optik yang membentuk bagian bagian retina retina dibelakang bola mata.
Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari
B. Etiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi
keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka
akan
terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang
pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
C. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos humor
dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
diproduksididalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kan al Schelmn kedalam
sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih bad an siliar atau
oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui
kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang
seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia
biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan saraf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini be rsifat permanen.
D. Manifestasi Klinis
1) Glaukoma primer
Pandangan kabur
Sakit kepala
Mual, muntah
Kedinginan
2) Glaukoma sekunder
3) Glaukoma kongential
Gangguan penglihatan
E. Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
a) Obat Sistemik
menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia
sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh parastesi,
Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah
glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat ini
diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol,
2) Terapi Bedah
a) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan
depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya
b) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50%
F. Pemeriksaan Penunjang
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau pen glihatan ke retina
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.
(normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas,
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik
yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan
tes konfrontasi.
https://www.scribd.com/doc/231479230/LAPORAN-PENDAHULUAN-GLAUKOMA
SKIZOFRENIA
DI SUSUN OLEH :
IKA NOVIKA
Nim : A.18.10.025
PRODI SI KEPERAWATAN
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
berasal dari dua kata, yaitu “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah (split), dan “
frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia
adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( Hawari,
2003).
gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi
dan perilaku. Keyakinan irasional tentang dirinya atau isi pikiran yang menunjukkan
kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau
secara kimiawi pada otak, yang pada akhirnya mengganggu fungsi sistemik dan impuls
syaraf otak. kondisi ini mengakibatkan kegagalan fungsi otak dalam mengolah
informasi dari dan ke panca indera, sehingga timbul proyeksi yang tidak seharusnya.
B. Etiologi
1. Teori somatogenik
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-
1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua
yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu
b. Endokrin
c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat,
ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam
halusinogenik.
kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh
2. Teori Psikogenik
tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas
pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau
Skizofrenia terdapat
ataupun somatik
c. Eugen Bleuler
jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala
d. Teori lain
macam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan
jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain
C. Pembagian Skizofrenia
antara lain :
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan
b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja
atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir,
c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
d. Skizofrenia Paranoid
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya
Skizofrenia.
gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul
serangan lagi.
D. Patofisiologi
timbul pada usia sekitar 18 - 45 tahun. Schizophrenia disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain: faktor genetik, faktor lingkungan dan faktor keluarga. Schizophrenia tidak
hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya tetapi juga bagi orang-
orang terdekat ( Arif, 2006). Penderita schizophrenia sering kali mengalami gejala
positif dan negatif yang memerlukan penanganan serius. Penderita schizophrenia juga
mengalami penurunan motivasi dalam berhubungan sosial, perilaku ini sering tampak
keperawatan isolasi sosial menarik diri dan jika tidak diatasi dapat menimbulkan
schizophrenia tidak saja disebabkan oleh perilaku isolasi sosial tetapi juga dapat
disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah. Dampak dari halusinasi yang
timbul akibat schizophrenia ini sangat tergantung dari isi halusinasi. Jika isi halusinasi
adanya penurunan motivasi dalam melakukan hubungan sosial serta penurunan dalam
berakibat pada kecemasan yang berlebihan jika isi wahamnya tidak mendapatkan
menyebabkan perasaan tidak nyaman pada diri penderita, hal ini karena kondisi
tidak efektif yang dapat berlanjut pada gangguan konsep diri harga diri rendah dan bila
tidak diatasi berisiko menimbulkan perilaku kekerasan ( Ingram, 1996). Penderita dapat
dalam melakukan aktivitas perawatan diri dan kemampuan dalam berhubungan sosial
dengan orang lain. Adanya ambivalensi membuat penderita menjadi kesulitan dalam
gejala negatif ambivalensi ini, sering kali dijumpai cara berpakaian dan berpenampilan
yang tidak sesuai dengan realita seperti rambut tidak rapi, kuku panjang, badan kotor
dan bau ( Rasmun, 2007). Prognosis untuk schizophrenia pada umumnya kurang begitu
menggembirakan sekitar 25 % pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat
kembali pada tingkat sebelum munculnya gangguan tersebut. Sekitar 25% tidak pernah
E. Manifestasi Klinis
Menurut Keltner et al (1995), gejala-gejala ini dapat dikelompokkan menjadi 4
kategori :
1. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Adalah pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luas. Menurut
Moller dan Murphy dalam Stuart dan Sundeen (1997) tingkatan halusinasi dibagi
1) Tahap 1 Comforting
cemas, kesepian, rasa bersalah, takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran
yang nyaman untuk melepaskan cemas. Individu mengenal bahwa pikiran dan
pengalaman sensori dalam kontrol kesadaran jika cemas dapat dikelola. Tingkah
2) Tahap II
usaha untuk menjauhkan diri dari sumber stimulus yang diterima . Individu
mungkin merasa malu dengan adanya pengalaman sensori dan menarik diri dari
3) Tahap III
jika sensori yang diberikan berhenti. Psychotic. Tingkah laku yang dapat
diobservasi :
4) Tahap IV
jam atau sehari atau sehari jika tidak ada intervensi terapeutik. Tingkah laku
b. Delusi
Adalah gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa
stimulus luar yang cukup dan mempunyai cirri-ciri realistic, tidak logis,
menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh pasien sebagai hal yang nyata,
pasien hidup dalam wahamnya, keadaan atau hal yang diyakini itu bukan
sepanjang sejarah.
pesan khusus.
ususnya. Yang termasuk waham ini adalah waham sedot pikir, waham
yang nyata.
perpindahan materi pembicaraan yang menddak tanpa alas an logic yang nyata.
e. Ambivalensi adalah keinginan yang sangat pada dua hal yang berbeda
f. Kehilangan asosiasiidak adanya hubungan pola pikir, ide dan topik yang
sebelumnya.
3. Gangguan Kesadaran
pembicaraan, pembicaraan ang tidak dapat dimengerti, terdapat distrsi tata bahasa atau
susunan kalimat, sering memakai istilah aneh, inkherensi timbul karena pikiran kacau
sehingga beberapa pikiran dikeluarkan dalam satu kalimat, clouding atau kesadaran
4. Gangguan Afek
a. Afek yang tidak tepat, suatu keadaan disharmoni afek yang tidak sesuai
respon.
F. KOMPLIKASI
Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :
Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan
2. Hubungan interpersonal
Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi dari
3. Sumber koping
Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi pada
menghadapi stress.
ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan tidak
5. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan
6. Motivasi
Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu periode
selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat di rumah
G. Penatalaksanaan
1. Medis
perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses piker kacau). Obat-
obatan untuk pasien skizophrenia yang umum diunakan adalah sebaga berikut :
1) Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif diberikan injeksi :
3) Triheksifenidil 1- 2x 2 mg sehari
b) Dosis maksimal
1) Klorpromazine
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi ortostatik.
2) Haloperidol
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi, hipotensi ortostatik.
a. Klorpromazine
1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan
penglihatan.
1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit dan membersihkan
penglihatan.
Resiko tinggi
mencederai diri &
Orang lain
Perubahan
perilaku
Kerusakan Komunikasi Verbal kekerasan
Sidroma defisit
Isolasi sosial : menarik diri
perawatan diri
Stressor
TAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/12984347/ASKEP_SCIZOFRENIA
https://www.academia.edu/28227905/LAPORAN_PENDAHULUAN_DAN_STRATE
GI_PELAKSANAAN_SKIZOFRENIA
https://rsdurensawit.go.id/index.php/2017/07/19/10-gangguan-kejiwaan-yang-paling-
berbahaya/
OLEH :
NAMA : INDRIANI
PRODI : SI KEPERAWATAN
NIM : A.18.10.026
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. DEVINISI
pada kulit.
Neuropati merupakan kondisi yang terjadi karena rusaknya sistem saraf tepi.
Sistem saraf tepi adalah jaringan saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang) ke seluruh tubuh. Sistem saraf tepi
diklasifikasikan menjadi:
Neuropati terjadi ketika sel-sel saraf (neuron) rusak atau hancur. Neuropati dapat
menyerang satu saraf (mononeuropathy), dua saraf atau lebih di area yang
B. KOMPLIKASI
Setiap saraf di sistem saraf pusat memiliki fungsi spesifik, sehingga gejalanya
tergantung pada jenis saraf yang terkena neuropati. Gejala dan tanda yang
Mati rasa
Rasa terbakar
Sensitivitas berlebihan jika disentuh
Masalah pencernaan
Pusing
C. ETIOLOGI
Neuropati herediter
Neuropati herediter terjadi dari turunan dari orang tua ke anak. Namun,
neuropati jenis ini jarang terjadi. Neuropati herediter yang paling umum adalah
sensorik. CMT menyebabkan kelemahan pada otot kaki dan kaki bagian bawah.
Acquired Neuropathy
Trauma saraf perifer dapat terjadi karena kompresi saraf karena tekanan
Infeksi dan penyakit autoimun: misalnya virus HIV, virus herpes, dan
ketidakseimbangan hormon.
dan merkuri) dan bahan kimia industri juga dapat memengaruhi fungsi
saraf.
Konsumsi alkohol.
Neuropati idiopatik
sensasi tertentu.
perifer.
3. Tes pencitraan: CT scan atau MRI untuk melihat adanya tumor atau
kelainan lainnya.
E. PERAWATAN
tubuh
5. Alat bantu mekanik, seperti braces (penyangga kaki) dan sepatu yang
dirancang khusus
F. PENATALAKSANAAN
1. Obat-obatan
nortriptyline.
Opioid, seperti tramadol.
Obat antikonvulsan (antikejang),
seperti gabapentin dan pregabalin.
bergerak.
sehari-hari.
listrik.
neuropathy/symptoms-causes/syc-20352061
basics#1
(Celebral Palsy)
OLEH:
NAMA : JANNIATI
KELAS : A KEPERAWATAN
Celebral palsy adalah keadaan kerusakan jaringan otak yang tidak progresif,
yang bisa terjadi pada waktu muda (sejak dilahirkan) serta merintangi
spastic, gangguan ganglia basal dan sereblum, serta kelainan mental (Mardhi
Amin, 2015).
2. Etiologi
a. Pranatal
retyardasi mental. Selain itu anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar x
b. Pariperal
- Anoxia/hipoksia
- Pendarahan otak
- Prematuritas
- Ikterus
- Meningiritis purulenta
c. Pasca natal
3. Manifestasi klinis
- Spastisitas
klonus dan refleks babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu
keadaan tidur.
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flaksid (lemas)
pada flower motor neuron bila bayi dibiarkan berbaring tampak flaksid
dan sikapnya seperti kodok terlentang tetapi bila dirangsang atau mulai
- Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abdnormal dengan pergerakan yang
- Ataksia
Merupakan suatu gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini
- Gangguan pendengaran
- Gangguan bicara
- Gangguan mata
4. Fatofisiologi
hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal
ganglia dan beberapa saraf nuclei cranial. Selain itu juga dapat terjadi
- Type cerebral palsy hemiparatik, karena trauma pada kortek atau CVA
- Spastic cerebral palsy yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada
semua ekstremitas.
otot fleksor dan ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk
- Tipe spastik (50% dari semua kasus cerebral palsy) dengan ciri-ciri otot
perlahan, menggeliat dan tak terkendali tetapi bisa juga timbul gerakan
- Tipe ataksik (10% dari semua kasus cerebral palsy), resiko terkena
cerebral palsy meningkat tajam seiring dengan berat badan lahir rendah,
dilaporkan bahwa dengan bayi berat badan lahir rendah <1000 gram
dihubungkan dengan bayi berat badan rendah. Cerebral palsy tipe spastic
- Tipe campuran (20% dari semua kasus cerebral palsy) resiko terkena
cerebral palsy meningkat tajam seiring dengan berat badan lahir rendah,
dilaporkan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah < 1000 gram
5. Komplikasi
a. Kontraktur
b. Retardasi mental
c. Konstipasi
6. Pemeriksaan diagnostic
- Pemeriksaan reflex
- CT scan
proses degeneratife
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simptonatik. Pada keaddan ini perlu
kerjasama yang baik bersama para tim antara dokter anak, neurology,
tua pasien.
- Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut
- Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk
tersebut
b. Penatalaksanaan keperawatan
- Mengobservasi dengan cermat bayi bayi baru lahir yang berisiko, (baca
adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada neonates segera
- Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada otak
dipesangkan pada orang tua jika melihat sikap bayi yang tidak normal
c. Penatalaksanaan terapeutik
terapi fisik
- Splint (pembalut)
- Terapi bicara
- Pendidikan khusus
- Terapi social
- Terapi psikolog
PT Salemba Medika.
“ BELL’S PALSY “
DISUSUN OLEH :
NAMA : JUSNIATI
NIM : A 18.10.030
KELAS : A S1 KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
KONSEP MEDIS
Pengertian
motor neuron akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) diluar sistem saraf pusat tanpa disertai
Bell’s Palsy adalah suatu kondisi dimanan otot-otot wajah di suatu sisi
Paralisis fasialis idiopatik atau Bell’s Palsy, ditemukan oleh Sir Charles
Bell, dokter dari skotlandia. Bell’s palsy sering terjadi setelah infeksi virus atau
setelah imunisasi, lebih sering terjadi pada wanita hamil dan penderita diabetes
Lokasi cedera nervus vasialis pada Bell’s Palsy adalah di bagian perifer
nukleus nervus VII. Cedera tersebut terjadi di dekat ganglion genikulatum. Salah
satu gejala Bell’s Palsy adalah kelopak mata sulit menutup dan saat penderita
berusaha menutup kelopak matanya, matanya terputar ke atas dan matanya tetap
kelihatan. Gejala ini disebut juga fenomene Bell. Pada observasi dapat dilihat
juga bahwa gerakan kelopak mata yang tidak sehat lebih lambat jika
Patofisiologi
Para ahli menyebutkan bahwa Bell’s Palsy terjadi proses inflamasi akut pada
Bell’s Palsy hampir selalu terjadi secara unilateral. Namun demikian dalam jarak
waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralisis bilateral. Penyakit ini dapat
berulang atau kambuh. Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori
terseburt pada saat melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar
dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti
primer. Karena adanya suatu proses yang dikenal awam sebagai “masuk angin”.
Paparan udara yang dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi
mobil dengan kaca jendela terbuka diduga sebagai salah satu penyebab
terjadinya Belll’s Palsy. Karena itu nervus fasialis bisa sembab, ia terjepit
nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens
dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut
akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik kearah
lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan
tuli perseptif impsilateral dan ageusia (tidak bisa mangecap dengan 2/3 bagian
Palsy adalah reaktivitasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang
menyerang saraf kranalis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini
menyebar kesaraf melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion
Kelumpuhan pada Bell’s Palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari
otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palfebra tidak
dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang
berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan
dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air mata tidak
Etiologi
Diperkirakan penyebab Bell’s Palsy adalah virus. Akan tetepi, baru
beberapa tahun terakhir ini dapat dibuktikan etiologi ini secara logis karena pada
penderita Bell’s Palsy. Dulu, masuk angin (misalnya hawa dimgin, AC, atau
Bell’s Palsy. Akan tetapi, sekarang mulai diyakini HSV sebagai penyebab Bll’s
penyebab paralisis fasial idiopatik. Dengan analogi bahwa HSV ditemukan pada
keadaan masuk angin (panas dalam/cold sore), dan beliau memberikan hipotesis
bahwa HSV bisa tetap laten dalam ganglion genikulatum. Sejak saat itu,
Reaction) pada cairan endoneural N. VII penderita Bell’s Palsy berat yang
HSV diinokulasi pada telinga dan lidah tikus, maka akan ditemukan antigen
virus dalam nervus fasialis dan ganglion genikulatum. Varicella Zooster Virus
(VZV) tidak ditemukan pada penderita Bell’s Palsy tetapi ditemukan pada
Banyak kontroversi mengenai etiologi dari Bell’s Palsy, tetapi ada 4 teori
Simplex Virus (HSV), yang terjadi karena proses reakrivitas dari HSV
(khususnya tipe 1)
Bell’s Palsy terjadi mungkin karena kanalisis fasialis yang sempit pada
Dikataka bahwa Bell’s Palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi
Gejala Klinik
bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Setelah
Mulut tampak moncong terlebih pada saat meringis, kelopak mata tidak
dapat dipejamkan, waktu penderita disuruh menutup kelopak matanya maka bola
mata tampak berputar ke atas. Penderita tidak dapat bersiul atau maniup.
Apabila berkumur atau mium maka air keluar melalui sisi mulut yang lumpuh .
Tanda dan gejala klinik lainnya berhubungan dengan tempat atau lokasi
lesi.
h. Lesi diluar foramen stilomastiodeus. Mulut tertarik ke arah sisi mulur yang
sehat, makanan berkumpul di antar pipi dan gusi, dan sensasi dalam di wajah
tertutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus menerus
lidah dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya daya pengecap
menunjukkan lesi didaerah antara pons dan titik dimana korda timpani
m. Lasi di tempat keliarnya nervus fasialis dari pons. Tanda dan gejala sama
dengan diatas, disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus trigeminus, nervus
akustikus dan kadang-ladang juga nervus abdusens, nervus aksesorius, dan
nervus hipoglosus.
Pemeriksaan penunjang
tetapi yang harus diteliti lebih lanjut adalah apakah ada penyebab lain yang
lokasi lesi diatas nukleus fasialis di pons, maka lesinya bersifat UMN. Pada
tulang, stroke, sklerosis multiple dan AIDS pada CNS. Pemeriksaan MRI
Diagnosis
Diagnosis Bell’s Palsy dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan
parese dari nervus fasialis yang menyebabkan bibir mencong, tidak dapat
memejamkan mata dan rasa nyeri pada telinga. Hiperakusis dan aguesia juga
dapat ditemukan. Harus dibedakan antara lesi UMN dan LMN. Pada Bell’s
Pengobatan
1. Melindungi mata pada saat tidur dan pemberian tetes mata metilselulosa,
bawah wajah merupakan kondisi yang dapt dikelola secara umum. Belum
pasien.
Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/doc/186264752/LAPORAN-PENDAHULUAN-BELLS-PALSY
https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/bells-palsy
MATERI PENYAKIT PARKINSON
OLEH:
KHUSNUL KHATIMAH
A.18.10.031
S1 KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak
ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887.
Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan.
pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi
autonom.
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun.
Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan
1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia
85 – 89 tahun.
Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara
perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul sebagai
tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan
digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stres emosional atau kelelahan
bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan
mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang,
pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau
diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa
menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu
dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan. Penderita Penyakit Parkinson
lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita Penyakit Parkinson
sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik.
Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya
Penyakit Parkinson menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk
ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan
sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Penyakit Parkinson yang akhirnya
mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya
jarang mengedip. Penderita Penyakit Parkinson seringkali ileran atau tersedak karena
kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita
Penyakit Parkinson berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi
penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari protein yang
disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pasa
daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert,
hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, sistem saraf
otonom.
2. Insidensi
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada
Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada
luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding
3. Etiologi
Terdapat beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-
umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan
belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson
sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini
pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini
resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin
8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih
5.Faktor Lingkungan
a.Xenobiotik
kerusakan mitokondria.
b.Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan
lama.
c.Infeksi
d.Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif,
e.Trauma kepala
4. Patofisiologi
ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
2.Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses
dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang
didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas
palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia nigra, nukleus rubra,
lokus seruleus).
sebagai berikut :
nistagmus
diketahui pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan defisiensi
dorsal, locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia otonomik. Beratnya
substansia nigra dan lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%, sedangkan
pada nukleus raphe dorsal berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus ganglia
berkurang 40% di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan
30% di lobus temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi
respons terhadap stres. Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan
Sistem ini berperan dalam motivasi dan dorongan untuk berbuat, sehingga
berdaya dan putus asa. Sistem serotonergik berperan dalam regulasi suasana
perasaan, regulasi bangun tidur, aktivitas agresi dan seksual. Disfungsi sistem ini
semua unsur yang tersebut di atas merupakan gambaran dari sindrom klasik
depresi.
5. Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi
jenis ini.
juvenilis).
6. Gejala Klinis
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita
1.Gejala Motorik
a.Tremor/bergetar
dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu
ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika
getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang
terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan
tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu
sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah
sisi.
b.Rigiditas/kekakuan
yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas
juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus
pendek.
langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga
penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi
tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil,
asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan,
lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir
serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai
melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu
ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan
13
sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. Bradikinesia
e.Mikrografia
g.Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara,
h.Dimensia
i.Gangguan behavioral
mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon
j.Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas
a.Disfungsi otonom
e.Gangguan sensasi,
warna,
posisi badan
- berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia
atau anosmia),
7. Diagnosis
1.Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor
dan rigiditas yang san gat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk
8. Pemeriksaan penunjang
-CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk
menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang
timbul.
yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru
dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan
dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan
1) Terapi Obat-obatan
a.Antikolinergik
pergerakan.
b.Carbidopa/levodopa
neuron dopaminergik.
merupakan obat yang paling banyak dipakai sampai saat ini. Levodopa
secara normal.
sampai memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak
2) Hipotensi postural
pada system konduksi jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker
seperti propanolol.
4) Diskinesia.
atau muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik
sejenak.
yang diminum.
c.COMT inhibitors
samping yang berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan. Jenis
d.Agonis dopamin
cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan
Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami
serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis
e.MAO-B inhibitors
pergerakan.
meningkatkan angka kematian, yang sampai saat ini tidak bisa diterangkan
gerakan.
Stimulasi ini digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor.
Terapi ini memberikan kemungkinan penekanan pada semua gejala dan efek
DBS kini menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik
levodopa.
beberapa obat.
3) Terapi Fisik
terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di
rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik.
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat
di dalam mulut.
4) Terapi Suara
kejernihan suara.
5) Terapi gen
terapi gen yang melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang
dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang
6) Pencangkokan syaraf
sel stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai
7) Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak
yang sudah parah di mana terapi dengan obat tidak mencukupi. Operasi
8) Terapi neuroprotektif
9) Nutrisi
efektifitas sekitar 70 % dalam mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe),
tinggi secara teori dapat mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara
kerja yang mirip dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis
baru yang memiliki struktur dan fungsi mirip dengan koenzim Q10.
10) Qigong
movement pasien.
11) Botox
10. Prognosis
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian.
pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.4
sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya lebih
rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat
menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian.
demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk
yang tepat, kebanyakn pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah
diagnosis.
BAB III
PENUTUP
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke
sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210
secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk
menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang
https://id.scribd.com/doc/44379639/MAKALAH-PARKINSON
Kiki Resky Putri
OLEH :
PRODI : SI KEPERAWATAN
NIM : A.18.10.032
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
mengalami gangguan dalam berpikir dan bergerak, juga gangguan kejiwaan. Seseorang
yang menderita penyakit ini akan mengalami kesulitan dalam beraktivitas dan
disesuaikan dengan gejala yang dialami. Jangan ragu untuk berkonsultasi secara
B. Patofisiologi
kemampuan saraf pada otak manusia dan mengakibatkan gangguan kejiwaan, dan
C. Etiologi
Penyakit Huntington merupakan dampak dari adanya gen yang cacat. Gen ini
diturunkan dari orang tua ke anak. Meski begitu, kondisi ini berbeda dengan beberapa
orang tua memilikinya. Namun pada penyakit Huntington, gen cacat sudah bisa
diturunkan ke anak meski hanya salah satu orang tua saja yang memilikinya. Dengan
kata lain, anak memiliki potensi tinggi menderita penyakit Huntington jika salah satu
Penyakit ini dapat mengganggu kemampuan berpikir (kognitif) dan bergerak, serta
mengalami gangguan kejiwaan. Hal ini akan menimbulkan gejala yang beragam pada
tiap pasien.
c. Gangguan keseimbangan.
e. Chorea, yakni gerakan menyentak atau menggeliat yang terjadi di luar kendali.
Gangguan dalam bergerak ini akan membatasi penderita dalam melakukan kegiatan
c. Gangguan bipolar.
e. Insomnia.
tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan gejala penyakit Huntington sudah muncul
diusia anak-anak atau remaja (di bawah 20 tahun). Kondisi itu disebut juvenile
Huntington.
a. Kejang
b. Otot kaku sehingga mempengaruhi cara berjalan
d. PeruKejang
sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga merupakan salah satu data penting bagi dokter, sehingga
pastikan untuk memberikan informasi yang rinci mengenai hal ini kepada dokter.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fungsi saraf (pemeriksaan neurologis).
Dalam prosesnya, dokter akan mengajukan pertanyaan dan melakukan tes sederhana
untuk menilai:
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Keseimbangan
d. Kemampuan meraba
e. Gerak tubuh
g. Refleks
Dokter juga akan melakukan tes penunjang yang berupa:
digunakan untuk memeriksa aktivitas listrik di otak, atau MRI dan CT scan yang
b. Tes genetik. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien untuk
diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Tes genetik juga dapat dilakukan untuk
mendeteksi penyakit ini jika terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit
Dokter juga dapat menyarankan tes yang lain, jika memang diperlukan. Konsultasikan
lebih lanjut dengan dokter terkait pemeriksaan yang akan dilakukan. Tanyakan manfaat
Penanganan untuk tiap gejala berbeda dan perlu dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan dokter saraf.
Untuk gejala gangguan bergerak, pasien akan diberikan obat sesuai dengan gejala yang
b. Levetiracetam
c. Clonazepam
Obat juga dapat diberikan untuk meredakan gejala gangguan kejiwaan. Berbeda gejala
gangguan kejiwaan yang timbul, berbeda pula obat yang diresepkan dokter. Beberapa
Selain obat-obatan, gejala penyakit Huntington juga dapat ditangani dengan terapi.
Tersedia banyak terapi yang bisa diterapkan dan masing-masingnya memiliki manfaat
yang berbeda. Dokter akan menentukan jenis terapi yang tepat dan sesuai dengan gejala
Sebagai contoh, jika pasien sulit mengendalikan emosi, maka dokter akan
dalam mengelola perilaku. Bila muncul gangguan saat bergerak atau gangguan
keseimbangan, maka dokter akan menganjurkan terapi lain, seperti fisioterapi atau
Perlu diingat belum ada metode pengobatan yang secara pasti dapat mengatasi penyakit
Huntington sepenuhnya.
di mana pasien tidak dapat melakukan apa pun, termasuk berbicara, namun masih bisa
mengenali orang di sekitarnya dan memahami apa yang dibicarakan orang tersebut. Di
fase ini, pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi keperluan sehari-
hari.
semenjak gejalanya muncul. Beberapa kasus menunjukan bahwa hal itu disebabkan
karena bunuh diri yang dipicu oleh depresi berat. Kasus lainnya disebabkan karena
cedera akibat terjatuh, kekurangan gizi karena mengalami kesulitan menelan, dan
genetik sebelum merencanakan memiliki keturunan, bila di dalam keluarga ada yang
menderita penyakit ini. Dokter akan memilih sel telur maupun sperma yang tidak
memiliki gen penyakit Huntington. Diskusikan lebih lanjut manfaat serta risiko yang
DAFTAR PUSTAKA
Nopoulos, PC. (2016). Huntington’s Disease: a Single-gene Degenerative Disorder of
Myers, RH. (2004). Huntington’s Disease Genetics. NeuroRX, 1(2), pp. 255-262.
OLEH :
NAMA : NURFADILLAH
PRODI : SI KEPERAWATAN
NIM : A.18.10.033
Seperti dilansir Mayo Clinic, Kamis (22/8/2013), afasia (aphasia) adalah sebuah
sindrom pada sistem saraf (neurologis) yang merusak kemampuan bahasa. Memori otak
mereka mengalami kecacatan. Orang yang menderita penyakit ini akan mengalami
kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan sulit memahami serta menemukan kata-
kata saat berkomunikasi. Tentunya, hal ini akan menimbulkan masalah pada hidup
penderitanya.
kesulitan dalam berbahasa, termasuk bicara dan atau memahami perkataan orang lain
atau diri sendiri, membaca, atau menulis. Kondisi ini biasanya diakibatkan oleh
kerusakan pada bagian otak yang bertanggung jawab dalam proses bahasa, misalnya
setelah stroke.
afasia akan memiliki masalah dalam memahami percakapan, membaca dan memahami
Afasia Broca. Seseorang dengan afasia Broca dapat mengerti perkataan orang
lain, namun kesulitan dalam berbicara. Oleh karena itu, gejalanya dapat berupa
bicara hanya dengan kalimat tidak lengkap yang singkat. Para penderitanya juga
mungkin memiliki kemampuan terbatas dalam memahami perkataan orang lain
a. Afasia Wernicke. Seseorang dengan afasia ini dapat berbicara secara mudah dan
lancar, namun memasukan kata-kata yang tidak jelas atau tidak dapat
dimengerti. Mereka biasanya tidak mengerti bahasa lisan dengan baik dan sering
kali tidak menyadari, bahwa orang lain tidak dapat memahaminya. Jenis afasia
ini adalah hasil kerusakan pada jaringan bahasa di bagian tengah otak sebelah
kiri .
6. Afasia Global. Afasia global disebabkan oleh kerusakan luas pada jaringan
bahasa otak. Orang dengan afasia global tidak dapat atau sulit memahami kata-
kata, dan tidak mampu menggunakan kata dalam kalimat, atau bahkan tidak
GEJALA
menulis.
Para penderita afasia kerap membuat kesalahan dengan kata-kata yang mereka gunakan.
Afasia dapat terjadi dengan sendirinya atau bersamaan dengan gangguan lain, seperti
kesulitan melihat, masalah mobilitas, kelemahan anggota tubuh dan masalah dengan
PENYEBAB
Penyebab afasia adalah kerusakan otak pada bagian yang memproses bahasa dan bicara,
akibat stroke, adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Kerusakan otak
yang disebabkan oleh cedera kepala yang parah, tumor, infeksi atau proses degeneratif
(penuaan), juga dapat menyebabkan afasia. Dalam kasus ini afasia biasanya terjadi
dengan disertai masalah kognitif (proses berpikir) lainnya, seperti masalah memori
Afasia sementara dapat juga terjadi. Penyebabnya adalah migrain, kejang, atau transient
ischemic attack atau TIA (stroke ringan). TIA terjadi akibat penyumbatan atau
gangguan aliran darah sementara di area otak. Penderita TIA berisiko tinggi mengalami
stroke.
DIAGNOSIS
Afasia biasanya didiagnosis setelah dokter melakukan tes. Tes tersebut melibatkan
Tujuan dari tes ini adalah untuk memahami kemampuan seseorang dalam:
percakapan
PERAWATAN
Dokter dapat merekomendasikan terapi bahasa dan bicara untuk mengatasi afasia.
Terapi ini biasanya berlangsung bertahap dan akan lebih baik jika dimulai sedini
KOMPLIKASI AFASIA
pribadi. Jika tidak ditangani dengan baik, afasia juga dapat menyebabkan munculnya
PENCEGAHAN AFASIA
Belum ada cara pasti untuk mencegah terjadinya afasia. Langkah terbaik yang dapat
Berhenti merokok
Menjaga berat badan agar tetap ideal dan terhindar dari obesitas
https://m.liputan6.com/health/read/671788/afasia-gangguan-pada-otak-yang-merusak-
kemampuan-berbahasa
https://www.sehatq.com/penyakit/afasia/amp#aoh=15897746582757&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s
https://www.alodokter.com/afasia
SISTEM SARAF
“Penyakit Meningitis”
Oleh :
Rifka Annisa
A.18.10.034
Keperawatan A
Prodi S1.Keperawatan
A. PENGERTIAN
otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi
B. ETIOLOGI
dengan wanita
terakhir kehamilan
C. PATOFISIOLOGI
bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen,
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
D. MANIFESTASI KLINIS
dan koma.
sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan
fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas
bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
kesadaran.
tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
( infeksi bakteri )
kranial.
F. DIAGNOSIS
tinggal pasien, menanyakan riwayat penyakit atau tindakan medis yang pernah
1. Tes darah
2. Pemindaian
4. Tes PCR
G. PENGOBATAN
1. Meningitis Virus
Pada kondisi tertentu, mengitis yang disebabkan oleh virus dapat
2. Meningitis Bakterialis
penyebab meningitis.
3. Menigitis Jamur
H. PENATALAKSANAAN
dipertahankan
6. Pembedahan
lalu dibuat insisi tapal kuda di belakang telinga dan insisi kecil lainnya di
dinding abdomen. Lubang kecil dibuat pada tulang kepala, lalu selang kateter
belakang telinga yang menempel pada kedua kateter. Bila terdapat tekanan
intrakranial meningkat, maka CSS akan mengalir melalui katup menuju rongga
peritoneum (Jeferson, 2004). Terapi bedah merupakan pilihan yang lebih baik.
c. Eksisi tumor
d. Fenestrasi endoskopi
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul akibat meningitis pada tiap orang dapat berbeda-beda.
1. Kehilangan penglihatan
2. Kejang
3. Gangguan ingatan
4. Migrain
5. Kehilangan pendengaran
7. Gagal ginjal
8. Syok
9. Kesulitan berkonsnterasi
11. Hidrosefalus
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/6559846/laporan_pendahuluan_dan_askep_Meningitis
https://www.alodokter.com/meningitis