Anda di halaman 1dari 6

Beranda

About

SYUHADA91
RSS Entri | Comments RSS

Cari

Pages

About

Kategori

Kategori

Harokah (pergerakan) (2)

Ilmu Pendidikan Dasar (1)

Muda Berkarya (1)

Pengantar Psikologi (3)

Pengantar Studi Islam (1)

Arsip
April 2011

TEORI EMOSI ELIZABETH B. HURLOCK


Posted on April 28, 2011 by khoirul92

TEORI EMOSI ELIZABETH B. HURLOCK


A. Pengertian Emosi
Apakah definisi dari emosi? Apakah sebagian orang mendefinisikan emosi sama seperti perasaan yang mendalam apabila
dirasakan? Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara
tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya. Pada

suatu saat warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat disebut sebagai emosi. Misalnya, marah yang ditunjukkan
dalam bentuk diam. Oleh karena itu, emosi dan perasaan tidak mudah untuk dibedakan.
Penggolongan emosi dapat dibedakan menjadi menjadi sebagai berikut :
1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) menyebabkan aktivitas yang sangat tinggi, sehingga
seluruh tubuh diaktivkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang
marah
2. satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya kalau marah satu orang contohnya dapat
gemetar di tempat dan yang lain mungkin memaki atau yang lain lagi mungkin lari dan diam.
3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya buakan pada
keadaan emosinya sendiri. Jadi takut adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya dan marah adalah emosi yang timbul dari
suatu yang menjengkelkan.
Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan fisik pada seseorang, seperti :
a. reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona
b. peredaran darah bertambah cepat bila marah
c. denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
d. bernapas panjang kalau kecewa
e. pupil mata membesar bila marah
f. air liur mengering bila takut atau tegang
g. bulu roma berdiri kalau takut
h. pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang
i. otot menjadi tegang atau bergetar
j. komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar lebih aktif
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang menyenangkan pada bayi dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh
secara tiba-tiba, membuat suara keras atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini menimbulkan
reaksi emosional berupa tangisan dan ativitas yang kuat. Sebaliknya reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi
menyusui pada ibunya.
Pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat
mengendalikan emosinya. Anak kecil memiliki perilaku yang sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit kendali dari
dorongan hati mereka dan mudah merasa putus asa. Pada saat anak mencapai usia tiga tahun mereka sudah menumbuhkan
beberapa sikap toleransi untuk mengatasi hal tersebut. Mereka juga sudah dapat mengembangkan beberapa sikap pengendalian
diri; mereka tidak bereaksi terhadap setiap dorongan hati. Perkembangan emosi berkaitan dengan pengendalian diri, apa yang
disukai dan yang tidak disukai.
.Pada usia dua sampai empat tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan amarahnya atau temper tantrums (Elizabeth B.
Hurlock, 1978). Anak yang berusia tiga dan empat tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman. Mereka
memerlukan keamanan dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia tiga dan
empat tahun juga sudah mulai menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun anak mulai matang dan mulai
menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi anak dapat berubah secara drastis dan cepat, contohnya baru saja anak
menangis tetapi setelah beberapa menit kemudian anak bisa gembira lagi karena mendapatkan hiburan dari orang yang
mengendalikan emosinya.
Anak-anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai mencoba kembali untuk memperoleh kendali yang lebih baik lagi dari
tanggapan emosional mereka. Mereka mulai menyadari kondisi di dunia dan lebih menaruh perhatian terhadap cerita-cerita baru
yang mereka lihat di televisi atau yang mereka dengar dari bahan diskusi orang-orang dewasa.
Anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha yang mereka lakukan untuk mencapai
tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang tua mereka menjadi kesal dimana ketika anak meminta orang tua untuk melakukan
suatu hal secara berulang kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih memperkenalkan diri kepada
orang lain dan juga merasa bersalah ketika mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun emosional. Mereka mencoba
untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa diminta untuk melakukannya.
Sedangkan pola emosi remaja juga hampir sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal sering
dialami remaja adalah kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cinta, cemburu, kecewa, sedih dan lain-lain.
Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola pengendalian yang dilakukan
individu terhadap emosinya.
Hurlock membagi ciri-ciri emosional remaja dalam dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.

Adapun ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun adalah sebagai berikut :

Cenderung bersikap pemurung. Sebagian disebabkan karena perubahan biologis dalam hubungannya dengan
kematangan seksual dan sebagiannya lagi karena kebingungannya dalam menghadapi orang dewasa. Karena
kemurungan, hal ini dapat memicu terjadinya suasana hati yang depresi yang lebih banyak dialami oleh perempuan.

Ada kalanya bersikap kasar dalam menutupi kekurangannya dalam hal percaya diri

Ledakan-ledakan kemarahan sering terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis
dan kelelahan karena bekerja yang terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat ataupun tidur yang kurang cukup.

Cenderung berperilaku tidak toleran terhadap orang lain dengan membenarkan pendapatnya sendiri

Mengamati orang tua dan guru secara lebih objektif dan mungkin marah apabila tertipu dengan gaya guru yang bersifat
sok tahu.

Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :

Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan dari masa kanak-kanak ke dewasa

Dengan bertambahnya kebebasan, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan
perhatian, simpati dan nasihat orang tua.

Sering melamun untuk memikirkan masa depannya.

Banyak remaja yang tidak dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Sebagai akibatnya mereka rentan mengalami depresi,
kemarahan, kurang mampu meregulasi emosinya yang selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti kesulitan
akademis.
Ciri-ciri emosi yang dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi orang dewasa adalah sebagai berikut :

Emosi Pada Anak


Emosi Pada Orang Dewasa
Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba Berlangsung lebih lama dan berakhir
dengan lambat
Terlihat lebih hebat dan kuat
Terlihat lebih hebat atau kuat
Bersifat sementara atau dangkal
Lebih lama
Lebih sering terjadi
Jarang terjadi
Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah Sulit diketahui karena lebih pandai
lakunya
menyembunyikannya
B. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Hurlock mengatakan bahwa kecerdasan emosioanal adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
Kecerdasan emosi adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang yang dapat mengendalikan emosinya, menuntut diri untuk belajar
mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif
energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Aspek-aspek kecerdasan emosi adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan diri
Mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang dialaminya dan tahan terhadap frustasi.
2. Kemampuan untuk memotivasi diri

Kemampuan ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang untuk mengatasi setiap kesulitan yang dialami bahkan untul
mekegakan kegagalan yang terjadi.
3. Empati
Empati ini dibangun dari kesadaran diri dengan memposisikan diri senada, serasa dengan emosi orang lain akan membantu untuk
memahami perasaan orang lain tersebut.
4. Keterampilan sosial
Merupakan keterampilan yang dapat dipelajari seseorang semenjak kecil mengenai pola-pola berhubungan dengan orang lain.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi terutama bagi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan faktor belajar(Hurlock). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi
perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang
sebelumnya tidak dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat dan
menghapal mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian remaja menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak
mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
D. Timbulnya Emosi
Emosi timbul karena adanya stimuli pembangkit emosi. Dengan demikian emosi bukan peristiwa keseluruhan sampai timbulnya
perasaan dan dorongan serta terjadinya sambutan-sambutan fisis dan fisilogis lewat pekerjaan susunan saraf yang berlangsung
secara otomatis. Untuk dapat terjadi peristiwa timbulnya emosi, stimuli harus dihubungkan dengan minat dan kehendak. Sebagai
contoh, jika seseorang mengarahkan minatnya terhadap seorang individu, benda atau situasi maka akan terjadilah kemungkinan
reaksi potensi emosi sehingga ia distimuli oleh hal-hal tersebut dimana ia menaruh perhatian.
Suatu stimuli yang membangkitkan satu emosi tidak dapat menimbulkan emosi yang lainnya dalam waktu yang sama. Tetapi stimuli
yang satu itu dapat saja membangkitkan emosi-emosi yang berbeda dan bahkan berlawanan pada waktu-waktu yang berlainan.
E. Bagaimana cara seseorang dalam mengendalikan emosi?
Contoh aktivitas yang dapat membantu anak-anak dalam perkembangan emosinya :

Mintalah anak untuk menggambarkan suatu situasi di mana rasa frustasi dan kemarahan seharusnya ditangani dengan
sewajarnya

Menggunakan boneka sebagai model yang tepat dalam pemberian respons terhadap emosi

Membantu anak-anak belajar untuk mengakui tentang suatu hal dan memberi label terhadap perasaan mereka sendiri

Memilih literatur di mana setiap karakter bereaksi dengan emosi yang sewajarnya dan mendiskusikan bagaimana mereka
merasakan dan juga bagaimana mereka bertindak

Memberikan rasa empati bagi anak-anak yang merasa ketakutan dan juga yang membutuhkan perhatian

Izinkan anak-anak untuk berbagi lelucon mereka, hargai setiap tahapan perkembangan rasa humor mereka.

Sedangkan ada beberapa tahap atau cara untuk mengendalikan emosi seseorang khusunya bagi remaja dan dewasa. Seseorang
harus mampu untuk tetap terbuka untuk rasa menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, mampu melibatkan diri atau menarik
diri secara reflektif dari suatu emosi dan mendasarkan pada pertimbangan informasi dan kegunannya. Berikutnya, seseorang harus
mampu memantau emosi secara reflektif dalam hubungan diri sendiri dan dengan orang lain. Selalu berpikir positif dan
merefleksikan hanya untuk meluapkan amarah saja dan tidak untuk mendendam.
F. Kesimpulan
Dengan perbedaan emosi antara anak-anak sampai dewasa, kita bisa melihat bagaimana seseorang memperlihatkan emosinya
maupun yang hanya diam ataupun yang berlebihan sekalipun emosi tersebut merupakan kemarahan atau kegembiraan. Apabila
masih anak-anak emosi yang diperlihatkan cenderung lebih sering terjadi dan berlangsung singkat atau cepat reda, karena
biasanya anak kecil lebih gampang terhibur dan melupakan kemarahan atau rasa emosi yang mereka alami. Berbeda dengan
remaja atau orang dewasa yang terkadang suka membendung emosinya sampai waktu yang lama dan sulit
untuk diluapkan.dan pandai menyembunyikannya, yang terkadang dapat membuat mereka stres atau sakit.

Emosi itu sendiri sebenarnya melibatkan dua hal yang penting yaitu psikologis dan fisik. Hal ini dapat dilihat dari reaksi fisik
seseorang yang disertai dengan penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik serta tingkah laku yang
tampak.
Orang yang mampu menghadapi frustasinya, mampu memotivasi diri dan mampu mengendalikan diri adalah orang yang
mempunyai kecerdasan emosional. Dia mampu juga merasakan empati dan bersikap senada pula bagi orang yang sedang
mengalami emosi dan berusaha mengendalikan emosi orang lain tersebut. Sifat ini baik untuk dimiliki seseorang agar tidak mudah
menghadapi stres atau kesulitan dan frustasi di dalam hidup.
G. Saran
Bagi anak usia dini yang sudah berusia dua sampai lima tahun, emosi mereka mulai tidak terkontrol dan bersifat memaksa, untuk
itu bagi kita para pendidik dan orang tua harus pintar dalam menghadapi emosi si anak dengan cara memberikan perhatian fokus
kepada anak dengan lemah lembut tetapi tidak memanjakannya. Apabila hal tersebut masih membuat si anak tidak bisa
mengkontrol emosinya, sebaiknya kita abaikan saja dan dengan tegas kita mengatakan bahwa kita sebagai orang tua tidak
menyukai tingkah laku anak yang seperti itu, maka anak akan mengerti dan merasa lelah sendiri atas apa yang ia lakukannya itu.
Semakin lama anak akan beranjak dewasa dan semakin mengerti bagaimana ia harus memposisikan emosinya. Sebaiknya kita
harus mengajarkan kepada si anak sedari dini untuk bisa menjaga emosinya dan tidak meraung-raung atau malah melakukan
aktivitas fisik seperti membenturkan kepala ke dinding atau malah memaki-maki. Karena hal tersebut merupakan hal yang buruk
dan hanya memalukan diri sendiri apabila dilakukan di keramaian umum. Berilah pelajaran-pelajaran kecerdasan emosi kepada
anak sedari dini agar ketika ia sudah dewasa nanti, ia bisa mengendalikan dirinya dari emosi dan dapat bersikap empati terhadap
orang lain.
H. Daftar Pustaka

Fatimah, Enung. (2008). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).Bandung: CV. Pustaka Setia.

Santrock, John W. (2007). Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

http://www.ehow.com/about_5076921_early-adulthood-emotional-development.html#ixzz17EFMuP1G

http://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9

http://id.wikipedia.org/wiki/Emosi

Tentang iklan-iklan ini

Anda mungkin juga menyukai