Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TUNAWICARA

Diajukan untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah Bimbingan Anak


Berkebutuhan Khusus

Disusun Oleh:
Esa Nurlaela 06.316.1111.156
Rosi Windiyani Rahayu 06.316.1111.160

Semester VII PGSD D

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI


TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
materi TUNA WICARA yang merupakan salah satu syarat untuk menentukan dan
memperoleh nilai pada Mata Kuliah Keminatan Bimbingan Anak Berkebutuhan
Khusus di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Sukabumi.
Seiring dengan itu, Kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Ibu
Dosen yang memberikan Mata kuliah ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan kesehatan serta rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan pembuatan Makalah di masa yang akan datang. Akhir kata semoga
Makalah ini dapat berguna bagi Kami khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Sukabumi, November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

hal

1
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii
BAB I IDENTIFIKSASI
A. TunaWicara 1
B. Jenis-jenis Anak Tuna Wicara 6
C. Data Anak Tuna Wicara di Indonesia 6

BAB II IMPLIKASI PEMBELAJARAN TERHADAP TUNAWICARA


A. Akademis 8
B. Binadiri 9
C. Cara untuk Membantu Anak Tuna Wicara 10
D. Pendekatan Pengajaran 11

BAB III KONDISI DI SUKABUMI DAN FENOMENA


A. Sejarah Pembentukan SLBA Budi Nurani Kota Sukabumi 13
B. SDN Rambay Kulon Seleenggarakan Sekolah Inklusif 15
C. Penyandang Cacat Di Sukabumi Dapat Keterampilan 16
D. Jumlah Data Penyandang Cacat Kecamatan Baros Kota
Sukabumi 17

BAB III KONDISI DI SUKABUMI DAN FENOMENA


A. Kesimpulan 18
B. Opini 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN

2
BAB I
IDENTIFIKASI

A. Tuna Wicara
1. Pengertian Tuna Wicara
Menurut Heri Purwanto dalam buku Ortopedagogik Umum (1998) tuna
wicara adalah apabila seseorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan
(artikulasi) bahasa maupun suaranya dari bicara normal, sehingga menimbulkan
kesulitan dalam berkomunikasi lisan dalam lingkungan.
Sedangkan menurut Menurut Frieda Mangunsong, dkk dalam Psikologi dan
Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna wicara atau kelainan bicara adalah hambatan
dalam komunikasi verbal yang efektif. Kemudian menurut Dr. Muljono
Abdurrachman dan Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan Luar Biasa Umum (1994)
gangguan wicara atau tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara,
artikulasi dari bunyi bicara, dan atau kelancaran berbicara.
Bila dibandingkan dengan anak cacat lainnya, penderita tunawicara cenderung
tergolong yang paling ringan, karena secara lahiriah mereka tidak kelihatan memiliki
kelainan dan tampak seperti orang normal.
Salah satu penyebab yang paling sering terjadi pada tunawicara adalah
gangguan pendengaran yang tidak terdeteksi secara dini, karena permasalahan paling
mendasar yang dialami seorang tuli adalah kurang mendapat stimulasi bahasa sejak
lahir.
Masalah yang utama pada diri seorang tunawicara adalah mengalami
kehilangan atau terganggunya fungsi pendengaran (tunarungu) dan atau fungsi bicara
(tunawicara), yang disebabkan karena bawaan lahir, kecelakaan maupun penyakit.
Umumnya anak dengan gangguan dengar (wicara) yang disebabkan karena faktor
bawaan (keturunan/genetik) akan berdampak pada kemampuan bicara Walaupun
tidak selalu. Sebaliknya anak yang tidak atau kurang dapat bicara umumnya masih
dapat menggunakan fungsi pendengarannya walaupun tidak selalu.
Beberapa tanda khusus pada anak sekolah yang menderita tunawicara adalah:
sulit mengikuti percakapan normal, selalu memperhatikan mimik atau bibir lawan
bicara, sering menghindar dari percakapan, suka menyendiri, bicara keras, nada
bicara tidak normal, tidak lancar, dan menggunakan bahasa isyarat.

1
2. Faktor Penyebab Tuna Wicara
Drs. Sardjono mengutip (Moh. Amni dkk,1979,hal 23), Anak tunawicara dapat
terjadi karena gangguan ketika :
a. Sebelum anak dilahirkan/masih dalam kandungan (pre natal). Ada pun
gangguan pre natal, yaitu sebagai berikut:
1) Hereditas (keturunan)
Yaitu apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara
keluarga terdapat tunawicara atau membawa gen tunawicara sehingga
ketika lahir anak tersebut memiliki gangguan tunawicara. Ini disebut
dengan tuli genetis. Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat
menyebabkan abnormalitas pada kelahiran anak.
2) Anoxia
Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan kerusakan pada
otak dan syaraf yang menyebabkan ketidaksempurnaan organ salah
satunya aorgan bicara seperti pita suara,tenggorokan,lidah,dan mulut.
b. Pada waktu proses kelahiran dan baru dilahirkan (umur neo natal). Adapun
gangguan neo natal, yaitu sebagai berikut:
1) Prematur
Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir
dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan
kebisuan yang kadang disertai ketulian. Kurangnya berat pada ketika
lahir juga dapat menyebabkan jaringan-jaringan.
c. Setelah dilahirkan (pos natal). Adapun gangguan pos natal, yaitu sebagai
berikut:
1) Infeksi
Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya campak yang
menyebabkan tuli preseftik,virus akan mennyerang cairan
koklea,menyebabkan anak menderita otitis media (koken). Akibat yang
sama akan terjadi bila anak menderita scaerlet fever,dipteri, batuk hejang
atau tertular sifilis.
2) Meningitis (radang selaput otak)
Penderita akan mengalami kelainan pada pusat syaraf pendengaran dan
akan mengalami ketulian perseptif.

2
3) Infeksi alat pernafasan
Seseorang dapat menjadi tuna wicara apabila terjadi gangguan pada
organ pernafasan seperti paru-paru, laring, atau gangguan pada mulut dan
lidah.
Kelainan bahasa dan bicara seringkali berkaitan dengan kelainan yang lain.
Frieda Mangunsong dkk dalam buku Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa
mengutip Nelson (1993) secara spesifik mengemukakakn faktor-faktor yang
berkaitan dalam bicara yaitu :
a. Faktor Sentral
Yaitu berhubungan dengan susunan syaraf pusat,yaitu:
1) ketidakmampuan berbahasa secara spesifik
2) keterbelakangan mental
3) luka otak (brain injury)
4) autism
5) defisit dalam hal perhatian dan hiperaktivitas, dll
b. Faktor Periferal
Berhubungan dengan gangguan sensoris atau fisik,yaitu:
1) Gangguan pendengaran
2) Gangguan penglihatan
3) Gangguan fisik
c. Faktor Lingkungan
Disebabkan oleh faktor lingkungan dan psikologik, seperti:
1) Penyia-nyian dan penganiayaan
2) Masalah perkembangan perilaku dan emosi
d. Faktor campuran
Yaitu kombinasai atau gabungan dari faktor-faktor diatas. Dalam buku
Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa (1998) Frieda Mangunsong dkk
mengemukakan Tunawicara juga dapat disebabkan oleh :
1) Gangguan kelancaran bicara
Gangguan kelancaran bicara sering disebut dengan gagap. Gagap dapat
disebabkan berbagai faktor yaitu : gangguan emosi, kerusakan otak,
kerusakan syaraf, gangguan organ bicara.
2) Kelainan artikulasi
Kelainan artikulasi adalah keadaan dimana suara bahasa diganti,
dihilangkan, dirambah atau didistorsikan. Kelainan ini disebabkan dari

3
kesalahan memproduksi bunyi yang mengakibatkan kebiasaan.
Kesalahan memproduksi suara diakibatkan karena koordinasi otot-otot
mulut dan wajah yang tidak kuat. Selain itu kelainan artikulasi juga
disebabkan oleh lingkungan anak, karena seorang anak belajar berbicara
melalui proses peniruan atau imitasi, jika dalam lingkungannya terdapat
kesalahan dalam artikulasi makan kemungkinan anak tersebut juga akan
mengalami kesalahan dalam artikulasi.
3) Kelainan suara
Kelainan suara dapat disebabkan oleh penyakit seperti laringitis yang
menyebabkan suara menjadi serak, terdapat tumor pada pita suara,
kelainan pada pitch atau tinggi rendahnya nada. Suara terlalu tinggi,
rendah, atau monoton
4) Kelainan bahasa
Kelainan bahasa disebabkan disfungsi susunan syaraf pusat atau
kerusakan susunan syaraf pusat yang secara medis sulit diperbaiki.

3. Klasifikasi Tunawicara
Dalam buku Ortopedagogik Umum (1998), Heri Purwanto mengemukakan
tunawicara secara umum diklasifikasikan menjadi 4 bagian,yaitu:
a. Keterlambatan bicara (Delayed speech )
Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan
bicaranya jika dibandingkan dengan anak seusianya.
b. Gagap (stuttering)
Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa
1) Pemanjangan fonem atau suku kata depan (prolongation),
2) Pengulangan suku kata depan ( repetition ),
3) Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara ( silent struggle ),
4) Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa
bicara terlalu cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi berlebihan.
c. Kehilangan kemapuan berbahasa(disphasia).
Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan dalam inti
pembicaraan sampai tidak dapat bebicara sama sekali.
d. Kelainan suara(voice disorder)
Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal. Adapun kelainan suara
berupa:

4
1) Kelainan nada (pitch)
Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau
monoton.
2) Kelainan kualitas suara
Kelainan kualitas atau warna suara berupa serak, lemah, atau desah.
3) Kelainan keras lembutnya suara.
Kelainan ini dapat berupa suara keras ataupun suara lembut.

4. Karakteristik tuna wicara


Menurut Heri Purwanto dalam Ortopedagogik umum (1998) yang merupakan
karakterisktik anak tunawicara adalah :
a. Karakteristik bahasa dan wicara
Pada umumnya anak tunawicara memiliki kelambatan dalam perkembangan
bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak
normal.
b. Kemampuan intelegensi
Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya
pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya
c. Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku
Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan
komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan
dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara terkesan agak eksklusif
atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
Sedangkan yang merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak tunawicara adalah:
Berbicara keras dan tidak jelas, Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman
bicaranya, Telinga mengeluarkan cairan, Biasanya Menggunakan alat bantu dengar,
Bibir sumbing, Suka melakukan gerakan tubuh, Cenderung pendiam, Suara sengau,
dan Cadel.

5. Hambatan yang dialami anak tunawicara


Anak tunawicara memiliki keterbatasan dalam berbicara atau komunikasi
verbal, sehingga mereka memiliki hambatan dan kesulitan dalam berkomunikasi dan
menyampaikan apa yang ingin mereka rasakan. Kesulitan dalam berkomunikasi akan
semakin parah apabila anak tunawicara ini menderita tungarungu juga. Adapun
hambatan-hambatan yang sering ditemui pada anak tuna wicara:

5
a. Sulit berkomunikasi dengan orang lain.
b. Sulit bersosialisasi.
c. Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.
d. Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder.
e. mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan
kematangan sosial.1

B. Jenis-jenis Anak Tuna Wicara


Anak dengan gangguan dengar/wicara dikelompokan sebagai berikut :
1. Ringan (20 30 db)
Umumnya mereka masih dapat berkomunikasi dengan baik, hanya kata-kata
tertentu saja yang tidak dapat mereka dengar langsung, sehingga pemahaman
mereka menjadi sedikit terhambat.
2. Sedang (40 60 db)
Mereka mulai mengalami kesulitan untuk dapat memahami pembicaraan orang
lain, suara yang mampu terdengar adalah suara radio dengan volume maksimal
3. Berat/parah (di atas 60 db)
Kelompok ini sudah mulai sulit untuk mengikuti pembicaraan orang lain, suara
yang mampu mereka dengar adalah suara yang sama kerasnya dengan jalan
pada jam-jam sibuk. Biasanya kalau masuk dalam kategori ini sudah
menggunakan alat bantu dengar, mengandalkan pada kemampuan membaca
gerak bibir, atau bahasa isyarat untuk berkomunikasi.2

C. Data Anak Tuna Wicara di Indonesia


Data dari Depsos bersama BPS dalam Susenas pada tahun 1995 yang
dilaporkan dalam Statistik Kesehatan di daerah Jawa Barat penyandang tuna wicara
berjumlah 121,541 jiwa dan di Indonesia berjumlah 603,740 jiwa.
Kemudian jumlah orang dengan disabilitas diperkirakan lebih dari 6 juta jiwa
atau sekitar 3.2% dari perkiraan jumlah penduduk waktu itu, yaitu 194,754,808 jiwa.
Pada tahun 1998, BPS melaporkan jenis kecacatan yang sama tetapi dengan angka
prevalensi yang jauh lebih kecil dalam SUSENASnya, yaitu:

1 http://fathinfauziah.blogspot.com/2012/11/makalah-anak-tunawicara.html

2 https://www.facebook.com/bloggerende/posts/356777034388439

6
Tabel Jumlah Orang dengan Kecacatan berdasarkan Penyebab, Propinsi dan
wiayah Kota/Desa 1998.3
Kongenital Kecelakaan Penyakit Total
Propinsi
Kota Desa K+D Kota Desa K+D Kota Desa K+D
10331
Jawa Barat 27614 52751 80365 11790 17266 29056 31677 71637 4 212735
Pada tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) menyajikan data statistik
disabilitas dalam SUSENAS 2009 dengan kategori kecacatan dengan jumlah total
adalah 2.126.998 jiwa di Indonesia. Khususnya untuk Tuna Wicara terdapat data 7,12
% (Jumlah %) dan 151.427,09 jiwa (Jumlah Jiwa).4

3 http://aid.dfat.gov.au/Publications/Documents/pwd-sit-bahasa.pdf

4 https://www.academia.edu/6325763/PUSAT_PERAWATAN_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS

7
BAB II
IMPLIKASI PEMBELAJARAN TERHADAP TUNAWICARA

A. Akademis
Anak tuna wicara perlu di tampung dan diberi pendidikan seperlunya
disesuaikan dengan ketunaannya. Sekolah yang khusus menanpung anak tuna wicara
disebut sekolah luar biasa bagian B. (SLB B). Berpangkal pada ketentuan-ketentuan
bahwa :
-segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahaan.. (pasal 27 ayat 1 UUD 45). Kemudian bahwa : tiap-tiap Warga
Negara berhak mendapatkan pengajaran ( pasal 31 ayat 1 UUD 45). Juga dalam uu
no.12 tahun 1954 sebagai undang-undang pokok pendidikan, menetapkan antara lain
sebagai berikut :
1. Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam
pancasila, undang-undang dasar nedara republic Indonesia dan atas kebudayaan
kebangsaan (bab III, pasal 4 )
2. Pendidikan dan pengajar luar biasa di berikan dengan khusus untuk mereka
yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2)
3. Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud pada orang-orang yang dalam
keadaan kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya, supaya mereka dapat
memiliki kehidupan lahir batin yang layak (pasal 7 ayat 5).
Berdasarkan pedoman pelaksanaan kurikulum slb untuk tuna rungu wicara
bagian B tahun 1977 buku III A 1 dijelaskan kurikulum SLB / B 1976 mengarahkan
pada suatu pengajaran bahasa untuk membentuk tuna rungu wicara yang memiliki
sikap dan bagian mata, dimana diperhatikan ke seluruhan hidup manusia yang cacat
pendengaran dengan segala akibatnya dan kekhasannya sebagai manusia Pemata
dan diusahakan menyusun hubungan pengertian yang akumulatif dengan keadaan
hidup sesengguhnya, yang mencakup kenyataan dan lingkunagan sekitar, tetapi
tugastugas sosial, budaya dana politik dalam masyarakat.5
Terdapat tahapan perkembangan dalam sistem layanan pendidikan untuk
pendidikan luar biasa. Yaitu:
1. segregasi. Sistem ini adalah sistem pendidikan yang dikhusus untuk anak luar
biasa saja, tanpa kehadiran anak normal. sistem ini paling lama dilakukan.

5 http://fathinfauziah.blogspot.com/2012/11/makalah-anak-tunawicara.html

8
2. Integrasi. Sistem ini muncul setelah para praktisi pendidikan menyadari
berbagai kelemahan dalam pelaksanaan sistem pertama. Yakni sistem dengan
penyatuan anak penyandang kelainan terkategori ringan dengan anak normal
dalam suatu kelas sama atau sekolah reguler.
3. Inklusi. Sistem ini memperbolehkan anak penyandang kelainan untuk dapat
belajar di mana pun yang dia inginkan di sekolah reguler. Yakni di dalamnya
terdapat anak berkelainan dan anak normal dalam satu atap yang mana setiap
kebutuhan anaklah yang diutamakan untuk dipenuhi dan disesuaikan.6
Adapun tujuan pendidikan bagi tuna rungu wicara agar anak dalam proses
belajar mengajar dapat secara langsung berhadapan secara tatap muka agar siswa
dapat :
1. Menangkap bentuk ucapan dana pembendahraan kata.
2. Menambah bentuk ucapan ungkapan.
3. Menambah ucapan kalimat.
4. Menambah keseluruhan isi cakapan.
5. Memanfaat sisa pendengaran.

B. Bina Diri
Bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang
dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan
terprogram terhadap individu yang membutuhkan layanan khusus, yaitu individu
yang mengalami gangguan koordinasi gerak-motorik, sehingga mereka dapat
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan meminimalisasi dan atau
menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitasnya. Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai bina diri untuk tuna wicara,
yaitu sebagai berikut:
1. Latihan Artikulasi
Artikulasi adalah gerakan otot-otot dari langit-langit, rahang lidah dan bibir
yang perlu untuk bicara. (Drs.Sardjono,1990, Ortopedagogik tuna rungu-
wicara). Sardjono mengutip De vreede Varekamp (1973) ada 4 latihan yang
perlu dilakukan dalam membantu anak tunawicara, yaitu
a. Latihan meniup
b. Latihan bibir

6 http://nurrohmahblogger.blogspot.com/2013/11/bimbingan-anak-berkebutuhan-khusus-
babk.html#sthash.T9RIThmr.dpuf

9
c. Latihan lidah
d. Latihan velum (untuk anak yang berbicara sengau)
2. Terapi Wicara (speech therapy)
Yaitu pengembangan kemampuan bicara anak tuna wicara dengan melatih
pengucapan oral ( mulut ).
3. Speech development
Yaitu pengembangan kemampuan bicara. Anak tunawicara dapat diajar
berbicara. Dalam masyarakat masih banyak orang yang berfikir bahwa anak
tuna wicara tidak dapat membawa suara. Pendapat ini salah sebab anak tuna
wicara dapat bersuara. Hal ini tergantung melatih suara tersebut untuk
berbicara.
4. speech Improvemen
Yaitu segala macam usaha yang berhubungan dengan pengembangan
kemampuan bicara. Contoh : grammar, spelling, reading, dam comprehension.
Setelah anak terbiasa mengucapkan kata-kata dengan baik maka perlu
peningkatan bicara dengan menambah beberapa perbendaharaan kata.
5. Speech correction
Yaitu suatu pembetulan bicara yang berbau terapi, dengan cara membetulkan
dan mengoreksi istilah-istilah yang tidak benar.
6. Speech education
Yaitu pendidikan bicara dan berbahasa.

C. Cara untuk membantu anak tunawicara adalah :


1) Bicara harus jelas dengan ucapan yang benar
2) Gunakan kalimat sederhana dan singkat
3) Gunakan komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan
4) Gunakan pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan
5) Bicara berhadapan muka
6) Latihan gerak bibir dengan cermin
7) Latihan menggunakan bahasa isyarat.7

7 http://fathinfauziah.blogspot.com/2012/11/makalah-anak-tunawicara.html

10
D. Pendekatan Pengajaran
Selain itu Menurut Smith (2009, hal. 283), terdapat tiga dasar pendekatan
pengajaran alternatif bagi siswa dengan penyandang tuna rungu dan tuna wicara.
1. Metode manual
Metode manual terdiri dari dua komponen dasar, yaitu bahasa isyarat (sign
language) dan finger spelling.
2. Bahasa isyarat.
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia yang dibakukan merupakan salah satu media
yang membantu komunikasi sesama tuna rungu dan tuna wicara ataupun
komunikasi tuna rungu dan tuna wicara di dalam masyarakat yang lebih luas.
Wujudnya adalah tatanan yang sistematis bagi seperangkat isyarat jari, tangan,
dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa kata bahasa Indonesia.Isyarat
yang dikembangkan di indonesia secara umum mengikuti tata/aturan isyarat
sebagaimana yang telah dikemukakan mengenai aspek linguistik bahasa
isyarat. Berikut adalah contoh bahasa isyarat.
3. Abjad Jari (Finger Spelling/Finger Alphabet)
Secara harfiah, abjad jari merupakan usaha untuk menggambarkan alpabet
secara manual dengan menggunakan satu tangan.
Abjad jari adalah isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan (tangan kanan
atau tangan kiri) untuk mengeja huruf atau angka. Bentuk isyarat bagi huruf
dan angka di dalam SIBI serupa dengan International Manual Alphabet. Abjad
jari digunakan untuk mengisyaratkan nama diri, mengisyaratkan singkatan atau
akromin , dan mengisyaratkan kata yang belum ada isyaratnya.
4. Metode oral
Pendekatan oral menekankan pada pembimbingan ucapan dan pembacaan
ucapan. Para pendidik kebutuhan khusus yang setuju dengan metode ini
memandang bahwa ketergantungan pada bahasa isyarat dan abjad jari membuat
eksklusi penyandang tuna rungu dan tuna wicara. Kurangnya orang yang
tertarik untuk menggunakan dan memahami komunikasi manusia juga seakan-
akan mebatasi mereka yang menggunakan metode ini sebagai alat utama
komunikasinya.
Metode oral membantu siswa untuk lebih memahami ucapan orang lain. Siswa
akan dilatih untuk memperhatikan gerak bibir, posisi bibir, serta gigi agar dapat
memahami apa yang sedang diucapkan. Penyandang tuna rungu juga diajari

11
cara membaca isyarat-isyarat seperti ekspresi wajah yang akan memudahkan
mereka berkomunikasi.
5. Metode komunikasi total
Metode komunikasi total ada penggabungan kedua metode sebelumnya.
Metode ini dipopulerkan oleh lembaga Maryland School for the Deaf.
Lembaga ini membuat gerakan dengan menghapuskan perbedaan teoritis dan
metodologis antara pendekatan oral dan manual.
Komunikasi total memuat spektrum model bahasa yang lengkap, membedakan
gerakan/mimic tubuh anak, bahasa isyarat yang formal, belajar berbicara,
membaca ucapan, abjad jari, serta belajar membaca dan menulis. Dengan
komunikasi total, anak tuna rungu dan tuna wicara memiliki kesempatan untuk
mengembangkan dirinya.
Lebih lanjut, Bastable (1997) juga memberikan pendapat yang sama.
Menurutnya, strategi pendidikan yang cocok bagi penyandang tuna rungu dan
tuna wicara antaralain melalui membaca isyarat, membaca gerak bibir,
verbalisasi oleh lawan bicara dan strategi tertulis.8

8 http://anandaleo.blogspot.com/2011/12/tuna-rungu-tuna-wicara.html

12
BAB III
KONDISI DI SUKABUMI DAN FENOMENA

A. Sejarah Pembentukan SLBA Budi Nurani Kota Sukabumi


Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya olah pikir manusia tentang
memaknai pentingnya arti suatu pendidikan secara formal dewasa ini muncul
berbagai istilah sebagai respon pemerintah dalam mengaktivasikan betapa
pentingnya arti sebuah pendidikan terlepas dari ada dan tidak adanya suatu Jordan
keterbatasan, istilah-istilah tersebut di khususkan bagi mereka yang secara fisik
memiliki keterbatasan. Beberapa istilah tersebut antara lain : penyandang cacat
(penca) yang pada akhirnya mengalami perkembangan bahasa menjadi anak
berkebutuhan khusus (ABK), pendidikan internasi dan pendidikan intusif.
Beberapa istilah itu banyak di gunakan di beberapa sekolah yang mana di
dalamnya mereka dapat menerima sejumlah siswa yang secara aksesibilitasnya
memiliki keterbatasan. Sekolah-sekolah tesebut berkembang sampai ke daerah-
daerah kecil seperti halnya kota Sukabumi. Namun beberapa tahun jauh sebelum
berkembangnya pendidikan/penanganan secara khusus kepada anak berkebutuhan
khusus maka secara mendasar mereka harus mendapatkan pendidikan dasar sebagai
wujud kesesuaian mereka dengan dunia pendidikan. Terlebih penyandang cacat di
pandang sebagai seseorang yang tidak mampu untuk melakakukan berbagai aktivitas
dan kreativitas mereka, kehadiran mereka hanya menambah beban dan masalah
terutama bagi keluarga mereka tidak sedikit mereka terkucilkan dari masyarakat serta
tidak jarang mereka di eksploitasikan di jadikan sebagai budak untuk merauk segala
keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,
melihat hal demikian salah seorang pakar pendidikan yang saat itu beliau menjabat
sebagai Dosen Trisakti Bpk. Prof. Dr. Ahmad Tagor berinisiatif untuk mendirikan
sekolah luar biasa (SLB) yang bertempat di kota Sukabumi.
Di awal tahun 70an perealisasian rencana tersebut terbentuk dengan
didirikannya SLB dibawah naungan Yayasan Budi Nurani yang berlokasi di Jalan
Babakan Sirna No.116, di Sekolah tersebut di kembangkan pendiidkan bagi anak
yang memliki klasifikasi kecacatan tuna wicara/tuli,bisu (tuna rungu yang di
lambangkan dengan B) dan mereka yang memiliki kecacatan keterbelakangan mental
(tuna grahita) yang di lambangkan dengan C.
Pada perkembangan selanjutnya karena di rasakan betapa petingnya
penanganan bagi mereka yang memili keterbatasan penglihatan maka pada tahun

13
1985 di bentuklah sekolah luar biasa yang menapung siswa-siswa yang memiliki
klasifikasi cacat netra yang dilambangkan dengan A ( SLBA ) yang berkerja sama
dengan beberapa lulusan pendidikan luar biasa UPI dan UNINUS Bandung yang
berlokasi di Jalan Otista No. 103 dengan kepala sekolahnya pada saat itu yakni Drs.
Syarif Hidayat dan ketua Yayasan yang di pegang oleh Dra. Raharja yang merupakan
istri dari Bapak Muhammad Tagor. Di sekolah tersebut menampung sejumlah 2 orang
siswa dengan satu orang tenaga pengajar.
Dalam mengikuti proses belajar mengajar mereka menggunakan lahan garasi
mobil rumah Ibu Raharja yang pada waktu pagi hari di rubah menjadi klas untuk
mereka belajar disana. Di awal tahun 1986 lokasi sekolah tersebut di pindahkan ke
kawasan Citamiang kecamatan Baros Kota Sukabumi yang mengalami peningkatan
dengan lima orang siswa dan tiga orang tenaga pengajar dan tepat di bulan Desember
1986 lokasi SLBA Nurani di alihkan ke Jalan Lio Belandongan Komplek Propelat
No.216 sebagian tanah tersebut merupakan wakaf dari Ibu Teja Ningsih Anwari yang
mana beliau pada saat itu sebagai istri bupati Kabupaten Sukabumi dan sebagian
yang lainya merupakan pemberian dari Alumni STIGH Holand Belanda, sejak saat
itu SLBA berani tumbuh dan berkembang seiring dengan meningkatnya Jumlah para
siswa dan para pendidik yang membina sekaligus mengarahkan siswa-siswa mereka
memberikan pengajaran baik secara formal maupun nonformal dan pula di bekali
dengan keterampilan untuk keberlangsungan hidupnya di masa mendatang sebagai
lulusan SLB yang kreatif mandiri dan Inofativ dan SLB tersebut bermitra dengan
bebepa donator dari perusahaan baik di dalam maupun di luar Kota berbagai Instansi
Pemerintahan, beberapa LSM, dan beberapa donator perseorangan yang secara ikhlas
menyumbangkan/membantu bagi keberlangsungan panti dan sekolah tersebut berkat
hasil kerja keras dan ke gigihan para pengajarnya tersebut seiring dengan
mewujudkan persamaan dan keseragaman pendidikan yang di programkan
pemerntah maka mulai tahu 1995 lulusan SLTP LN Budi Nurani melanjutkan
pendidikannya di SMU PGRI 1 Baros dan sejak saat itu pihak sekolah menggandeng
dengan beberapa sekolah yang lain seperti SMU N 4 Kota Sukabumi, SMU
Muhammadiyah Bayangkara dan MAN 1 Kota Sukabumi yang sampai pada saat ini
masih menjadi mitra SLBA Budi Nurani di samping itu bagi beberapa lulusan SLBA
Budi Nurani setelah mereka menamatkan pendidikannya dari SMU maka mereka
dapat melanjutkan Pendidikan di Perguruan Tinggi yang sampai pada saat ini tercatat

14
bebepara Perguruan Tinggi baik swasta maupun Negeri yang membina lulusan dari
sekolah tersebut.9

B. SDN Rambay Kulon Selenggarakan Sekolah Inklusif


Seiring berkembangnya pendidikan hingga ke Kabupaten Sukabumi maka,
sebagai peran serta untuk mengembangkan pendidikan dan mengingatnya bahwa
pendidikan sangat penting, sehingga Sekolah Dasar Negeri (SDN) Rambay Kulon
yang berlokasi di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu
SDN Model Inklusif dari 11 SDN di Kabupaten Sukabumi yang menyelengarakan
pendidikan inklusif. Sekolah Model Inklusif adalah sekolah yang mengijinkan
peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus untuk dapat belajar di kelas
pendidikan umum.
Pendidikan inklusif itu sendiri pada hakekatnya adalah bagaimana memahami
segala kesulitan pendidikan yang dihadapi oleh peserta didik. Mereka mendapat
kesulitan untuk mengikuti beberapa kurikulum yang ada, atau tidak mampu
mengakses cara baca tulis secara normal, atau kesulitan mengakses lokasi sekolah
dan sebagainya.
Namun perlu diketahui pula bahwa tidak semua anak berkebutuhan khusus
sesuai untuk mengenyam pendidikan di sekolah inklusi. Hal ini terkait dengan
keadaan yang dialami anak, merujuk pada Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006
bahwa tidak semua anak berkebutuhan khusus layak untuk bersekolah di sekolah
inklusif.
Ditemui Koran KP di ruang kerjanya beberapa waktu lalu, Kepala SDN
Rambay Kulon, Yudi Cucu Supriadi, S.Pd.,MM menuturkan, sekolah inklusi
memiliki arti sebagai sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan
sekolah yang semakin terbuka, yaitu dengan mengajak masuk dan mengikutsertakan
semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan,
status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya.
Konsep terbuka dalam sekolah inklusi, tambah Yudi, berarti semua orang yang
tinggal, berada dan beraktivitas dalam lingkungan sekolah merasa aman dan nyaman
serta mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya. Jadi, sekolah inklusi
adalah sekolah yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan dan menyenangkan

9 http://inovationsmart.blogspot.com/2010/10/sejarah-pembentukan-slba-
budi-nurani.html

15
karena setiap warga sekolah tanpa terkecuali saling menghargai dan merangkul setiap
perbedaan, jelas Yudi.
Lebih lanjut Yudi mengatakan, saat ini dari 249 peserta didik di sekolahnya,
ada 32 anak yang berkebutuhan khusus rata-rata LD dan ID. Namun dari 32 anak
tersebut, ada yang benar-benar khusus, yakni satu orang tuna rungu, tuna wicara dan
tuna daksa, kemudian dua orang tuna grahita serta autis satu orang yang sekarang
sudah mulai mau mengikuti pelajaran.
Pendidikan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus, sambung Yudi,
tentunya sedikit berbeda meskipun mereka belajar dalam satu ruang kelas bersama
peserta didik lainnya. Hal ini disesuaikan dengan kemampuan peserta didik tersebut.
Pencapaian prestasi bagi anak berkebutuhan khusus, disesuaikan dengan
kemampuannya, tuturnya.
Dikatakan Yudi, dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, Sekolah Luar
Biasa (SLB) menjadi pusat sumber bagi sekolahnya. Mereka menjadi rujukan bahan
pengajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang belajar di sekolah yang ia
pimpin sejak tahun 2010 ini, sehingga ada komunikasi yang intensif antara SDN
Rambay Kulon dengan SLB. Kita terus bekerjasama dengan SLB dalam hal
pendidikan inklusif yang kami adakan ini, ujarnya.
Selain itu ia menambahkan, pihaknya pun mempersiapkan beberapa guru untuk
mengikuti berbagai macam pelatihan agar para guru tersebut memiliki kemampuan
yang mumpuni untuk mengajar anak-anak dengan kebutuhan khusus secara
maksimal. Pelayanan dan pendidikan bagi penyandang disabilitas adalah sebuah
keniscayaan yang harus kita lakukan, jika kita tidak ingin menjadi bangsa yang
tertinggal, tandasnya menurut Boy/Yahya.10

C. Penyandang Cacat di Sukabumi Dapat Keterampilan

Selain itu, sebagai bentuk perhatian dari pemerintah di Sukabumi, Sedikitnya


700 penyandang cacat mendapatkan pembinaan bidang keterampilan dari
Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sukabumi. Mereka tersebar di 47 kecamatan
meliputi penyandang tuna netra, tuna daksa, tuna rungu/wicara, tuna grahita,
tuna laras, dan autis.
Bidang keterampilan yang diberikan kepada ratusan penyandang cacat yang
tersebar di seluruh pelosok kecamatan itu di antaranya kerajinan tangan, menjahit,
dan memijat. Keterampilan yang dimilikinya tersebut agar dapat mengembangkan

10 http://korankp.blogspot.com/2014/06/sdn-rambay-kulon-selenggarakan-sekolah.html

16
potensi dirinya. "Pembinaan yang dilakukan berupa keterampilan praktis dalam
rangkaian memulihan kondisi fisik, psikis, dan mental," kata Kepala Bidang
Rehabilitasi dan Pembinaan Sosial Dinsos Kabupaten Sukabumi Deni Yudiana
kepada wartawan, Selasa (21/1/2014).
Menurut Deni, pemberian keterampilan dalam upaya menciptakan kemandirian
bagi para penyandang cacat tanpa harus menjadi pengemis. Sehingga para
penyandang cacat yang telah memiliki keterampilan dapat melaksanakan fungsi
sosial secara wajar dan baik di masyarakat. "Dalam rangka mewujudkan program
pembinaan ini kami juga bekerjasama dan berkoordinasi dengan Badan Diklat dan
dinas instansi lainnya untuk melatih para panyadang cacat tersebut," ujar dia.
Selanjutnya Deni menuturkan, selain memberikan pelatihan keterampilan dan
bimbingan pihaknya juga memberikan bantuan modal kepada para penyandang cacat.
Pemberian bantuan itu akan disesuaikan dengan keahlian sebagai sumber mata
pencahariannya. "Alhamdulillah sudah banyak juga para penyandang cacat yang
telah dibina sukses dalam usahanya. Bahkan juga ada yang mendapatkan prestasi,"
tutur Deni. [rni]11

D. Jumlah Data Penyandang Cacat Kecamatan Baros Kota Sukabumi


Jumlah penyandang cacat daerah kecamatan baros kota sukabumi yang
bersumber dari kantor kementrian agama kota sukabumi tahun 2012, yaitu:
penyandang cacat terbesar pada kategori jenis cacat netral sebanyak 30 orang, cacat
mental 16 orang dan cacat tubuh 10 orang. informasi jumlah penyandang cacat
terutama cacat fisik dapat digunakan untuk dasar perencanaan pembangunan
berbagai fasilitas umum yang ramah penyandang cacat, pelayanan fasilitas
penddikan, kesehatan, kesempatan kerja dan lain sebagainya. data siak mencakup
data tentang penyandang cacat ini. Cacat mental wicara meskipun kecil proporsinya
penyandang cacat harus menjadi perhatian penyandang cacat terbesar pada kategori
jenis cacat netral sebanyak 30 orang.12

11 http://www.inilahkoran.com/read/detail/2066771/penyandang-cacat-di-sukabumi-dapat-keterampilan

12
http://sukabumikota.bps.go.id/publikasi/kecamatan/statda/2013/010/files/search/searchtext.x
ml

17
BAB IV
KESIMPULAN DAN OPINI

A. Kesimpulan
Tunawicara merupakan individu yang mengalami kesulitan berbicara. Hal ini
dapat disebabkan oleh kurang atau tidak berfungsinya alat-alat bicara, seperti rongga
mulut, lidah, langit-langit dan pita suara. Selain itu, kurang atau tidak berfungsinya
organ pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kerusakan pada system
saraf dan struktur otot, serta ketidakmampuan dalam control gerak juga dapat
mengakibatkan keterbatasan dalam berbicara. Di antara individu yang mengalami
kesulitan berbicara ada yang sama sekali tidak dapat berbicara, dapat mengeluarkan
bunyi tetapi tidak mengucapkan kata-kata dan ada yang dapat berbicara tetapi tidak
jelas.
Upaya pemerintah yang menyediakan pendidikan dan layanan khusus untuk
anak-anak yang berkebutuhan khusus terutama bagi penyandang kebutuhan khusus
tunawicara adannya pelatihan yang diberikan seperti pelatihan bahasa isyarat dan
keterampilan praktis dalam rangkaian memulihan kondisi fisik, psikis, dan mental
yang telah dilaksanakan di daerah Kabupaten Sukabumi.

B. Opini
Dilihat dari sumber kondisi di Sukabumi, umumnya penyandang cacat
khususnya tuna wicara sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah berupa
program pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi mereka. Sehingga penyandang
tuna wicara bisa merasakan pendidikan seperti orang normal biasanya dan tidak
merasa bahwa mereka terbelakang serta beda dari yang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet:
http://fathinfauziah.blogspot.com/2012/11/makalah-anak-tunawicara.html

https://www.facebook.com/bloggerende/posts/356777034388439

https://www.academia.edu/6325763/PUSAT_PERAWATAN_ANAK_BERKEBUTU
HAN_KHUSUS

http://aid.dfat.gov.au/Publications/Documents/pwd-sit-bahasa.pdf

http://anandaleo.blogspot.com/2011/12/tuna-rungu-tuna-wicara.html

http://inovationsmart.blogspot.com/2010/10/sejarah-pembentukan-slba-budi-
nurani.html

http://korankp.blogspot.com/2014/06/sdn-rambay-kulon-selenggarakan-sekolah.html

http://www.inilahkoran.com/read/detail/2066771/penyandang-cacat-di-sukabumi-
dapat-keterampilan

http://nurrohmahblogger.blogspot.com/2013/11/bimbingan-anak-berkebutuhan-
khusus-babk.html#sthash.T9RIThmr.dpuf

http://sukabumikota.bps.go.id/publikasi/kecamatan/statda/2013/010/files/search/searchtext.x
ml

19
20

Anda mungkin juga menyukai