Anda di halaman 1dari 6

A.

Macam-Macam Hambatan Perkembangan Anak Usia Pra-Sekolah


Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun dimana anak
mengalami masa yang sangat penting sebagai pondasi atau dasar untuk perkembangan
masa depannya (Wong, 2008). Tahap ini anak memerlukan pendidikan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta bersifat positif dan kreatif. Pendidikan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang bersifat positif dan kreatif akan
membentuk perilaku yang lebih baik bagi anak. Anak usia prasekolah memiliki
intelegensi laten yang luar biasa, anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa serta
kemampuan menyerap pengetahuan yang tinggi.
Anak-anak pada usia ini aktif bergerak dan memiliki rasa ingin tahu yang
sangat besar namun pengalaman dan kesadarannya masih kurang. Mereka gemar sekali
berlari, meloncat, memanjat dan menjelajah sudut-sudut ruang (Imelda, 2004). Anak
mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana anak pada umumnya mengalami
kesulitan untuk makan1 . Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses
kemandirian dan masa ini adalah masa dimana perkembangan psikososial pada anak
sudah menunjukkan adanya rasa inisiatif, konsep diri yang positif serta mampu
mengidentifikasi identitas dirinya (Hidayat,2008).
Anak merupakan tunas bangsa yang merupakan generasi masa depan bangsa.
Anak dengan tumbuh kembang yang baik akan menghasilkan anak dengan kualitas yang
baik pula dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peran penting
orang tua dan orang- orang disekitar anak untuk memperhatikan perkembangan anak
agar tidak terjadi hambatan yang berarti. Adanya hambatan dalam perkembangan tidak
selalu berarti buruk, namun sesuatu yang perlu disadari dan dicari solusinya agar
hambatan tersebut bisa segera diselesaikan dan anak dapat mengejar pertumbuhan dan
perkembangannya yang baik dan sesuai. Berikut ini merupakan contoh hambatan
perkembangan anak2 :
1. Hambatan terhadap perilaku dengan kegelisahan (Conduct/restless), yaitu yang
merujuk pada perilaku agresif, tantrum, konsentrasi rendah, terlalu aktif, sulit
diatur, dan merusak. Kegelisahan ini merupakan salah satu bentuk emosi
individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya
dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas yang
wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila
1
Elizabeth B. Hurlock. (1997). Perkembangan Anak Jilid / (Agus Dharma penerjemah). Jakarta:Erlangga.
2
Mussen. Paul Henry. dkk. (1998). Perkzmbangan dan Kepribadian anak Jilid I (Rachmawati penerjemah).
Jakana: Erlangga.
intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan
kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang
bersangkutan.
2. Hambatan terhadap perilaku ketidak matangan/terisolasi (Isolated/Immature), yaitu
perilaku yang menunjukkan pada perilaku ketergantungan secara berlebih,
konsentrasi rendah, cenderung menarik diri, serta sangat sensitif. Kemampuan anak
dalam menghadapi situasi sosial yang dihadapi erat kaitannya dengan kemampuan
anak dalam menjalin hubungan antar manusia. Hal ini disebabkan karena
situasi sosial yang dihadapi anak, mau tidak mau melibatkan orang lain sehingga
pada dasarnya tidak dapat lepas dari hubungannya dengan orang lain. Pola
perilaku sosial menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 239) terbagi atas dua
kelompok, yaitu pola perilaku yang sosial dan pola perilaku yang tidak
sosial. Pola perilaku yang termasuk dalam perilaku sosial adalah : Kerja sama,
Persaingan, Kemurahan, Hasrat akan penerimaan sosial, Simpati, Empati, Sikap
Ramah, dan Keterhantungan. Sedangkan pola perilaku yang tidak sosial adalah
perilaku yang menunjukkann: Negativisme, Agresif, Pertengkaran, Mengejek,
Perilaku yang sok kuasa, Egosentrisme, Prasangka, dan Antagonisme.
3. Hambatan terhadap Perilaku yang merujuk pada keadaan emosi atau
ketidaksenangan Emotional/ Miserable). Area permasalahan ini merujuk pada
perilaku kecemasan, temper tantrums, buang air besar/kecil di celana,
menunjukkan banyak reaksi ketakutan, menuntut perhatian, anak yang menangis
berlebihan. Tingkat emosional anak ini akan terbentuk dari interaksi orang – orang
terdekat dimana si anak tinggal. Pola interaksi emosional didalam keluarga akan
mempengaruhi juga interaksi anak dengan lingkungannya. Tekanan emosional
pada anak seringkali terjadi akibat adanya penolakan bahkan kekerasan dari
orangtuanya.
4. Hambatan dalam Berbicara dan Kemampuan Berbahasa. Pada usia anak prasekolah
seorang anak akan mulai mampu mengucapkan kata sederhana yang bisa didengar
dalam lingkungan tumbuh kembang anak. Kata pertama paling sederhana yang
umunya ditunggu oleh semua orang tua dari anaknya yakni panggilan Ayah atau
Ibu. Namun tidak bisa dipungkiri, dalam beberapa kasus perkembangan anak akan
mempunyai hambatan dalam berbicara sehingga menyebabkan kemampuan anak
dalam berbicara tergolong lambat. Speech Delay atau keterlambatan bicara
merupakan istilah umum merujuk pada proses keterlambatan bicara dan berbahasa
yang tidak sesuai dengan usia perkembangan anak. Beberapa orang tua
menganggap speech delay sebagai kondisi normal atau hal yang biasa dialami
dalam proses tumbuh kembang anak. Padahal terlambat bicara jika dibiarkan dan
tidak ditangani dengan rujukan ahli bisa menjadi satu gangguan serius pada anak.
Sebab dari hambatan ini adalah biasanya terlalu banyak menonton televisi atau
gawai, minim interaksi dengan orang tua, disebabkan karena gangguan
pendengaran, kelainan organ, atau bahkan Autism.
5. Hambatan dalam Mengingat Sesuatu/Daya Ingat, saat ini semakin banyak anak
yang merasa kesulitan memusatkan perhatian terhadap satu hal. Mereka berjalan-
jalan pada waktu makan, atau justru asyik dengan mainan padahal ada PR yang
harus diselesaikan didepan mata. Tentunya hal ini bukan berarti anak tak
menghiraukan kita sebagai orang dewasa. Kemungkinan hal tersebut bisa
disebabkan karena anak kurang fokus,membuat jani anak pelupa. Terkadang
memori mereka sebagai anak yang dalam masa usia prasekolah adalah pemicu
karen otaknya tengah bekerja mencari cara untuk mengingat. Di lain pihak mereka
bisa jadi memiliki kesulitan belajar atau kelainan hiperaktivitas dan kesulitan untuk
memperhatikan. Kasus semacam ini banyak terjadi pada anak-anak di usia
prasekolah dan bisa saja secara tidak disadari mereka bawa hingga mereka dewasa.
Dan hal semacam inilah yang akan menjadikan penghambat mereka untuk
menjalani usia prasekolahnya.

B. Solusi Menghadapi Hambatan Perkembangan Anak Usia Dini Pra Sekolah


Setiap permasalahan tentu memiliki solusi. Demikian pula permasalahan yang
dihadapi anak, merupakan suatu cara bagi orang tua dan guru untuk belajar memberikan
solusi yang terbaik bagi proses tumbuh kembang anak-anak mereka. Pada umumnya
setiap orang tua menginginkan anak-anaknya berperilaku baik. mempunyai sikap sosial
yang positif3 . ditenma oleh teman-teman kelompoknya sehingga anak mencapai
perkembangan yang optimal. Oleh karena itu peran orang tua sangat diperlukan pada
tahap perkembangan anak usia prasekolah ini. Berbagai syarat orang tuan agar dapat
membantu perkembangan anak antara lain4 :
- Orang tua sebagai pendidik harus berperan aktif dalam mengasuh anaknya dan
harus dilakukan secara ikhlas dan sadar.
3
Patnonodewo, Soemiarti" (1995). Bulat ajar Pendidiknn Prasekolah. lakarta: Proyek Pendidikan Tenaga
Akademik, Ditjen Dikti, DePdikbud.
4
Astuti, (2000). Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Jurnal Ilmiah Guru.
- Orang tua harus peduli
- Orang tua harus menjadi mitra guru.
Menurut Hurlock. perubahan itu mempunvai tujuan dan tujuan itu tiada lain
adalah realisasi dan pencapaian genetrik5. Hal rni senada dengan salah satu
perkembangan motivasi yang diutarakan oleh Maslow. yakni akrualisasi din belf
actualization). Anak harus diberi kesemPatan untuk memenuhi dorongan aktualisasi diri,
sehingga anak memperoleh kebahagiaan. Orang dervasa harus cermat melihat kebutuhan
aktualisasr diri anak. Anak perlu mendapat bantuan orang dewasa agar anak dapat
memenuhi kebutuhan aktualisasi diri yang layak. Adanya upaya lain dari orang tua untuk
membantu perkembangan anak antara lain6: (l) memberikan rasa aman terhadap anak, (Z)
menanamkan rasa percaya diri, (3) menanamkan sikap yang baik mengenai cara bergaul
dengan teman sebaya maupun orang dewasa, (4) menanamkan kebiasaan Yang baik'
misalnya disiplin yang demokratis, (5) menyediakan fasilitas yang memadai. misalnya:
menyediakan alat mainan yang sesuai dengan usia atau perkembangan anak. Adanya
upaya dari orang tua akan dapat membantu perkembangan anak secara optimal sehingga
anak tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangannya. Namun secara rinci kita
sebagai orang dewasa harus melakukan hal sebagai berikut guna menghindari atau
menangani hambatan-hambatan yang dialami oleh anak prasekolah diantaranya :
a. Perilaku dengan kegelisahan (Conduct/restless)
Hambatan yang semacam ini seharusnya segera diberikan penanganan agar
kecemasan anat tidak perlu berlarut-larut, karena ini berpengaruh pada mental dan
psikologi anak serta dapat mengganggu kesehatannya juga. Cara mengatasi
hambatan ini yaitu dengan cara, 1) Gunakan bahasa tubuh seakan-akan hal tersebut
mengartikan bahwa anak-anak dilindungi oleh orang dewasa. Dengarkan keluhan
mereka yang membuat mereka cemas. 2) Gunakan suara yang lembut untuk
meyakinkan anak bahwa kita ada bersama mereka dan tetap bersikap tenang
dihadapan mereka. 3) Bantu anak untuk rileksasi sebentar dengan mengambil nafas
dalam-dalam dan minum air putih. 4) Ajak anak untuk menikmati suasana dengan
bermain.
b. Perilaku ketidak matangan/terisolasi (Isolated/Immature)
Cara mengatasi hambatan ini pada anak usia prasekolah adalah melatih kemandirian
anak. Biarkan anak mengeksplore apa yang ia mau, sehingga mereka akan mulai
5
Sudjud, Aswarni. (1997'). Konsep Pendidilcan Praselalah. YogYakarta: FIP IKIPYogyakarta.
6
Budisetyani, Putu Wulan, dkk. 2016. Hambatan Perkembangan Anak dan Remaja. Denpasar: Universitas
Udayana.
terbiasa dengan apa yang mereka temukan dan melakukan apapun dengan sendiri.
Baurkan anak dengan lingkungan sosialnya, supaya anak tahu mana yang
seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan.
c. Hambatan Mengenai Emosional
Dalam hambatan ini, kita sebagai orang dewasa sekaligus pendidik anak harus
melakukan upaya untuk menanggulanginya, dikarekan hambatan ini sangat
berpotensi atau memiliki andil buruk terhadap lingkungan sekitar anak. Yang
harusnya dilakukan yaitu : Ajarkan anak cara menenangkan dirinya sendiri baik
dilingkungan sekolah ataupun lingkungan rumah; Ajarkan untuk anak sesering
mungkin mengungkapkan perasaannya, sehingga apa yang ia rasakan tidak menjadi
beban dalam batinnya yang bisa menimbulkan emosi yang memuncak;Jangan
biasakan memendam amarah; Berikan pujian, karena dengan cara ini anak merasa
dihargai dan tidak diacuhkan serta diperhatikan; Terapkan batasan, artinya berilah
mereka pengertian akan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Dengan begitu sianak akan mulai teratur mengatur emosinya.
d. Hambatan kemampuan berbicara dan kebahasaannya
Cara menghadapinya yaitu dengan sering latih anak berbicara saat sedang berdua
dengan orang tua atau pendidik. Mulai dengan percakapan sederhana misalnya
menanyakan kabar dan apa yang telah ia lakukan. Sesering mungkin kita
memberikan tanggapan apa yang mereka lakukan karena dengan demikian mereka
secara tidak sadar akan merespon apa yang kita bicarakan 7. Oleh karena itu saat anak
mulai membuka pembicaraan, entah dengan menceritakan apa saja yang terjadi atau
menyakan segala hal, usahakanlah untuk mendengarnya dan tanggapilah ia dengan
antusias. Dengan perlakuan seperti ini, anak akan merasa diakui keberadannya dan
akan menjadi anak yang terbuka hingga ia besar nanti8.
e. Hambatan dalam mengingat sesuatu
Cara mengatasi yang harusnya dilakukan adalah bantu anak melihat keterkaitan
sesuatu informasi; Tetapkan tujuan yang menyasar pada peningkatan, pemahaman
yang didalamnya bukan hanya sekedar mengingat; dan Latih anak untuk mengingat
kata yang telah dibicarakan, contohnya saja mengulang kata yang telah disampaikan.

7
Abin, Syamsuddin, Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. PT Rosda Karya Remaja: Bandung.
8
Marisa, Riandi. Permasalahan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak. FKIP Universitas Almuslim
DAFTAR PUSTAKA

Abin, Syamsuddin, Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. PT Rosda Karya Remaja:


Bandung.
Astuti, (2000). Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Jurnal
Ilmiah Guru.
Budisetyani, Putu Wulan, dkk. 2016. Hambatan Perkembangan Anak dan Remaja. Denpasar:
Universitas Udayana.
Elizabeth B. Hurlock. (1997). Perkembangan Anak Jilid / (Agus Dharma penerjemah).
Jakarta:Erlangga.
Indiyani, N. 2010.Efektivitas Pembelajaran Gotong Royong (Cooperativ Learning) Untuk
Menurunkan Kecemasan Siswa Sekolah Dasar Menghadapi Pelajaran Matematika.
Bandung: Paradigma.
Mansur, Arif Rohman. (2009). Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. APPTI.
Marisa, Riandi. Permasalahan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak. FKIP
Universitas Almuslim.
Mussen. Paul Henry. dkk. (1998). Perkzmbangan dan Kepribadian anak Jilid I (Rachmawati
penerjemah). Jakana: Erlangga.
Patnonodewo, Soemiarti" (1995). Bulat ajar Pendidiknn Prasekolah. lakarta: Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik, Ditjen Dikti, DePdikbud.
Rohayati, Titing. 2013. Pengembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini. Cakrawala Dini Vol.
4 No 2.
Sudjud, Aswarni. (1997'). Konsep Pendidilcan Praselalah. YogYakarta: FIP IKIPYogyakarta.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai