Anda di halaman 1dari 8

ancangan Modul Psikoedukasi

“ Meningkatkan Suport System pada Masyarakat yang


Mengalami bencana alam (Pergerakan Tanah) Di Desa
Wonotopo”

Pendahuluan
Kabupaten Purworejo mempunyai beberapa kecamatan yang rawan
bencana banjir, longsor dan pergerakan tanah. Kami memilih daerah Wonotopo
sesuai anjuran dari pihak BPBD. Dari hasil observasi kamu daerah tersebut telah
terkena dampak dari pergerakan tanah, ada empat rumah yang hancur akibat
pergerakan tanah. Selain itu pergerakan tanah juga memutuskan jalan utama desa
tersebut dan sebagian jalan lainya amblas. Dampak bencana tersebut
bersifat sangat kompleks yaitu dampak fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.
Pengurangan resiko bencana yang meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan
dan rekontruksi. Tiga jenis intervensi dalam upaya kesiapsiagaan bencana adalah
intervensi krisis, Psikoedukasi dan PFA.
Psikoedukasi adalah suatu program yang bertujuan mengembangkan
berbagai life skill atau ketrampilan hidup. Ketrampilan ini dapat dikembangkan
lewat beberapa program yang terstruktur yang di selenggarakan secara kelompok.
2.      Masalah
Masalah yang dihadapi warga saat ini adalah masalah trauma. Berdasarkan
wawancara yang kami lakukan di lokasi bencana warga sangat khawatir jika
kondisi yang pernah menimpanya akan terulang lagi apalagi sekarang tiba musim
penghujan.
3.      Tujuan
-          Untuk meningkatkan suport sistem masyarakat yang mengalami bencana alam
(Pergerakan tanah) di desa Wonotopo.
-          Agar masyarakat mampu memahami kondisi lingkungan sebelum terjadinya
bencana dan sesudah terdai bencana
-          Mengatasi masalah post-trauma pada warga
4.      Kelompok sasaran program
-          Jumlah sasaran yang akan diberikan psikoedukasi -+ 20 orang sudah termasuk
Kades dan pamong di dalamnya.
5.      Media
Media yang akan digunakan seperti alat tulis, laptop, proyektor dll

6.      Materi
Dalam psikoedukasi, masyarakat akan diberikan pemahaman mengenai
bagaimana meningkatkan suport system, pemaparan tentang apa itu PFA
(Psychological First Aid) serta harus bagaimana masyarakat dalam memhamami
sebelum terjadinya bencana dan sesudah terjadi bencana. Kami juga akan
memberikan kesempatan kepada para peserta psikoedukasi untuk mengajukan
beberapa pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipaparkan.
7.      Metode
Metode yang digunakan yaitu dengan ceramah, sharing dan diskusi
8.      Waktu
Waktu yang akan dilaksankan berlangsung –+ 90 menit
9.      Pelaksanaan
Kegiatan akan dilaksanakan pada hari Sabtu 1 Desember 2018. Kegiatan
dilaksanakan mulai pukul 09.00-10.30.
Susunan Acara dalam tabel berikut:
Sesi Metode Tujuan waktu
I Pembagian fasilitas (snack dan daftar hadir) Agar peserta bisa mengikuti 5 menit
psikoedukasi dengan nyaman
II Pembacaan doa bersama Mengajak peserta untuk berdoa 5 menit
bersama agar acara berjalan dengan
lancar
III Kata sambuatan dari kepala desa Memberikan pengetahuan akan di 10 menit
selenggarakan psikoedukasi
IV Perkenalan Agar tim penyelenggara psikoedukasi 10 menit
saling mengenal dengan peserta serta
menjalin keakraban
V Penyampaian materi psikoedukasi dengan Fasilitator menyampaikan materi 20 menit
menggunakan media auditory (PPT) tentang PFA dan bagaimana
meningkatkan suport system pada
peserta yang mengalami bencana
VI Ice Breaking Mencairkan suasana supaya peserta
psikoedukasi relaks/ tidak tegang
VII Sesi pertanyaan oleh peserta Peserta bertanya tentang sesuatu yang 10 menit
mengenai materi yang sudah di
paparkan
VIII Penutup Mengakhiri acara yang menandakan 5 menit
bahwa acara telah selesai
Rabu, 14 Januari 2015

MODUL PSIKOEDUKASI PADA PENDERITA EPISODE DEPRESIF

Hai semua... kali ini saya ingin memberikan contoh mengenai pembuatan modul terapi
psikologi, yaitu:
MODUL
PSIKOEDUKASI PADA PENDERITA EPISODE DEPRESIF SEDANG DENGAN
GEJALA SOMATIK

I. Pendahuluan

Beck (dalam McDowell & Newel, 1996) mendefinisikan depresi sebagai keadaan
abnormal organisme yang dimanifestasikan dengan tanda simptom- symptom seperti:
menurunya mood subjektif, rasa pesimis dan sikap nihilistic, kehilangan kespontanan dan
gejala vegetatif (seperti kehilangan berat badan dan gangguan tidur). Depresi juga
merupakan kompleks gangguan yang meliputi gangguan afeksi, kognisi, motivasi dan
komponen perilaku.
Menurut Hadi (2004), untuk menemukan penyebab depresi kadang menemui kesulitan
karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat
yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab depresi dapat disebabkan karena rasa
kehilangan, reaksi terhadap stres, kondisi tubuh yang terlalu lelah atau capek, atau dapat
disebabkan karena reaksi terhadap obat. Klien dapat diberikan pemahaman melalui
psikoedukasi.
Penelitian Family Psyhcoeducation (psikoedukasi keluarga) oleh Wardaningsih (2007)
mengemukakan bahwa terdapat pengaruh Family psikoedukasi terhadap beban dan
kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Psikoedukasi keluarga
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menurunkan beban subjektif
keluarga. Penelitian Soep (2009) menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat perbedaan
depresi postpartum pada ibu yang mendapatkan intervensi psikoedukasi dan yang tidak
mendapatkan intervensi psikoedukasi. Berdasarkan kedua penelitian tersebut
menunjukkan bahwa psikoedukasi keluarga sangat dibutuhkan dan berpengaruh bagi
keluarga yang memiliki anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa maupun masalah
psikososial.
II. Pengertian

Psikoedukasi merupakan salah satu bentuk dari intervensi, baik untuk keluarga maupun
klien yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Tujuan dari program psikoedukasi
adalah menambah pengetahuan tentang gangguan jiwa sehingga diharapkan dapat
menurunkan angka kambuh dan meningkatkan fungsi keluarga. Tujuan ini akan dicapai
melalui serangkaian kegiatan edukasi tentang penyakit, cara mengatasi gejala, dan
kemampuan yang dimiliki keluarga (Stuart & Laraia, 2001).
Psikoedukasi atau sering disebut dengan personal and social education atau pendidikan
pribadi dan sosial merupakan gerakan yang relatif baru namun penting di lingkungan
psikologi konseling. Psikoedukasi juga merupakan terapi yang bertujuan untuk
memberikan informasi terhadap keluarga dan masyarakat yang mengalami distress,
memberikan pendidikan kepada mereka untuk meningkatkan keterampilan,
meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor, untuk dapat memahami dan
meningkatkan koping akibat gangguan jiwa yang dapat mengakibatkan masalah pada
keluarga dan masyarakat (Wijayanti, Wahyuningsih & Widiyanti, 2010).
Stuart & Laraia (2001) menjelaskan bahwa secara umum, program komprehensif dari
psikoedukasi adalah sebagai berikut:

a. Komponen didaktik, berupa pendidikan kesehatan, yang menyediakan informasi


tentang penyakit dan sistem kesehatan jiwa.

b. Komponen ketrampilan, yang menyediakan pelatihan tentang komunikasi,


penyelesaian konflik, pemecahan masalah, asertif, manajemen perilaku dan manajemen
stres.

c. Komponen emosional, memberi kesempatan ventilasi dan berbagi perasaan disertai


dukungan emosional. Mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan, khusus pada keadaan
krisis.

d. Komponen sosial, peningkatan penggunaan jejaring formal dan non formal.


Peningkatan kontak dengan jejaring sumber daya dan sistem pendukung yang ada di
masyarakat akan menguntungkan keluarga dan klien.

Hal-hal yang dilakukan pada saat melakukan psikoedukasi keluarga antara lain:
• Mengidentifikasi bagaimana reaksi anggota keluarga terhadap keadaan pasien yang
menderita gangguan jiwa.

• Mengidentifikasi faktor penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh pasien.

• Mengidentifikasi tanda dan gejala prodormal gangguan jiwa yang terjadi pada pasien.

• Mengajarkan kepada keluarga bagaimana strategi koping yang dapat diterapkan.

• Menjelaskan kepada keluarga tentang psikobiologi gangguan jiwa, diagnosis dan


pengobatannya, reaksi keluarga, trauma keluarga, pencegahan kambuh, guideline
keluarga.

• Melakukan pemecahan masalah secara terstruktur.

III. Tujuan Intervensi

Pada akhir kegiatan diharapkan klien dapat mengurangi gangguan yang ia alami dan
dapat mengendalikan perilakunya.

IV. Rancangan intervensi

Tabel Rancangan Intervensi Psikoedukasi

Tritmen Tujuan Target perilaku Rancangan


pertemuan
Psikoedukasi  Memberikan -Klien dapat 2 kali Pertemuan
Klien pemahaman mengenai memahami permasalahan yang
gangguan yang klien alami. sedang dihadapinya terutama
gangguan perkembangan yang
 Memberikan dialami anaknya.
informasi mengenai
perkembangan anak sebagai -Klien dapat memahami bahwa
upaya untuk membantu gejala gangguan yang
pemahaman subyek dan dideritanya disebabkan karena
keluarga mengenai kecemasan yang ia alami dan
perkembangan anak. Hal ini dapat mempengaruhi
diharapkan dapat perilakunya.
meringankan pikiran negatif
subyek yang
menyebabkan klien depresi. -Klien dapat mengenali dan
mengekspresikan emosi secara
tepat dan tidak merugikan diri
sendiri dan orang lain.

-Klien dapat memiliki
pandangan masa depan yang
lebih optimis.
1. Tata ruang

 Sebuah ruangan dengan ventilasi udara dan cahaya yang cukup

 Satu set kursi tamu

 Klien dan terapis dalam posisi berhadapan

2. Media

 Alat tulis, meja, kursi

3. Materi

Dalam psikoedukasi, klien diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengungkapkan


perasaannya, apa yang dipikirkan mengenai masalah yang bersumber stresor utama
klien. Dengan demikian diharapkan klien merasakan kelegaan dan kecemasan terhadap
masalah yang dihadapinya akan berkurang. Terapis membantu klien untuk melihat
proporsi masalah yang sebenarnya. Kemudian terapis mengajarkan kepada klien
bagaimana strategi koping yang dapat diterapkan dengan memberikan informasi-
informasi yang dibutuhkan oleh klien.

4. Prosedur

 Terapis membuka sesi pertemuan dengan membangun rapport yang baik


dengan klien dengan cara melakukan pembincaraan ringan seputar kabar klien dan
kesibukan klien selama beberapa hari terakhir agar klien merasa nyaman.

 Klien diedukasi mengenai permasalahan yang sedang dihadapinya dan


memberikan informasi mengenai gangguan perkembangan yang dialami oleh
anaknya agar klien dapat mencari jalan keluar dari permasalahannya.

 Terapis memberikan saran untuk dapat mempertimbangkan rekomendasi


tetangga yang menyarankan anak pertama klien untuk dipindahkan ke sekolah yang
memiliki guru pendamping atau memindahkan anak klien ke sekolah anak berkebutuhan
khusus agar dapat penanganan khusus dari keterlambatan perkembangannya. Klien juga
memahami permasalahan pada anak keduanya dan tetap memberikan terapi yang
sesuai. Suami klien diharapkan dapat memberikan dukungan dari permasalahan yang
sedang dihadapi oleh klien.

5. Metode

 Ceramah dan sharing

6. Waktu : ± 75 menit

DAFTAR PUSTAKA
Hadi, P. 2004. Depresi dan solusinya. Yogyakarta: Penerbit Tugu.

Mc. Dowel, I & Newell, C. (1996). Measuring health: A guide to rating scales


and  questionnaire (2nd ed). New York; Oxford University Press.

Stuart. G.W and Laraia. (2001). Principle and practice of psychiatric nursing (7th ed). St Louis:
Mosby Year Book.

Wardaningsih, S. (2007). Pengaruh psikoedukasi pada kemampuan keluarga dalam merawat pasien


dengan halusinasi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tesis (Tidak diterbitkan). Jakarta:
Universitas Indonesia.

Wiyati, R., Wahyuningsih, D., Widayati, E.D. (2010). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga


Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal Of nursing), Volume 5, No.2. Prodi
keperawatan Purwokerto, Poltekkes, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai