Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang tentu akan menemukan kesulitan dan cobaan hidup.
Mungkin dia tidak merasa sedemikian berputus asa sehingga bunuh diri,
tetapi dia mempunyai pengalaman depresi sewaktu-waktu. Yang terkadang
diaplikasikan atau dicurahkan dalam beberapa bentuk, dan tak jarang
membawa mereka kedalam pemikiran yang menyulitkan, dan lain
sebagainya.
Biasanya semua orang tidak mengakui bahwa mereka telah
terpelosok ke dalam kancah penderitaan. Banyak dari mereka berpikir
tentang tingkat-tingkat depresi yang mereka sebut ”perasaan sedih” atau
seperti yang dilakukan oleh wanita dengan menangis. Tapi mereka sadar
bahwa sekali waktu kehidupan mereka tidak bahagia. Jelaslah ada
perbedaan antara ketidakbahagiaan dan penyakit mental. Bagaimana pun
juga, bentuk depresi yang paling ringan akan menumpulkan ketajaman
kehidupan yang paling keras. Sehingga beberapa orang yang terjebak
dalam kesedihan ataupun ketidak bahagiaan lainnya, mengambil langkah
berbahaya yang dapat merugikan dirinya, yaitu dengan tindakan bunuh diri
dan sebagainya.
Untuk itu makalah ini disusun sedemikian rupa guna membantu
pembaca agar lebih mudah memahami maksud dari depresi. Selain itu,
agar dapat memberikan pengetahuan atau wawasan bagi para pembaca.
Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami stress,
kecemasan, dan kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada orang yang
berpikir bahwa stress dan depresi bukan benar-benar suatu penyakit.
Padahal, dibandingkan AIDS yang menjadi momok saat ini, stres dan
depresi jauh lebih bertanggung jawab terhadap banyak kematian. Karena,
kedua hal tersebut merupakan sumber dari berbagai penyakit.

1
Stres dan depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan
dapat mengganggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam
emosi yang negative seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan,
dan kurang bersyukur dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan
kita menjadi lemah.
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama
saat ini, yang mendapat perhatian serius. Dinegara-negara berkembang,
WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi
salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan
menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung.
Berdasarkan data WHO tahun 1980, hampir 20%-30% dari pasien rumah
sakit di Negara berkembang mengalami gangguan mental emosional
seperti depresi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2 1 Apa yang dimaksud dengan teori penanganan PFA ( Psychological
First Aid ) ?
1.2 2 Bagaimana upaya yang dilakukan PFA ( Psychological First Aid )?
1.2 3 Bagaimana cara komunikasi yang baik dengan korban yang
mengalami distress ?
1.2 4 Apa persiapan yang perlu dilakukan pada saat tindakan PFA
( Psychological First Aid ) ?
1.2 5 Tindakan dasar dalam PFA ( Psychological First Aid )?
1.2 6 Bagaimana cara penanganan PFA( Psychological First Aid ) ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana cara penanganan pasien dengan menggunakan konsep
penangana PFA ( Psychological First Aid ) .
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui tentang Teori Konsep Penanganan PFA ( Psychological
First Aid )

2
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk mengetahui apa itu teori konsep penangan PFA ( Psychological
First Aid )
1.4.2 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan PFA ( Psychological First
Aid )
1.4.3 Untuk mengetahui bagaimana cara komunikasi yang baik dengan
korban yang mengalami distress ?
1.4.4 Untuk mengetahui apa persiapan yang perlu dilakukan pada saat
tindakan PFA ( Psychological First Aid ) ?
1.4.5 Untuk mengetahui tindakan dasar dalam PFA ( Psychological First
Aid )
1.4.6 Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan PFA ( Psychological
First Aid )
1.4.7 Agar makalah ini menjadi referensi untuk dapat menambah wawasan
tentang Teori Konsep Penanaganan PFA ( Psychological First Aid )
1.5 Sistematika Penulisan
1.5.1 Bab I, merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika
penulisan dan metode penulisan.
1.5.2 Bab II, merupakan tinjauan teoritis mengenai Teori Konsep
Penanganan PFA ( Psychological First Aid )
1.5.3 Bab III, merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran
1.6 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini diambil dari beberapa referensi dari internet dan studi
pustaka

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definis Teori Konsep PFA ( Psychological First Aid )
PFA ( Psychological First Aid ) merupakan kemanusiaan, suatu respon
dukungan yang diberikan kepada manusia yang mengalami penderitaan dan
yang membutuhkan dukungan.
PFA ( Psychological First Aid ) merupakan serangkaian ketrampilan yang
bertujuan untuk mengurangi dampak negative stress dan mencegah timbulnya
gangguan kesehatan mental yang lebih buruk yang disebabkan oleh situasi
sulit atau bencana yang dihadapi individu.
2.1.1 Untuk siapa PFA ( Psychological First Aid ) ?
PFA ( Psychological First Aid ) ditujukan untu orang yang merasa
tertekan yang baru saja mengalami suatu peristiwa yang traumatis.
Kita dapat memberikan bantuan pada anak-anak dan orang dewasa.
Namun, tidak semua orang yang mengalamai peristiwa traumatis
membutuhkan PFA. Jangan memaksa memberikan bantuan kepada
orang yang tidak menginginkannya. Berikan bantuan kepada mereka
yang membutuhkan dukungan.
2.1.2 Tujuan dan Manfaat PFA ( Psychological First Aid )?
Untuk memenuhi kebutuhan mendesak dasar, mengurangi tingkat
stress yang dialami, dan memperkuat daya adaptasi alami, sehingga
dapat mencegah dampak gangguan yang lebih parah dan membantu
proses pemulihan alami.
2.1.3 Kapan PFA ( Psychological First Aid ) diberikan?
PFA dapat diberikan ketika kontak langsung pertama kali dengan
orang-orang yang merasa tertekan setelah mengalami suatu peristiwa
traumatis. PFA merupakan bagian dari tanggap bencana sehingga
dapat diberikan segera setelah suatu bencana terjadi. Lamanya
pemberian PFA tergantung berapa lama kejadiaanya berlangsung dan
seberapa parah bencana tersebut.

4
2.1.4 Dimana PFA ( Psychological First Aid ) diberikan?
PFA dapat diberikan di tempat kejadian atau di tempat dimana para
korban bencana berkumpul. Seperti misalnya, pusat evakuasi, pusat
pemulihan, rumahsakit, rumah, sekolah, tempat perbelanjaan, bandara,
dan stasiun.
2.2 Upaya yang dilakukan PFA ( Psychological First Aid )
- Menenangkan korban
- Mengurangi distress
- Membuat korban merasa aman dan kuat
- Membantu mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan saat itu
- Membina hubungan saling percaya
- Membantu korban memahami tentang bencana dan segalan hal yang
berkaitan dengan bencana
- Membantu korban untuk mengidentifikasi kemampuannya untuk dapat
mengatasi masalahnya
- Memberikan harapan
- Dapat digunakan untuk skrining awal bagi korban yang membutuhkan
bantuan khusus. Seperti misalnya : Korban dengan cedera yang
mengancam nyawa, Korban yang sangat marah sehingga tidak bias
merawat dirinya sendiri dan anak-anakanya, Korban yang melukai dirinya
sendiri, Korban yang menyakiti korban lainnya.
2.3 Cara komunikasi yang baik dengan korban yang mengalami distress
Cara berkomunikasi yang baik yaitu dengan memahami setiap kata dan
Bahasa tubuh korban seperti, ekspresi wajah, kontak mata, cara duduk,
ataupun cara berdiri. Setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk berperilaku.
Berperilaku dan berbicara sesuai dengan budaya, usia, jenis kelamin, adat
istiadat dan agama korban adalah cara yang terbaik.

5
Hal-hal yang bias dikatakan dan Hal-hal yang harus dihindari untuk
dilakukan dilakukan atau dikatakan
1. Mencoba untuk mencari tempat 1. Jangan memaksa korban untuk
yang tenang dan meminimalkan menceritakan masalahnya
gangguan dari luar 2. Jangan menyela atau terburu-
2. Menjaga privasi korban buru ketika seseorang sedang
3. Membiarkan mereka tahu bahwa bercerita (misalnya, tidak
penolong sedang mendengar melihat jam atau berbicara
dengan cara mengangguk kepala terlalu cepat)
atau mengatakan “hmmm” 3. Jangan menyentuh seseorang
4. Sabar dan tenang jika tidak yakin
5. Memberikan informasi yang 4. Jangan mengatakan “ anda tidak
jelas, tidak memberikan harus merasa seperti itu”, atau “
informasi yang tidak kita tahu anda harus beruntung anda
“saya tidak tahu, tapi saya akan adalah korban selamat”.
mencoba untuk mencari tahu 5. Jangan menggunakan Bahasa
tentang itu untuk anda” yang sulit dimengerti
6. Memberikan informasi dengan 6. Jangan memberikan suatu hal
cara orang dapat memahami yang kita tidak tahu
7. Mengakui bagaimana perasaan 7. Jangan menceritakan kisah
mereka “saya minta maaf, saya orang lain
bias membayangkan ini sangat 8. Jangan bercerita tentang
menyedihkan untuk anda” masalah kita sendiri
8. Mengakui kekuatan seseorang 9. Jangan memberikan janji
dan bagaimana mereka telah apabila kita tidak bias menepati
bangkit dalam keterpurukan. 10. Jangan bertindak seolaholah
kita harus menyelesaikana
semua masalah korban
11. Jangan menyebut mereka
dengan nama-nama negative
(misalnya, tidak mengatakan
mereka “gila”, atau “sinting”.
6
2.4 Persiapan yang perlu dilakukan pada saat tindakan PFA
( Psychological First Aid )
1. Mempelajari apa yang sedang terjadi
2. Memahami tentan layanan dan dukungan yang tersedia
3. Memahami tentang keselamatan dan keamanan diri sendiri maupun korban
Pertanyan-pertanyaan yang bisa membantu untuk memahami situasi
Apa yang sedang terjadi 1. Apa yang terjadi?
2. Kapan dan dimana itu
terjadi?
3. Seberapa banyak korbanya?
Layanan dan dukungan yang 1. Siapa yang bertugas
tersedia menyediakan layanan
seperti makanan, air,
tempat tinggal, dan siapa
yang bertugas mencari
anggota keluarga yang
hilang?
2. Dimana dan bagaimana
korban bisa mengakses
layanan tersebut?
3. Siapa lagi yang membantu?
Apakah masyarakat
setempat juga membantu?
Kemanan dan keselamatan diri 1. Apakah akan terjadi gempa
sendiri maupun korban susulan, longsor susulan?
2. Bahaya apa yang mungkin
akan terjadi?
3. Apakah ada daerah atau
tempat yang perlu
dihindari?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat penting karena dapat membantu
kita dalam memahami situasi yang sedang terjadi, sehingga kita dapat

7
memberikan PFA lebih efektf dan lebih mengetahui apa yang harus
dilakukan untuk menjaga keselamatan kita.
2.5 Tindakan dasar dalam PFA ( Psychological First Aid )
Terdapat 3 tindakan dasar dalam PFA ( Psychological First Aid ) yaitu
LOOK, LISTEN, dan LINK
LOOK 1. Periksa a. Bahaya apa yang Jika kita tidak yakin
keamanan sedang kita lihat tentang kejadian yang
(banjir, sedang terjadi, maka
kebakaran, tanah jangan pergi. Jika
longsor dsb)? memungkinkan
b. Dapatkah kita berkomunikasilah
memberikan dengan korban dalam
bantuan tanpa jarak yang aman
kemungkinan
adanya bahaya?
2. Periksa adakah a. Apakah ada Cobalah mencari
orang yang korban yang luka bantuan untuk korban
membutuhkan parah yang yang memerlukan
bantuan yang membutuhkan kebutuhan khusu.
mendesak bantuan medis Merujuk orang yang
darurat? mengalami cedera
b. Apakah ada orang serius ke bagian tim
yang terjebak medis
c. Apakah ada orang
yang memerlukan
kebutuhan
mendesak seperti
baju yang robek?
d. Apakah ada orang
yang perlu
bantuan dari

8
diskriminasi atau
kekerasan?
3. Periksa apakah a. Apakah ada orang Pertimbangan apakah
ada orang yang sangat PFA efektif untuk
dengan reaksi marah, tidak mereka.
distress yang mampu bergerak
sangat serius sendiri, tidak
berespon terhadap
orang lain atauah
shock?
b. Perhatikan yang
mana yang paling
merasa tertekan?
LISTEN 1. Pendekatan 1. Melakukan
dengan orang pendekatan sesuai
yang dengan budaya
membutuhkan mereka
dukungan 2. Memperkenalkan
diri
3. Menanyakan
apakah kita dapat
memberikan
bantuan
4. Membuat nyaman
mereka seperti,
menawarkan air
jika itu bisa kita
lakukan
5. Menjaga mereka
untuk merasa
aman

9
a. Mengamanka
n mereka jika
itu bisa kita
lakukan
b. Mencoba
untuk
melindungi
dari paparan
media
c. Jika mereka
sangat
tertekan,
cobalah untuk
memastikan
bahwa mereka
tidak sendiri
2. Tanyakan 1. Meskipun
tentang kebutuhan yang
kebutuhan yang mereka butuhkan
diperlukan saat sudah sangat
ini jelas. Tetapi
tetaplah
menanyakan apa
yang mereka
butuhkan dana pa
yang mreka
khawatirkan.
2. Cari tahu apa
yang paling
penting untuk
mereka saat ini,

10
3. Mendengarkan 1. Tetap dekat
mereka dan dengan orang
membantu tersebut
mereka untuk 2. Jangan memaksa
merasa tenang mereka untuk
berbicara atau
bercerita
3. Dengarkan
mereka jika
mereka ingin
berbicara tentang
apa yang
dialaminya
4. Jika seseorang
merasa sangat
tertekan, cobalah
untuk
meyakinkan
bahwa mereka
tidak sendirian
LINK 1. Membantu 1. Segera setelah
mereka untuk kejadian
mendapatkan berlangsung.
kebutuhan dasar Cobalah, untuk
dan layanan membantu
medis mereka yang
dalam kesulitan
untuk memenuhi
kebutuhan dasar
mereka sesuai
keinginannya.

11
Seperti, makanan,
air, tempat
tinggal, dan
sanitasi.
2. Pahami
kebutuhan pokok
yang mereka
butuhkan seperti,
perawatan
kesehatan, baju,
atau alat makan
untuk bayi (botol
susu) dan cobalah
untuk
menghubungkan
mereka dengan
penyedia bantuan.
3. Pastikan mereka
yang rentan atau
mereka yang tak
berdaya tidak
terabaikan.
4. Melakukan
pertemuan
selanjutnya
apabila kita
berjanji untuk
melakukannya.
2. Membantu 1. Membantu
orang dalam mengidentifikasi
mengatasi dukungan yang

12
masalahnya ada dalam hidup
mereka. Seperti
teman, keluarga
atau seseorang
yang dapat
membantu
mereka dalam
situasi ini
2. Memberikan
saran yang praktis
untuk memenuhi
kebutuhan
mereka.
Misalnya,
bagaimana cara
untuk
memperoleh
bantuan makanan
atau bahan
material lainnya.
3. Mendorong
mereka untuk
melakukan
strategi koping
yang positif.
a. Cukup
istirahat
b. Makan teratur
dan minum
air yang
cukup

13
c. Berbicara dan
menghabiskan
waktu dengan
keluarga dan
teman-teman
d. Mendiskusika
n masalah
dengan orang
yang
dipercaya
e. Melakukan
kegiatan yang
mampu
membuat
santai
(berjalan,
bernyanyi,
bermain
dengan anak-
anak).
f. Melakukan
latihan fisik
g. Ikut dalam
kegiatan
masyarakat
3. Memberikan 1. Tentang kejadian a. Mencari tahu
informasi 2. Tentang orang dimana kita
lain yang selamat dapat
maupun tidak mendapatkan
selamat informasi yang
3. Tentang tepat dan

14
keamanan mereka terbaru
4. Tentang cara b. Mencoba
mengakses untuk
layanan yang mendapatkan
tersedia informasi
sebanyak
mungkin
sebelum
mendekati
mereka untuk
menawarkan
bantuan
c. Mencoba
untuk
mengupdate
tentang
kejadian yang
terjadi,
masalah
keamanan,
layanan yang
tersedia dan
orang-orang
yang
mengalami
luka maupun
orang-orang
yang hilang
d. Pastikan untuk
memritahu
mereka tentang

15
apa yang
terjadi dana pa
yang telah
direncanakan
e. Jika terdapat
layanan seperti
(layanan
kesehatan,
pakaian,
makanan).
Pastikan
mereka
megetahuinya
dan mampu
untuk
menjangkauny
a
f. Memberikan
informasi
secara detail
tentang
layanan yang
tersedia atau
segera
merujuknya
jika itu
diperlukan.
5. Menghubungka 1. Membantu
n dengan anggota keluarga
anggota agar tetap
keluarga bersama dan

16
maupun menjaga anak-
kerabatnya. anak agar tetap
bisa bersama
orang tuanya
ataupun dengan
orang yang
dicintainya.
2. Membantu
mereka agar
dapat terhubung
dengan temannya
kerabantanya
untuk
memperoleh
dukungan.

A. Orang-orang yang membutuhkan bantuan khusus


1. Anak-anak termasuk remaja
Bayi 1. Menjaganya agar tetap hangat dana man
2. Menjauhkan mereka dari suara keras maupun dari
kekacauan
3. Memberikan pelukan ataupun menggendong
mereka
4. Memberikan makan sesuai jadwal dan mencoba
untuk membuatnya tertidur
5. Berbicara dengan suara yang tenang dan lembut
Balita 1. Berikan mereka kesempatan untuk bermain dan
selalu awasi mereka
2. Ingatkan selalu kepada mereka bahwa mereka
dalam kondisi yang aman
3. Jangan memisahkan mereka dengan orang yang

17
dekat dengan mereka
4. Memberikan jawaban yang sederhana apabila
mereka bertanya tentang kejadian yang telah
terjadi
5. Mencoba untuk dekat dengan mereka jika mereka
merasa takut atau menempel dengan kita
6. Bersabar ketika mereka mengompol ataupun
meghisap jempolnya
Remaja 1. Beri mereka waktu untuk bersama teman-
temannya dan selalu berikan perhatian
2. Menjelaskan kepada mereka tentang apa yang
sudah yang terjadi
3. Mendengarkan tentang pikiran dan ketakutan
yang mereka hadapi, tanpa menghakimi
4. Memberikan harapan yang jelas
5. Mendorong mereka agar mau saling membantu
sesame korban.

2. Orang dengan kondisi kecacatan, penyakit kronik dan orang


dengan gangguan mental
a. Membantu mereka mencari tempat yang aman
b. Membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti,
makan, minum, air bersih, dan membantu untuk merawat diri
sendiri.
c. Jika mereka menjalani terapi pengobatan, maka bantu mereka
untuk mendapatkan obatnya apabila tersedia.
d. Tetap tinggal bersamanya. Pertimbangkan untuk menghubungi
lembaga perlindungan lainnya untuk memberikan bantuan
dalam jangka panjang.
e. Berikan informasi bagaimana cara mengakses layanan yang
tersedia.
3. Orang dengan resiko diskriminasi dan kekerasan

18
a. membantu mereka untuk menemukan tempat pengungsian yang
aman bagi mereka
b. membantu mereka untuk terhubung dengan orang yang
dicintainya atau dipercayainya.
c. Memberikan informasi tentang layanan yang tersedia dan
membantu mereka untuk menghubungkan dengan layanan yang
tersedia jika diperlukan.
2.6 Penanganan Konsep Psychological First Aid ( PFA)
Panduan PFA dikenal dengan akronim yang mudah diingat yaitu RAPID
(literalnya berarti ‘cepat’). Melakukan tindakan dengan cepat. Berikut adalah
kepanjangan dari singkatan tersebut (Everly, PFA Video, 2016):
R = Reflective Listening & Rapport
A = Assessment
P = Prioritization
I = Intervention
D = Disposition
+ S = Self-Care
a. Tahap pertama (Listening & Rapport).
Kerelaan untuk mendengarkan mereka secara reflektif dan empatik, agar
mendapatkan keakraban yang cukup. Jika Anda bingung apa yang akan
Anda lakukan saat di tempat kejadian, maka sangat mudah yaitu mulailah
‘mendengar’ (Everly, 2016).
Mencoba mendengarkan apa yang dikatakan mereka yang kita dekati
haruslah orang-orang yang terlihat sebagai ‘penyintas’ atau sudah dirujuk
dengan pasti (kata warga sekitar/pemerintah) bahwa dia memang
‘penyintas’.
Lalu apa sebenarnya ‘penyintas’ itu? Penyintas dalam Kamus Indonesia
adalah berasal dari kata kerja dasar ‘sintas’ yang artinya “terus bertahan
hidup, mampu mempertahankan keberdaannya (source: KBBI, Ebta
Setiawan).”

19
Namun dalam konsep psikologi ‘penyintas’ ini hanyalah ada tiga 3, dan
tugas kita sebagai relawan PFA di tempat kejadian kita ‘wajib’
mendengarkan ‘secara mendalam’ orang-orang yang sifatnya prioritas, dan
‘menselesaikan/memfilter’ dengan cepat orang yang belum prioritas atau
“pihak relawan anggap” bahwa penyintas mampu saja melewati masa
krisisnya itu yang artinya tidak ada tindakan lebih lanjut yang diperlukan
(Everly, 2016).
Lalu apa pula ‘orang prioritas’ ini? Anda akan mendapatkannya pada bagian
selanjutnya di bawah bagian
“Assessment”.
Sebelum itu, perlunya Anda mengenal 4 hal yang sangat baik jika Anda
lakukan dalam tahap ini, yaitu (Everly, PFA Video, 2016):
- Kenalkan Dirimu
( Jelaskan tujuan kehadiranmu )
- Tanyakan apa yang terjadi
( Parafrase poin-poin kuncinya )
- Tanyakan kondisi dirinya
( Apa dampak yang terjadi pada dirinya. Bagian ini sering ditukar
dengan yang di atas urutannya tergantung situasi )
- Klarifikasi Pernyataan Ambigu
( Contohnya perkataannya makna “sayadepresi…” atau perilakunya
‘saya sedangcemas…‘ dapat kita lakukan klarifikasi sesuai proporsi
tertentu )
b. Tahap Kedua (Assessment).
Atau pengukuran kondisi kebutuhan psikologis dan fisik / biologis dasar.
- Eustress. Mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
mereka terhadap pada hal-hal yang mereka harus capai.
(Everly, PFA Video, 2016)
Kelompok Eustress sebenarnya juga tidak senang terjadinya kesulitan
dan bencana tersebut (Everly, 2016).

20
Dysfunction. Sering disebut juga ‘Impairment (ketidakberdayaan)’
Disni adalah mereka yang memiliki ketidakberdayaan yang berat. Jika
ada hal-hal yang mereka perlu lakukan, dan dan mereka tidak dapat
melakukannya, tugas kita adalah mendampingi mereka secara langsung
ataupun tidak langsung sesuai proporsinya. Kelompok penyintas yang
ini adalah prioritas kita. (Everly, 2016).
Distress. Ini sedikit membingungkan, karena orang-orang ini mungkin
kelihatannya baik-baik saja, tetapi mereka sedang melakukan apa yang
mereka butuh agar diatasi. Meskipun ini adalah gejala ringan, tetapi
lanjutkan monitor mereka. Dan biasanya, dalam kelompok ini kita
jarang memberikan bantuan langsung, tetapi secara tidak langsung
seperti bantuan kebutuhan fisik, berteduh, makanan, pakaian, dan
sejenisnya. Jika kita abaikan kebutuhan di sini, mereka berpotensi
bergeser ke arah Dysfunction dengan melalui tahapan kehilangan solusi,
masalah fungsi rutinitas, dan langkah memenuhi kebutuhan hidup
hariannya. (Everly, PFA Video, 2016). Jadi, kelompok penyintas ini
adalah prioritas kita juga seandainya Anda sebagai relawan.Untuk
mengenal lebih mudah saya sertakan kutipan reaksi-rekasi yang
mungkin ditemui pada kelompok Distress maupun Dysfunction.Pertama,
Distress (Everly, PFA Video, 2016):
- Aspek Kognitif :
Kebingungan sementara, ketidakmampuan berkonsentrasi, pengurangan
kapasitas menyelesaikan masalah, kelelahan berpikir, memikirkan suatu
hal berulang, imajinasi kilas balik kejadian, mimpi buruk.
- Aspek Emosi :
Ketakutan, kesedihan, mudah marah, frustasi, (merasa kehilangan,
kecemasan. Tentu dalam hal ini proporsinya tidak boleh sembarangan
menilai emosi yang berada dalam distress dengan yang ada di eustress
biasa.
- Aspek Tingkah Laku :

21
Penghindaran gejala fobik sementara, perilaku berulang-ulang,
hoarding, masalah tidur, masalah kebiasan makan, mudah terkejut,
- Aspek Spiritual :
Mempertanyakan keyakinannya, mempertanyakan tindakan Tuhan.
- Aspek Fisik :
Perubahan nafsu makan, perubahan hawa nafsu, sakit kepala karena
psikosomatis, sakit urat/gejala stroke karena psikosomatis, penurunan
imunitas. Catatan lain: jika adanya perubahan fisik/fisiologis yang
berkepanjangan atau gejalanya tersebut maka haruslah dievaluasi oleh
profesional medis/dokter..
Kedua, Dysfunction (Everly, PFA Video, 2016):
Aspek Kognitif :
Bingung yang diluar kewajaran, pengurangan fungsi kognitif,
kehilangan harapan, berpikiran bunuh diri, menyakiti diri, berpikir
membunuh, menyakiti orang lain, halusinasi, paranoid.
Aspek Emosi :
Serangan panik, depresi yang tidak produktif, ekspresi emosi mati rasa,
gejala PTSD.
Aspek Tingkah Laku :
Penghindaran yang persisten, perilaku berulang yang tidak produktif,
agresi, kekerasan, perilaku tertutup, reaksi impulsive, terlalu cepat
mengambil resiko, penyalahgunaan obat, minuman bersoda,
memabukan.
Aspek Spiritual :
Penghentian rutinitas sembahyang, praktek agama, projecting faith onto
others.
Aspek Fisik :
Perubahan fungsi jantung (cardiac), perubahan fungsi urin
(gastrointestinal), ketidaksadaran, sakit perut, pusing, adanya fisik mati
rasa/kelumpuhan di lengan, kaki, wajah, ketidak mampuan berbicara,

22
memahami bicara orang lain. (P.S: Cari bantuan medis untuk semua
aspek fisik di atas).
c. Tahap Ketiga (Prioritazitaion)
Penuhi kebutuhan medis dan fisik dasarnya pertama-pertama. Saat Anda
ragu lakukan sebuah komplain/laporan ke pihak tertentu bahwa medis telah
diperiksa (Everly, 2016).
Dan disini ada teka-tekinya. Penelitian atau teorinya bisa benar-benar
mempertimbangkan jika situasinya bencana atau perang untuk hal itu
(Everly, PFA Video, 2016).
Dan dalam tahap pemprioritasan ini ada pendekatan yang sering digunakan
Evidance-based dan Risk-based (3D).
1. Death
2. Dislocation
3. Disabling Impact

Kita tidak boleh melangkah langsung ke level ketiga kebutuhan Maslow


yaitu affection affliation, accepatence dan support. Dan apa sebenarnya
ini? mencari dukungan interpersonal dari teman-teman, keluarga, rekan
kerja dan bantuan komunitasi dalam hal mencapai level kebutuhan tersebut
(Everly, PFA Video, 2016). Anda haruslah mengamati kebutuhan langkah-
demi langkah, disini tidak ada yang namanya melewati sebuah langkahpun
(Everly, 2016). Karena dalam strategi dan panduan PFA RAPID kami
kebutuhan medis dan fisik dasar harus selalu diutamakan (Everly, 2016).

d. Tahap Keempat (Intervention) Atau Intervensi adalah hanya sebuah


tindakan bukan psikoterapi. Ini juga bukan sebuah penggantian untuk terapi.
Kita bukan melakukan diagnosis dan treatment, tetapi melakukan crisis
intervention (tindakan krisis). (Everly, PFA Video, 2016). Dalam intervensi
PFA ada dua opsi terbaik yang memungkinkan dapat Anda lakukan, yaitu
(Everly, PFA Video, 2016):

23
 Jika psikologis orangnya terlihat belum stabil. Maka lakukanlah
penstabilan dengan satu atau lebih berikut ini :

1. Hilangkan pemicu provokatif baik lingkungan atau pihak tertentu,


2. Dorong agar memiliki fokus pikiran terhadap tugas dasar, okupasi,
3. Arahkan dia berpeluang menyalurkan pelampiasan emosinya
(catharsis)
4. Perlambat aksi spontannya, impulsifnya yang kurang pantas
5. Gunakan pengalih perhatian (distraction)
 Kurangi tekanan mental awalnya (acute distress). Kembangkan
kemampuannya berfungsi dan produktif dengan :
- Edukasi hal yang memperjelas (explanatory guidance)
- Normalisasikan tekanan mentalnya
- Yakinkan masih ada harapan
- Edukasi hal yang mengantisipasi (anticipatory guidance)
- Perlambat aksi spontannya, impulsifnya yang kurang pantas
- Edukasi teknik manajemen stres, dan menyelesaikan masalah
- Benarkan kesalah fahaman memahami informasi sesuatu hal
- Bingkai ulang persepsinya jika memungkinkan.

“Fahamilah Anda tidak dapat memperbaiki masalah orang-orang. Anda


bisa membantu mereka, Anda bisa membuat sumberdaya-sumberdaya
untuk mereka…” -George Everly

e. Tahap Kelima (Disposition) Jika setelah tindakan (intervention) Anda


mengamati orangnya terlihat mampu dengan dirinya, maka selesai sudah
(Everly, PFA Videoo, 2016). Dalam tahap ini Anda direkomendasikan mem-
follow-up orang tersebut dengan cara yang paling sesuai. Kadang-kadang
follow-up kedua juga menjadi berguna. Bagaimanapun juga, jika ternyata
perlunya follow-up ketiga, ini berarti saatnya Anda berhenti dan
memfasilitasi akses terhadap dirinya ke level bantuan yang lain (another
level of care). (Everly, PFA Video, 2016). Contoh level bantuan yang lain

24
(Everly, PFA Video, 2016) adalah jika dapat diamati apa yang signifikan
bagian dirinya yang perlu di carikan bantuan baik psikologis, medis,
logistik, finansial, atau spiritual, maka dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu :

1. Motivasi dia ke sana

2. Berikan harapan masih ada

3. Follow-up pertemuan selanjutnya di luar PFA lapangan Anda. Level


bantuan ini juga bisa dibagikan dengan rinci sebagai berikut (Everly,
PFA Video, 2016):

- Menemui teman-temannya

- Menemui keluarganya

- Lembaga Emergensi

- Hotline Telepon Krisis

- Telepon Emergensi Polisi / Paramedis

- Bagian penanganan bencana

- Ahli agama

- Keuangan/Pekerjannya

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bencana memberikan dampak yang sangat merugikan, mulai dari korban jiwa,
kerusakan infrastruktur, dan kerugian material. Selain itu, bencana juga
memberikan dampak bagi psikologi orang yang terkena. Banyak upaya diberikan

25
dalam menangani dampak psikologi akibat trauma dengan bencana. Misalnya
dengan pemberian terapi yaitu (1) play terapi, (2) terapi supportive kelompok, (3)
terapi kognitif, (4) terapi spiritual emosional freedom technique. Namun,
psikoterapi tersebut hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
keahlian khusus. Di negara barat terdapat suatu terapi yang dapat digunakan untuk
menangani psikologi pasien akibat trauma pada saat kejadian berlangsung. Terapi
tersebut yaitu PFA (Psychologycal First Aid). PFA dapat diberikan untuk siapa
saja, dimana saja, dan kapan saja.
3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan pembaca mampu memahami PFA yang
merupakan salah satu terapi yang masih belum banyak digunakan di Indonesia.
Selain itu, diharapkan juga bagi mahasiswa perawat untuk mengikuti pelatihan
PFA jika tersedia. Sehingga, mampu membantu korban bencana dalam mengatasi
masalahnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.wonderspsychology.com/panduan-pfa-psychological-first-aid/
diakses pada 26 Juli 2019.

https://ru.scribd.com>document. Diakses pada 27 Juli 2019.

26
27

Anda mungkin juga menyukai