Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ADHD DAN ASKEP TEORI

KELOMPOK : 3

KELAS : A/5

DESILVA KAHI KANGGU 2017610024

FERDIANUS BABU WUDA2017610036

BENISIUS BILI 2017610018

ESTER BANGU LEBA 2017610034

ERMIATI LEKO 2017610000

BOBBY N. L. DE OLIVIERA 2017610020

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah
Keperawatan Kesehatan Jiwa II mengenai “asuhan keperawatan gangguan
attention deficiency hyperactivity disorders (ADHD)”. Terselesaikannya tugas ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
kami ingin menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
menyelasaikan makalah ini.

Dalam menyelesaikan tugas ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa tugas ini masih perlu
penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan dan sempurnanya tugas ini sehingga dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Malang, 11 desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB 1......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

Latar belakang......................................................................................................2

1.1 Rumusan masalah...................................................................................3

1.2 Tujuan penulisan.....................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

2.1 Konsep dasar gangguan perilaku (ADHD)...........................................4

2.1.1 Pengertian.............................................................................................4

2.1.2 Etiologi..................................................................................................5

2.1.3 Tanda dan gejala..................................................................................7

2.1.4 Web of caution....................................................................................10

2.1.5 Penatalaksanaan................................................................................11

2.2 Asuhan keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)...................16

2.2.2 Diagnosa..............................................................................................22

2.2.3 Perencanaan.......................................................................................22

2.2.4 Implementasi......................................................................................27

2.2.5 Evaluasi...............................................................................................29

BAB III..................................................................................................................30

PENUTUP..............................................................................................................30

3.1 Simpulan.................................................................................................30

1
3.2 Saran.......................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................32

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan


tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai
dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun
dirumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap
sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alasan
dan masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk
diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsesus pendapat
professional menyatakan bahwa kira-kira 305% atau sekitar 2 juta anak-anak usia
sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia
sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1% sangat
hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan
bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang
bekaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di bebeapa negara lain,
penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia.
Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan
di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena
bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 diantaranya menderita hiperaktif. Untuk
Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif
cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).Dewasa ini, anak ADHD semakin
banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar
5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD.
Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun
pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan,

3
kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan, dan lain-lain (Verajanti,
2008).
1.1 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar gangguan perilaku (ADHD) ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD) ?

1.2 Tujuan penulisan


Agar mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan
keperawatan gangguan perilaku (ADHD) pada anak dan remaja.

a. Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi gangguan perilaku (ADHD)


b. Agar mahasiswa mampu menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis
gangguan perilaku (ADHD)
c. Agar mahasiswa mampu menjelaskan WOC dan penatalaksanaan
gangguan perilaku (ADHD)
d. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada gangguan perilaku
(ADHD)
e. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada
gangguan perilaku (ADHD)
f. Agar mahasiswa mampu merencenakan dan melaksanakan rencana
keperawatan yang telah disusun
g. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilaksanakan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar gangguan perilaku (ADHD)


2.1.1 Pengertian
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah
gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak
kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena
dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
keterampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan
(Ginanjar, 2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam

4
peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas
anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan
berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk
dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti
sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering
digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan dan suka
membuat keributan (klikdokter, 2008).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kelainan
hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4
tahun dan dikarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak
perhatian, impulsive dan hiperaktif (Townsend, 1998). ADHD adalah
singkatan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder, suatu kondisi yang
pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidakberesan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu
banyak bergerak/aktif) dan hyperactive (hiperaktif). Ada kira-kira 3-5%
anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).

2.1.2 Etiologi

Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun


papar Hardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan genetis berperan
dalam ADHD. Faktor biologis berpengaruh pada dua neurotransmitter di
otak, yaitu dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat yang
bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan social, serta
mengontrol aktifitas fisik.Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi,
memusatkan perhatian, dan perasaan. Faktor lainnya yang berpengaruh
adalah lingkungan. Karakter dalam keluarga juga dapat berperan
menimbulkan gejala ADHD. Bahkan dari penelitian di beberapa rumah
tahanan, sebagian besar penghuninya ternyata pernah ADHD pada masa
kecilnya. Demikian juga terjadi pada pengguna narkoba. Belum diketahui
apa penyebab pasti anak-anak menjadi hiperaktif. Namun menurut dunia
kedokteran, itu terkait dengan faktor biologis dan genetik, serta
lingkungan.

5
Belum diketahui dengan pasti penyebab ADHD. Macam-macam teori
yang menyebabkan ADHD diantaranya:

a) Psikodinamika

Anak dengan gangguan ini akan mengalami gangguan


perkembangan ego. Perkembangan ego menjadi retardasi dan
dimanifestasikan dengan perilaku yang impulsif, seperti ada perilaku
tempertatrum yang berat. Kegagalan berprestasi yang berulang,
kegagalan mengikuti petunjuk sosial dan harga diri rendah. Beberapa
teori menunjukkan bahwa anak tetap pada fase simbiotik dan tidak
dapat membedakan dirinya dengan ibunya.

b) Biologis

Hal ini bisa diakibatkan oleh: Genetik (resiko meningkat jika ada
riwayat keluarga), Faktor perkembangan, Kelainan fungsi pada jalur
inhibisi di lobus parietalis dan frontalis.

c) Dinamika Keluarga

Teori ini menunjukan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari


anak sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa.
Kemungkinan iritabilitas impulsive ditemukan atau tidak terlihat pada
individu ADHD dari saat lahir reaksi orang tua cenderung menguat dan
karenanya mempertahankan atau meningkatkan intensitas gangguan.
Ansietas berasal dari disfungsi sistem keluarga masalah perkawinan
dan lain sebagainya, dapat juga memberi kontribusi pada gejala
gangguan ini orang tua frustasi terhadap buruk anak terhadap keadaan
tertentu, orang tua mungkin menjadi sensitif atau menjadi putus asa
dan tidak memberi struktur eksternal.

d) Psikososial

Kemiskinan, Diet (timbale, tertazine), Penyalahgunaan alcohol


oleh orang tua

6
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari ADHD. Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan dikatakan adanya keterlibatan
dari faktor predisposisi, faktor genetik, struktur anatomi dan neurokimiawi
otak dalam terjadinya ADHD. Pada faktor predisposisi meliputi:
1. Trauma kelahiran, prematuritas
2. Epilepsy, retardasi mental
3. Keluhan neurologik lain
4. Gangguan ini juga dalam keluarga
5. Keracunan logam berat (Hg, Pb, Cd dan lain-lain)

2.1.3 Tanda dan gejala


a. Perilaku tidak perhatian atau sukar memusatkan perhatian
1) Mengabaikan hal-hal kecil
2) Membuat kesalahan dengan ceroboh
3) Sulit mempertahankan perhatian
4) Tidak terlihat mendengarkan
5) Tidak menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah
6) Sulit tidur
7) Menghindari tugas yang memerlukan pemikiran
8) Sering kehilangan sesuatu yang penting
9) Mudah terdistraksi oleh stimulus lain
10) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari

b. Perilaku hiperaktif /impulsif


1) Gelisah
2) Sering meninggalkan tempat duduk (mis, selama makan)
3) Berlari atau menaiki sesuatu secata berlebihan
4) Tidak dapat bermain dengan tenang
5) Selalu aktif, bergerak
6) Banyak bicara
7) Menjawab tanpa dipikirkan dulu
8) Sulit mengatur pekerjaannya
9) Tidak dapat menunggu giliran
10) Menganggu saudara kandung atau teman bermain

Ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada anak
dengan ADHD antara lain (Townsend,1998) :

a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
mengeliat-geliat.

b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan

c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing

7
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan
atau keadaan di dalam suatu kelompok

e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap


pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan

f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang


lain

g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas


atau aktivitas-aktivitas bermain

h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke


kegiatan lainnya

i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang

j. Sering berbicara secara berlebihan.

k. Sering menyela atau mengganggu orang lain

l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang


dikatakan kepadanya

m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas


atau kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya
berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).

Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1


dalam jenis dan tipe hiperaktif impulsif dan untuk kurang perhatian rasio
anak laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas
daripada tipe hiperaktiv impulsif yang lebih demonstratif. Gejala seperti
ini diabaikan dan didiagnosis dengan keliru pada banyak anak. Menurut
penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami
oleh anak laki-laki dari pada perempuan, dengan estimasi 204% untuk
anak perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Anak laki-

8
laki ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih menunjukkan
perilaku menantang dan agresif dibandingkan dengan anak perempuan
(Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

Bisa jadi anak perempuan dengan ADHD tidak teridentifikasi atau


tidak tertangkap gejalanya karena guru-guru gagal dalam mengenali dan
mencatat perilaku kurang perhatian anak perempuan ADHD, kecuali
dengan cara membandingkan dengan simptom-simptom yang digunakan
untuk mendiagnosis ADHD dapat pula memberi sumbangan terhadap
perbedaan jenis kelamin pada umumnya (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
Anak ADHD perempuan cenderung lebih memperlihatkan karakteristik
simptom-simptom kurang perhatian/tidak teratur dengan respons kognitif
yang lambat, misalnya pelupa, lesu darah, mengantuk, cenderung
daycream, semas, depresi dan cenderung berperilaku hiperverbal
dibandingkan hiperaktif (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

2.1.4 Web of caution

Trauma kelahiran
Neurotransmitter dopamine Zat toksik, lingkungan, dll

Penurunan neurobiologis

Lobus frontal mengalami


penurunan fungsi

ADHD

Perilaku hiperaktivitas Sukar memerhatikan

MK: Risiko cidera MK: Gangguan Interaksi


Sosial
2.1.5 Penatalaksanaan
a. Perawatan
Perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang
menderita ADHD antara lain (Baihaqi dan Sugiarmin,2006):
1) Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah
dan rumah.
2) Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri.
3) Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di
kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku
pro sosial dan regulasi diri.
4) Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di
rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan
perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi.
5) Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan
individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan
permasalahan suami istri.
6) Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan
orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman
mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral.
7) Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak
dapat membahas permasalahan dan curahan hati probadinya

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan


Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain
(Videbeck,2008) :
1) Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
a) Hentikan perilaku yang tidak aman
b) Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima
dan yang tidak dapat diterima
c) Berikan pengawasan yang ketat

2) Meningkatkan performa peran dengan cara :


a) Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
b) Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas
dari distraksi untuk menyelesaikan tugas)
3) Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a) Dapatkan perhatian penuh anak
b) Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil

10
c) Izinkan beristirahat
4) Mengatur rutinitas sehari-hari
a) Tetapkan jadual sehari-hari
b) Minimalkan perubahan
5) Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan
mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua
6) Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD
Pengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai salah satu cara yang
digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD.
Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam
jangka panjang. Bagaimana nutrisi yang dianggap tepat untuk anak
ADHD (Verayanti ,2008):
a) Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% -
70% protein dan 30% - 40% karbohidrat, makan siang dan makan
malam 50% protein dan 50% karbohidrat. Karbohidrat yang
dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat kompleks sehingga
tidak mudah diubah menjadi gula, seperti whole wheat, kacang-
kacangan, dll.
b) Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD
karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi
yang bermanifestasi dalam bentuk batuk, influenza karena alergi,
dll. Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna,
pengawet, juga susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
c) Rendah gula. Hindari makanan-makanan yang banyak
mengandung gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim, dan
cokelat. Setiap sendok gula yang berkurang sangat berguna. Gula
menyebabkan usus halus menjadi permeabel terhadap alergen.
Tingginya kadar gula dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar
insulin tinggi. Kadar insulin yang tinggi akan mengakibatkan
emosi yang labil sehingga dapat memperparah keadaan anak
ADHD.
d) Makan banyak sayuran dan buah
e) Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan
meningkatkan konsumsi air menjadi 7-8 gelas perhari akan baik
untuk otak. Teh, susu, juice tidak termasuk air, jadi hanya air yang
dianggap air.

11
f) Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti: kacang
almond, plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot,
anggur dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri,
nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari
wine. Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang
berfungsi untuk mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi
alergi.
g) Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium,
tembaga, besi, magnesium, kalsium, amino acid chelates dan
flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi zat-zat
tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara
berlebihan.
h) Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari
amalgam, kawat gigi dari nikel, dll.
i) Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang
mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena
pada anak ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke bagian-bagian
otak.

b. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi
perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping itu,
pendekatan yang controversial antara lain melakukan diet khusus dan
penggunaan obatt-obatan serta vitamin tertentu (Delphie,2006)
Obat stimulant yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara
lain (Videbeck,2008) :
1) Metilfenidant
Dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan
pantau supresi nafsu makan yang turun atau keterlambatan
pertumbuhan, berikan setelah makan, dan efek obat lengkap dalam 2
hari.

2) Dekstroamfetamin (Dexedrine), amfetamin (adderall)

12
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosisi yang terbagi. Intervensi
keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk
mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
3) Pemolin (cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan
pantau peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan dapat
berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.

Efek samping obat tersebut yang paling sering terjadi adalah insomnia,
kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan atau gagal menaikan
berat badan.
Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika
mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan
sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan
nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan banyak
mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat
untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas normal.
Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.
Sebagian orang tua merasa kawatir bahwa obat yang diminum akan
memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat
dia ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekawatiran ini tidak dapat
dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak
mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi
ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol (Permadi, 2007).

2.2 Asuhan keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD)


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien :
ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, laki-laki cenderung memiliki
kemungkinan 4x lebih besardari perempuan untuk menderita ADHD.
2. Keluhan Utama :
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya
bergerak terus.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua atau pengasuh melihat tanda-tanda awal dari ADHD :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah

13
c. Perubahan suasana hati yang mendadak.
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tanyakan pada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera
otak.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat Psiko, Sosio, dan Spiritual
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan
membina hubungan dengan teman sebayanya karena hiperaktivitas dan
impulsvitas.
7. Riwayat Tumbuh Kembang.
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alkohol,
atau obat-obatan selama kehamilan.
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama
persalinan, lahir premature, berat badan lahir (BBLR).
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi atau tidak.
8. Riwayat Imunisasi.
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
Usia <7hari anak mendapat imunisasi hepatitis B.
Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio 1.
Usia 2 bulan anal mendapat imunisasi DPT/HB 1 dan Polio 2.
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3.
Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4.
Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak.
9. Pemeriksaan Fisik -> dalam batas normal.
10. Activity daily living (ADL) :
a. Nutrisi .
Anak nafsu makannya berkurang (anorexia).
b. Aktivitas.
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan.
c. Eliminasi.
Anak tidak mengalami gangguan dalam eliminasi.
d. Istirahat tidur.
Anak mengalami gangguan tidur.
e. Personal Hygine.
Anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan sulit
diatur.

Pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity


Disorder (ADHD) antara lain (Videbeck ,2008) :

14
1. Pengkajian riwayat penyakit

a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan


mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa
disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau day
care.

b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang


kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan
menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.

c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu


menghadapi perilaku anak.

d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk


mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu
sebagian besar tidak berhasil.

2. Penampilan umum dan perilaku motorik

a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta


bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.

b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda


lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.

c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat


melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan.

d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik


ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap
perkembangannya

15
3. Mood dan Afek

a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau


temper tantrum.

b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan


tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.

d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan


perlawanan dan kemarahan

4. Proses dan isi pikir

Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit
untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau
tahap perkembangan

5. Sensorium dan proses intelektual

a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori


atau persepsi seperti halusinasi.

b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi


tergangguan secara nyata.

c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang


berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.

d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali


menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi
perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan
sesuati.

e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang


yang mampu menyelesaikan tugas

16
6. Penilaian dan daya tilik diri

a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian


yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak

b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan


impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang
tinggi.

c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak
kecil.

d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu


menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.

e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari


sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang
lain.

f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang


menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat
menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri

7. Konsep diri

a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis
ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah
rendah.

b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai


banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas
di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri
mereka buruk.

c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka


sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh

17
8. Peran dan hubungan

a. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik


maupun sosial.

b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang


menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.

c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras


kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak
yang didiagnosis dan diterapi.

d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki


keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi
tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau
merusak barang-barang miliki keluarga.

e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun
secara fisik.

f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.

9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak


meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat
duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan
tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan
perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

2.2.2 Diagnosa
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al
(2007) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang
mengalami ADHD antara lain :

18
1. Risiko cidera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku
impulsive
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan fungsi
dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan pengabaian anak.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara
orang tua dan anak yang tidak memuaskan.
2.2.3 Perencanaan
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al
(2007) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan di atas antara lain :

1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku


impulsive.
Tujuan : anak tidak akan melukai diri sendiri dan orang lain
Kriteria Hasil :
a. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladaptive diri sendiri.
b. Anak mau mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
c. Anak memperlihatkan tingkah laku yang hati-hati.
d. Anak mampu duduk dengan tenang bisa untuk menunggu giliran.
Intervensi :
1. Amati perilaku anak sering. lakukan hal ini melalui aktivitas
sehari-hari dan intervensi untuk menghindari timbulnya rasa
waspada dan kecurigaan
R/ anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran
memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan
yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain.
2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan
bunuh diri.
R/ pernyataan-pernyataan verbal seperti ” saya akan bunuh
diri.”atau “ tak lama ibu saya tidak perlu bagi menyusahkan diri
karena saya” atau perilaku-perilaku non verbal seperti membagi-
bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah.
Kebayakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah
menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau non verbal.

19
3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang
menyatakan persetujuan untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan
menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran
kearah tersebut timbul.
R/ diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan
seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajad perasaan lega
pada anak, suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi
terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi
keselamatan dengan anak.suatu sikap menerima anak sebagai
seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.
4. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan
anak.
R/ keselamatan fisik anak adalah priorias dari keperawatan.
5. Usahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan
dan tegangan mulai meningkat.
R/ hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa
aman.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan


fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang
terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak.

Tujuan : anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan


koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima social.
Kriteria Hasil :
a. Anak mengatasi kelebihan yang dimilikinya.
b. Anak mampu menundukan pemuasan terhadap keinginannya,
tanpa terpaksa untuk memanipulasi orang lain.
c. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat
diterima secara social.
d. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping
alternative yang dapat diterima secara social sesuai dengan gaya
hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai
respons terhadap rasa frustasi.
Intervensi :
1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realities

20
R/ penting bagi anak untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk
aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah
mungkin. Sukses meningkatkan harga diri.
2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.
R/ komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai
makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri.
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya satu ke satu basis dan
pada aktivitas-aktivitas kelompok
R/ hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa
bahwa dia berharga bagi waktu anda.
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari
dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah
karakteristik yang lihatnya sebagai negative.
R/ identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu
mengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping
individu yang efektif.
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu
mekanisme sikap defensive. Memberikan bantuan yang positif bagi
identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku
koping yang lebih adaptif.
R/ penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan
meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima
oleh anak.
6. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi
rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas
terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pengakuan tentang
kerja keras yang berhasil dan pengalaman positif bagi usaha-usaha
yang dilakukan.
R/ pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri.

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut


terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga berhubungan
antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan.

Tujuan : anak mampu mengurangi ansietasnya.


Kriteria Hasil :
a. Anak mengetahui penyebab dari cemas.
b. Anak mampu dalam memberi respons terhadap stress.

21
c. Anak mampu menunjukkan perilaku yang baik.
d. Anak tampak tenang dan tidak gelisah
Intervensi :
1. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur,
konsisten di dalam berespons dan bersedia. Tunjukan rasa hormat
yang positif dan tulus.
R/ Kejujuran, ketersedian dan penerimaan meningkatkan
kepercayaan pada hubungan anak dengan staf dan perawat.
2. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan
tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau
jogging, bola voli, latihan dengan music, pekerjaan rumah tangga,
permainan-permainan kelompok.)
R/ tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan
manfaat bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik.
3. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang
sebenarnya dan untuk mengenali sendiri perasaan-perasaan
tersebut padanya.
R/ anak-anak cemas sering menolak hubungan antara masalah-
masalah emosi dengan ansietas mereka. Gunakan mekanisme-
mekanisme pertahankan projektif dan pemindahan yang dilebih-
lebihkan.
4. Perawat harus mempertahankan suasana tenang.
R/ ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain
5. Tawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas.
Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologi.
R/ keamanan anak adalah prioritas keperawatan.
6. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak.
Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap
penggunaanya.
R/ sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan
kecurigaan pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan
sentuhan sebagai suatu agresi.

2.2.4 Implementasi
1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku
impulsive.

22
a. Mengamati perilaku anak sering, melakukan hal ini melalui aktivitas
sehari-hari dan intervensi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan
kecurigaan
b. Mengamati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan
bunuh diri.
c. Mendapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan
persetujuan untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan menyetujui untuk
mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul.
d. Menyingkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak.
e. Mengusahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan dan
tegangan mulai meningkat.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan fungsi


dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan pengabaian anak.
a. Memastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realities
b. Menyampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.
c. Menyediakan waktu bersama anak, keduanya satu ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok
d. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan
dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang
lihatnya sebagai negative.
e. Membantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu
mekanisme sikap defensive. Memberikan bantuan yang positif bagi
identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping
yang lebih adaptif.
f. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa
takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pengakuan tentang kerja keras yang
berhasil dan pengalaman positif bagi usaha-usaha yang dilakukan.

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut


terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga berhubungan antara
orang tua dan anak yang tidak memuaskan.
a. Membentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten
di dalam berespons dan bersedia. Tunjukan rasa hormat yang positif dan
tulus.

23
b. Menyediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan
dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau jogging, bola voli,
latihan dengan music, pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan
kelompok.)
c. Menganjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang
sebenarnya dan untuk mengenali sendiri perasaan-perasaan tersebut
padanya.
d. Mempertahankan suasana tenang.
e. Menawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas.
Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologi.
f. Menggunakan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak.
Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap penggunaanya.

2.2.5 Evaluasi
a. Anak tidak akan melukai diri sendiri dan orang lain
b. Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang
sesuai dengan umur dan dapat diterima social.
c. Anak mampu mengurangi ansietasnya.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ADHD
adalah gangguan neurobiologist yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak
sejak kecil yang biasa sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan

24
dikarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian,
impulsive dan hiperaktif. Tanda dan gejala yang sering muncul pada
gangguan ADHD diantaranya Perilaku tidak perhatian atau sukar
memusatkan perhatian misalnya mengabaikan hal-hal kecil ,sukar
memusatkan perhatian, selalu melakukan hal yang cerobuh dan cendeung
berperilaku hiperaktif.
Terapi yang dapat diberikan pada anak dengan gangguan ADHD
diantaranya Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di
sekolah dan rumah, Pelatihan manajemen orang tua: mengurangi konflik
antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku
regulasi diri, mengatur rutinitas anak sehari-hari, pemberian nutrisi yang
adekuat,dan juga dapat diberikan terapi obat stimulant

3.2 Saran

a. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara


komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh, meliputi : biopsikososialkultural.

b. Bagi mahasiswa diharapkan data semakin memperbanyak pengetahuan


dari berbagai referensi mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan
dengan masalah gangguan perilaku (ADHD).

c. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan


kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah untuk
perawat dalam memperoleh ilmu pengetahuan sesuai dengan
perkembangan yang semakin maju.

25
DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M.2006.Memahami Anak ADHD.cetakan I.Bandung:


PT. Refika Aditama

Delphie,B.2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting


Pendidikan Inklusi.cetakan I.Bandung : PT Refika Aditama

Doengoes,M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F.2007. Rencana Asuhan


Keperawatam Psikiatri (Terjemahan) Edisi 3.Jakarta :EGC

Videbeck, S.L.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Terjemahan) Cetakan I.


Jakarta:EGC

26

Anda mungkin juga menyukai