Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEBUTUHAN

KHUSUS ADHD

KELOMPOK 6

Devi Alpiana

Aenul Muayyana

Ana jihad islamiyah

A.Ayu Lestari

Kiki Reski Putri

Verdi Fian Aprilianto (Senior SP)

KELAS A

STIKES PANRIDA HUSADA BULUKUMBA

PRODI SI KEPERAWATAN

2019-2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena penulis

telah dapat menyelesaikan “makalah tentang Asuhan keperawatan pada

anak dengan kebutuhan khusus ADHD”.

antangan untuk terus berkarya sebagai pengisi kegiatan dan aktifitas yang

dituntut untuk terus berkarya dan berkreasi mengisi masa depan yang penuh

tantangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon saran

dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

BULUKUMBA, MEI 2020

2
DAFTAR ISI

Sampul...........................................................................................................1

kata pengantar..............................................................................................2

daftar isi.........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................5

C. Tujuan.................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6

A. Laporan pendahuluan........................................................................6

1. Pengertian Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)....6

2. Etiologi.........................................................................................9

3. Epidemiologi................................................................................9

4. Patofisiologi.................................................................................9

5. Gejala klinis................................................................................11

6. pemeriksaaan penunjang..........................................................12

7. penatalaksanaan.......................................................................13

B. Asuhan keperawatan.......................................................................17

C. Diagnosa keperawatan....................................................................29

D. Intervensi keperawatan...................................................................30

BAB III PENUTUP........................................................................................50

A. Kesimpulan......................................................................................50

3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan

tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai

dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun

di rumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap

sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu

alasan dan masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak

dibawa untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsensus

pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta

anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).

Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia

sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 %

sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk

mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan

keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di

beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan

dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa

negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50.

Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di

4
antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui

jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran

rakyat, 2009).

Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak

ADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak

menderita ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti

genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol pada

kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan, dll

(Verajanti, 2008).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan Hiperaktif?

2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan

Hiperaktif?

C. Tujuan

1. Mengetahui Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan Hiperaktif.

2. Mengetahui Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Anak Dengan Hiperaktif.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan

1. Pengertian Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan

hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4

tahun dan dikarakarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak

perhatian, impulsive dan hiperaktif (Townsend, 1998). ADHD adalah

singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi

yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit

memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan

kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak),

Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive

(Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD

(Permadi, 2009).

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan

neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. •

Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena

dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar

berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya

sesuai aturan (Ginanjar, 2009). ADHD adalah gangguan

perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga

menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung

6
berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak

bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan

keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.

Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-

letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan

Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan

perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada

anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas,

hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.

(Nelson, 1994) Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang

menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau

diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau

impulsif. (Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak

Sehari-hari“) Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal,

disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu

memusatkan perhatian. (Sani Budiantini Hermawan, Psi.,)

Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :

a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak

hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala

hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak

dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak mampu memusatkan

perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi,

mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun

7
dan dapat digambarkan sedang berada “diawang-awang”, tidak

bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya

terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.

b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.

Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif,

tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan

pada anak- anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri

berikut: terlalu energik, lari ke sana kemari, melompat seenaknya,

memanjat-manjat, banyak bicara, berisik. Ia juga impulsif:

melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak

tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran.

Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia

menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti

pelajaran.

c. Tipe gabungan (kombinasi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan

impulsif. Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak

dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu

memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau

menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah

pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.

Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku

pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali,

tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya).

8
Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya

permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,

dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang

lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan

mengasikkan namun tidak kunjung datang.

2. Etiologi

a. Faktor neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang

lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses

persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,

toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan

dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi

yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu

yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden

hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor

etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut

adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak

yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang

berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi

menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu

pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-

prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah

kanan.

b. Faktor toksik

9
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet

memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak.

Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang

meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena

sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak

hiperaktif.

c. Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada

keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari

orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun

pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.

d. Faktor psikososial dan lingkungan

Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap

keliru antara orang tua dengan anaknya.

3. Epidemiologi

Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga

lebih dari 5 %. Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki

dibandingkan dengan wanita. Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan

kejadian ADHD mencapai 7%.

4. Patofisiologi

Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan

konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang

meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan

biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun

10
serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan

yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan

derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam

susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan,

sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan

elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik

serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk

kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian

mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta

perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati

normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka

memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

5. Gejala klinis

Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena

gangguan ini memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika

dibandingkan dengan anak–anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–

gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta

mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian

yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka

cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan

akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah

terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–

orang yang labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka

11
cenderung untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali

berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap kaku.

Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif,

tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–

permasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya

sangat bergantung secara berlebih–lebihan, namun yang lain lagi bersikap

begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono. Kesulitan-

kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya

sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka.

Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta

guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan

mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas

akademik mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi

serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di

dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri

mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah

dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi

mengenai ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja serta

tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan

lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan

mereka yang diukur.

6. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis

gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas

12
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang

bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai

dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang

progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu

EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam

melakukan penilaian tentangketidakmampuan belajar pada anak itu.

7. Penatalaksanaan

a. Keperawatan

1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada

anak yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada

keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita

serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial

anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang

mengenai keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada

kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.

2) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan

secara teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan

mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu

diberikan kata-kata pujian.

3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat

haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-

saat santai setelah bermain terutama sekali setelah ia

melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras

13
4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang,

dengan cara menghindarkan acara-acara televisi yang

merangsang, permainan-permainan yang keras dan jungkir

balik.

5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur

sedemikian rupa, barang-barang yang membahayakan dan

mudah pecah dihindarkan.

6) Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat

membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut

berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai

kemajuan dalam tingkah laku mereka.

b. Medis

1) Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang

mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering

digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat,

magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut

mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih

sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah

dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-

gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi

serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka

berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan

sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa

14
percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3

minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk

menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau

tidak.

2) Dosis:

Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan

siang, agar hanya memberikan pengaruh yang minimal

kepada nafsu makan dan tidur penderita.

a. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda

sesuai dengan usia masing-masing anak akan tetapi

berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada

awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan

pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada

respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan

2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-

anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif

adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang

berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai

40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung

selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel

dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah

berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih

dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami

pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.

15
b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk

yang dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi

sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa

kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya

membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada

waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar

setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20

mg/jam

c. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk

memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk

selanjutnya dinaikan dengan setengah

tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4

minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut.

Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh

terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot

yang meningkat.

d. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik

anak yang bersangkutan, efek samping : perasaan

mengantuk, iritabilitas serta distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut

diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut

bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka

terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat

serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka

16
pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan

perlu dihentikan.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan

umur atau usia anak antara lain :

a. Neonatus (0-28 hari)

1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?

2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?

3) Bagaimana kemampuan menghisap?

4) Kapan mulai mengangkat kepala?

5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya

kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita

memberikan respons terhadap jari atau tangan)?

6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis,

bereaksi terhadap suara atau bel)?

7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya

tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali

seseorang?

b. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)

1) Bayi usia 1-4 bulan.

i. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya

mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk

17
sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala

tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika didukung pada

posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat

kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari

terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang

fleksi danm berusaha untuk merangkan)?

ii. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya

memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke

sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan

dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas,

memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan

kedua tangan, menagan benda di tangan meskipun hanya

sebentar)?

iii. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan

berbicara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup,

berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh,

tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi

dengan mengoceh)?

iv. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya:

mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas

senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan

penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,

tersenyum pada wajah manusia, meskipun tidur

dalamsehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk

18
siklus tidur bangun , menangis menjadi sesuatu yang

berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak

dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya,

diam saja ketika ada orang asing)?

2) Bayi Umur 4-8 bulan

v. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya

dapat telungkup di alas dan sudah mulau mengangkat

kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua

tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu

memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai bisa duduk

dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan,

bangkit dengan kepala tegak, berkonsentrasi beban pada

kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada lengan,

berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang

ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu

singkat)?

vi. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:

sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari

dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda

yangsedang dipegang, mengambil objek dengan tangan

tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan

secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai

satu kesatuan, mentransfer obajek dari satu tangan ke

tangan yang lain)?

19
vii. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya:

menirukan suara atau kata-kata, menolek ke arah suara dan

menoleh ke arah sumber suara, tertawa, menjerit,

menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan

kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua

bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?

viii. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya

merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain

dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah

frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika

sedang kesal)?

3) Bayi Umur 8-12 bulan

a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya

duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan,

bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri

sendiri)?

b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya

mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus

mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan

mampu memegang dengan jari dan ibu jari,

membenturkannya dan mampy menaruh benda atau

kubus ketempatnya)?

c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya:

mulai mengatakan papa mama yang belum spesifik,

20
mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat

mengucapkan 1-2 kata)?

d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi

sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk tangan,

menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan

cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main

bola atau lainnya dengan orang)?

4) Masa Toddler

a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak

(misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak,

mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan

dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan

dan mulai melompat)?

b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak

(misalnya: mencoba menyusun atau membuat menara

pada kubus)?

c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya:

memiliki sepuluh perbendaharaan kata, mampu

menirukan dan mengenal serta responsif terhadap

orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua

gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai

mampu menunjukkan lambaian anggota badan)?

d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial

(misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi

21
boneka, mulai menggosok gigi dan mencoba memakai

baju)?

5) Masa Prasekolah (Preschool)

a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak

(misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki

selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan

dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi

merangkan dan berjalan dengan bantuan)?

b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak

(misalnya: kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki,

menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang

lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek

dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan

tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,

menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri,

minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan

sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat

coretan diatas kertas)?

c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya:

mampu menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu

sampai dua warna, menyebutkan kegunaan benda,

menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat

kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan

sebagainya, menggunakan suara yntum

22
mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan

bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons

terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga

dekat)?

d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak

(misalnya: bermain dengan permainan sederhana,

menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana

dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan

kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota

keluarga)?

6) Waktu schoolage

a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak

dilingkungan luar rumah?

b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang

dialami disekolah?

c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak

(menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?

d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di

sekolah?

e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam

mengerjakan tugas di sekolah?

f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial

dengan teman sekolah?

g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?

23
h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?

7) Masa adolensence

a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi

masalah yang dialami secara mandiri?

b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan

adaptasi terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh

yang dialami?

c) Bagaimana kematangan identitas seksual?

d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas

perkembangannya sebagai remaja?

e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu

pekerjaan orang tua di rumah (misalnya membersihkan

rumah, memasak)?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami

AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:

1) Pengkajian riwayat penyakit

a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel

dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku

hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia

todler atau masuk sekolah atau daycare.

b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua

bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau

bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau

bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.

24
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak

mungkin mampu menghadapi perilaku anak.

d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka

untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku

anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.

2) Penampilan umum dan perilaku motorik

a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat

dan bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.

b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda

ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan

yang jelas.

c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia

tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela,

menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan

gagal memberikan perhatian pada apa yang telah

dikatakan.

d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari

satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur

atau terlambat tingkat perkembangannya.

3) Mood dan afek

a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah

atau tempertantrum.

b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

25
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau

berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap

perilaku tersebut.

d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat

menimbulkan perlawanan dan kemarahan.

4) Proses dan isi pikir

Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun

sulit untuk mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas

anak dan usia atau tingkat perkembangan.

5) Sensorium dan proses intelektual

a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan

sensori atau persepsi seperti halusinasi.

b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau

berkonsentrasi tergangguan secara nyata.

c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada

ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan

yang lebih ringan.

d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering

kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat

memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat

berhenti memikirkan sesuatu.

e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah

terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan

tugas.

26
6) Penilaian dan daya tilik diri

a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan

penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir

sebelum bertindak

b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan

melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan

atau melompat dari tempat yang tinggi.

c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya

tilik pada anak kecil.

d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang

mampu menilai jika dibandingkan dengan anak

seusianya.

e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD

tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka

berbeda dari perilaku orang lain.

f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada

yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat

menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka

sendiri.

7) Konsep diri

a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih

kecil, tetapisecara umum harga diri anak yang

mengalami ADHD adalah rendah.

27
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat

memiliki banyak teman, dan mengalami masalah dalam

mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa

terkucil sana merasa diri mereka buruk.

c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku

mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh.

8) Peran dan hubungan

a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara

akademis maupun sosial.

b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah,

yang menyebabkan perselisihan dengan saudara

kandung dan orang tua.

c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan

keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud

tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.

d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak

memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa

kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik,

bahkan memukul orang tua atau merusak barang-

barang miliki keluarga.

e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental

maupun secara fisik.

f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti

orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin

28
menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD

yang meningkatkan penolakan anak.

9) Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak

meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak

dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan

kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak

melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada

riwayat cedera fisik.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping

individu tidak efektif.

2. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku

impulsif.

3. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan

fungsi darisystem keluarga dan perkembangan ego yang

terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan

hiperaktif.

5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman

konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system

keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak

memuaskan.

29
6. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang

umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang

mengakibatkan penurunan makna diri.

7. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan

bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan

diantara anggota keluarga tentang perilaku anak, kepenatan

orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam

jangka waktu yang lama.

8. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri

dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber

informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.

D. Intervensi keperawatan

A. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan pola koping

individu tidak efektif

Intervensi:

1. Manajemen prilaku

Observasi:

a. Idenifikasi harapan untuk mengembalikan prilaku

terapeutik

a. Diskusikan tanggung jawab terhadap prilaku

b. jadwalkan kegiatan terstruktur

c. ciptakan dan pertahankan lingkunagn dan kegiatan

perawatan konsisten setiap dinas

30
d. tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan

e. Batasi jumlah pengunjung

f. Bicara dengan nada rendah dan tenang

g. Lakukan kegatan pengalihan terhadap sumber agitasi

h. Hindari sikap menganvam dan berdebat

i. Hindari berdebat atau menawar batas prilaku yang telah

ditetapkan

Edukasi

a. Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar

pembentukan kognitif

2. Promosi Harga Diri

observasi

a. Identifikasi budaya ,agama, ras, jenis kelamin dan usia

terhadap harga diri

b. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri

c. Monitor tingkat harga diri setiap waktusesuai kebutuhan

terapeutik

a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri

sendiri

b. Motivasi menerima tantangan atau hal baru

c. Diskusikan pernyataan tentang harga diri

d. Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri

e. Diskusikan persepsi negatif diri

31
f. Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai

tujuan

g. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan

harga diri

edukasi

a. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam

perkembangan positif pasien

b. Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki

c. Anjurkan membuka diri terhadap ritik negatif

d. Anjurkan mengevaluasi prilaku

e. Ajarkan cara mengatasi bullying

f. Latih pertanyaan/kemampuan positif diri

g. Latih meningkatkan kepercayaan pada keampuan dalam

mengatasi situasi

3. Promosi koping

observasi

a.Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai

tujuan

b. identifikasi kemampuan yang dimiliki

c. Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk pemenuhan

tujuan

d. Identifikasi pemahaman proses penyakit

e. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan

sosial

32
terapeutik

a.Diskusikan perubahan peran yang dialami

b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

c. Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri

d. diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman

e. Diskusikan resiko yang menimbulkan bahaya yang

merugikan diri sendiri

f. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis

g. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial

h. Dampingi saat berduka

i. Kurangi rangsaan lingkungan yang mengancam

edukasi

a. Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan

b. Anjurkan penggunaan sumber spiriyual

c. Anjurkan keluarga terlibat

d. Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif

e. Latih penggunaan teknik relaksasi

f. latih keterampilan sosial

g. latih mengembangkan penilaian objektif

B. Resiko cedera berhubungan dengan hiveraktivitas dan prilaku

impulsif

intervensi:

1. Manajemen keselamatan lingkungan

observasi

33
a. identivikasi kebutuhan keselamatan (mis:kodisi fisik ,

fungsi kognitif)

b. Monitor perubahan status keselamatan lingkngan

terapeutik

a. Hilangkan bahaya keselamatan ingkungan

b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan

resiko

c. sediakan alat bantu keamnan lingkungan

d. fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman

e. lakukan program skrining bahaya lingkungan, mis:timbal

edukasi

a. Anjurkan individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi

bahaya lingkungan

2. pencegahan cedera

observasi

a. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan

cedera

b. identifikasi obat yang berpotensi cedera atau stolking

elastis pada ekstremitas bawah

terapeutik

a. Sediakan pencahayaan yang memadai

b. Gunakan lampu tidur selama jam tidur

c. Gunakan alas lantai jika beresiko mengaalami cedera serius

34
d. Dediakan alas kaki antislip

e. Dediakan pispot atau urinal untuk eliminasi

f. Pastikan bel panggilan mudah dijangkau

g. Pastikan barang pribadi mudah dijangkau

h. pastikan tempat tidur di posisi terendah

i. Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik

j. Tingkatkan frekuensi observasidan pengawasan pasien

sesuai kebuthan

edukasi

a. Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan

eluarga

b. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dalam beberapa

menit sebelum berdiri

C. koping tidak efektif berhubungan dengan kelainan

Intrvensi

1. Dukungan pengambilan keputusan

observasi

a. Periksa gangguan komunikasi verbal

terapeutik

a. Ciptakan lingkungan yang tenang

b. Hindari bicara keras

c. Anjukan pertanyaan dengan jawaban yang singkat, dngan

insyarat mengaggukan kepala jika kesulitan bicara

d. jadwalkan waktu istirahat sebelum waktu kunjungan

35
e. fasilitasi komunikasi dengan media

edukasi

a. Informasikan keluarga dan tenga kesehatan lain teknik

komunikasi dan gunakan secara konsisten

b. Anjurkan keluarga dan staf mengajak bicarameskipun tidak

mampu berkomunikasi

kolaborasi

a. Rujuk pada terapis bicara jika perlu

2. Dukungan pemampilan peran

observasi

a. Identifikasi berbagai peran dan transisi sesuai tingkat

perkembangan

b. Identifikasi peran yang ada dalam keluarga

c. Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi

terapeutik

a. Fasilitasi adaptasi peran dan priode transisi sesuai tingkat

perkembangan

b. fasilitasu diskusi perbahan peran anak terhadap BBL, Jika

perlu

c. Fasilitasi diskusi tentang peran orangtua, jika perlu

d. fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran jika anak meninggalkan

rumah,jika perlu

36
e. Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran timbal

balik

edukasi

a. Diskusikan prilaku yang dibutuhkan untuk pengembangan

peran

b. Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit

c. Diskusikan strategi positif untuk mengolah perubahan peran

d. Ajarkan prilaku baru yang di butuhkan oleh pasie

kolaborasi

a. Rujuk dalam kelompok untuk mempelajari peran baru

3. promosi koping

observasi

a. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai

tujuan

b. Identifikasi kemampuan yang dimiliki

c. Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk pemenuhan

tujuan

d. Identifikasi pemahaman proses penyakit

e. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan

sosial

terapeutik

a. Diskusikan perubahan peran yang dialami

b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

37
c. Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri

d. Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman

e. Diskusikan resiko yang menimbulkan bahaya yang

merugikan diri sendiri

f. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis

g. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial

h. Dampingi saat berduka

i. kurangi rangsaan lingkungan yang mengancam

edukasi

a. Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan

b. Anjurkan penggunaan sumber spiriyual

c. Anjurkan keluarga terlibat

d. Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif

e. latih penggunaan teknik relaksasi

f. Latih keterampilan sosial

g. Latih mengembangkan penilaian objektif

D. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif

intervensi

1. Dukungan tidur

observasi

a. Identivikasi pola aktivitas dan tidur

b. Identifikasi faktor pengganggu tidur

c. identifikasi makanan dan minuman

d. Identifikasi obat tidur yang dikomsumsi

38
terapeutik

a. Modifikasi lingkungan

b. Batasi waktu tidur siang jika perlu

c. Fasilitasi menhilangkan stres sebelum tidur

d. Tetapkan jadwal tidur rutin

e. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

f. sesuaikan jadwal pemberian obat

edukasi

a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

c. Anjurkan menghindai makanan atau minuman yang

mengganggu tidur

d. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung

supresor terhadap tidur REM

e. Ajarkan relaksasi otot autogenik

2. Edukasi aktivitas /Istirahat

observasi

a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

terapeutik

a. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat

b. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

c. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk

bertanya

39
edukasi

a. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik

b. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok

c. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

d. Anjurkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai

kemampuan

E. Ansietas(sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman

konsep diri , rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi ystem

keluarga, dan hubungan antara orang tua dengan anak yang tidak

memuaskan

Intervensi

1. Reduksi Ansietas

observasi

a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

b. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

c. Monitor tanda tanda ansietas

terapeutik

a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan

kepercayaan

b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan

c. Pahami situasi yang membuat ansietas

d. Dengarkan dengan penuh perhatian

40
e. Motivasi mengidentivikasi situasi yang memicu kecemasan

f. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang

akan datang

edukasi

a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami

b. Informasikan secara faktual mengenai, diagnosis,

pengobatan dan prognosis

c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

d. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

e. Latih teknik relaksasi

kolaborasi

a. Kolaborasi pemberia obat ansietas, jika perlu

2. Terapi Relaksasi

observasi

a. Identifikasi penurunan tingkat energi , kemampuan

berkonsentrasi atau gejala lain

b. Identifikasi teknik relaksasi yang ernah efektif digunakan

c. Identifikasi ketersediaan, kemampuan, dan penggunaan

teknik sebelumnya

d. periksa ketegangan otot,frekuensi nadi, TD, suhu, sebelum

dan sesudah latihan

e. Monitor respon terhadap terapi relaksasi

terapeutik

41
a. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan

pencahayaan dan suhu ruang nyaman

b. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur

teknik relaksasi

c. Gunakan pakaian longgar

d. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat

e. Gunakan relaksasi sebagai strategi, penunjang dengan

analgetik atau tindakan medis lain,jika sesuai

edukasi

a. Jelaskan tujuan, manfaat, batasa, dan jenis relaksasi yang

tersedia (mis: musik, meditasi napas dalam)

b. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih

c. Anjukan ,mengambil posisi yang nyman

d. Anjurkan rileks dan merasakam sensasi relaksasi

e. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis: napas

dalam perenggangan atau imajinasi terbimbimbing)`

F. Koping Defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang

umpan balik, baik yang negatif berulang yang mengakibatkan

penurunan makna diri.

Intervensi

1 Promosi Harga Diri

observasi

a. Identifikasi budaya ,agama, ras, jenis kelamin dan usia

terhadap harga diri

42
b. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri

c. Monitor tingkat harga diri setiap waktusesuai kebutuhan

terapeutik

a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri

sendiri

b. Motivasi menerima tantangan atau hal baru

c. Diskusikan pernyataan tentang harga diri

d. Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri

e. Diskusikan persepsi negatif diri

f. Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai

tujuan

g. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan

harga diri

edukasi

a. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam

perkembangan positif pasien

b. Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki

c. Anjurkan membuka diri terhadap ritik negatif

d. Anjurkan mengevaluasi prilaku

e. Ajarkan cara mengatasi bullying

f. Latih pertanyaan/kemampuan positif diri

g. Latih meningkatkan kepercayaan pada keampuan dalam

mengatasi situasi

2. Promosi koping

43
observasi

a. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai

tujuan

b. identifikasi kemampuan yang dimiliki

c. Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk

pemenuhan tujuan

d. Identifikasi pemahaman proses penyakit

e. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap

dukungan sosial

terapeutik

a. Diskusikan perubahan peran yang dialami

b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

c. Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri

d. diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman

e. Diskusikan resiko yang menimbulkan bahaya yang

merugikan diri sendiri

f. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis

g. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial

h. Dampingi saat berduka

i. Kurangi rangsaan lingkungan yang mengancam

edukasi

a. Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan

b. Anjurkan penggunaan sumber spiriyual

c. Anjurkan keluarga terlibat

44
d. Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif

e. Latih penggunaan teknik relaksasi

f. latih keterampilan sosial

g. latih mengembangkan penilaian objektif

3. Promosi kesadaran diri

observasi

a. Idenifikasi keadaan emosional saat ini

b. Identifikasi respon yang ditunjukan berbagai situasi

terapeutik

a. Diskusikan nilai yang berkontribusi terhadap konsep diri

b. diskusikan tentang pikiran, prilaku atau respon tehadap

kondii

c. Diskusikan dampakpenyakit pada konsep diri

d. Motivasi dalam meningkatkan kemampuan belajar

edukasi

a. Anjurkan mengenali pikiran dan erasaan tentang diri

b. A njurkan menyadari bahwa setisp orang unik

c. Anjurkan minta bantuan orang lain

d. Anjurkan mengidentifikasi perasaan bersalah

e. Anjurkan mengidentifikasi situasi yang memicu

kecemasan

f. Anjurkan mengevaluasi kembali persefsi negatif tentang

diri

45
g. Anjurkan dalam mengekspresikan diri dengan kelompok

sebaya

h. Ajarkan cra membuat prioritas hidup

i. Latih kemampuan positif yang dimiliki

G. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan

bersalah berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara

anggota keluarga tentang prilaku anak, kepenatan orang tua

karena menghadapi anak dengan gangguan, dalam jangka waktu

yang lama

Intervensi

1. Dukungan koping keluarga

observasi

a. Identifikasi respons emosional trhadap kondisi saat ini

b. Identifikasi beban prognosis secara psikologis

c. Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga,

dan tenaga kesehatan

terapeutik

a. Dengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga

b. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak

menghakimi

c. Diskusikan rencana medis dan perawatan

d. Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan kelurga

e. Fasilitasi pengambilan keputusan dalam perencanan

perawatan jangka panjang

46
f. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga

g. Fasilitasi memperoeh pengetetahuan, keterampilan dan

peralatan yang diperlukan

h. Bersikap sebagai pengganti keluarga menenanangkan

pasien

i. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang

digunakan

j. Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga

edukasi

a. Informasikan kemajun pasien secara berkala

b. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia

kolaborasi

a. Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

2. Dukungan pengambilan keputusan

observasi

a. Periksa gangguan komunikasi verbal

terapeutik

a. Ciptakan lingkungan yang tenang

b. Hindari bicara keras

c. Anjukan pertanyaan dengan jawaban yang singkat, dngan

insyarat mengaggukan kepala jika kesulitan bicara

d. jadwalkan waktu istirahat sebelum waktu kunjungan

e. fasilitasi komunikasi dengan media

47
edukasi

a. Informasikan keluarga dan tenga kesehatan lain teknik

komunikasi dan gunakan secara konsisten

b. Anjurkan keluarga dan staf mengajak bicarameskipun tidak

mampu berkomunikasi

kolaborasi

a. Rujuk pada terapis bicara jika perlu

H. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis , perawatan diri,

dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber

informasi , interpretasi yang salah tentang informasi

Intervensi

1. Edukasi kesehatan

observasi

a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi prilaku hidup bersih dan sehat

terapeutik

a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

c. Berikan kesempatan untuk bertanya

edukasi

a. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi keehatan

b. Ajarkan prilaku hidu bersih dan sehat

48
c. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan

priaku hidup bersih dan sehat.

a. perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam

menanggapi terhadap stres.

b. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk

berinteraksi dengan orang lain tanpa menjadi defensif, perilaku

merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham

kebesaran.

c. Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih

konsisten dan efektif dalam berespons perilaku anak.

d. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang

penyebab masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan

perkembangan.

BAB III

49
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan

perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada

anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas,

hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.

(Nelson, 1994). Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu Tipe anak yang tidak

bisa memusatkan perhatian (in-atensi), Tipe anak yang hiperaktif dan

impulsive dan tipe gabungan. Etiologi dari hiperaktif yaitu Faktor

neurologic, Faktor toksik, Faktor genetic dan Faktor psikososial dan

lingkungan.

Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD

mencapai 7%. Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai

dengan gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Terdapat

angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca

matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat

tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya

diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur. Tehnik-tehnik perbaikan

aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan memberikan hadiah

kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat

mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami

gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah

dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat

50
tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit.

Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan

modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang

perhatian, konsentrasi serta impulsivitas.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/attachments/33319956/download_file

http://w ww.academia.edu/attachments/51941591/download_file

51

Anda mungkin juga menyukai