Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI SUNRISE MODEL DALAM KEPERAWATAN

KELOMPOK 3

NAMA KELOMPOK

1. DESILVA KAHI KANGGU 2017610024


2. DESTA REPONATA 2017610025
3. ARDIANUS KRISMUN 2017610007
4. ESTER BANGU LEBA 2017610031
5. ARMIYATI RADDI KAKA 2017610012
6. HENIADRIANUS NGONGO 2017610041
7. AMRIS HARU LANDU AWANG 2017610002

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2020
Definisi Teori Sunrise Model
Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang pemberian
traskultural. Konsepnya “ sunrise model ” di publikasikan di berbagai buku dan artikel jurnal
dan menarik banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang kemudian
diakui publik pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat
psikiatrik, Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli
antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai kultur dan subkultur. Bersama
dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan penelitian terhadap fenomena pemberian asuhan
dan perilaku pemberian asuhan lebih dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia.
Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan
bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Inti dari teori yang dikembangkan oleh M.Leininger , yaitu :
a. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok
yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki
jalan hidup dan kondisinya.
b. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok
tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan,
dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.
c. Asuhan transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari
norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan
bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan
tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau kondisinya, dan belajar
menerima batasan-batasan.
d. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara hidup
kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat
muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau sumber kultur
tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai-nilai dan
norma-norma budaya tertentu tentang kematian, kesehatan, seksualitas, dan lain
sebagainya.
e. Universalitas asuhan kultural
Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural merujuk
pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat berupa tindakan-
tindakan seperti tersenyum, dan memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan
primer.
Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.
Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan
dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.
Model matahariterbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transcultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan
budaya serta struktur social yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur social tersebut menurut Leininger dipengaruhi oleh tujuh
factor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, factor social dan kekebaratan, nilai budaya
dan gaya hidup, politik dan hokum ekonomi, dan pendidikan.
Lingkungan  Dalam tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien harus
memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan yaitu :

1.      Culture care preservation / maintenace yaitu prinsip membantu memfasilitasi


atau memperhatikan fenomena budaya untuk membantu individu menentukan
tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2.      Culture care accommodation/negotation yaitu prinsip membantu memfasilitasi
atau memperhatikan fenomena budaya,yang merefleksikan cara beradaptasi
bernegoisasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu
atau klien.
3.      Culture care reparrtening/restructuring yaitu prinsip merekonstruksi atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
klien menjadi lebih baik.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan
keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well
being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan
kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna untuk mencapai
tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Pengkajian
Adalah suatu proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai latar belakang budayanya.(andrew & boyle, 1995 ; giger & davidhizar, 1995 ; kozier
& erb, 1995).
Ada tujuh komponen dimensi budaya dan struktur sosial yang saling berinteraksi,yaitu :
1.      Pemanfaatan teknologi kesehatan
2.      Agama dan filosofi
3.      Keluarga dan sosial
4.      Nilai budaya dan gaya hidup
5.      Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
6.      Status ekonomi
7.      Latar belakang pendidikan klien
Diagnosis keperawatan
Respon klien sesuai latar belakang budaya yang dapat diubah dan dibenarkan jika itu
tidak menyimpang.
Perencanaan dan Implementasi
Suatu proses memilih strategi keperawatan yang tepat dan melaksanakan sesuai
tindakan dengan latar belakang budaya pasien. Ada tiga penawaran sebagai strategi pedoman
yaitu mempertahankan budaya bila pasien tidak bertentangan dengan kesehatan ,negosiasi
budaya yaitu intervensi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatanya ,dan restrukturisasi budaya klien karena
budaya yang dimiliki saat ini betentangan dengan kesehatannya.
Dengan perencanaan dan implementasi yang matang diharapkan hubungan perawat-
klien yang bersifat teraupetik akan menciptakan kepuaasan klien dan membangkitkan energy
kesembuhan (McClosec & Grace ,2001 )

Evaluasi
Suatu metode dan ketrampilan untuk menentukan kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan memberikan pelayanan sesuai keinginan individu(posovac,1980 dalam
sahar,1998).dalam asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
dalam mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,negosiasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan , dan restrukturisasi budaya yang bertentangan
dengan kesehatan.

Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model asuhan


keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model
tersebut, yaitu :
1. Faktor Teknologi ( Technological Factors )
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji
berupa persepsi individu tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk
menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal
putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan
nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien
dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang
dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai
budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit,
sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari.
5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
menunggu.
6. Faktor ekonomi ( Economical Faktor )
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya
dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien,
sumber biaya pengobatan.
7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka
keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis
pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

Kelebihan :

1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan
kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori trancultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan
yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan
praktek keperawatan .

Kelemahan :

1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya

Penerapan Asuhan Keperawatan Berdasarkan teori Leininger.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi


kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya. Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada “ Leininger’s Sunrise models” dalam teori
keperawatan transkultural Leininger yaitu :

1. Faktor teknologi (technological factors)


Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu mengkaji
berupa : persepsi pasien tentang penggunaaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan kesehatan.
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and Philosophical factors)
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa
mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status pernikahan, persepsi
dan cara pandang pasien terhadap kesehatan atau penyebab penyakit.
3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social factors)
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap
dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga,
hubungan pasien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh
keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat
misalnya : ikut kelompok olah raga atau pengajian.
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah :
posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang digunakan, bahasa
non verbal yang ditunjukkan pasien, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan,
makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa
dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit
apabila sudah tergeletak dan tidak dapat pergi ke sekolah atau ke kantor.
5. Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit (Political and Legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan
transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti jam berkunjung, pasien harus memakai
baju seragam, jumlah keluarga yang boleh menunggu, hak dan kewajiban pasien, cara
pembayaran untuk pasien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan pasien,
sumber biaya pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat pendidikan
pasien dan keluarga, serta jenis pendidikannnya.

B. Diagnosa Keperawatan

Perawat merumuskan masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah :

- Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin berbagi
sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.
- Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang bergantung pada
ketiga aspek tersebut.
- Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun kehidupan social
dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian, kekeluargaan dan ekonomi yang
sangat besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan

C. Perencanaan dan Implementasi


Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga strategi
sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :
- Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care preservation/maintenance) bila
budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan,
- Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau
negotiations) apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan
- Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care repartening /
recontruction).

Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan :

1. The goal of culture care preservation or maintenance :


o Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat
pasien. Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama seperti ustad
di mesjid.
o Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang mengatakan
bahwa dosa di masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya dan mendapatkan
pertolongan dari hasil berkonsultasi kepada " dukun" yang memindahkan
beberapa kutukan kepadanya.
o Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan
teman-temannya yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.
2. Culture Care accommodation or Negotiation:
o Perawat merencanakan kordinasi dengan tata kota untuk memperbaiki
lingkungan yang tidak sehat dan selokan yang meluap di halaman tetangga
pasien.
o Perawat lain (yang merawat Pasien) akan mengidentifikasi dan menetapkan
obat-obatan untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan
pada pasien.
3. Culture care Repatterning or restructuring:
o Kepedulian akan aspek social budaya perlu untuk dipertimbangkan, seorang
ahli diet akan dikirim untuk menyusun menu pasien dan mengatasi anemia
yang dialami.
o Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan merokok,
penyuluhan tentang pengaruh rokok terhadap, dan anjurkan para perokok
untuk merokok di luar ruangan.

Anda mungkin juga menyukai