KELOMPOK : 3
KELAS : A/5
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah
Keperawatan Kesehatan Jiwa II mengenai “asuhan keperawatan gangguan
attention deficiency hyperactivity disorders (ADHD)”. Terselesaikannya tugas ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini
kami ingin menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
menyelasaikan makalah ini.
Dalam menyelesaikan tugas ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa tugas ini masih perlu
penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan dan sempurnanya tugas ini sehingga dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB 1......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
Latar belakang......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1.1 Pengertian.............................................................................................4
2.1.2 Etiologi..................................................................................................5
2.1.5 Penatalaksanaan................................................................................11
2.2.2 Diagnosa..............................................................................................22
2.2.3 Perencanaan.......................................................................................22
2.2.4 Implementasi......................................................................................27
2.2.5 Evaluasi...............................................................................................29
BAB III..................................................................................................................30
PENUTUP..............................................................................................................30
3.1 Simpulan.................................................................................................30
1
3.2 Saran.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................32
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan, dan lain-lain (Verajanti,
2008).
1.1 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar gangguan perilaku (ADHD) ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan perilaku (ADHD) ?
BAB II
PEMBAHASAN
4
peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas
anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan
berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk
dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti
sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering
digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan dan suka
membuat keributan (klikdokter, 2008).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kelainan
hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4
tahun dan dikarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak
perhatian, impulsive dan hiperaktif (Townsend, 1998). ADHD adalah
singkatan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder, suatu kondisi yang
pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidakberesan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu
banyak bergerak/aktif) dan hyperactive (hiperaktif). Ada kira-kira 3-5%
anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).
2.1.2 Etiologi
5
Belum diketahui dengan pasti penyebab ADHD. Macam-macam teori
yang menyebabkan ADHD diantaranya:
a) Psikodinamika
b) Biologis
Hal ini bisa diakibatkan oleh: Genetik (resiko meningkat jika ada
riwayat keluarga), Faktor perkembangan, Kelainan fungsi pada jalur
inhibisi di lobus parietalis dan frontalis.
c) Dinamika Keluarga
d) Psikososial
6
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari ADHD. Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan dikatakan adanya keterlibatan
dari faktor predisposisi, faktor genetik, struktur anatomi dan neurokimiawi
otak dalam terjadinya ADHD. Pada faktor predisposisi meliputi:
1. Trauma kelahiran, prematuritas
2. Epilepsy, retardasi mental
3. Keluhan neurologik lain
4. Gangguan ini juga dalam keluarga
5. Keracunan logam berat (Hg, Pb, Cd dan lain-lain)
Ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada anak
dengan ADHD antara lain (Townsend,1998) :
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
mengeliat-geliat.
7
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan
atau keadaan di dalam suatu kelompok
8
laki ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih menunjukkan
perilaku menantang dan agresif dibandingkan dengan anak perempuan
(Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
Trauma kelahiran
Neurotransmitter dopamine Zat toksik, lingkungan, dll
Penurunan neurobiologis
ADHD
10
c) Izinkan beristirahat
4) Mengatur rutinitas sehari-hari
a) Tetapkan jadual sehari-hari
b) Minimalkan perubahan
5) Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan
mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua
6) Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD
Pengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai salah satu cara yang
digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD.
Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam
jangka panjang. Bagaimana nutrisi yang dianggap tepat untuk anak
ADHD (Verayanti ,2008):
a) Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% -
70% protein dan 30% - 40% karbohidrat, makan siang dan makan
malam 50% protein dan 50% karbohidrat. Karbohidrat yang
dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat kompleks sehingga
tidak mudah diubah menjadi gula, seperti whole wheat, kacang-
kacangan, dll.
b) Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD
karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi
yang bermanifestasi dalam bentuk batuk, influenza karena alergi,
dll. Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna,
pengawet, juga susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
c) Rendah gula. Hindari makanan-makanan yang banyak
mengandung gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim, dan
cokelat. Setiap sendok gula yang berkurang sangat berguna. Gula
menyebabkan usus halus menjadi permeabel terhadap alergen.
Tingginya kadar gula dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar
insulin tinggi. Kadar insulin yang tinggi akan mengakibatkan
emosi yang labil sehingga dapat memperparah keadaan anak
ADHD.
d) Makan banyak sayuran dan buah
e) Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan
meningkatkan konsumsi air menjadi 7-8 gelas perhari akan baik
untuk otak. Teh, susu, juice tidak termasuk air, jadi hanya air yang
dianggap air.
11
f) Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti: kacang
almond, plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot,
anggur dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri,
nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari
wine. Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang
berfungsi untuk mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi
alergi.
g) Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium,
tembaga, besi, magnesium, kalsium, amino acid chelates dan
flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi zat-zat
tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara
berlebihan.
h) Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari
amalgam, kawat gigi dari nikel, dll.
i) Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang
mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena
pada anak ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke bagian-bagian
otak.
b. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi
perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping itu,
pendekatan yang controversial antara lain melakukan diet khusus dan
penggunaan obatt-obatan serta vitamin tertentu (Delphie,2006)
Obat stimulant yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara
lain (Videbeck,2008) :
1) Metilfenidant
Dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan
pantau supresi nafsu makan yang turun atau keterlambatan
pertumbuhan, berikan setelah makan, dan efek obat lengkap dalam 2
hari.
12
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosisi yang terbagi. Intervensi
keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk
mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
3) Pemolin (cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan
pantau peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan dapat
berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.
Efek samping obat tersebut yang paling sering terjadi adalah insomnia,
kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan atau gagal menaikan
berat badan.
Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika
mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan
sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan
nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan banyak
mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat
untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas normal.
Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.
Sebagian orang tua merasa kawatir bahwa obat yang diminum akan
memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat
dia ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekawatiran ini tidak dapat
dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak
mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi
ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol (Permadi, 2007).
13
c. Perubahan suasana hati yang mendadak.
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tanyakan pada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera
otak.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat Psiko, Sosio, dan Spiritual
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan
membina hubungan dengan teman sebayanya karena hiperaktivitas dan
impulsvitas.
7. Riwayat Tumbuh Kembang.
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alkohol,
atau obat-obatan selama kehamilan.
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama
persalinan, lahir premature, berat badan lahir (BBLR).
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi atau tidak.
8. Riwayat Imunisasi.
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
Usia <7hari anak mendapat imunisasi hepatitis B.
Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio 1.
Usia 2 bulan anal mendapat imunisasi DPT/HB 1 dan Polio 2.
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3.
Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4.
Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak.
9. Pemeriksaan Fisik -> dalam batas normal.
10. Activity daily living (ADL) :
a. Nutrisi .
Anak nafsu makannya berkurang (anorexia).
b. Aktivitas.
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan.
c. Eliminasi.
Anak tidak mengalami gangguan dalam eliminasi.
d. Istirahat tidur.
Anak mengalami gangguan tidur.
e. Personal Hygine.
Anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan sulit
diatur.
14
1. Pengkajian riwayat penyakit
15
3. Mood dan Afek
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit
untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau
tahap perkembangan
16
6. Penilaian dan daya tilik diri
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak
kecil.
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis
ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah
rendah.
17
8. Peran dan hubungan
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun
secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
2.2.2 Diagnosa
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al
(2007) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang
mengalami ADHD antara lain :
18
1. Risiko cidera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku
impulsive
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan fungsi
dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan pengabaian anak.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara
orang tua dan anak yang tidak memuaskan.
2.2.3 Perencanaan
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al
(2007) intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan di atas antara lain :
19
3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang
menyatakan persetujuan untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan
menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran
kearah tersebut timbul.
R/ diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan
seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajad perasaan lega
pada anak, suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi
terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi
keselamatan dengan anak.suatu sikap menerima anak sebagai
seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.
4. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan
anak.
R/ keselamatan fisik anak adalah priorias dari keperawatan.
5. Usahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan
dan tegangan mulai meningkat.
R/ hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa
aman.
20
R/ penting bagi anak untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk
aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah
mungkin. Sukses meningkatkan harga diri.
2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.
R/ komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai
makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri.
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya satu ke satu basis dan
pada aktivitas-aktivitas kelompok
R/ hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa
bahwa dia berharga bagi waktu anda.
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari
dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah
karakteristik yang lihatnya sebagai negative.
R/ identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu
mengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping
individu yang efektif.
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu
mekanisme sikap defensive. Memberikan bantuan yang positif bagi
identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku
koping yang lebih adaptif.
R/ penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan
meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima
oleh anak.
6. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi
rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas
terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pengakuan tentang
kerja keras yang berhasil dan pengalaman positif bagi usaha-usaha
yang dilakukan.
R/ pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri.
21
c. Anak mampu menunjukkan perilaku yang baik.
d. Anak tampak tenang dan tidak gelisah
Intervensi :
1. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur,
konsisten di dalam berespons dan bersedia. Tunjukan rasa hormat
yang positif dan tulus.
R/ Kejujuran, ketersedian dan penerimaan meningkatkan
kepercayaan pada hubungan anak dengan staf dan perawat.
2. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan
tegangan dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau
jogging, bola voli, latihan dengan music, pekerjaan rumah tangga,
permainan-permainan kelompok.)
R/ tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan
manfaat bagi anak melalui aktivitas-aktivitas fisik.
3. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang
sebenarnya dan untuk mengenali sendiri perasaan-perasaan
tersebut padanya.
R/ anak-anak cemas sering menolak hubungan antara masalah-
masalah emosi dengan ansietas mereka. Gunakan mekanisme-
mekanisme pertahankan projektif dan pemindahan yang dilebih-
lebihkan.
4. Perawat harus mempertahankan suasana tenang.
R/ ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain
5. Tawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas.
Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologi.
R/ keamanan anak adalah prioritas keperawatan.
6. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak.
Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap
penggunaanya.
R/ sebagaimana ansietas dapat membantu mengembangkan
kecurigaan pada beberapa individu yang dapat salah menafsirkan
sentuhan sebagai suatu agresi.
2.2.4 Implementasi
1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku
impulsive.
22
a. Mengamati perilaku anak sering, melakukan hal ini melalui aktivitas
sehari-hari dan intervensi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan
kecurigaan
b. Mengamati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan
bunuh diri.
c. Mendapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan
persetujuan untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan menyetujui untuk
mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul.
d. Menyingkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak.
e. Mengusahakan untuk bisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan dan
tegangan mulai meningkat.
23
b. Menyediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan
dan pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau jogging, bola voli,
latihan dengan music, pekerjaan rumah tangga, permainan-permainan
kelompok.)
c. Menganjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang
sebenarnya dan untuk mengenali sendiri perasaan-perasaan tersebut
padanya.
d. Mempertahankan suasana tenang.
e. Menawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas.
Pastikan kembali akan keselamatan fisik dan fisiologi.
f. Menggunakan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak.
Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati terhadap penggunaanya.
2.2.5 Evaluasi
a. Anak tidak akan melukai diri sendiri dan orang lain
b. Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang
sesuai dengan umur dan dapat diterima social.
c. Anak mampu mengurangi ansietasnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ADHD
adalah gangguan neurobiologist yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak
sejak kecil yang biasa sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan
24
dikarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian,
impulsive dan hiperaktif. Tanda dan gejala yang sering muncul pada
gangguan ADHD diantaranya Perilaku tidak perhatian atau sukar
memusatkan perhatian misalnya mengabaikan hal-hal kecil ,sukar
memusatkan perhatian, selalu melakukan hal yang cerobuh dan cendeung
berperilaku hiperaktif.
Terapi yang dapat diberikan pada anak dengan gangguan ADHD
diantaranya Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di
sekolah dan rumah, Pelatihan manajemen orang tua: mengurangi konflik
antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku
regulasi diri, mengatur rutinitas anak sehari-hari, pemberian nutrisi yang
adekuat,dan juga dapat diberikan terapi obat stimulant
3.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26