Anda di halaman 1dari 21

Dokumentasi Laporan Pendahuluan

Tumor Mamae

A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Cystosarcoma phyllodes berasal dari kata Yunani, sarcoma, yang berarti tumor
berdaging, dan phyllo, yang berarti daun. Tumor ini menampilkan karakteristik
yang besar, sarkoma ganas, mengambil tampilan seperti-daun ketika dipotong,
dan menampilkan epitel, ruang seperti-kista bila dilihat secara histologis.
Karena sebagian besar tumor itu jinak, namanya dapat menyesatkan. Dengan
demikian, terminologi yang disukai sekarang adalah tumor filodes.
Johann Muller merupakan orang yang pertama kali memberikan nama
‘cystosarcoma phyllodes’ pada tahun 1838, karena tumor ini seringkali kistik
dan secara klasik memiliki proyeksi seperti daun ke dalamnya.
Tumor ini biasanya besar sekali dan berkembang dengan cepat. Tumor ini
mungkin saja benigna atau maligna dan bisa menyebar ke bagian lain tubuh.
Juga disebut CSP (Cystosarcoma phyllodes) atau tumor filodes. Merupakan tipe
neoplasma jaringan ikat yang timbul dari stroma intralobular payudara.

Tumor mammae adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang menggangu
pertumbuhan jaringan tub uh terutama pada sel epitel di mammae (
Sylvia,1995 )
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada
suatu sel / jaringan di dalam mammae dimanba ia tumbuh secara liar dan tidak
bias dikontol ( Dr.Iskandar,2007 )
II. Etiologi
Menurut Dr.Iskandar (2007) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor
payudara belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah
teridentifikasi, yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan
pria.Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
payudara.
2. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
3. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53,
BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara.
4. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
5. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor payudara.
6. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
7. Terpapar radiasi
8. Intake alkohol
9. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

Macam Tumor Mammae :


1. Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar
keluar jaringan.
2. Tumor ganas
Kanker adalah sel yang telah kehilangn kendali danb mekanisme normalnya
sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , lair , dan kerap kali
menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak.
III. Manifestasi Klinis
Keluhan penderita kanker payudara (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010):

1. Mungkin tidak ada


2. Tumor mammae umumny atidak nyeri
3. Ulkus/perdarahan dari ulkus
4. Erosi putting susu
5. Perdarahan.keluar cairan dari putting susu
6. Nyeri pada payudara
7. Kelainan bentuk payudara
8. Keluhan karena metastase

IV. Penatalaksanaan

Usia penting dalam manajemen lesi-lesi ini. Dibawah umur 20, semuanya
harus diterapi dengan enukleasi, karena mereka hampir selalu berperilaku
dalam sikap jinak. Sitologi aspirasi dapat memberi kesan diagnosis tumor
filoides namun histologi yang lebih tepat pada biopsi jarum inti dibutuhkan
sebelum merencanakan pengobatan. Situasinya lain pada pasien yang lebih
tua. Beberapa dokter bedah memiliki pengalaman cukup untuk menjadi
dogmatis mengenai manajemennya. Haagensen melaporkan satu dari seri
terbesar, dan merekomendasikan eksisi lokal luas sebagai pendekatan
primer pada penanganan tumor filoides jinak. Dia memiliki angka rekurensi
lokal sebesar 28% diantara 43 pasien yang ditangani dengan eksisi lokal,
dengan follow-up minimal 10 tahun. Namun hanya 3 dari rekurensi tersebut
yang menuntut mastektomi sekunder, dan tak satupun yang meninggal
akibat tumor ini. Hanya 1 dari 21 pasien yang diterapi dengan mastektomi
(simpel atau radikal) mengalami rekurensi lokal; ini adalah sarkoma filoides
yang dengan cepat menimbulkan metastasis lokal dan sistemik. Angka
rekurensi lebih tinggi untuk tumor filoides jinak dibandingkan ganas telah
dilaporkan dalam sejumlah seri, mencerminkan pendekatan bedah yang
lebih sederhana untuk tumor-tumor yang diperkirakan kurang serius. Jelas
bahwa eksisi tak-komplit merupakan penentu utama rekurensi pada lesi
jinak dan menengah. Mengapa rekurensi tinggi dilaporkan dari kebanyakan
seri sementara hal ini begitu baik diperlihatkan? Ada dua alasan utama:
kegagalan untuk mengantisipasi kemungkinan tumor filoides dan kegagalan
mendefinisikan tenik yang akan meyakinkan eksisi komplit. Yang pertama
dapat dijumpai hanya dengan kecurigaan tingkat tinggi, dan penilaian
rangkap tiga pada semua massa sebelum pembedahan. Khususnya penting
untuk menghindari biopsi eksisi sebagai prosedur diagnostik karena hampir
tidak mungkin mempengaruhi batas eksisi tegas dari rongga biopsi, dimana
hal ini dilakukan sebagai prosedur primer sementara tumor masih in situ.
Untuk alasan ini, diagnosis histologis harus dibuat dengan biopsi jarum-inti,
atau setidaknya tidak ada prosedur lebih besar selain biopsi insisi. Eksisi
makroskopik komplit, dengan usulan batas 1 cm, dapat dipastikan dengan
teknik yang tepat. Dengan teknik eksisi biasa sementara menempatkan
traksi pada massa, mudah untuk melakukan diseksi terlalu dekat ke tumor
pada beberapa titik diseksi. Cara yang dapat dipercaya untuk menghindari
hal ini adalah agar dokter bedah menempatkan jari-jari kiri pada massa, dan
memotong diluar jari, dengan traksi hanya pada jaringan payudara
sekitarnya. Untuk lesi kecil dimana diagnosis diusulkan oleh penilaian
rangkap tiga atau tampilan makroskopik (lunak, coklat, tampilan berdaging),
tumor harus dieksisi dengan batas 1-cm dari jaringan payudara normal. Jika
histologinya jinak, hal ini merupakan penatalaksanaan yang cukup, dengan
eksisi quadrantic (seperempat-lingkaran) untuk lesi menengah. Dimana
diagnosis pertama kali dikenali pada pemeriksaan histologi dari spesimen
biopsi eksisi, eksisi quadrantic jaringan parut direkomendasikan dengan
maksud memastikan bersihan lokal yang memenuhi syarat. Untuk lesi besar
dan lesi rekuren, pembersihan yang baik pasti melibatkan mastektomi
mendekati-total dan kami lebih menyukai mastektomi sederhana, dengan
rekonstruksi menengah yang seharusnya diharapkan pasien. Terdapat
beberapa bukti meningkatnya insiden karsinoma payudara yang
berhubungan, serentak atau selanjutnya, pada pasien dengan tumor filoides
dan hal ini merupakan alasan tambahan untuk follow-up jangka panjang
yang teliti terhadap pasien-pasien yang demikian.

1. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari
lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang
luas dengan kulit yang terkena).
b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua
kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial.
- Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi
aksial.
- Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria
interna.
2. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002)
V. Kompikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-
organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru,
pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan
fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru
akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak
mengalami gangguan persepsi sensori.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah metastase keotak,hati,kelenjar
adrenal,paru,tuang,dan ovarium ( Dr.Iskandar Junaidi,2007 ).
VI. Diagnosa Banding
a) Angiosarcoma
b) Kanker payudara
1. Masalah lain yang perlu dipertimbangkan :
a) Juvenile fibroadenoma
b) Giant fibroadenoma
c) Inflammatory carcinoma
d) Sclerosing adenosis
e) Radial scar
f) Fat necrosis
g) Perubahan fibrokistik
h) Abses payudara
i) Adenokarsinoma
B. Pengkajian
I. Wawancara
Tempat : Ruang Yudha RS Ciremai, Cirebon
A. Biodata
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin :P
Umur : 35 Tahun
Nama Ayah : Tn.M
Nama Ibu : Ny. S
Pendidikan :-
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Tgl. Masuk RS : 07 Febuari 2018
Tgl. Pengkajian : 08 Febuari 2018
Diagnosa Medis : TUMOR MAMAE
B. Keluhan Utama
Klien mengatakan adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus,
kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
C. Keluhan kesehata saat ini
Klien mengeluh nyeri pada payudaranya sejak 2 bulan yang lalu,nyeri
dirasakan hilang timbul,dan teraba benjolan dipayudara sebelah kiri.
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keluarga klin mengatakan tidak ada riwayat kesehatan masa lalu yang berat
Klien mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja pada kesehatan masalalunya
hanya saja untuk kesehatan sekarang klien merasakan keluhan pada dirinya.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat kesehatan keluarga yang
menurun maupun berat, kondisi keluarga klien baik-baik saja pada riwayat
kesehatannya.
II. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pasien diminta duduk tegak atau berbaring atau kedua duanya, kemudian
perhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, retraksi
adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan (Britto, 2005).
b. Palpasi Palpasi lebih baik dilakukan berbaring dengan bantal tipis
dipunggung sehingga payudara terbentang rata. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan sendiri oleh pasien atau oleh klinisi menggunakan telapak jari
tangan yang digerakan perlahan–lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran
payudara. Benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring kadang
lebih mudah ditemukan pada posisi duduk. Perabaan aksila pun lebih
mudah dilakukan dalam posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu
dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang
keluar dari kedua puting susu harus dibandingkan (De Jong &
Sjamsuhidajat, 2005; Hanriko & Mustofa, 2011).
Terdapat tanda atau gejala dari hasil pemeriksaan fisik yang dapat
menunjukkan bentuk lesi mamma, (Sumber: Underwood & Cross, 2010).
1. Tanda atau Gejala
a) Benjolan
b) Difus
c) Soliter
d) Mobile
e) Melekat
Gambaran Kulit Edema
a) (peau d’orange)
b) Berkerut atau berlekatan
c) Eritema
Papila Mamma
a) Discharge
b) Retraksi
c) Eritema dan bersisik
Nyeri Mamma
Siklik Penyakit jinak mamma Pada palpasi Lesi radang
Pembesaran Kelenjar Aksila Metastasis karsinoma mamma Nyeri Tulang.
Dasar Patologis
a) Fibrosis, hiperplasia eptel dan kista pada perubahan fibrokistik
b) Neoplasma atau kista soliter
c) Neoplasma jinak (biasanya FAM)
d) Neoplasma Invasif (karsinoma).
e) Gangguan aliran limfe akibat karsinoma
f) Invasi kulit akibat karsinoma
g) Aliran darah meningkat akibat radang atau tumor.
h) Mirip ASI atau darah
i) Terkait karsinoma invasif
j) Penyakit paget papila mamma atau ekzema.

III. Pemeriksaan Diagnostik


A. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22
samapai 25 gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk
mengambil contoh cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok
sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah dilakukan FNAB, material
sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah mikroskop yang
sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel (Mulandari, 2003;
Fadjari, 2012).
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan
pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan
dapat diraba maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan.
Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan
panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG.
Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal,
maka dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut (Tambunan & Lukito, 2007).
Pada prosedur FNAB seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal karena
prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan
FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan sebagai bahan anestesi
bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan
mikroskopis (Soetrisno, 2010).
Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya
superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh
unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan.
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif.
c. Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan wanita
lanjut usia.
d. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e. Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f. Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g. Kasus kanker payudara stadium lanjut yang sudah inoperabel
h. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian (Lestadi, 2004).

B. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang
sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil
jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi
maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin.
Metode biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan
yang dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan normal
sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir
100% karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan
seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu
pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas
berupa jaringan parut yang nantinya akan mengganggu gambaran
mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi
(Sabiston, 2011).
c. Mammografi dan Ultrasonografi
Mammografi dan ultrasonografi berperan dalam membantu diagnosis lesi
payudara yang padat palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk
membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik ini merupakan dasar
untuk program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui
lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012), FNAB
yang dipandu USG untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki
sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96% (Underwood & Cross,
2010). Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan transduser
berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran
medial atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah
dengan film polaroid pada potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik.
Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 90– 95%, sedangkan untuk lesi
solid seperti FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai
ketepatan diagnostik USG hanya 62– 78% sehingga masih diperlukan
pemeriksaan lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara (Rasad
& Makes, 2005; Hanriko & Mustofa, 2011).
IV. Analisa Data
TGL/JAM DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
28/4/13 DS: Nyeri akut Insisi bedah
17.00 P: Klien mengatakan nyeri pada luka Gangguan rasa nyaman
operasi Gangguan pola tidur nyeri
Q: Rasa nyeri seperti tertusuk tusuk Resiko tinggi infeksi Terbukanya pintu masuk
R: nyeri pada mamae kanan mikroorg
S : Skala nyeri 7
T: nyeri akan bertambah jika untuk
bergerak
DO:
· Pasien tampak meringis kesakitan
· Pasien terlihat berkeringat dingin
· Pada abdomen tampak luka operasi
DS:
· Pasien mengatakan tidurnya sering
terganggu karena nyeri
DO:
· Kantung mata pasien tampak
menebal
Kklien tampak sering menguap
DS : –
DO:
· terdapat luka post op pada mamae
dextra
· WBC 12,0

V. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut b.d Insisi bedah
2. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
3. Resiko tinggi infeksi b.d Terbukanya pintu masuk mikroorganisme

RENCANA TINDAKAN
TGL/ Tujuan dan Kriteria
Jam DX Hasil Intervensi Rasional
28/4/13 I Setelah dilakikan · Nyeri insisi bermakna pada paska
18.00 II tindakn 1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan operasi awal, diperberat oleh
28/4/13 III keperawatan lokasi, intensitas(skala 0-10) dan faktor pergerakan,dan juga batuk,
18.05 tindakan 2×24 jam pemberat. · Respon autonemik meliputi
28/4/13 nyeri diharapkan 2. 2. Pantau viatl sign. perubahan pada tekanan
dapat berkurang 3. 3. Kaji insisi bedah,perhatikan darah,nadi dan pernafasan yang
dan teratasi dengan edema,perubahan conter berhubugan dengan keluhan
kriteria: luka(pembetukan heatoma)atau penghilang nyeri . abnormalitas
· Skala nyeri inflamasi mengeringnya tepi luka. vital sign terus menerus
berkurang menjadi 4. Berikan posisi yang nyaman untuk memerlukan evaluasi lanjut.
0-2 pasien · Memberikan dukungan
· Pasien terlihat 5. 4. Anjurkan pasien untuk melaporkan relaksasi, dan jugamemfokuskan
rileks nyeri segera saat mulai. ulang perhatian,meningkatkan
· Melaporkan Nyeri6. Berikan analgesic sesuai indikasi rasa control dan kemampuan
hilang / terkontrol 1. 5. Tentukan kebiasaan koping.
setelah dilakukan tidurpasien biasanya dan perubahan · Mengontrolatau mengurangi
tindakan yang terjadi pada tidur pasien nyeri untuk meningkatkan
keperawatan selama 2. Berikan tempat tidur yang nyaman istirahat dan meningkatkan
3x 24 jam pola tidur 3. 6. Tingkatakan regimen kenyamanan kerjasama dengan caraterapeutik
pasien kembali waktu tidur masase,segelas susu hanagat · Perdarahan pada
normal pada waktu tidur. jaringan,bengkak,inflamasi lokal
Kriteria hasil: 4. 7. Instruksikan tindakan relaksasi. atau terjadinya infeksi dapat
· Pasien 5. Kurangi kebisingan dan lampu menyebabkantimbulnyapeningkat
melaporkan terjadi 6. Dorong posisi nyaman, an nyeri pada luka
perbaikan dalam
7. Hindari mengganggu bila mungkin(mis · Pemberian analgetik
pola tidurnya membangunkan untuk obat atau terapi) dapatberguna untuk membantu
· Pasien 8. Berikan sedatif hipnotif sedatif mengurangi nyeri pasien
mengungkapkan ad sesuaiindikasi · mengkaji perlunyadan
anya peningkatanpe1. Awasi tanda-tanda vital. Perhatikan mengidentifikasi intervensi yang
rasaan sejahtera demam, danmenggigil tepat
dan segar 2. Lakukan pencucian tangan yang baik · meningkatkan kenyamanan
Setelah dilakukan dan perawatan luka aseptic tidur pada pasien serta dukungan
tindakan 3. Lihat insisi dan balutan.catat fisiologis
keperawatan selama karakteristik drainase luka/drain · Meningkatakan efek
2×24 jam tidak 4. Pertahankan perawatan luka relaksasipada diri psien
terjadi infeksi aseptic,pertahankanagar balutan tetapk· Membantu menginduksi tidur
ditandai dengan: ering. · Memberikan
· Tidak 5. Berikan antibiotik sesuai indikasi situasi yangkondusif untuk
terdapat(tanda tidur pasien
tanda · Membantu mengurangi nyeri
infeksi)bengkak,pan · Tidur tanpa gangguan lebih
as,kemerahan,fungti menimbulkan rasa segar,dan
olaesa pasien mungkin tidak mampu
· TTV: kembali tidur bila tebangun
o Td : 120/70 mmHg · membantu pasien tidur atau
o N: 80x/mnt istirahat
o RR: 20x/mnt · Dugaan adanya infeksi
o T: 36,50 C · Menurunkan resiko penyebaran
bakteri
· Memberikan deteksi
dini akanterjadinya proses infeksi
dan pengawasan penyembuhan.
· Kultur pewarnaan gram
dan jugasensitivitas bakteribergun
a untuk mengidentifikasi
organisme penyebab dan pilihan
terapi
· Membantumenurunkan jumlah
organisme yang telah ada pada
infeksi sebelumn

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/jam DX EVALUASI TTD


29/4/13 I S:
19.00 II P: Pasien mengatakan masih nyeri pada luka operasi
III Q: Rasa nyeri seperti tertusuk tusuk
30/4/13 I R: nyeri pada mamae kanan
19.00 II S : Skala nyeri 6
III T: nyeri akan bertambah jika untuk bergerak
O:
Wajah pasien meringis menahan nyeri
TTV:
td:140/90 mmHg
N :88x/mnt
RR :22/ mnt
T: 37,00 C
A:
Masalah nyeri belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas
2. (skala 0-10) dan faktor pemberat.
2. Pantau vital sign.
3. Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat
mulai.
5. Berikan analgesic sesuai indikasi
S:
Pasien mengatakan masih sering terbangun di malam
hari
O:
· Pasien masih terlihat mengantuk
· Kantung mata pasien terlihat menebal
A:
Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Tentukan kebiasaan tidur pasien biasanya dan
perubahan yang terjadi pada tidur pasien
2. Berikan tempat tidur yang nyaman
3. Instruksikan tindakan relaksasi.
S:
ps mengatakan pada luka terasa nyeri
O:
· Terdapat luka post op pada mamaedextra
· WBC : 12,0
A:
Masalah resti infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Awasi tanda-tanda vital.Perhatikan demam,menggigil
2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka
aseptic
3. Pertahankan perawatan luka aseptic,pertahankan balutan
kering.
4. Berikan antibiotik sesuai indikasi
S:
P: Pasien mengatakan masih nyeri pada luka operasi
Q: Rasa nyeri seperti tertusuk tusuk
R: nyeri pada mamae kanan
S : Skala nyeri 4
T: nyeri akan bertambah jika untuk bergerak
O:
Wajah pasien meringis menahan nyeri
TTV:
td:130/80 mmHg
N :88x/mnt
RR :22/ mnt
T: 37,00 C
A:
Masalah nyeri teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi:
1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi,intensitas (skala
0-10) dan faktor pemberat.
2. Pantau vital sign.
3. Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat
mulai.
5. Berikan analgesic sesuai indikasi
S:
Pasien mengatakan sudah bisa tidur di malam hari
O:
· Pasien masih terlihat mengantuk
· Kantung mata pasien terlihat menebal
A:
Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Tentukan kebiasaan tidur pasien biasanya dan
perubahan yang terjadi pada pasien
2. Berikan tempat tidur yang nyaman
3. Instruksikan tindakan relaksasi.
S:
ps mengatakan pada luka terasa nyeri
O:
· Terdapat luka post op pada mamaedextra
· WBC : 11,0
A:
Masalah resti infeksi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Awasi tanda-tanda vital.Perhatikan demam,menggigil
2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka
aseptic
3. Pertahankan perawatan luka aseptic,pertahankan balutan
kering.
4. Berikan antibiotik sesuai indikasi
IMPLEMENTASI

Tgl/jam dx implementasi respon ttd


28/14/13 I menyelidiki keluhan nyeri,perhatikan
19.00 II lokasi, intensitas
19.30 II memantau viatl sign.
20.30 III Menentukan kebiasaan
21.00 II tidur pasienbiasanya dan perubahan
21.30 I yang terjadi pada tidur pasien
22.10 I Mengawasi tanda-tanda
23.00 III vital.Perhatikan demam,menggigil
23.00 II Tingkatakan regimen kenyamanan
23.30 II waktu tidur masase,segelas susu
23.55 II hangat pada waktu tidur.
29/4/13 I,III Memberikan
01.30 I posisi senyamanmungkin untuk pasien
04.00 II Memberikan ketorolac
06.00 III Memberikan Cefotaxim
07.00 I Memberikan tempat tidur yang
08.30 II nyaman
09.00 I Menganjurkan pasien untuk istirahat
10.30 III Tidak mengganggu pasien istirahat
11.30 I,III Mengkaji ttv
12.00 I Memberikan
13.30 II posisi senyamanmungkin untuk pasien
15.00 III Mengwasi tanda-tanda
17.00 I,II vital.Perhatikan demam,menggigil
18.00 Mencucian tangan yang baik dan
20.00 perawatan luka aseptic
21.00 Memberikan injeksi ketorolac
21.30 Memberikan injeksi cefotaxim
22.00 Menganjurkan pasien untuk
22.30 melaporkan nyeri segera saat mulai.
23.00 Mempertahankan balutan kering.
00.00 Mengkaji TTV
Memberikan posisi yang nyaman
untuk pasien
Menentukan kebiasaan tidur biasanya
dan perubahan yang terjadi
Mempertahankan perawatan luka
aseptic,pertahankan balutan kering.
Mengkaji TTV
Memberikan tempat tidur yang
nyaman
Meningkatakan regimen kenyamanan
waktu tidur masase,segelas susu
hangat pada waktu tidur.
Instruksikan tindakan relaksasi.
Mengurangi kebisingan dan lampu
Mendorong posisi nyaman,
Menganjurkan pasien untuk istirahat
Menghindari mengganggu
EVALUASI

Tgl/jam DX EVALUASI TTD


30/4/13 I S:
II P: Pasien mengatakan masih nyeri pada luka operasi
III Q: Rasa nyeri seperti tertusuk tusuk
R: nyeri pada mamae kanan
S : Skala nyeri 4
T: nyeri akan bertambah jika untuk bergerak
O:
Wajah pasien meringis menahan nyeri
TTV:
td:130/80 mmHg
N :88x/mnt
RR :22/ mnt
T: 37,00 C
A:
Masalah nyeri teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi:
6. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan
lokasi, intensitas(skala 0-10) dan faktor pemberat.
7. Pantau vital sign.
8. Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
9. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera
saat mulai.
10. Berikan analgesic sesuai indikasi
S:
Pasien mengatakan sudah bisa tidur di malam hari
O:
· Pasien masih terlihat mengantuk
· Kantung mata pasien terlihat menebal
A:
Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Tentukan kebiasaan tidur Tentukan kebiasaan
tidurpasien biasanya dan perubahan yang
terjadi pada tidur pasien
2. Berikan tempat tidur yang nyaman
3. Instruksikan tindakan relaksasi.
S:
ps mengatakan pada luka terasa nyeri
O:
· Terdapat luka post op pada mamaedextra
· WBC : 11,0
A:
Masalah resti infeksi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Awasi tanda-tanda vital.Perhatikan
demam,menggigil
2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan
perawatan luka aseptic
3. Pertahankan perawatan luka
aseptic,pertahankan balutan kering.
4. Berikan antibiotik sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta

Price, Sylvia Anderson, (1995) Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Prses Penyakit Edisi 4
buku 2 : Jakarta EGC

Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer

Lab. UPF Bedah, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi , RSDS-FKUA, Surabaya

Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai