Anda di halaman 1dari 11

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, dengan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini, selanjutnya shalawat dan salam ke-Ruh
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang saat ini.

Setiap anak yang lahir di dunia adalah anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada
setiap orang tua. Adapun setiap anak terlahir dengan sempurna ataupun terlahir secara istimewa
memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari orang tua maupun lingkungan sekitar.

Salah satu anak luar biasa atau istimewa itu adalah anak tuna wicara. Anak  tunawicara,
mereka sebenarnya sama dengan anak normal pada umumnya tetapi mereka mempunyai hambatan
dalam berbicara. Dengan kondisi ini seperti ini maka pentingnya pemahaman yang harus dimiliki
setiap orang tentang tuna wicara agar anak mendapatkan hak yang sesuai dengan kebutuhannya.

Beranjak dari masalah diatas maka penulis akan membahas hal-hal yang mengenai anak
tunarungu. Adapun ruang lingkup dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Pengertian Tunawicara

2.      Faktor Penyebab Tuna Wicara

3.      Klasifikasi Tunawicara

4.      Karakteristik tuna wicara

5.      Hambatan yang dialami anak tunawicara

6.      Penanganan pada anak tuna wicara

7.      Pendidikan bagi anak tuna wicara

8.      Cara membantu tunawicara

9.      Dampak Gangguan Ketunawiraan

Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode Library Research dan


juga Analisis Content, yaitu merujuk langsung kepada sumber-sumber kepustakaan yang relevan
menurut Penulis kemudian penulis melakukan analisis dengan sumber-sumber yang ada.

Kemudian yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pribadi mata kuliah Anak Berkebutuhan Khusus, kemudian bertujuan untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang anak tunawicara.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca makalah ini demi
penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

B.       Pengertian Tuna Wicara

Menurut  Heri Purwanto dalam bukuOrtopedagogik Umum  tuna wicara adalah apabila


seseorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa maupun suaranya dari
bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi lisan dalam lingkungan. [1]

Sedangkan menurut Menurut Frieda Mangunsong,dkk dalam Psikologi dan Pendidikan Anak


Luar Biasa,  tuna wicara atau kelainan bicara adalah hambatan dalam komunikasi verbal yang efektif.
[2]Kemudian menurut Dr. Muljono Abdurrachman dan Drs.Sudjadi S dalamPendidikan Luar Biasa
Umum  gangguan wicara atau tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara,
artikulasi dari bunyi bicara, dan atau kelancaran berbicara.[3]

Tunarungu adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan dalam pendengaran
baik permanen maupun tidak permanen, karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebuttunawicara.[4]

Tunawicara (bisu) adalah mereka yang menderita gangguan berbicara sehingga tidak dapat
berbicara dengan jelas. Bisu disebabkan oleh gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan, pita
suara, paru-paru, mulut, lidah, dsb.. Tuna wicara (bisu) sering diasosiasikan dengan tuna rungu (Tuli)
karena ada sebuahsyaraf eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga mulut
adapun organ berbicara antara lain mulut,hidung,kerongkongan,batang tenggorokan,dan paru-

 
paru. Penghubung penting lainnya antara telinga dan mulut adalah saraf trigeminal, yang terhubung
ke otot martil, serta ke otot–otot yang memungkinkan kita mengunyah dan menutup mulut, yaitu
otot temporal dan otot masseter.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunawicara adalah individu yang
mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi.

C.      Faktor Penyebab Tuna Wicara

Sardjono mengutip Anak tunawicara dapat terjadi karena gangguan  ketika :[5]

1.        Sebelum anak dilahirkan/ masih dalam kandungan (pre natal)

a.     Penyakit menurun yang disebabkan oleh gen.

b.     Bukan penyakit turunan

1)      Sakit semasa hamil, terutama oleh virus seperti rubela, demamglandular, dan selesma.

2)      Semasa hamil, sang ibu mengidap penyakit yang disebabkan oleh pola makan, seperti beri-beri dan
kencing manis.

3)      Semasa hamil, sang ibu mengonsumsi obat ataupun bahan kimia seperti kuanin danstreptomycin.

4)      Sang ibu menderita toksemia pada masa akhir kehamilan.

5)      Sering hamil.

2.        Pada waktu proses kelahiran dan baru dilahirkan (umur neo natal)

a.       Masa melahirkan yang terlalu lama atau bayi sulit keluar yang menyebabkan terjadinya tekanan
yang kuat pada bagian telinga.

b.      Kelahiran prematur.

c.       Cedera pada saat dilahirkan, terutama pada untukan telinga.

d.      Penyakit hemolisis yang seringkali disebabkan oleh faktor Rh.

3.        Setelah dilahirkan ( pos natal)


a.       Anak mengidap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, seperti gondok dan campak.

b.      Kecelakaan yang mencederai bagian telinga.

c.       Pengonsumsian antibiotik, sepertistreptomycin.

d.      Menangkap bunyi yang terlalu keras dalam jangka waktu yang lama.

Dan dijelaskan lebih lanjut yaitu:

1.    Gangguan pre natal

a.       Hereditas (keturunan)

Yaitu apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara keluarga terdapat
tunawicara atau membawa gen tunawicara sehingga ketika lahir anak tersebut memiliki gangguan
tunawicara. Ini disebut dengan tuli genetis. Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat menyebabkan
abnormalitas pada kelahiran anak.

b.      Anoxia

Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan syaraf yang
menyebabkan ketidaksempurnaan organ salah satunya aorgan bicara seperti pita suara,teng
gorokan, lidah, dan mulut.

2.    Gangguan neo natal (Prematur)

Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir dengan organ
tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang kadang disertai ketulian.
Kurangnya berat pada ketika lahir juga dapat menyebabkan jaringan-jaringan

3.    Gangguan pos natal

a.       Infeksi

Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya campak yang menyebabkan tuli


preseftik,virus akan mennyerang cairan koklea,menyebabkan anak menderita otitis media (koken).
Akibat yang sama akan terjadi bila anak menderita scaerlet fever,dipteri, batuk hejang atau tertular
sifilis.

b.      meningitis(radang selaput otak)

Penderita akan mengalami kelainan pada pusat syraf pendengaran dan akan mengalami
ketulian perseptif.

c.       infeksi alat pernafasan

Seseorang dapat menjadi tuna wicara apabila terjadi gangguan pada organ pernafasan
seperti paru-paru, laring, atau gangguan pada mulut dan lidah.

Kelainan bahasa dan bicara seringkali berkaitan dengan kelainan yang lain.
Frieda Mangunsong dkk dalam bukuPsikologi dan Pendidikan Anak Luar Basamengutip Nelson
secara spesifik mengemukakakn faktor-faktor yang berkaitan dalam bicara yaitu :[6]

1.      Faktor Sentral
Yaitu berhubungan dengan susunan syaraf pusat,yaitu

a.       ketidakmampuan berbahasa secara spesifik

b.      keterbelakangan mental

c.       luka otak (brain injury)

d.      autisme

e.       defisit dalam hal perhatian dan hiperaktivitas, dll

2.      Faktor Periferal

Berhubungan dengan gangguan sensoris atau fisik,yaitu

a.       Gangguan pendengaran

b.      Gangguan penglihatan

c.       Gangguan fisik

3.      Faktor Lingkungan

Disebabkan oleh faktor lingkungan dan psikologik, seperti

a.         Penyia-nyian dan penganiayaan

b.        Masalah perkembangan perilaku dan emosi

4.      Faktor campuran, yaitu kombinasai atau gabungan dari faktor-faktor diatas.

Dalam buku Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa Frieda Mangunsong dkk
mengemukakan  Tunawicara juga dapat disebabkan oleh :[7]

1.      Gangguan kelancaran bicara

Gangguan kelancaran bicara sering disebut dengan gagap. Gagap dapat disebabkan berbagai
faktor yaitu :

a.       gangguan emosi

b.      kerusakan otak

c.       kerusakan syarat

d.      gangguan organ bicara

2.      Kelainan artikulasi

Kelainan artikulasi adalah keadaan dimana suara bahasa diganti, dihilangkan, dirambah atau
didistorsikan. Kelainan ini disebabkan dari kesalahan memproduksi bunyi yang mengakibatkan
kebiasaan. Kesalahan memproduksi suara diakibatkan karena koordinasi otot-otot mulut dan wajah
yang tidak kuat. Selain itu kelainan artikulasi juga disebabkan oleh lingkungan anak, karena seorang
anak belajar berbicara melalui proses peniruan atau imitasi, jika dalam lingkungannya terdapat
kesalahan dalam artikulasi makan kemungkinan anak tersebut juga akan mengalami kesalahan
dalam artikulasi
3.      Kelainan suara

Kelainan suara dapat disebabkan oleh

a.       penyakit seperti laringitis yang menyebabkan suara menjadi serak

b.      Terdapat tumor pada pita suara

c.       Kelainan pada pitch atau tinggi rendahnya nada. Suara terlalu tinggi,rendah, atau monoton

4.      Kelainan bahasa

Kelainan bahasa disebabkan disfungsi susunan syaraf pusat atau kerusakan susunan syaraf
pusat yang secara medis sulit diperbaiki.

D.      Klasifikasi Tunawicara

Disabilitas pendengaran pada umumnya dialami oleh individu yang lahir sebelum waktunya
(premature). Penyandang disabilitas bicara ini memiliki beberapa karakteristik antara lain memiliki
suara sengau, cadel, bicara tidak jelas dan tidak mengeluarkan suara saat berbicara, cenderung
pendiam, pandangan tertuju pada satu obyek, menggunakan komunikasi non verbal dan bahasa
tubuh untuk mengungkapkan pendapat, pikiran dan keinginan, serta lebih memilih berkomunikasi
secara tertulis.

Anak dengan gangguan dengar/wicara dikelompokan sebagai berikut :[8]

1.      Ringan (20 – 30 db)

Umumnya mereka masih dapat berkomunikasi dengan baik, hanya kata-kata tertentu saja
yang tidak dapat mereka dengar langsung, sehingga pemahaman mereka menjadi sedikit terhambat.

2.      Sedang (40 – 60 db)

Mereka mulai mengalami kesulitan untuk dapat memahami pembicaraan orang lain, suara
yang mampu terdengar adalah suara radio dengan volume maksimal

3.      Berat/parah (di atas 60 db)

Kelompok ini sudah mulai sulit untuk mengikuti pembicaraan orang lain, suara yang mampu
mereka dengar adalah suara yang sama kerasnya dengan jalan pada jam-jam sibuk. Biasanya kalau
masuk dalam kategori ini sudah menggunakan alat bantu dengar, mengandalkan pada kemampuan
membaca gerak bibir, atau bahasa isyarat untuk berkomunikasi

Dalam buku Ortopedagogik Umum, Heri Purwanto mengemukakan tunawicara secara umum


diklasifikasikan menjadi 4 bagian,yaitu:[9]

1.         Keterlambatan bicara (Delayed speech )

Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicaranya jika


dibandingkan dengan anak seusianya.
2.         Gagap (stuttering)

Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa,

a.    Pemanjangan fonom atau suku kata depan (prolongation),

b.    Pengulangan suku kata depan ( repetition ),

c.    Gerak  mulut berbicara namun tidak keluar suara ( silent struggle )

d.   Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa bicara terlalu cepat, struktur
kalimat tidak karuan, repitisi berlebihan.

3.         Kehilangan kemapuan berbahasa(disphasia), yaitu kehilangankemampuan berbahasa mulai dari


kesalahan dalam inti pembicaraan sampai tidak dapat bebicara sama sekali.

4.         Kelainan suara(voice disorder), ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal. Adapun
kelainan suara berupa

5.         Kelainan nada(pitch), kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau
monoton.

6.         Kelainan kualitas suara, kelainan kualitas atau warna suara berupa serak, lemah, atau desah.

7.         Kelainan keras lembutnya suara, kelainan ini dapat berupa suara keras ataupun suara lembut

E.       Karakteristik Tuna Wicara

Menurut Heri Purwanto dalamOrtopedagogik umum  yang merupakan karakterisktik anak


tunawicara adalah :[10]

1.       Karakteristik bahasa dan wicara

Pada umumnya anak tunawicara memiliki kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara


bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak normal.

2.       Kemampuan intelegensi

Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada skor IQ
verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya

3.       Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku

Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan komunikasi verbal,


hal ini yang menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga
anak tunawicara terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.

Sedangkan yang  merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak tunawicara adalah .

1.      Berbicara keras dan tidak jelas

2.      Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya

3.      Telinga mengeluarkan cairan

4.      Biasanya Menggunakan alat bantu dengar

5.      Bibir sumbing
6.      Suka melakukan gerakan tubuh

7.      Cenderung pendiam

8.      Suara sengau

9.      Cadel    

F.       Hambatan yang Dialami Anak Tunawicara

Anak  tunawicara memiliki keterbatasan dalam berbicara atau komunikasi verbal, sehingga


mereka memiliki hambatan dan kesulitan dalam berkomunikasi dan menyampaikan apa yang ingin
mereka rasakan. Kesulitan dalam berkomunikasi akan semakin parah apabila anak tunawicara ini
menderita tungarungu juga. Adapun hambatan - hambatan yang sering ditemui pada anak tuna
wicara :[11]

1.    Sulit berkomunikasi dengan orang lain

2.    Sulit bersosialisasi.

3.    Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.

4.    Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder.

5.    mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan kematangan sosial.

G.      Penanganan pada Anak Tuna Wicara

1.    Latihan Artikulasi

Artikulasi adalah gerakan otot-otot dari langit-langit, rahang lidah dan bibir yang perlu untuk
bicara. Sardjono mengutip De vreede Varekampada 4 latihan yang perlu dilakukan dalam membantu
anak tunawicara, yaitu:[12]

a.       Latihan meniup

b.      Latihan bibir

c.       Latihan lidah

d.      .Latihan velum (untuk anak yang berbicara sengau)

2.    Terapi Wicara (speech therapy), yaitu pengembangan kemampuan bicara anak tuna wicara dengan
melatih pengucapan oral ( mulut ).

3.    Speech development

Yaitu pengembangan kemampuan bicara. Anak tunawicara dapat diajar berbicara. Dalam
masyarakat masih banyak orang yang berfikir bahwa anak tuna  wicara  tidak dapat membawa suara.
Pendapat ini salah sebab anak tuna wicara dapat bersuara. Hal ini tergantung melatih suara tersebut
untuk berbicara.

4.    Speech Improvement
Yaitu segala macam usaha yang berhubungan dengan pengembangan kemampuan bicara.
Contoh : grammar, spelling, reading, dam comprehension. Setelah anak terbiasa mengucapkan kata-
kata dengan baik maka perlu peningkatan bicara dengan menambah beberapa perbendaharaan
kata.

5.    Speech correction,  yaitu suatu pembetulan bicara yang brbau terapi, dengan cara membetulkan dan
mengoreksi istilah-istilah yang tidak benar.

6.    Speech  education,  yaitu pendidikan bicara dan berbahasa.

H.      Pendidikan Bagi Anak Tuna Wicara

Anak tuna wicara perlu di tampung dan diberi pendidikan seperlunya disesuaikan dengan
ketunaannya. Sekolah yang khusus menanpung anak tuna wicara disebut sekolah luar biasa bagian
B. (SLB B). Berpangkal pada ketentuan-ketentuan bahwa :[13]

1.      Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahaan…….. (pasal 27
ayat 1 UUD 45).

2.      Tiap-tiap arga Negara berhak mendapatkan pengajaran ( pasal 31 ayat 1 UUD 45)

3.      Juga dalam uu no.12 tahun 1954 sebagai undang-undang pokok pendidikan, menetapkan antara lain
sebagai berikut :

a.       Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam pancasila, undang-
undang dasar nedara republic Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan (bab III, pasal 4 )

b.      Pendidikan dan pengajar luar biasa di berikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan
(pasal 6 ayat 2)

c.       Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud pada orang-orang yang dalam keadaan
kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya, supaya mereka dapat memiliki kehidupan lahir batin
yang layak (pasal 7 ayat 5).

Berdasarkan pedoman pelaksanaan kurikulum slb untuk tuna rungu wicara bagian B tahun
1977 buku III A 1 dijelaskan kurikulum SLB / B 1976 mengarahkan pada suatu pengajaran bahasa
untuk membentuk tuna rungu wicara yang memiliki sikap dan bagian mata, dimana diperhatikan ke
seluruhan hidup manusia yang cacat pendengaran dengan segala akibatnya dan kekhasannya
sebagai manusia “Pemata” dan diusahakan menyusun hubungan pengertian yang akumulatif dengan
keadaan hidup sesengguhnya, yang mencakup kenyataan dan  lingkunagan sekitar, tetapi tugas –
tugas sosial, budaya dana politik dalam masyarakat.

Adapun tujuan pendidikan bagi tuna rungu wicara agar anak dalam proses belajar mengajar
dapat secara langsung berhadapan secara tatap muka agar siswa dapat :

a.         Menangkap bentuk ucapan dana pembendahraan kata.

b.         Menambah bentuk ucapan ungkapan.

c.         Menambah ucapan kalimat.

d.        Menambah keseluruhan isi cakapan.

e.         Memanfaat sisa pendengaran.


Dalamp proses pembelajaran metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

1.      Metode auditory oral

Metode ini menggunakan bantuan bunyi untuk mengembangkan kemampuan mendengar


dan bertutur kata, membutuhkan latihan pendengaran yang dapat melatih anak-anak untuk
mendengar bunyi dan mengklasifikasikan bunyi-bunyi yang berbeda. Metode ini tidak menggunakan
gerakan jari tetapi lebih menekankan pada metode pembacaan gerak bibir.

2.      Metode membaca bibir

Komunikasi dengan metode ini baik untuk mereka yang mampu berkonsentrasi tinggi pada
bibir dan penglihatan yang baik. Dalam metode ini anak-anak diharuskan untuk selalu melihat
gerakan bibir penutur bahasa dengan tepat dan penutur bahasa harus berada di temapat yang
terang dan dapat terlihat dengan jelas.

3.      Metode bahasa isyarat

Bahasa isyarat yang digunakan secara mudah dengan menggabungkan perkataan dengan
makna dasar.

4.      Metode komunikasi universal

Metode ini menggabungkan gerakan tangan, isyarat, pembacaan gerak bibir, dan penuturan.
Melalui metode ini anak-anak dapat memahami hal yang disampaikan menurut kemampuan masing-
masing.

5.      Penuturan Isyarat (cued speech)

Metode ini menggunakan simbol-simbol tangan untuk memandu bunyi-bunyian. Simbol-


simbol tangan yang ditentukan dengan bentuk-bentuk tangan yang menentukan maksud perkataan.
Terdapat delapan simbol tangan tangan yang ditentukan menurut konsonan yang berbeda dan
empat simbol tangan untuk menentukan huruf vokal.

I.         Cara membantu tunawicara

Cara untuk membantu anak tunawicara adalah :

1.    Bicara harus jelas dengan ucapan yang benar

2.    Gunakan kalimat sederhana dan singkat

3.    Gunakan komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan

4.    Gunakan pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan

5.    Bicara berhadapan muka

6.    Latihan gerak bibir dengan cermin

7.    Latihan menggunakan bahasa isyarat


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan hambatan bicara dan
bahasa adalah : [14]

1.      Tidak menuntut anak untuk berbicara menggunakan tata bahasa yang benar. Yang utama adalah
menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk anak berlatih bicara.

2.      Saat mengajak anak berbicara, hindari hal-hal lain yang mungkin dapat mengganggu, seperti radio
dan televisi yang menyala.

3.      Tidak terlalu banyak melakukan kritikan atas bicara dan bahasa anak, sehingga anak tidak tertekan
ketika berbicara dan berbahasa.

4.      Ijinkan anak untuk berhenti bicara jika anak merasa tidak nyaman.

5.      Jangan meminta anak untuk mengulangi ucapannya.

6.      Orang dewasa harus berbicara dengan pelan dan jelas pada anak agar dapat ditangkap dan dicontoh
maksudnya.

7.      Biarkan anak berbicara dan mengucapkan kalimatnya sampai selesai, jangan pernah dipotong
pembicaraannya.

8.      Menatap mata anak ketika berbicara dan tidak menunjukkan kekecawaan atas proses bicara dan
berbahasa anak.

9.      Terus melatih anak dengan memberikan contoh yang baik dan selalu berbicara dengan jelas.

J.        Dampak Gangguan Ketunawiraan

Konsekuensi kelainan bicara menyangkut tuntutan sosial dan pendidikan yang dihadapi
anak. Kelainan artikulasi mungkin tidak menimbulkan konsekuensi yang negatif, sebaliknya kelainan
bahasa akan mempengaruhi setiap aspek perkemangan dan mempengaruhi pendidikan, emosi dan
hubungan interpersonalnya. Dalam mengamati konsekuensinya kelainan bicara, tampak bahwa
tiptipe tertentu dari kelainan bicara, terlepas dari derajat beratnya, mempunyai efek yang lebih
besar terhadap perkembangan. Sebagai contoh kelainan bahasa yang sedang mempunyai efek yang
lebih serius terhadap perkembangan pendidikan dari pada kelainan artikulasinya atau kelancaran
bicara yang tergolong berat.

Konsekuensi perkembangan kelainan bicara menyangkut:

1.      Kemampuan konseptual dan prestasi pendidikan

Keterlambatan perkembangan bahasa dan aphasia ekspresif akan mempengaruhi


perkembangan pendidikan dan kognitif, karena perkembangan pendidikan dan kognitif sangat
tergantung pada pemahaman dan pengguana bahasa. Hal ini akan mempengaruhi lagi kemampuan
verbal dan ninverbalnya. Sebaliknya kelainan artilkulasi, kelancaran suara dan’timing’  tidak
menunjukan efek uruk pada perkembangan pendidikan dan kognitif.

2.      Faktor personal dan sosial

Kelainan artikulasi, ’timing’ dan suara menyebabkan konsekuensi negatif dalam relasi


interpersonal dan perkembangan konsep diri pada anak. Pandangan ekspresi, ketidakpahaman
orang lain ketika erkomunikasi, dapat menyeabkan rasa rendh diri, merasa terisolasi, tidak berani
berbicara di depan umum dan bisa menimbulkan kecemasan tersendiri bagi abak tunawicara ini.
K.      Kesimpulan

Anak tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam
komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

Faktor penyebab tuna wicara disebabkan oleh gangguan pada sebelum kelahiran (pre
natal) , saat kelahiran (neo natal) dan setelah kelahiran (pos natal)Klasifikasi anak tuna wicara antara
lain keterlambatan bicara, gagap,

Tuna wicara dapat di Karakteristikkan menjadi 3 yakni bahasa dan wicara , kemampuan
intelegensi dan penyesuaian emosi,sosial dan perilaku.

Hambatan yang dialami anak tunawicara antara lain , Sulit berkomunikasi dengan orang lain:
Sulit bersosialisasi, Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya, Perkembangan pskis terganggu
karena merasa berbeda atau minder, mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual,
kepribadian, dan kematangan sosial.

Penanganan anak tunawicara dapat dilakukan dengan cara , latihan Artikulasi,Terapi Wicara
(speech therapy), Speech development, Speech Improvement,Speech correction, Speech education.

Anak tuna wicara harus dibantu agar dapat bersosialisasi dengan orang lain sehingga ia tidak
dipandang melalui kekurangannya. Anak tuna wicara juga dapat dilatih seperti manusia normal pada
umumnya, namun mereka hanya sulit berbicara. Tuna wicara juga memerlukan pendidikan yang
dapat mendukung mereka serta menghilangkan hambatan – hambatan pada diri mereka seperti
sekolah- sekolah umum dan khusus

Anda mungkin juga menyukai