BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dasar yang cukup kuat sebagai landasan untuk menjalani kehidupan yang
dunia pendidikan sebagai sarana transmisi dan transformasi nilai dan ilmu
karakter bangsa ini, tidak lepas pula dari peran yang dimainkan oleh dunia
1
2
inilah yang sedikit banyak bisa menimbulkan stres belajar pada peserta
oleh tuntutan yang tinggi terhadap prestasi siswa (Taufik & Ifdil, 2018).
Belajar lebih banyak berhubungan dengan aktifitas jiwa, dengan kata lain
dalam proses belajar dan hasilnya dalam keadaan stabil dan normal
kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, marah, stres, putus
asa atau sangat gembira, ini semua akan menghambat proses belajar dan
pengalaman yang paling sering dialami oleh para siswa, baik yang sedang
2016).
3
Stres tidak bisa dipisahkan dalam setiap aspek kehidupan. Stres bisa
dialami oleh siapa saja. Stres memiliki implikasi negatif jika berakumulasi
dalam kehidupan individu tanpa ada solusi yang tepat (Safaria, 2006). Di
seperti melarikan diri dan bunuh diri misalnya, dalam Kompasiana, 2011
seorang siswa shock dan bunuh diri karena tidak lulus UN, Karena malu
Peristiwa di Medan seorang gadis bunuh diri dengan loncat dari lantai 4
sebuah plaza karena tidak naik kelas. Dalam kurun waktu lima bulan
kasus bunuh diri dengan berbagai motif sampai November 2011, dari 12
kasus tersebut, lima kasus terbaru dilakukan oleh pelaku yang masih
berusia remaja. Angka kasus bunuh diri pada kalangan anak hingga remaja
ribu penduduk Indonesia bunuh diri setiap tahun. Dari kejadian kasus
bunuh diri tersebut, ternyata kasus yang paling tinggi terjadi pada rentang
usia remaja hingga dewasa muda, yakni 15-24 tahun (Taufik & Ifdil, 2018).
Ini berarti tidak sedikit hal buruk yang terjadi akibat dari stres akademik
atau stres dalam belajar tersebut, dimana stres akademik masih menjadi
tema stres belajar. Untuk itu penulis mengambil bahasan dengan judul
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
APA DAN BAGAIMANA STRES ITU TIMBUL
A. Pengertian Stres
Istilah stres tersebut pun masih berdasarkan penekanan yang belum secara
tuntutan atau kebutuhannya. Stres dalam bentuk apapun adalah bagian dari
kehidupan sehari-hari.
5
6
teori yang membahas secara mendalam tentang stres, yaitu ditinjau dari
(Nasutian, 2007).
stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu.
ancaman yang dapat menimbulkan hasil yang postif maupun negatif. Hal
tersebut berarti bahwa stres dapat berdampak negatif atau positif terhadap
maupun fisik yang dapat terjadi pada semua orang dalam satu waktu atau
dan situasi sosial yang berpotensi pada kondisi yang tidak baik (Dhini
Rama Dhania, 2010). Rice mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian
dangkal serta beberapa gejala lain yang bersifat somatis. Hal ini biasanya
terjadi karena adanya keinginan atau kebutuhan yang kurang atau tidak
munculnya suatu stresor, dampak dari stresor bergantung pada sifat stresor,
bukan saja dialami oleh orang dewasa, tapi juga terjadi pada mahasiswa.
mengganggu, dan tidak terkendali atau dengan bahasa lain stres adalah
2018). Satu hal yang perlu diingat bahwa stres tidak dapat dihindari karena
setiap manusia pasti memiliki stres. Namun yang perlu di lakukan adalah
akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis (respon) dan
organizational stress atau job stress, yakni stres yang dialami individu
berbeda dalam hal stresor. Pada mahasiswa stresor dapat berupa keuangan,
meliputi reaksi fisik, emosi, kognitif dan tingkah laku. Reaksi ini pada
umumnya ditandai dengan reaksi fisik berupa pusing, sakit perut, reaksi
emosi berupa perasaan sedih, marah dan menangis, reaksi kognitif seperti
reaksi yang meliputi reaksi fisik, emosi, kognitif dan tingkah laku. Reaksi
ini pada umumnya ditandai dengan reaksi fisik berupa pusing, sakit perut,
reaksi emosi berupa perasaan sedih, marah dan menangis, reaksi kognitif
11
tingkah laku seperti berteriak, melempar benda dan masih banyak lainnya”.
itu dari dalam diri maupun luar diri individu (Hidayat, 2017).
Senada dengan hal tersebut (Barseli & Ifdil, 2018) Stres akademik
dan karir, serta kecemasan saat menghadapi ujian (Barseli & Nikmarijal,
2017)
yang meliputi tekanan untuk naik kelas, lama belajar, menyontek, banyak
menentukan jurusan dan karir, serta kecemasan ujian dan yang terakhir
bidang akademik tidak lepas dari aktivitas- aktivitas yang membuat stres
12
(Sari & Lubis, 2018). Stres akademik merupakan salah satu kategori yang
yang lebih lama, tugas-tugas sekolah yang lebih banyak, dan keharusan
2018). Menurut Arifin (2018) stres yang dialami siswa di sekolah perlu
mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak agar
dapat mengelolah dengan baik. Stres dalam kehidupan siswa tidak dapat
Bahari, & Ismail, 2009). Menurut Mulya, Indrawati, & Soedarto, (2016)
Stres akademik adalah perasaan cemas, tertekan baik secara fisik maupun
13
akademik dari guru maupun orangtua untuk memperoleh nilai yang baik,
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan baik, dan tuntutan tugas
pekerjaan rumah yang tidak jelas dan adanya lingkungan kelas yang
kurang nyaman.
belajar megajar atau akademik seperti keharusan mendapat nilai yang baik
dan penyelesaian tugas tepat waktu dan baik, itu menyebabkan rasa cemas
C. Aspek-aspek Stres
oleh individu (Desinta & Ramdhani, 2013). Menurut Philips (Yosep, 2007)
sekolah itu sendiri dalam hal ini dibagi dalam dua aspek tuntutan, yaitu :
1. Academic stressor
2. Social stressor
a. Tekanan Belajar
oleh individu dapat berasal dari orang tua, teman sekolah, ujian di
b. Beban Tugas
d. Ekspektasi Diri
e. Keputusasaan
tugas−tugas di sekolah.
a. Fisikal
b. Emosional
c. Intelektual
d. Interpersonal
(2011). Hal ini dikarenakan Sun, Dunne dan Hou (2011) menjelaskan
akademik.
Perbedaan aspek stres akademik Sun, Dunne dan Hou (2011) adalah
Stres dapat bersifat positif dan negatif. Stres positif disebut juga
eustress, yang terjadi apabila taraf stres yang dialami mendorong atau
Dari segei levelnya, stres dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres
biasa (ringan) dan stres traumatik (stres berat). Stres biasa merupakan jenis
stres yang biasa dihadapi hampir oleh semua orang. Stres traumatik dapat
(Aryani, 2016)
(emosional).
berlebihan.
18
diam.
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
2. Distress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak
jenis stres, pertama stres yang positif yang disebut eustress, stres jenis ini
jenis stres yang berdampak negatif yang disebut distress, yaitu stres
kecilkecilan.
untuk mengatahui stress yang dialami seseorang, terdapat dua gejala yaitu:
1. Gejala fisik : yang termasuk dalam gejala stress bersifat fisik antara
lain ialah sakit kepala, darah tinggi, sakit jantung, sulit tidur, sakit
memecahkan barang.
Hardjana (2002) gejala stress dibagi menjadi empat bagian antara lain:
1. Gejala fisik : sakit kepala, tidur tidak teratur, sakit punggung, sulit
buang air besar, gatal-gatal pada kulit, urat tegang terutama pada
dipenuhi oleh satu pikiran saja, dalam kerja jumlah kekeliruan yang
dibuat bertambah.
dengan kata-kata.
atas dapat disimpulkan bahwa jenis stres ada dua yaitu eustress dan
21
sedangkan distress yaitu stres yang bersifat negative dan ada empat ciri-
(Khoiroh, 2011) :
kadar estrogen pada wanita menurun hingga 80%. Ini adalah masa
besar yang terjadi, seperti muka kemerahan dan terasa panas, masa
maskulinitas pada pria, seperti rambut, suara yang berat dan figur
22
juga berkaitan dengan pola pikir sifat mereka dengan wanita. Cara
E. Dimensi Stres
dimensi stres menjadi tiga yang disebut sebagai “the perceived stress
scale”, yaitu :
tertekan.
F. Tahapan Stres
2012) terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu tidak stres (normal), stres
ringan, stres sedang, stres berat, dan stres sangat berat. Seseorang dapat
jatuh pada kondisi stres dimulai dari tahap pertama ( paling ringan ), tahap
kedua, tahap ketiga, tahap keempat, tahap kelima, tahap keenam (paling
pekerjaan, all out disertai rasa gugup yang berlebihan pula, merasa
lelah sesudah makan siang, lekas merasa capek menjelang sore hari,
4. Stres tahap IV, gejala yang muncul: tidak bisa bertahan sepanjang
penyebabnya.
Tidak jarang orang yang mengalami tahap ini, berulang kali dibawa
1. Tahap 1: stres pada tahap ini justru dapat membuat seseorang lebih
pencernaan.
insomnia.
(Hardjana, 2002) namun masih dalam konteks yang sama yaitu sebagai
berikut :
2. Stres tingkat II, Dalam tahapan ini dampak stress yang mulai
3. Stres tingkat III, Pada tahap ini keluhan keletihan semakin terlihat
4. Stres tingkat IV, Tahapan ini menujukan keadaan yang lebih buruk,
mengerti mengapa.
bisa lagi.
untuk menjadi sumber stress (Rumiani, 2006). Salah satu faktor yang ikut
akademik yang dinilai terlampau berat, hasil ujian yang buruk, tugas yang
Pendapat Kozier dan Erb bahwa dampak stresor yang dialami individu
(Kusumaningrum, 2013)
faktor lain yang dapat memicu stres juga adalah pola asuh orang
juga dengan suasana sekolah, cara guru mengajar, bahan pelajaran yang
dan bahaya.
yang kurang.
2. Karakteristik kepribadian
3. Variable sosial-kognnitif
5. Strategi coping
timbul akibat perlakuan orang lain. tekanan itu akan membuat batin
stres yaitu : peristiwa dalam hidup yang sangat berat atau disebut
(anxiety) dan sistem syaraf menjadi kurang terkendali. Pusat syaraf otak
32
lainnya (Yosep, 2007). Individu yang berada dalam kondisi stres, kondisi
2010).
memicu pengembangan diri, selama stres yang dialami masih dalam batas
daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan
terasa lesu dan lemah, kesulitan tidur nyenyak. Dampak perilaku yang
muncul rasa takut, cemas, rasa malu, marah, depresi dan penolakan
(Rumiani, 2006)
serta mual. Oleh karena itu, stress yang berkepanjangan akan berdampak
dikenali dan dieliminir oleh individu. Selain itu, kondisi sosial ekonomi
individu yang serba kekurangan dan lingkungan hidup (seperti di desa dan
di kota besar) juga berpotensi melahirkan stress. Hal itulah salah satu
(Rumiani, 2006). Secara garis besar dampak stres dapat menimpa pada
kondisi fisik dan kondisi psikologis individu. Seperti telah dijelaskan pada
34
indikasi gejala stress di atas. Berikut ini dampak stress terhadap fisik
informasi yang ditangkap oleh satu atau kelima indra kita. Setelah
yaitu:
berbagai emosi yang ada, emosi yang biasa menyertai stres adalah
yang biasa muncul pada waktu seseorang merasa, entah nyata atau
atau ada dalam situasi bahaya. Dalam rasa takut itu terkait rasa
(anxiety).
Stres belajar yang dialami siswa dalam jangka waktu yang panjang
(Rumiani, 2006).
37
dari stres cenderung lebih banyak kesisi negatif, baik untuk fisik
BAB III
MENGELOLA DAN MEMINIMALISIR STRES BELAJAR
tidak dapat menentukan respon yang efektif terhadap kondisi atau stimulus
kognitif.
stimulus yang datang, merespon dengan pikiran dan perilaku yang positif.
Salah satu teknik konseling yang dianggap efektif untuk mengatasi stres
38
39
2015).
kelompok teknik usaha sadar untuk memusatkan perhatian pada suatu cara
yang tidak analitis dan usaha yang tidak memikirkan pada renungan
dengan baik, peredaran darah akan menyebar keseluruh jaringan sel tubuh,
40
(Arifin, 2018).
kemudian pelan, lalu berbisik dan akhirnya dalam pikiran saja. Jika ada
pikiran yang mengganggu, biarkan saja sebab bunyi atau kata yang
C. Mengelola Stres
neuromuscular.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
keharusan mendapat nilai yang baik dan penyelesaian tugas tepat waktu
dan baik, itu menyebabkan rasa cemas dan tekanan baik secara fisik
maupun emosional.
kesimpulan faktor yang menyebabkan stres yaitu, dari faktor internal dan
aktivitas fisik.
B. Saran
43
44
KEPUSTAKAAN
749.
Nurmalasari, Y., Yustiana, Y. R., & Ilfiandra. (2015). Efektivitas restrukturisasi
kognitif dalam menangani stres akademik siswa. Bimbingan Dan Konseling.
Rahmawati, D. D. (2012). Universitas sumatera utara. Child Development, 72(X),
9–18. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Rahmi, N. (2013). Hubungan Tingkat Stres Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Tingkat Ii Prodi D-Iii Kebidanan Banda Aceh Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Nad Ta. 2011/2012. Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah, 2(1), 66–
76.
Rizky Dianita Segarahayu. (2013). Pengaruh Manajemen Stres Terhadap
Penurunan Tingkat Stres Pada Narapidana di LPW Malang. Psikologia-
Online, 1–16. Retrieved from http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikelDEB288149FBAA98C9CB27EB18035D9
5A.pdf
Rumiani. (1991). Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan
Stres Mahasiswa Rumiani Prodi Psikologi Universitas Islam Indonesia. 3(2),
37–48.
Safaria, T. (2006). Stres Ditinjau dari Active Coping, Avoidance Coping dan
Negative Coping. Humanitas, 3, 87–93.
Sandra, R., & Ifdil, I. (2015). Konsep Stres Kerja Guru Bimbingan dan Konseling.
Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(1), 80–85.
https://doi.org/10.29210/12015254
Sari, I., & Lubis, L. (2018).Hubungan stres belajar dengan prestasi sekolah.
Jurnal Diversita. 4(2), 90–98.
Sudarsana, I. K. (2017). Peningkatan mutu pendidikan agama hindu melalui
efektivitas pola interaksi dalam pembelajaran di sekolah. Prociding SEMAYA
2: Seminar Nasiona Agama & Budaya, (Semaya II), 134–142. Retrieved
from
http://proceedings.jayapanguspress.org/index.php/semaya2/article/view/51
Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter? Pendidikan Karakter, 1(1),
47–58. https://doi.org/10.21831/jpk.v1i1.1316
Taufik, T., & Ifdil, I. (2018). Kondisi Stres Akademik Siswa SMA Negeri di Kota
Padang. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 1(2), 143.
https://doi.org/10.29210/12200
Wahyudi, R., Bebasari, E., & Nazriati, E. (2015). Hubungan kebiasaan
berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran
universitas riau tahun pertama. Jurnal Olahraga Stres, 2(2), 1–11.
47
https://doi.org/10.6067/XCV81C1XQ4
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta : Refika Aditama.
Zahn, F., Schäffer, A., & Fröning, H. (2018). Evaluating energy-saving strategies
on torus, k-Ary n-Tree, and dragonfly. Proceedings - 2018 IEEE 4th
International Workshop on High-Performance Interconnection Networks in
the Exascale and Big-Data Era, HiPINEB 2018, 2018–January, 16–23.
https://doi.org/10.1109/HiPINEB.2018.00011
48
LAMPIRAN
KARTU KUTIPAN
Adhi Mulya, H., Sri Indrawati, E., & Soedarto, J. S. (2016). Hubungan Antara
Motivasi Berprestasi Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Tingkat
Pertama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. 5(2), 296–
302.
7. Pengertian stres akademik
“Stres akademik adalah perasaan cemas, tertekan baik secara fisik
maupun emosional, tegang dan khawatir yang dialami karena ada tuntutan
akademik dari guru maupun orangtua untuk memperoleh nilai yang baik,
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan baik, dan tuntutan tugas
pekerjaan rumah yang tidak jelas dan adanya lingkungan kelas yang
kurang nyaman.”(hal. 13)
Barseli, M., & Ifdil, I. (2018). Konsep Stres Akademik Siswa. Jurnal Konseling
Dan Pendidikan, 5(3), 143. https://doi.org/10.29210/119800
16. pentingnya pendidikan
“Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan
perkembangan siswa. Pendidikan di sekolah dapat memenuhi beberapa
kebutuhan siswa dan menentukan kualitas kehidupan mereka dimasa
depan.” (hal.1)
17. Pengertian stres
“Stres adalah tekanan yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara situasi
yang diinginkan dengan harapan, di mana terdapat kesenjangan antara
tuntutan lingkungan dengan kemampuan individu untuk memenuhinya
yang dinilai potensial membahayakan, mengancam, mengganggu, dan
tidak terkendali atau dengan bahasa lain stres adalah melebihi kemampuan
individu untuk melakukan coping” (hal. 9)
18. " Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian
antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau
sistem sosial individu " (hal. 8)
19. stres akademik adalah tekanan-tekanan yang terjadi di dalam diri siswa
yang disebabkan oleh persaingan maupun tuntutan akademik. Senada
dengan hal tersebut. (hal. 11)
20. Stres akademik merupakan stres yang termasuk pada kategori
distress(Rahmawati dan Adawiyah, 2017) (hal. 10)
Barseli, M., & Nikmarijal, N. (2017). Jurnal Konseling dan Pendidikan Konsep
Stres Akademik Siswa. 5(3), 143–148. https://doi.org/10.29210/119800
21. Pengertian stres akademik
52
Bullare, F., Bahari, B., & Ismail, R. (2009). Sumber stres, strategi daya tindak dan
stres yang dialami pelajar universiti. Jurnal Kemanusiaan, (2000). Retrieved
from
http://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=intitle:Sumber+st
res+,+strategi+daya+tindak+dan+stres+yang+dialami+pelajar+universiti#0
24. Stres belajar
“Stres yang dialami pelajar disebabkan oleh sumber stres yang dialami
juga berkait dengan keputusan pemeriksaan pelajar” (hal. 13)
Desinta, S., & Ramdhani, N. (2013). Terapi tawa untuk menurunkan stres pada
penderita hipertensi. Jurnal Psikologi, 40(1), 13. Retrieved from
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7063/5515
25. “Sumber stres disebut stressor dapat berupa kondisi tubuh, kondisi
lingkungan, stimulus luar atau peristiwa yang diper- sepsi mengancam
oleh individu” (hal. 13)
26. “Stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka
rasakan sebagai sesuatu yang mengancam kesehatan fisik atau
psikologisnya” (hal. 7)
53
27. Stres dapat bersifat positif dan negatif. Stres positif disebut juga eustress,
(hal. 14)
Dhini Rama Dhania. (2010). Pengaruh Stres Kerja , Beban Kerja Terhadap
Kepuasan( Studi Pada Medical Representatif Di Kota Kudus ). Jurnal
Psikologi Universitas Muria Kudus, I(1), 15–23.
29. Jenis stres
“Stres dapat bersifat positif dan negatif.”
30. “Stres merupakan suatu kondisi internal yang terjadi dengan ditandai
gangguan fisik, lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi pada
kondisi yang tidak baik” (hal. 8)
Ernawati, L., & Rusmawati, D. (2015). Dukungan sosial orang tua dan stres
akademik pada siswa smk yang menggunakan kurikulum 2013. Jurnal
Empatii, 4(4), 26–31.
32. “Stres akademik diartikan sebagai suatu keadaan individu mengalami
tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stressor akademik, yang
54
Gunarsa, S.D. dan Singgih D. 2000 Gunarsa. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: PT Gunung Mulia.
35. Salah bentuk emosi yang tidak menyenangkan adalah Kecemasan. (hal.36)
a. Stressor rohani
b. Stressor mental
c. Stressor jasmani
39. Secara garis besar dampak stress dapat menimpa pada kondisi fisik dan
kondisi psikologis individu. (hal. 34)
Khoiroh, A. (2011). studi kasus tentang strategi copin stres pada single parent.
Skripsi. Surabaya : IAIN SUNAN AMPEL.
46. Adapun yang dimaksud dengan coping maladaptif adalah Strategi Coping
yang cenderung kurang efektif atau bersifat maladaptive (hal. 42)
47. Satu hal yang perlu diingat bahwa stres tidak dapat dihindari karena setiap
manusia pasti memiliki stres. Namun yang perlu di lakukan adalah
mengkontrol stres tersebut hingga dapat menjadi optimal dan tidak
merugikan kesehatan. (hal. 9)
48. stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah
membuktikan bahwa respon- respon tersebut dapat berguna sebagai
indikator terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang
dialami individu. (hal. 7)
49. Beberapa tipe kepribadian yang rentan menderita gangguan stress (hal. 17)
50. stres berdasarkan jenis kelamin (hal. 21)
51. Strategi coping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun
perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau
meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan (hal.
42)
57
Marhamah, A. (2013). Kecemsan Dan Problem Focused Ibu Hamil. 1(3), 292–
302.
59. Problem focused coping usaha individu untuk mengurangi atau
menghilangkan stress yang dirasakannya dengan cara menghadapi masalah
yang menjadi penyebab timbulnya stress secara langsung. Usaha yang
dilakukan oleh individu lebih banyak diarahkan kepada bentuk- bentuk
usaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (hal. 42)
Murtana, A. (2017). Naskah Publikasi. Hubungan antara harga diri dan interaksi
teman sebaya dengan stres belajar naskah.
61. “Stres belajar sebenarnya bukanlah konsep yang orisinil dan sama sekali
baru, tetapi lebih merupakan pengembangan dari konsep organizational
stress atau job stress, yakni stres yang dialami individu akibat tuntutan
organisasi atau tuntutan pekerjaannya” (hal. 9)
63. Sedangkan menurut Selye stres diawali dengan reaksi waspada (alarm
reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh
secara otomatis, seperti : meningkatnya denyut jantung, yang kemudian
diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai
tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu
untuk terus bertahan (hal. 7)
Nur, S. (2013). Konflik, stres kerja dan kepuasan kerja pengaruhnya terhadap
kinerja pegawai pada Universitas Khairun Ternate. Jurnal EMBA, 1(3), 739–
749.
69. bahwa dari perspektif orang biasa, stres dapat digambarkan sebagai
perasaan tegang, gelisah atau khawatir, semua perasaan merupakan
manifestasi dari pengalaman stres, suatu terprogram yang kompleks untuk
mempersepsikan ancaman yang dapat menimbulkan hasil yang postif
maupun negatif. Hal tersebut berarti bahwa stres dapat berdampak negatif
atau positif terhadap psikologis dan fisiologis (hal. 7)
Rahmawati, D. D. (2012). Universitas sumatera utara. Child Development, 72(X),
9–18. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
70. Stres merupakan suatu tekanan pada diri individu yang biasanya diikuti
dengan adanya gejala-gejala fisiologis, seperti otot mengencang, denyut
jantung meningkat, pernafasan menjadi cepat dan dangkal serta beberapa
gejala lain yang bersifat somatis. Hal ini biasanya terjadi karena adanya
keinginan atau kebutuhan yang kurang atau tidak terpenuhi (hal. 8)
Richard L. (2010). Era baru manajemen, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta.
61
72. Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan sebagai
“stres”. Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada sebuah kondisi
seseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan dan atau waktu yang
membuatnya sulit memfungsikan secara efektif semua wilayah kehidupan.
Keadaan ini dapat mengakibatkan munculnya cukup banyak gejala, seperti
depresi, kelelahan kronis, mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas
kerja yang rendah (hal. 6)
73. Individu yang berada dalam kondisi stres, kondisi fisiologisnya akan
mendorong pelepasan gula dari hati dan pemecahan lemak tubuh, dan
bertambahnya kandungan lemak dalam darah (hal. 32)
Safaria, T. (2006). Stres Ditinjau dari Active Coping, Avoidance Coping dan
Negative Coping. Humanitas, 3, 87–93.
83. Stres tidak bisa dipisahkan dalam setiap aspek kehidupan. Stres bisa
dialami oleh siapa saja. Stres memiliki implikasi negatif jika berakumulasi
dalam kehidupan individu tanpa ada solusi yang tepat. (hal. 3)
84. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya
tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa
lesu dan lemah, kesulitan tidur nyenyak. Dampak perilaku yang muncul
antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah,
penyalahgunaan obat dan alkohol, dan terlibat dalam kegiatan mencari
kesenangan beresiko yang berlebihan. (hal. 32)
63
85. Salah satu faktor yang ikut menentukan bagaimana stres bisa dikendalikan
dan diatasi secara efektif adalah strategi coping yang digunakan individu
(hal. 27-28)
86. tergantung secara penuh pada persepsi individu terhadap situasi yang
berpotensi mengancam. Penilaian individu terhadap sumber daya yang
dimilikinya menentukan bagaimana individu memandang sebuah situasi
spesifik sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan atau ancaman yang
berbahaya. (hal. 5)
Sandra, R., & Ifdil, I. (2015). Konsep Stres Kerja Guru Bimbingan Dan Konseling.
Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(1), 80–85.
https://doi.org/10.29210/12015254
87. Quinck & Quick mengkatagorikan stres kerja dalam dua jenis (hal. 18)
a. Eustress
b. Distress
Sari, I., & Lubis, L. (2018). Hubungan stres belajar dengan prestasi sekolah.
Jurnal Diversita. 4(2), 90–98.
88. Stres menjadi topik penting dalam lingkup akademik dimana bidang
akademik tidak lepas dari aktivitas- aktivitas yang membuat stres (hal. 12)
47–58. https://doi.org/10.21831/jpk.v1i1.1316
90. Sudah menjadi kesadaran bersama bahwa dunia pendidikan merupakan
cara yang telah dilakukan umat manusia sepanjang kehidupannya untuk
menjadi sarana dalam melakukan transmisi dan transformasi baik nilai
maupun ilmu pengetahuan. (hal. 1)
Sun, J, Dunne, MP, Hou, Xiang-Yu & Xu, Ai-Qiang. (2011). Educational Stress
Scale for Adolescent. Journal of psychoeducational Assesment. Diakses pada
tanggal 7 Maret 2016 dari http://dx.doi.org/
91. terdapat lima aspek stres akademik (hal. 14)
a. tekanan belajar
b. beban tugas
c. kekhawatiran terhadap nilai
d. ekspetasi diri
e. keputusan
Taufik, T., & Ifdil, I. (2018). Kondisi Stres Akademik Siswa SMA Negeri di Kota
Padang. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 1(2), 143.
https://doi.org/10.29210/12200
92. Di kalangan remaja Indonesia banyak ditemukan fenomena ketidak
mampuan siswa mengelola stress. Akibatnya akan berbuntut pada hal-hal
tragis seperti melarikan diri dan bunuh diri (hal. 3)
93. Sebagian besar sumber stres siswa berasal dari masalah akademik (hal. 2)
94. Perubahan tuntutan belajar dari masa sebelumnya juga menyebabkan
munculnya gejala stress. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh tuntutan
yang tinggi terhadap prestasi siswa (hal. 2)
95. “Dampak positif dari stres tersebut berupa peningkatan kreativitas dan
memicu pengembangan diri, selama stres yang dialami masih dalam batas
kapasitas individu tersebut.” (hal. 32)
Zahn, F., Schäffer, A., & Fröning, H. (2018). Evaluating energy-saving strategies
on torus, k-Ary n-Tree, and dragonfly. Proceedings - 2018 IEEE 4th
International Workshop on High-Performance Interconnection Networks in
the Exascale and Big-Data Era, HiPINEB 2018, 2018–January, 16–23.
https://doi.org/10.1109/HiPINEB.2018.00011
101.Individu cenderung berkonsentrasi dalam tugas- tugas yang mereka
rasakan mampu dan percaya dapat menyelesai- kannya serta menghindari
tugas-tugas yang tidak dapat mereka kerjakan (hal. 12)
66