Anda di halaman 1dari 3

PENJELASAN MATERI THE COPING CIRCUMPLEX MODEL

A. PENGERTIAN
1. Pengertian Coping
Coping adalah upaya / usaha individu untuk bereaksi terhadap kesulitan yang dihadapi,
baik kesulitan eksternal maupun internal. (Mitrousi, Travlos, Koukla & Zyga, 2013).
2. Pengertian Model Circumplex
Model circumplex merupakan teori yang dibangun oleh Olson untuk menjelaskan tingkat
berfungsinya keluarga (family functioning). Model circumplex terdiri dari tiga dimensi,
yakni dimensi kedekatan (cohesion), fleksibitas/adaptabilitas (flexibility/ adaptability),
dan dimensi komunikasi. Kedekatan didefinisikan sebagai derajat keterikatan emosional
atau kedekatan dengan keluarga. Fleksibilitas adalah derajat perubahan dalam
kepemimpinan keluarga, hubungan peran dan aturan-aturan dalam keluarga.
Komunikasi didefinisikan sebagai ketrampilan keluarga dalam mendengarkan dan
berbicara satu dengan yang lain. Dimensi komunikasi merupakan dimensi yang
menfasilitasi kemunculan dimensi-dimensi lainnya (Olson, 2000).
B. FUNGSI THE COPING CIRCUMPLEX MODEL
1. Menyediakan platform untuk sintesis berbagai konstruksi coping dan menciptakan
denominator umum untuk upaya penelitian menyebar yang ditujukan untuk mengatasi.
2. Menjelaskan hubungan antara mengatasi dan beberapa konstruksi eksternal (misalnya,
kesehatan mental, regulasi emosi) serta memungkinkan prediksi penyesuaian setelah
trauma.
3. Menyediakan hubungan antara teori koping dan mekanisme perbaikan dalam intervensi
psikologis (seperti terapi kognitif).
4. Menjelaskan hubungan antara efektivitas strategi koping dan pengendalian situasi.
5. Mendorong generasi hipotesis yang mengintegrasikan upaya psikologi stres dan disiplin
ilmu lainnya.
C. PENJELASAN DARI GAMBAR THE COPING CIRCUMPLEX MODEL
Gaya koping diatas dapat diidentifikasikan:
a. Pemecahan Masalah (P+)
Pemecahan masalah melibatkan upaya kognitif dan perilaku aktif untuk menangani
masalah. Pemecahan masalah terdiri dari mengakui berbagai pemikiran mengenai
masalah, melakukan upaya untuk memahami situasi, memprediksi jalannya peristiwa,
memilih solusi yang paling tepat, merencanakan untuk memecahkan masalah dan
melaksanakan rencana ini serta mengambil tindakan yang konsisten untuk memecahkan
masalah.
b. Penghindaran Masalah (P–)
Penghindaran masalah terdiri dari penghindaran berpikir tentang masalah (misalnya,
dengan terlibat dalam kegiatan pengganti), mengurangi upaya untuk memecahkan
masalah, menunda tugas, atau menyerah upaya untuk mencapai tujuan.
c. Koping Emosional Positif (E+)
Koping emosional positif melibatkan bersikap baik dan pengertian kepada diri sendiri
ketika seseorang mencoba untuk memecahkan masalah sendiri terlepas dari
keberhasilan dan penggunaan transformasi kognitif yang memungkinkan timbulnya
emosi positif dan menenangkan (melalui reinterpretasi dan humor).
d. Koping Emosional negatif (E–)
Koping emosional negatif mencakup kritik diri ketika menghadapi masalah, memusatkan
perhatian pada aspek negatif dari situasi stres (misalnya, perenungan), dan pada emosi
negatif (misalnya, perasaan tegang, tertekan, atau marah).
e. Efisiensi (P+ E+)
Efisiensi adalah kombinasi dari pemecahan masalah dan koping emosional yang positif.
Efisiensi melibatkan pengakuan pikiran dan perasaan yang terkait dengan stresor,
menggunakan transformasi kognitif yang memungkinkan menemukan jalan baru untuk
memecahkan masalah dan memunculkan emosi positif serta harapan positif tentang
kemungkinan pemecahan masalah. Efisiensi juga termasuk mengambil tindakan untuk
memecahkan masalah.
f. Ketidakberdayaan (P– E–)
Ketidakberdayaan adalah konfigurasi dari penghindaran masalah dan koping emosional
negatif. Ketidakberdayaan termasuk tidak mengakui pikiran dan perasaan yang terkait
dengan masalah, menggunakan transformasi kognitif, yang menimbulkan harapan
negatif tentang kemungkinan menangani masalah serta emosi negatif (misalnya,
internalisasi aspek negatif dari masalah, keasyikan dengan diri sendiri). keterbatasan
berlebihan, dan aspek negatif dari situasi).
g. Keasyikan dengan Masalah (P+ E–)
Keasyikan dengan masalah sesuai dengan kombinasi pemecahan masalah dan koping
emosional negatif. Seorang individu yang disibukkan dengan masalah menunjukkan
kecenderungan yang tinggi untuk mengambil tindakan untuk memecahkan masalah dan
kecenderungan yang rendah untuk mempertahankan kesejahteraan sesaatnya.
h. Pelepasan Hedonis (P– E+)
Pelepasan hedonis adalah kombinasi dari penghindaran masalah dan koping emosional
yang positif. Pelepasan hedonis melibatkan penghindaran informasi tentang masalah
dan kecenderungan kuat untuk mempertahankan kesejahteraan sesaat. Pelepasan
hedonis juga melibatkan pengabaian masalah, keterlibatan rendah dalam
menyelesaikannya, menunda tugas, atau menyerah mencari solusi.
D. STRATEGI COPING DAN JENISNYA
Strategi coping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasa
menekan, menantang, membebani dan melebihi sumberdaya (resources) yang dimiliki.
Sumberdaya coping yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi strategi coping yang akan
dilakukan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.

Jenis-jenis Strategi Coping. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) terdapat dua jenis
mekanisme coping yang dilakukan individu yaitu coping yang berpusat pada masalah
(problem focused form of coping mechanism/direct action) dan coping yang berpusat pada
emosi (emotion focused of coping/palliatif form).
Yang termasuk mekanisme coping yang berpusat pada masalah adalah:
1. Konfrontasi adalah usaha-usaha untuk mengubah keadaan atau menyelesaikan masalah
secara agresif dengan menggambarkan tingkat kemarahan serta pengambilan resiko.
2. Isolasi yaitu ndividu berusaha menarik diri dari lingkungan atau tidak mau tahu dengan
masalah yang dihadapi.
3. Kompromi yaitu mengubah keadaan secara hati-hati, meminta bantuan kepada keluarga
dekat dan teman sebaya atau bekerja sama dengan mereka.

Sedangkan mekanisme coping yang berpusat pada emosi adalah sebagai berikut:
1. Denial yaitu menolak masalah dengan mengatakan hal tersebut tidak terjadi pada
dirinya.
2. Rasionalisasi yaitu menggunakan alasan yang dapat diterima oleh akal dan diterima
oleh orang lain untuk menutupi ketidakmampuan dirinya. Dengan rasionalisasi kita
tidak hanya dapat membenarkan apa yang kita lakukan, tetapi juga merasa sudah
selayaknya berbuat demikian secara adil.
3. Kompensasi yaitu menunjukkan tingkah laku untuk menutupi ketidakmampuan
dengan menonjolkan sifat yang baik, karena frustasi dalam suatu bidang maka dicari
kepuasan secara berlebihan dalam bidang lain. Kompensasi timbul karena adanya
perasaan kurang mampu.
4. Represi yaitu dengan melupakan masa-masa yang tidak menyenangkan dari
ingatannya dan hanya mengingat waktu-waktu yang menyenangkan.
5. Sublimasi yaitu mengekspresikan atau menyalurkan perasaan, bakat atau
kemampuan dengan sikap positif.
6. Identifikasi yaitu meniru cara berfikir, ide dan tingkah laku orang lain.
7. Regresi yaitu sikap seseorang yang kembali ke masa lalu atau bersikap seperti anak
kecil.
8. Proyeksi yaitu menyalahkan orang lain atas kesulitannya sendiri atau melampiaskan
kesalahannya kepada orang lain.

KESIMPULAN

Coping adalah upaya / usaha individu untuk bereaksi terhadap kesulitan yang dihadapi, baik
kesulitan eksternal maupun internal. (Mitrousi, Travlos, Koukla & Zyga, 2013). Sedangkan Model
Circumplex merupakan teori yang dibangun oleh Olson untuk menjelaskan tingkat berfungsinya
keluarga (family functioning). Model circumplex terdiri dari tiga dimensi, yakni dimensi kedekatan
(cohesion), fleksibitas/adaptabilitas (flexibility/ adaptability), dan dimensi komunikasi. Selain itu
didalam coping circumplex model terdapat : Pemecahan Masalah (P+), Penghindaran Masalah (P–),
Koping Emosional Positif (E+), Koping Emosional negatif (E–), Efisiensi (P+ E+), Ketidakberdayaan (P–
E–), Keasyikan dengan Masalah (P+ E–), Pelepasan Hedonis (P– E+). Adapun strategi coping
bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasa menekan, menantang, membebani dan
melebihi sumberdaya (resources) yang dimiliki.

DAFTAR PUSTAKA

Maryam, S. (2017). Strategi Coping : Teori Dan Sumberdayanya. JURKAM 1(2), 101-107. P-ISSN :
2549-1857.

Stanislawski, Krzysztof. (2019). The Coping Circumplex Model: An Integrative Model of the Structure
of Coping With Stress. Institute of Psychology, Cardinal Stefan Wyszy´nski University in Warsaw,
Warsaw, Poland.

Anda mungkin juga menyukai