KELOMPOK 3
NAMA KELOMPOK
2020
Definisi Teori Sunrise Model
Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang pemberian
traskultural. Konsepnya “ sunrise model ” di publikasikan di berbagai buku dan artikel jurnal
dan menarik banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang kemudian
diakui publik pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat
psikiatrik, Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli
antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai kultur dan subkultur. Bersama
dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan penelitian terhadap fenomena pemberian asuhan
dan perilaku pemberian asuhan lebih dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia.
Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan
bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Inti dari teori yang dikembangkan oleh M.Leininger , yaitu :
a. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok
yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki
jalan hidup dan kondisinya.
b. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok
tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan,
dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.
c. Asuhan transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari
norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan
bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan
tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau kondisinya, dan belajar
menerima batasan-batasan.
d. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara hidup
kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat
muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau sumber kultur
tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai-nilai dan
norma-norma budaya tertentu tentang kematian, kesehatan, seksualitas, dan lain
sebagainya.
e. Universalitas asuhan kultural
Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural merujuk
pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat berupa tindakan-
tindakan seperti tersenyum, dan memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan
primer.
Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.
Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan
dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.
Model matahariterbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transcultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan
budaya serta struktur social yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur social tersebut menurut Leininger dipengaruhi oleh tujuh
factor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, factor social dan kekebaratan, nilai budaya
dan gaya hidup, politik dan hokum ekonomi, dan pendidikan.
Lingkungan Dalam tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien harus
memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan yaitu :
Pengkajian
Adalah suatu proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai latar belakang budayanya.(andrew & boyle, 1995 ; giger & davidhizar, 1995 ; kozier
& erb, 1995).
Ada tujuh komponen dimensi budaya dan struktur sosial yang saling berinteraksi,yaitu :
1. Pemanfaatan teknologi kesehatan
2. Agama dan filosofi
3. Keluarga dan sosial
4. Nilai budaya dan gaya hidup
5. Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
6. Status ekonomi
7. Latar belakang pendidikan klien
Diagnosis keperawatan
Respon klien sesuai latar belakang budaya yang dapat diubah dan dibenarkan jika itu
tidak menyimpang.
Perencanaan dan Implementasi
Suatu proses memilih strategi keperawatan yang tepat dan melaksanakan sesuai
tindakan dengan latar belakang budaya pasien. Ada tiga penawaran sebagai strategi pedoman
yaitu mempertahankan budaya bila pasien tidak bertentangan dengan kesehatan ,negosiasi
budaya yaitu intervensi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatanya ,dan restrukturisasi budaya klien karena
budaya yang dimiliki saat ini betentangan dengan kesehatannya.
Dengan perencanaan dan implementasi yang matang diharapkan hubungan perawat-
klien yang bersifat teraupetik akan menciptakan kepuaasan klien dan membangkitkan energy
kesembuhan (McClosec & Grace ,2001 )
Evaluasi
Suatu metode dan ketrampilan untuk menentukan kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan memberikan pelayanan sesuai keinginan individu(posovac,1980 dalam
sahar,1998).dalam asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
dalam mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,negosiasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan , dan restrukturisasi budaya yang bertentangan
dengan kesehatan.
Kelebihan :
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan
kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori trancultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan
yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan
praktek keperawatan .
Kelemahan :
1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
- Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin berbagi
sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.
- Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang bergantung pada
ketiga aspek tersebut.
- Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun kehidupan social
dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian, kekeluargaan dan ekonomi yang
sangat besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan