Anda di halaman 1dari 38

LP DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD)

OLEH : KELOMPOK 4

MITA ANUGRAH (A.18.10.041)

MIFTHA HIDAYAT AKSAD (A.18.10.040)

SISKA CAHYATI FATIMAH(A.18.10.057)

NUR AMALIA RAMADANI SAM (A.18.10.067)

SYAHRATUL AENI (A.18.10.060)

TRISNAWATI (A.18.10.062)

USWATUN KHASANAH (A.18.10.063)

KHAERUL MUKRIMIN (A.10.10.038)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya

saya dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Attention Deficit Hyperaktivity

Disorder (ADHD).

Dengan selesainya makalah ini disusun,saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.walaupun

makalah ini telah selesai, namun karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki, sehingga

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga besar harapan saya untuk menerima saran

dan kritik yang bersifat membangun dari dosen.

Saya mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca

pada ummunya dan ilmu pengetahuan khususnya.

Penulis

Bulukumba, 07 juni 2020

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar..............................................................................................................................i
Daftar isi........................................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah ....................................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................................1
BAB II Pembahasan
A. Laporan pendahuluan........................................................................................................2
1. Defenisi.............................................................................................................................2
2. Etiologi..............................................................................................................................3
3. Epidemiologi ...................................................................................................................4
4. Patofisiologi .....................................................................................................................4
5. Gejala klinis......................................................................................................................5
6. Pemeriksan Penunjang......................................................................................................6
7. Penatalaksanaan................................................................................................................6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ADHD


A. Konsep keperawatan.........................................................................................................9
B. Diagnosa keperawatan......................................................................................................17

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat
gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005).
Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa
(Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang
paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional
kesehatan mental. Konsensus pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 3,05%
atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah
sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif.
Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan
professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan
ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD
jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah
anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak
hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada,
15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah
pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan Hiperaktif?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Hiperaktif?
C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan Hiperaktif.
2. Mengetahui Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan
Hiperaktif.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan
1. Defenisi
Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian
menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai
saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal
atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994) Hiperaktif menunjukkan adanya
suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan
sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya
atau impulsif. (Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-
hari“) Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan
disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. (Sani
Budiantini Hermawan, Psi.,)
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau
Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada
pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak mampu
memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi,
mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat
digambarkan sedang berada “diawang-awang”, tidak bisa diajak bicara atau
menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan
kacau.
b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa
memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil. Anak
dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari ke sana kemari,
melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik. Ia juga impulsif:
melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa
pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang

2
mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi
ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.
c. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai
ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan mengikuti
permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah
pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif
selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan
yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka
suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
2. Etiologi
a. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-
faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda,
ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang
neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah
satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat
aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi
menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak
hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-
limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
b. Faktor toksik

3
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki
potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar
timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.
c. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan
anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang
masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak
kembar.
d. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara
orang tua dengan anaknya.
3. Epidemiologi
Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari
5 %. Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di
Amerika Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%.
4. Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan
tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria
yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang
sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan–
pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level
of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut
dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan
elektroensefalografi, potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat
penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,
mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta
impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka

4
laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para
guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
5. Gejala klinis
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini
memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anak–
anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan kelihatan
lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai
rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka
cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat
tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan
frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–orang yang labil serta mudah
terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau
pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap
kaku.
Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini
sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–permasalahan psikososial yang
mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebih–lebihan,
namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan
sembrono. Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan
biasanya sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka.
Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan
pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara kronik
mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan banyak
diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri
sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran
mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang
rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai
ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi
akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang
sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.

5
6. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit
neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang
tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam
melakukan penilaian tentangketidakmampuan belajar pada anak itu.
7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan
rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan
akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang
terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua
orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
2) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur
menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu,
dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah
dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah
bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan
keras
4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan
yang keras dan jungkir balik.
5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6) Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu,
dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda
sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.

6
b. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami
gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah
dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat
tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit.
Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan
modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang
perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan
mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya,
maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan
dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari
untuk menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya
memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur
penderita.
a. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan
usia masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak
berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg
pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada
respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan
selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun
dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak
yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai 40
mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian
obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih
dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5
cm dari tinggi yang diharapkan.

7
b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah
10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita
hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu
sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis
metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam
c. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal
sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk
menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat
tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta
kejutan otot yang meningkat.
d. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang
bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta
distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas
adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar
tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman,
detak jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal
demikian maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan
perlu dihentikan.

8
BAB III
Asuhan Keperawatan ADHD
A. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau
usia anak antara lain :
a. Neonatus (0-28 hari)
1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?
2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
3) Bagaimana kemampuan menghisap?
4) Kapan mulai mengangkat kepala?
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau
tangan)?
6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap
suara atau bel)?
7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan
mulai menatap muka untuk mengenali seseorang?
a. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)
1) Bayi usia 1-4 bulan.
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat
kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat
duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika didukung
pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala
sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi
lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan)?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang
suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba
memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda
tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda

9
dengan kedua tangan, menagan benda di tangan meskipun hanya
sebentar)?
c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan
atau berekasi dengan mengoceh)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, meskipun
tidur dalamsehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus
tidur bangun , menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan
wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-
wajah yang dikenalnya, diam saja ketika ada orang asing)?
2) Bayi Umur 4-8 bulan
e) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat
telungkup di alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat
sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai
bisa duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan,
bangkit dengan kepala tegak, berkonsentrasi beban pada kaki dan dada
terangkat dan bertumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang,
berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan
selama waktu singkat)?
f) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah mulai
mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yangsedang dipegang, mengambil
objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di
kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai
satu kesatuan, mentransfer obajek dari satu tangan ke tangan yang
lain)?

10
g) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan suara
atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber
suara, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak,
menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat
dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
h) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa
terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut
akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul
dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3) Bayi Umur 8-12 bulan
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2
detik dan berdiri sendiri)?
b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan
meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya,
mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu
jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus
ketempatnya)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak
(misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan,
sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain,
main-main bola atau lainnya dengan orang)?
4) Masa Toddler
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara
satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan
dan mulai melompat)?

11
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta
responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan
dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu
menunjukkan lambaian anggota badan)?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok
gigi dan mencoba memakai baju)?
5) Masa Prasekolah (Preschool)
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan
untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan
satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat
posisi merangkan dan berjalan dengan bantuan)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian,
memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas
objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan,
menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam
wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat
coretan diatas kertas)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu sampai dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata,
mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan
sebagainya, menggunakan suara yntum mengidentifikasi objek, orang
dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan,
berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga
dekat)?

12
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: bermain
dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga)?
6) Waktu schoolage
a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah?
b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami
disekolah?
c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan
dengan lingkungan sekolah)?
d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di
sekolah?
f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman
sekolah?
g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?
7) Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang
dialami secara mandiri?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap
perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami?
c) Bagaimana kematangan identitas seksual?
d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai
remaja?
e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di
rumah (misalnya membersihkan rumah, memasak)?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami
AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:
1) Pengkajian riwayat penyakit

13
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan
yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku
overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu
sebagian besar tidak berhasil.
2) Penampilan umum dan perilaku motorik
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke
topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat
perkembangannya.
3) Mood dan afek
a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan.

14
4) Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat
perkembangan.
5) Sensorium dan proses intelektual
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab,
saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada
pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuatu.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang
yang mampu menyelesaikan tugas.
6) Penilaian dan daya tilik diri
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang
buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang
tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak
kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai
jika dibandingkan dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari
sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang
menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan
kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.

15
7) Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah,
mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh.
8) Peran dan hubungan
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun
sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala
dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang
didiagnosis dan diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak
terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak
barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9) Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan.
Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah
yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga
ada riwayat cedera fisik.

16
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Harga diri rendah setelah dilakukan 1. Manajemen perilaku:
situsional berhubungan intervensi selama… jam, Observasi
dengan maka harga diri -Identifikasi harapan untuk
ketidakadekuatan meningkat dengan kritria mengendalikan perilaku
pemahaman hasil: Terapeutik
 Penilaian diri -Diskusikan tanggung jawab
positif (5) terhadap perilaku
 Perasaan malu (5) -Jadwalkan kegiatan terstruktur
 Perasaan bersalah -Ciptakan dan pertahankan
(5) lingkungan dan kegiatan perawatan
 Penerimaan konsisten setiap dinas
penilaian positif -Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
terhadap diri kemampuan
sendiri (5) -Batasi jumlah pengunjung
 Konsentrasi (5) -Bicara dengan nada rendah dan
 Berjalan tenang
menampakkan -Lakukan kegiatan pengalihan
wajah (5) terhadap sumber agitasi
-Cegah perilaku pasif dan agresif
 Postur tubuh
-Beri penguatan positif terhadap
menampakkan
keberhasilan mengendalikan
wajah (5)
perilaku
 Kontak mata (5)
-Lakukan pengekangan fisik sesuai
 Aktif (5) indikasi
 Gairah aktivitas -Hindari bersikap menyudutkan dan
(5) menghentikan pembicaraan
 Kemampuan -Hindari sikap mengancam dan
membuat berdebat
keputusan (5) -Hindari berdebat atau menawar
batas perilaku yang telah ditetapkan
Edukasi
-Informasikan keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
2. Promosi harga diri
Observasi
-Identifikasi budaya, agama, ras,
jenis kelamin, dan usia terhadap
harga diri.
-Monitor verbalisasi yang
merendahkan diri sendiri

17
-Monitor tingkat harga diri setiap
waktu, sesuai kebutuhan
Terapeutik
-Motivasi terlibat dalam verbalisasi
positif untuk diri sendiri
-Motivasi menerima tantangan atau
hal baru
-Diskusikan pernyataan tentang
harga diri
-Diskusikan kepercayaan terhadap
penilaian diri
-Diskusikan pengalaman yang
meningkatkan harga diri
-Diskusikan persepsi negative diri
-Diskusikan alasan mengkritik diri
atau rasa bersalah
-Diskusikan penetapan tujuan
realistis untuk mencapai harga diri
yang lebih tinggi
-Diskusikan bersama keluarga
untuk menetapkan harapan dan
batasan yang jelas
-Berikan umpan balik positif atas
peningkatan mencapai tujuan
-Fasilitasi lingkungan dan aktivitas
yang meningkatkan harga diri
Edukasi
-Jelaskan kepada keluarga
pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri
pasien
-Anjurkan mempertahankan kontak
mata saat berkomunikasi dengan
orang lain
-Anjurkan membuka diri terhadap
kritik negative
-Anjurkan mengevaluasi perilaku
-Ajarkan cara mengatasi bullying
-Latih peningkatan tanggung jawab
untuk diri sendiri
-Latih peningkatan tanggung jawab
untuk diri sendri
-Latih pernyataan/kemampuan
positif diri
-Latih cara berfikir dan berperilaku
positif

18
-Latih meningkatkan kepercyaan
pada kemampuan dalam menangani
situasi
3. Promosi koping
Observasi
-Identifikasi kegiatan jangka
pendek dan panjang sesuai tujuan
-Identifikasi kemampuan yang
dimiliki
-Identifikasi sumber daya yang
tersedia untuk memenuhi tujuan
-Identifikasi pemahaman proses
penyakit
-Identifasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan
-Identifikasi metode penyelesaian
masalah
-Identifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
-Diskusikan perubahan peran yang
dialami
-Gunakan pendekatan yang tenang
dan menyakinkan
-Diskusikan alasan mengkritik diri
sendiri
-Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan
rasa malu
-Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada diri
sendiri
-Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
-Berikan pilihan realistis mengenai
aspek-aspek tertentu dalam
perawatan
-Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
-Tinjau kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
-Hindari mengambil keputusan saat
pasien berada dibawah tekanan
-Motivasi terlibat dalam kegiatan
sosial
-Motivasi mengidentifikasi system

19
pendukung yang tersedia
-Dampingi saat berduka ( Mis,
penyakit kronis, kecacatan )
-Perkenalkan dengan orang atau
kelompok yang berhasil mengalami
pengalama sama
-Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
-Kurangi rangsangan lingkungan
yang mengancaman
Edukasi
-Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan
sama
-Anjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
-Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
-Anjurkan keluarga terlibat
-Anjurkan membuat tujuan yang
lebih spesifik
-Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
-Latih penggunaan teknik relaksasi
-Latih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
-Latih mengembangkan penilain
obyektif
2. Koping tidak efektif setelah dilakukan 1. Dukungan pengambilan
berhubungan dengan intervensi selama…jam, keputusan
disfungsi sistem maka status koping Observasi
keluarga membaik dengan kriteria - Identifikasi persepsi
hasil: mengenai masalah dan
 Verbalisasi informasi yang memicu
kemampuan konflik
mengatasi
masalah (5) Terapeutik
 Kemampuan - Fasilitasi mengklarifikasi
memenuhi peran nilai dan harapan yang
sesuai usia (5) membantu membuat pilihan
 Perilaku koping - Diskusikan kelebihan dan
adaptif (5) kekurangan dari setiap
 Partisipasi social solusi
(5) - Fasilitasi melihat situasi
 Perilaku asertif secara realistik
(5) - Motivasi mengungkapkan

20
 Perilaku tujuan perawatan yang
penyalahgunaan diharapkan
zat (5) - Fasilitasi penganbilan
 Perilaku keputusan secara kaloboratif
manipulasi (5) - Hormati hak pasien untuk
menerima atau menolak
informasi
- Fasilitasi menjelaskan
keputusan kepada orang
lain, jika perlu
- Fasilitasi hubungan antara
pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya
Edukasi
- Informasi alternatif solusi
secara jelas
- Berikan informasi yang
diminta pasien
Kaloborasi
- Kalobirasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam
menfasilitasi pengambilan
keputusan
2. Dukungan penampilan peran
Observasi
- Identifikasi berbagai peran
dan periode transisi sesuai
tingkat perkembangan
- Idntifikasi peran yang ada
dalam keluarga
- Identifikasi adanya peran
yang tidak terpenuhi
Terapeutik
- Fasilitas adaptasi peran
keluarga terhadap
perubahan peran yang tidak
diinginkan
- Fasilitasi bermain peran
dalam mengantisipasi reaksi
orang lain terhadap perilaku
- Fasilitasi diskusi perubahan
peran anak terhadap bayi

21
baru lahir, jika perlu
- Fasilitasi diskusi tentang
peran orang tua, jika perlu
- Fasilitasi diskusi tentang
adaptasi peran saat anak
meninggalkan rumah, jika
perlu
- Fasilitasi diskusi harapan
dengan keluarga dalam
peran timbal balik
Edukasi
- Diskusikan perilaku yang
dibuutuhkan untuk
pengenbangan peran
- Diskusikan perubahan peran
yang diperlukan akibat
penyakit atau
ketidakmampuan
- Diskusikan perubahab peran
dalam menerima
ketergantungan orang tua
- Diskusikan strategi positif
untuk megelola perubahan
peran
- Ajarkan perilaku baru yang
dibutuhkan oleh pasien/oran
tua untuk memenuhi peran
Kaloborasi
- Rujuk dalam kelompok untu
mempelajari peran baru
3. Promosi koping
Observasi
- Identifikasi kegiatan jangka
pendek dan panjang sesuai
tujuan
- Identifikasi kemampuan
yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya
yang tersedia untuk
memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman
proses penyakit
- Identifasi dampak situasi

22
terhadap peran dan
hubungan
- Identifikasi metode
penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap
dukungan sosial
Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran
yang dialami
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan
- Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
- Diskusikan konsekuensi
tidak menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
- Fasilitasi dalam
memperoleh informasi yang
dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis
mengenai aspek-aspek
tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
- Tinjau kembali kemampuan
dalam pengambilan
keputusan
- Hindari mengambil
keputusan saat pasien
berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi
system pendukung yang
tersedia
- Dampingi saat berduka
( Mis, penyakit kronis,
kecacatan )
- Perkenalkan dengan orang
atau kelompok yang
berhasil mengalami

23
pengalama sama
- Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
- Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancaman
Edukasi
- Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
- Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan teknik
relaksasi
- Latih keterampilan sosial,
sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan
penilain obyektif
3. koping defensif setelah dilakukan 1. Promosi kesadaran diri
berhubungan dengan intervensi selama…jam, Observasi
kurangnya kepercayaan maka status koping - Identifikasi keadaan
diri atau kurangnya membaik dengan kriteria emosional saat ini
dukungan sistem hasil: - identifikasi respons yang
pendukung (support  Verbalisasi ditunjukkan berbagai situasi
system) meyalahkan orang Terapeutik
lain (5) - diskusikan nilai-nilai yang
 Verbalisasi berkontribusi terhadap
rasionalisasi konsep diri
kegagalan (5) - diskusikan tentang pikiran,
 Verbalisasi prilaku atau respons
pengakuan terhadap kondisi
masalah (5) - diskusikan dampak penyakit
 Verbalisasi pada konsep diri
kelemahan diri (5) - ungkapkan penyangkalan
 Tanggung jawab tentang kenyataan
diri (5) - motivasi dalam

24
 Perilaku superior meningkatkan kemampuan
(5) Edukasi
 Orientasi realitas - anjurkan mengenali pikiran
(5) dan perasaan tentang diri
 Minat mengikuti - anjurkan menyadari bahwa
perawatan/pengob setiap orang unik
atan (5) - anjurkan mengungkapkan
 Kemampuan perasaan
membina - anjurkan meminta bantuan
hubungan (5) orang lain
 Perilaku - anjurkan mengubah
permusuhan (5) pandangan diri sebagai
korban
- anjurkan mengidentivikasi
perasaan bersalah
- anjurkan mengidentivikasi
situasi yang memicu
kecemasan
- -anjurkan mengevaluasi
kembali presepsi negatif
tentang diri
- anjurkan dalam
mengekspresikan diri
dengan kelompok sebaya
- -ajarkan cara membuat
priorits hidup
- - latih kemampuan positif
diri yang dilihat
2. Promosi harga diri
Observasi
-Identifikasi budaya, agama, ras,
jenis kelamin, dan usia terhadap
harga diri.
-Monitor verbalisasi yang
merendahkan diri sendiri
-Monitor tingkat harga diri setiap
waktu, sesuai kebutuhan
Terapeutik
-Motivasi terlibat dalam verbalisasi
positif untuk diri sendiri
-Motivasi menerima tantangan atau
hal baru
-Diskusikan pernyataan tentang
harga diri
-Diskusikan kepercayaan terhadap
penilaian diri

25
-Diskusikan pengalaman yang
meningkatkan harga diri
-Diskusikan persepsi negative diri
-Diskusikan alasan mengkritik diri
atau rasa bersalah
-Diskusikan penetapan tujuan
realistis untuk mencapai harga diri
yang lebih tinggi
-Diskusikan bersama keluarga
untuk menetapkan harapan dan
batasan yang jelas
-Berikan umpan balik positif atas
peningkatan mencapai tujuan
-Fasilitasi lingkungan dan aktivitas
yang meningkatkan harga diri
Edukasi
-Jelaskan kepada keluarga
pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri
pasien
-Anjurkan mempertahankan kontak
mata saat berkomunikasi dengan
orang lain
-Anjurkan membuka diri terhadap
kritik negative
-Anjurkan mengevaluasi perilaku
-Ajarkan cara mengatasi bullying
-Latih peningkatan tanggung jawab
untuk diri sendiri
-Latih peningkatan tanggung jawab
untuk diri sendri
-Latih pernyataan/kemampuan
positif diri
-Latih cara berfikir dan berperilaku
positif
-Latih meningkatkan kepercyaan
pada kemampuan dalam menangani
situasi
3. Promosi koping
Observasi
- Identifikasi kegiatan jangka
pendek dan panjang sesuai
tujuan
- Identifikasi kemampuan
yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya

26
yang tersedia untuk
memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman
proses penyakit
- Identifasi dampak situasi
terhadap peran dan
hubungan
- Identifikasi metode
penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap
dukungan sosial
Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran
yang dialami
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan
- Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
- Diskusikan konsekuensi
tidak menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada
diri sendiri
- Fasilitasi dalam
memperoleh informasi yang
dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis
mengenai aspek-aspek
tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
- Tinjau kembali kemampuan
dalam pengambilan
keputusan
- Hindari mengambil
keputusan saat pasien
berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi
system pendukung yang
tersedia
- Dampingi saat berduka

27
( Mis, penyakit kronis,
kecacatan )
- Perkenalkan dengan orang
atau kelompok yang
berhasil mengalami
pengalama sama
- Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
- Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancaman
Edukasi
- Anjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan
sama
- Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan teknik
relaksasi
- Latih keterampilan sosial,
sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan
penilain obyektif
4. Ansietas berhubungan setelah dilakukan 1. Reduksi ansietas
dengan ancaman intervensi selama…jam, Observasi
terhadap konsep diri, maka tingkat ansietas - Identifikasi saat tingkat
kekhawatiran menurun dengan kriteria ansietas berubah (mis.
mengalami kegagalan, hasil: Kondisi, waktu, stresor)
disfungsi sistem  Verbalisasi - Identifikasi tingkat
keluarga, atau hubungan kebingungan (5) kemampuan mengambil
orangtua-anak tidak  Verbalisasi keputusan
memuaskan khawatir akibat - Monitor tanda tanda
kondisi yang ansietas (verbal dan
dihadapi (5) nonverbal)
 Perilaku gelisah Terapeutik
(5) - Ciptakan suasana

28
 Perilaku tegang terapeutika untuk
(5) menumbuhkan kepercayaan
 Pola tidur (5) - Temani pasien untuk
 Keluhan pusing mengurangi kecemasan, jika
(5) memungkinkan
 Anoreksia (5) - Pahami situasi yang
 Palpitasi (5) membuat ansietas
 Frekuensi nadi (5) - Dengarkan penuh perhatian
 Diaphoresis (5) - Gunakan pendekatan yang
 Tremor (5) tenang dan meyakinkan
 Pucat (5) - Tempatkan barang pribadi
 Frekuensi yang memberikan
pernapasan (5) kenyamanan
 Tekanan darah (5) - Motivasi mengidentifikasi
 Kontak mata (5) situasi yang memicu
kecemasan
 Pola berkemih (5)
- Diakusikan perencanaan
 Orientasi (5)
realistis tentang perisriwa
 Konsentrasi (5)
yang akan datang
 Tremor (5) Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensai yang mungkin
dialami
- Informasi kan secara
Faktual mengenai diagnosa,
pengobatan dn prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuau
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
peradan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

29
2. Terapi relaksasi
Observasi
- Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi atau gejala
yang lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi
yang lernah efektif
digunakan
- Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan peggunaan
teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot,
frekilusensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum
dan sesudaha latihan
- Monitor respon terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
- Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
- Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjanh dengan
analgetik atau tindakan
medisnlain, jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. Musik,
meditasi, napas dalam,
relaksasibotot progresif)
- Jelsakan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih

30
- Anjurkan mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensaj relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih
- Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. Mapas
dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing)
5. gangguan pola tidur setelah dilakukan 1. Dukungan tidur
berhubungan dengan intervensi selama...jam, Observasi
kurangnya kontrol tidur maka pola tidur membaik - Identifikasi pola aktivitas
dengan kriteria hasil: dan tidur
 Kemampuan - Identifikasi faktor
beraktivitas (5) pengganggu tidur (fisik
 Keluhan sulit dan/atau psikologis)
tidur (5) - Identifikasi makanan dan
 Keluhan sering minumanyang menggabggu
terjaga (5) tidur (mis. kopi, teh,
 Keluhan tidak alkohol, makan mendekati
puas tidur (5)
waktu tidur, minum banyak
 Keluhan pola
air sebelum tidur)
tidur berubah (5)
- Identifikasi obat tidur yang
 Keluhan istirahat
dikonsumsi
tidak cukup (5)
Terapeutik
- Modifiikasi lingkungan
(mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus

31
tidur-terjaga
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati
kebiaasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengganggu supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkonstribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja
- Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmokologi lainnya
2. Edukasi aktivitas/istirahat
Observasi
- Identifikasi kesiapan daan
kemampuan menerima
informasi terapeutik
Terapeutik
- Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan
istirahat
- Jadwalkan pemberian
pendidikan keseehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok,

32
aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. kelelahan,
sesak nafas saat aktivitas)
- Ajarkan cara
mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai
kemampuan

33
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian
menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai
saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal
atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994). Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu
Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi), Tipe anak yang
hiperaktif dan impulsive dan tipe gabungan. Etiologi dari hiperaktif yaitu Faktor
neurologic, Faktor toksik, Faktor genetic dan Faktor psikososial dan lingkungan.
Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%.
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi,
sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai
ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi
akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang
sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur. Tehnik-tehnik
perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan memberikan hadiah
kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai
kemajuan dalam tingkah laku mereka.
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan
hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin,
metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai
pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin
sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan
fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas.

34
DAFTAR PUSTAKA

Aniez. 2010. Definisi Anak Hiperaktif.


From :http://aniezandmyprince.blogspot.com/2010/03/ definisi-anak-hiperaktif.html.
[diakses 7 april 2012]
Baniah Sri Handayani. 2011. Penyebab Anak Hiperaktif.
From :http://www.ibudanbalita. com/diskusi/pertanyaan/59679/penyebab-anak-
hiperaktif. [diakses 7 april 2012]
Erfansyah, H.R. 2011. Keperawatan Anak Hiperaktif. From :
http://erfansyah.blogspot.com /2011/01/kep-anak-hiperaktif.html [diakses: 8 April
2012 ]
Heri. 2012. Asuhan keperawatan anak dengan HIPERAKTIF. From:
http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-anak-
dengan_8226.html [diakses: 8 April 2012]
Santhya, Kadek. 2012. Contoh Askep Anak Hiperaktif. Terdapat di :
http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-askep-anak-hiperaktif.html diakses
pada Sabtu, 15 Maret 2014 pk. 17.00 wita
Surana, Taufan. 2003. Mengarahkan Anak Hiperaktif. From:
http://www.balitacerdas.com/perilaku/hiperaktif.html[diakses: 8 April 2012]
Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
bedahBrunner&Suddarth. Jakarta: EGC

35

Anda mungkin juga menyukai