Anda di halaman 1dari 55

PROFIL HARDINESS PADA SISWA SMA NEGERI

DI KOTA TASIKMALAYA

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Aldy Trisnanto

NIM. C1686201062

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak
dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta
perkembangan kognitif dan sosial. Dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungannya, remaja seharusnya mulai mengembangkan kehidupan dalam
bermasyarakat dan mempelajari pola-pola sosial yang sesuai dengan
kepribadiannya. Namun pada kenyataannya, tidak semua remaja dapat
memiliki ketahanan dalam menghadapi lingkungan sosial dan memberikan
keleluasaan dukungan untuk berkembang optimal (Hurlock, 2010:78)
Ketahanan yang dimiliki oleh remaja dalam menghadapi lingkungan
dan tekanan sosial disebabkan karena adanya perbedaan tuntutan dan harapan.
Hal ini sesuai dengan Sarafino (2011, 56) yang menyatakan bahwa stress yang
dialami oleh para peserta didik disebabkan karena akibat terjadinya
kesenjangan antara tuntutan yang dihasilkan oleh transaksi antara individu dan
lingkungan dengan sumber daya biologis, psikologis atau sistem sosial yang
dimiliki individu tersebut.
Skomorovsky dan Sudom (2011) menyatakan kegiatan yang padat,
tuntutan tugas yang harus diselesaikan serta keharusan untuk mematuhi tata
tertib yang berlaku selama mengikuti pendidikan di sekolah membuat siswa
merasa lelah secara fisik maupun psikis dengan kondisi tersebut, sehingga hal
ini dapat berdampak pada ketaatan pada aturan yang rendah, menghindari
aktivitas di sekolah dan lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Radillo,
Velasco dan Garcia (2014) menambahkan bahwa fenomena yang berasal dari
hambatan akademis yang dialami peserta didik, adanya tuntutan kehidupan
akademik yang harus dijalani membuat mereka mengalami stress akademik.
Berdsarkan beberapa fenomena tersebut dapat dikemukakan bahwa
masa remaja sebagai masa pertumbuhan dan perkembangan cenderung
menghadapi berbagai tuntutan akademik. Dengan memiliki kegiatan yang

1
padat, tuntutan tugas dan mematuhi tata tertib serta persaingan akademik serta
kondisi lingkungan sosial lainnya, siswa dapat mengalami stres akademik.
Adanya kecenderungan remaja dalam menghadapi situasi tuntutan
akademik yang lemah dapat disebabkan karena ketangguhan (hardiness) siswa
yang rendah. Siswa yang komitmennya rendah akan mudah merasa bosan
atau merasa tidak berarti, menarik diri dari tugas-tugas yang harus dikerjakan,
pasif, dan lebih suka menghindar dari berbagai aktivitas. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Gonella (1999) menjelaskan bahwa ketangguhan
sebagai kemampuan atau kekuatan melawan stressor. Individu yang memiliki
komitmen yang rendah akan menilai kejadian yang menimbulkan stres sebagai
suatu yang hanya dapat ditahan bukan diperbaiki dan menunjukkan
pertahanan diri defense.
Schultz dan Schultz (2010) mengemukakan bahwa salah satu
membedakan sikap individu dalam menghadapi permasalahannya adalah
dengan memiliki hardiness. Individu dengan hardiness yang tinggi lebih
mampu menghadapi permasalahan dalam hidupnya. Sebaliknya, individu
dengan hardiness rendah memandang dirinya tidak mampu mengatasi
permasalahannya, dalam arti individu menyerah terhadap masalah yang
dihadapinya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa permasalahan-permasalahan yang kompleks dalam hardiness pada
remaja remaja diantaranya merasa bosan atau merasa tidak berarti, menarik
diri dari tugas-tugas yang harus dikerjakan, pasif, dan lebih suka menghindar
dari berbagai aktivitas, memiliki komitmen yang rendah serta memandang
dirinya tidak mampu mengatasi permasalahannya, dalam arti individu
menyerah terhadap masalah yang dihadapinya. Jika permasalahan ini terus
muncul maka dapat menyebabkan siswa mengalami stress akademik sehingga
siswa tidak mampu berkembang disekolahnya.
Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian Rosulin (2016:8) terhadap
siswa SMK kelas XII didapatkan ada hubungan antara Hardiness dengan
adaptabilitas karir pada siswa dengan arah hubungan yang positif, siswa yang

2
memiliki Hardiness tinggi akan lebih siap dalam menghadapi transisi dari
sekolah ke dunia kerja, mereka lebih memikirkan mengenai karirnya dan lebih
mampu meregulasi diri untuk meraih karir yang diinginkan.
Individu yang memiliki hardiness adakdemik rendah tentu harus lebih
siap dan beradaptasi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 yaitu harus
mampu beradaptasi dengan tekanan akademik yang menimpanya. Hal ini
dapat dilihat dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fauqi (2017:93)
menemukan bahwa tingkat hardiness yang dimiliki oleh santri kelas VII dan
VIII Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul Ulum Putri Malang sebanyak 64%
termasuk tinggi; tingkat stres akademik sebanyak 78%. Hasil uji statistik
didapakan terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dan hadiness
terhadap stres akademik santri.
Adapun penelitian Retnowati (2018:99), menemukan bahwa hasil dari
dukungan sosial orangtua dan Hardines pada siswa kelas X Fullday School
memiliki hubungan positif keduanya. Menunjukan bahwa Hardiness
dipengaruhi dengan salah satu faktor Hardines yaitu dukungan sosial. Namun
tidak hanya dukungan emosional orangtua, penelitian ini juga meunjukan
bahwa dukungan dalam bentuk instrumental, informatif, dan penghargaan.
Konsep hardiness pertama kali dikemukakan oleh Kobasa (dalam
Sarafino, 2011:91), sebagai tipe kepribadian yang penting dalam perlawanan
terhadap stres. Sekariansah, (2012:3) menambahkan bahwa ketahanan
psikologis (hardiness) sebagai suatu kelompok trait penahan stres yang
ditandai dengan adanya komitmen, tantangan, dan pengendalian. Selain untuk
menghindari stress, remaja dituntut untuk mampu melakukan strategi koping
yang baik dan dapat dimiliki oleh remaja yang memiliki hardiness, karena
dengan hardiness yang tinggi remaja dapat mengelola ketahanan akademik
dan kemudian dapat memilih untuk dapat tetap berperilaku prososial tanpa
meninggalkan kewajibannya sebagai pelajar.
Hardiness atau ketahanan yang dimiliki oleh remaja memiliki kadar
yang berbeda sehingga dapat berbeda pula dalam mengendalikan emosinya.
Schultz & Schultz (2006:358-360) berpendapat bahwa hardiness sebagai

3
variabel kepribadian individu yang berbeda dapat mengindikasikan perbedaan
dalam kerentanan terhadap stres. Individu dengan hardines tinggi memiliki
perilaku yang membuat mereka lebih kuat dalam melawan stres dan juga
percaya bahwa mereka dapat mengendalikan atau memengaruhi berbagai
peristiwa. Berkomitmen untuk bekerja dan melakukan kegiatan lain yang
mereka nikmati serta mengubah pandangan bahwa sesuatu yang mengancam
bisa menjadi tantangan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Zone (dalam Cole dkk, 2004:66) yang
mengibaratkan orang yang memiliki karakter hardiness sebagai seorang yang
optimis yang cenderung untuk melihat tantangan dalam sudut pandang yang
positif. Oleh karena itu, orang yang memiliki karakter hardiness merasakan
pengalaman kegiatan sebagai hal menarik dan menyenangkan (yaitu,
komitmen), sebagai masalah pilihan pribadi (yaitu, kontrol), dan sebagai
stimulus penting untuk belajar (misalnya, tantangan). Selanjutnya, individu
yang memiliki karakter hardiness yang rendah telah ditemukan menampilkan
peningkatan tanda-tanda kecemasan dan tekanan psikologis.
Aspek-aspek Hardiness yang dijelaskan Kobasa (1982) dalam
Marwanto,2011:4) yaitu kontrol (control), komitmen (commitment) dan
tantangan (challenge). Individu tersebut percaya dirinya mampu menentukan
terjadinya sesuatu dalam dirinya sehingga mereka tidak mudah menyerah saat
menghadapi tekanan. Sedangkan individu yang mampu menghadapi tantangan
mempunyai kemampuan melihat suatu perubahan yang terjadi sebagai
kesempatan untuk mengembangkan diri. Melalui pandangan yang terbuka dan
fleksibel yang dimiliki, tantangan dipandang sebagai sesuatu yang harus
dihadapai dan tidak dapat dipisahkan dari bagian kehidupan.
Beberapa pendidikan menengah di Kota Tasikmalaya menawarkan
beberapa keunggulan dari sistem pendidikannya, seperti SMAN 1 Kota
Tasikmalaya, SMAN 2 Kota Tasikmalaya dan SMAN 3 Kota Tasikmalaya.
Pada dasarnya sistem ketiga sekolah tersebut memiliki keunggulan yang sama,
pada ketiga menengah tersebut merupakan sekolah menengah atas yang

4
menjadi sekolah favorit di Kota Tasikmalaya karena telah banyak mendapat
prestasi dan penghargaan baik secara lokal maupun nasional.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada ketiga SMAN di Kota
Tasikmalaya tersebut, melalui wawancara didapatkan informasi banyaknya
siswa yang belum mampu menilai tantangan sebagai hal yang positif, siswa
masih menyerah dan menganggap tantangan dalam aktivitas yang kurang
menarik sehingga belum mampu menyelesaikan tantangan secara efektif.
Disisi lain siswa menilai banyaknya aktivitas dan persaingan di sekolah
dianggap sebagai hal positif sehingga siswa semakin komitmen dan
mengontrol diri serta memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan
tersebut.
Siswa bersikap lebih disiplin dalam menjalani kegiatan di sekolah
karena merasa dirinya menjadi senior sehingga malu jika terlihat melakukan
pelanggaran peraturan. Persaingan akademik dirasakan tidak terlalu
merasakan persaingan, hal yang terpenting adalah loyalitas dan kebersamaan.
Mereka lebih senang saling membantu teman yang kesulitan memahami
materi dari pada saling bersaing di kelas.
Menurut Kamtsios (2015) mengatakan bahwa siswa yang tahan
banting tinggi atau memiliki hardiness tinggi memiliki sikap akademis yang
menunjukkan pola tindakan untuk menghadapi situasi penuh tekanan di
sekolah.
Setiap siswa memiliki potensi masing-masing dan batas kemampuan
masing-masing dalam menerima dan mengolah ilmu yang mereka dapatkan.
Dampak dari individu yang tidak mampu menerima semua tugas yang
diberikan padanya, dan disisi lain siswa memiliki tuntutan untuk
menguasainya maka akan menimbuilkan stress akademik. Menurut
Karagiannopoulou, (2015) menyebutkan implikasi dari perubahan yang terjadi
diperburuk oleh ketidakmampuan siswa untuk menyesuaikan diri dengan
kenyataan yang ada sehingga siswa sangat rentan terhadap depresi, stres dan
kenakalan remaja. Stres akademik paling sering dialami oleh sebagian besar

5
siswa di akhir masa remaja karena kegelisahan kegagalan dalam proses
pendidikan formal
Oleh karena itu, siswa memerlukan keyakinan akan kemampuannya,
mengelola kognitif dan perilaku terhadap tantangan menjadi hal yang positif.
Memiliki keyakinan terhadap potensi dirinya sendiri dan mengembangkan
kepribadian hardiness serta tidak mengalami stres akademik dalam menjalani
pendidikan. Memiliki kemampuan untuk membuat rencana yang realistis,
memiliki rasa percaya diri dan positif pada citra dirinya, serta
mengembangkan keterampilan komunikasi.
Karimi & Venkatesan (2009) menyebutkan sangat penting bagi setiap
pemangku kepentingan di sekolah untuk dapat memelihara dan menjaga
kondisi siswa dari berbagai tekanan akademik saat ini. Kemampuan untuk
mempertahankan ketahanan dalam berbagai tekanan akademik atau sebagai
academic hardiness dapat dimiliki oleh setiap siswa.
Untuk menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan ketika remaja
menjalani pendidikan, memiliki hardiness untuk merespon setiap masalah
terkait dengan stres akademik yang dihadapi merupakan hal yang diperlukan.
Apabila pada kondisi remaja yang memiliki hardiness rendah, maka hal ini
akan berdampak buruk terhadap perkembangan akademik siswa di sekolah,
siswa dapat merasa tidak berarti, menghidnari tugas-tugas yang harus
dikerjakan, pasif, dan lebih suka menghindar dari berbagai aktivitas, memiliki
komitmen yang rendah serta memandang dirinya tidak mampu mengatasi
permasalahannya
Dengan demikian, memiliki hardiness perlu dimiliki oleh setiap
remaja, menurut Kreitner & Kinicki (2005) mengemukakan bahwa hardiness
merupakan perilaku seseorang dalam mengubah stresor negatif menjadi positif
atau dengan kata lain menganggap suatu stresor sebagai suatu tantangan.
Analisis Hidayat (2018:90) penelitiannya menunjukan bahwa kepribadian
Hardines berpengaruh signifikan terhadap perilaku psikosisial melalui efikasi
diri. Adanya kepribadian Hardiness pada siswa akan membuat ketangguhan
yang tinggi dalam menghadapi tuntunan akadmeik di sekolah.

6
Penelitian Agolla dan Ongori (2009, h.063) menemukan hasil bahwa
beban akademik, sumber daya yang tidak memadai, motivasi yang rendah,
kinerja yang buruk terus menerus dalam akademis, ruang belajar yang penuh
sesak, dan ketidakpastian mendapatkan pekerjaan setelah lulus, menyebabkan
stres di kalangan siswa. Moore (dalam Rumiani, 2006,h.40) menyatakan
bahwa hardiness mengakibatkan kemunculan stress akademik, dalam hal ini
hal yang dihadapi oleh siswa dapat berupa beban tugas, ujian dan masalah
interaksi dengan temannya.
Dari beberapa penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
hardiness pada peserta didik sangat dibutuhkan karena jika peserta didik tidak
memiliki ketangguan dalam menghadapi tantangan dalam belajar maka
dikhawatirkan akan adanya perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang
dari tujuan serta harapan dari tindakan belajar.
Melihat dari pentingnya memiliki hardiness yang tinggi, maka perlu
upaya untuk memfasilitas dalam meningkatkan hardiness bagi siswa, oleh
karena itu Bimbingan dan konseling dapat digunakan sebagai upaya
sistematis, objektif, logis dan terprogram yang dilakukan oleh konselor
bimbingan dan konseling yang dilakukan untuk mencapai kemandirian
(Suherman, 2015 : 4). Hal ini nantinya akan digunakan untuk menyusun
rancangan layanan BK yang sistematis dan sesuai dengan hasil kebutuhan
(need assesment) peserta didik. Oleh karena itu diperlukan suatu layanan yang
dapat memfasilitasi peningkatan hardiness tersebut.
Layanan bimbingan dan konseling hadir sebagai bentuk layanan yang
dapat membantu siswa mencapai tujuannya secara optimal. Hal ini sejalan
dengan pendapat Glading (Komalasari, 2011: 14) yang menyatakan bahwa
sifat bimbingan bersifat preventif, yaitu bantuan yang diberikan kepada
individu dalam beradaptasi dan mencapai suatu proses pembangunan baik
secara pribadi, intelektual, sosial, emosional dan karir.
Selaras dengan pernyataan Susilowati (2015: 28) yang mengatakan
bahwa dalam perkembangannya peserta didik akan lebih lama berada
disekolah yang merupakan tempat pendidikan untuk mengembangkan diri

7
melalui layanan bimbingan dan konseling. Muro (Yusuf, 2016:26)
menyebutkan bahwa struktur program bimbingan dan konseling
komprehensif diklarifikasi kedalam empat jenis layanan, yaitu 1) Layanan
dasar bimbingan, 2) Layanan responsif, 3) Layanan perencanaan individual, 4)
Dukungan sistem. Keempat layanan bimbingan dan konseling tersebut
bertujuan untuk membantu peserta didik agar memperoleh perkembangan
yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan
dasar hidupnya.
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan yang diberikan kepada
peserta didik sebagai upaya pemberian bantuan agar peserta didik memiliki
kesadaran pemahaman tentang diri dan lingkungannya, mengembangkan
keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah
laku tepat bagi penyesuian diri dan lingkungannya, serta agar peserta didik
mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya serta
mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya (Nurihsan,
2016: 27).
Melihat dari pertanyaan mengenai layanan dasar bimbingan tersebut
maka dapat dilihat bahwa layanan bimbingan konseling yang cocok diberikan
kepada peserta didik yang memiliki hardiness rendah adalah layanan
bimbingan pribadi-sosial. Menurut Kamaludin (2011:452) mengatakan bahwa
bimbingan sosial-pribadi merupakan bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai dan mengembangkan potensi,
kecakapan, bakat dan minat, etika sosial serta pemahaman diri dalam ruang
lingkup sosial.
Selanjutnya menurut Nurihsan (2016: 11) berpendapat bahwa
bimbingan sosial pribadi lebih mengarah kepada pencapaian pribadi yang
seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam
permasalahan yang dialami oleh individu.
Melilhat dari pemaparan tersebut, peneliti memandang bahwa
kepribadian hardiness membuat siswa memiliki ketahanan dalam menghadapi
tugas dan keyakinan untuk dapat menyelesaikan berbagai tugas. Oleh karena

8
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai profil hardiness
pada siswa di Kota Tasikmalaya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa
masalah sebagai beirkut:
1. Siswa merasakan pengalaman kegiatan di sekolah sebagai hal yang sangat
melelahkan fisik dan psikologis maka hardines sangat perlu ditanamkan
kepada siswa.
2. Siswa yang memiliki hardiness yang rendah dapat mengalami tanda-tanda
kecemasan dan tekanan psikologis sehingga belum mampu menyelesaikan
tantangan secara efektif, belum mampu mengelola kognitif dan perilaku
terhadap tantangan.
3. Siswa belum mampu mengelola ketahanan atau tidak memiliki hardiness
sehingga dapat menimbulkan stress akademik.
4. Diperlukannya gambaran umum hardiness, hardiness berdasarkan jenis
kelamin dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah
1. Bagaimana gambaran umum Hardiness pada siswa SMA Negeri di Kota
Tasikmalaya?
2. Bagaimana gambaran umum hardiness berdasarkan jenis kelamin pada
siswa SMA Negeri di Kota Tasikmalaya?
3. Bagaimana implikasi hardiness pada bimbingan dan konseling ?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil Hardiness pada siswa di Kota
Tasikmalaya. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk:

9
1. Mengetahui gambaran umum Hardiness pada siswa SMA Negeri di Kota
Tasikmalaya
2. Mengetahui gambaran umum hardiness berdasarkan jenis kelamin pada
siswa SMA Negeri di Kota Tasikmalaya
3. Mengetahui implikasi hardiness pada bimbingan dan konseling

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu psikologi, terutama psikologi pendidikan, psikologi
klinis, dan psikologi sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Hasil dari penelitian ini, memberikan pemahaman pada siswa untuk
lebih yakin terhadap potensi dirinya sendiri dan mengembangkan
kepribadian Hardiness serta tidak mengalami stres akademik dalam
menjalani pendidikan.
b. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat digunakan pihak institusi
pendidikan sebagai landasan dalam mengambil keputusan terhadap
kebijakan perkembangan dalam meningkatkan Hardiness pada siswa.
c. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman
bagi guru bagian Bimbingan dan konseling dalam membina dan
membimbing siswa guna mengembangkan Hardiness agar menjadi
lebih baik.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hardiness
1. Definisi Hardiness
Istilah ketangguhan pribadi atau hardiness pertama kali ditemukan
oleh Kobasa dkk (1979) yang merujuk pada karakterisik kepribadian
individu yang mempunyai daya tahan terhadap stres. Ketangguhan sendiri
merupakan suatu susunan karakteristik kepribadian yang membuat
individulebih kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam menghadapi stres
danmengurangi efek negatif dari stres yang dihadapi. Individu dengan
ketangguhan pribadi memiliki beberapa karakter, diantaranya memiliki
komitmen terhadap aktivitas, percaya bahwa mereka mampu melakukan
control, memandang perubahan sebagai tantangan, kesempatan daripada
sebuah ancaman.
Allfred & Smith (1989,Marwanto 2011:4) menyatakan, bahwa
kepribadian Hardiness merupakan hasil dari proses kognitif adaptif. Jadi
individu dengan kepribadian Hardiness akan merespon stimulus, dengan
kognisi positif atau dengan penilaian didasarkan pada tingkat ancaman
yang menyerang dan kemampuan mereka untuk menyelesaikannya secara
efektif.
Menurut Bishop (1994:167) mengatakan bahwa, Hardiness adalah
salah satu dari tipe kepribadian yang secara terutama tahan terhadap stress,
Hardines juga merupakan kombinasi dari karakteristik kepribadian yang
dapat dipercaya memberi gambaran individu yang tetap sehat walau dalam
keadaan yang kurang baik sekalipun.
Menurut pendapat Peterson (2004) Hardiness adalah didefinisikan
sebagai “konstelasi karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai
sumber daya resistensi dalam pertemuan dengan peristiwa kehidupan yang
penuh tekanan, sifat kepribadian atau gaya kognitif yang ditandai dengan
semakin meningkatnya tingkat komitmen, kontrol dan keberanian

11
menghadapi tantangan. (Amiruddin, 2014:75). Kreitner dan Kinicki
menyebutan bahwa individu yang memiliki karakteristik kepribadian
Hardiness memiliki kemampuan dalam melawan stres dengan cara
mengubah stressor yang bersifat negatif menjadi sebuah tantangan yang
positif (Nurtjahjanti, 2011:128).
Cotton (dalam Widyarini, 2010) lebih jelas lagi mengartikan
hardiness sebagai komitmen yang kuat terhadap diri sendiri, sehingga
dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap lingkungan dan
perasaan bermakna yang menetralkan efek negatif stres. Sementara Quick,
dkk (dalam Widyarini, 2010) menyatakan hardines adalah konstruksi
kepribadian yang merefleksikan sebuah orientasi yang lebih optimis
terhadap hal- hal yang menyebabkan stres. Ini sesuai dengan pendapat
Kobasa yang mengatakan hardiness sebagai kecenderungan untuk
mempersepsikan atau memandang peristiwa-peristiwa hidup yang
potensial mendatangkan stres sebagai suatu yang tidak terlalu mengancam.
Kemampuan individu dalam menghadapi berbagai kejadian hidup
yang menekan tidaklah sama, tetapi tergantung pada banyak hal, salah
satunya adalah kepribadian. Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah
mengalami gangguan jika mengalami peristiwa-peristiwa yang menekan
dan menegangkan. Ada juga tipe kepribadian tertentu yang memiliki daya
tahan tinggi terhadap kejadian yang menegangkan. Tipe kepribadian yang
mempunyai kemampuan dan daya tahan terhadap stres adalah hardiness
atau hardy personality yang merupakan gagasan konsep kobasa.
Berdasarkan beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa
Hardiness adalah ketahanan individu secara mental terhadap segala
masalah baik yang akan maupun sedang dihadapinya, guna melawan stres
dengan mengubah persepsi pada permasalahan tersebut dari negatif
menjadi lebih positif.

12
2. Fungsi Hardiness
Menurut Khobasa dan Maddi (2002:78) menyebutkan bahwa dalam diri
seseorang individu berfungsi sebagai:
a. Membantu dalam proses adaptasi individu.
Memiliki kepribadian hardiness yang tinggi akan sangat terbantu
dalam melakukan proses adaptasi terhadap hal-hal baru,
sehingga stres yang ditimbulkan tidak banyak.
b. Toleransi terhadap frustasi
Sebuah penelitian terhadap dua kelompok mahasiswa, yaitu kelompok
yang memiliki Hardiness tinggi dan yang rendah, menunjukkan bahwa
mereka yang memiliki Hardiness yang tinggi menunjukkan tingkat
frustasi yang lebih rendah dibandingkan mereka yang Hardinessnya
rendah. Senada dengan hasil penelitian tersebut, penelitian lain
menyimpulkan bahwa Hardiness dapat membantu mahasiswa untuk
tidak berfikir akan melakukan bunuh diri ketika sedang stres dan putus
asa.
c. Mengurangi akibat buruk dari stress
Kobasa banyak meneliti tentang hardiness menyebutkan bahwa,
ketangguhan hati sangat efektif berperan ketika terjadi periode stress
dalam kehidupan seseorang. Demikian pula pernyataan beberapa tokoh
lain. Hal ini dapat terjadi karena mereka tidak terlalu menganggap
stress sebagai suatu ancaman.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya burnout.
Burnout adalah situasi kehilangan kontrol pribadi karena terlalu besar
tekanan pekerjaan terhadap diri, sangat rentan dialami oleh pekerja-
pekerja emergency seperti perawat yang memiliki beban kerja tinggi.
Untuk individu yang memiliki beban kerja tinggi, hardiness sangat
dibutuhkan untuk mengurangi burnout yang sangat mungkin timbul
(Khobasha dan Maddi 2002).
Menurut Shultz dan Schultz (2002) juga menyatakan bahwa
mahasiswa yang mempunyai optimisme yang tinggi juga

13
mempunyai hardiness yang tinggi sehingga mereka mampu
menyelesaikan semua beban tugasnya.
e. Mengurangi penilaian negatif terhadap suatu kejadian atau keadaan
yang dirasa mengancam dan meningkatkan pengharapan untuk
melakukan coping yang berhasil.
Coping adalah penyesuaian secara kognitif dan perilaku menuju
keadaan yang lebih baik, bertoleransi terhadap tuntutan internal dan
eksternal yang terdapat dalam situasi stres.
Kepribadian hardiness yang dimiliki dapat membuat individu
melakukan coping yang cocok dengan masalah yang sedang dihadapi.
Individu dengan kepribadian hardiness tinggi cenderung memandang
situasi yang menyebabkan stress sebagai hal positif, dan karena itu
dirinya dapat lebih jernih dalam menentukan coping yang sesuai
(Khobasha dan Maddi 2002).
f. Meningkatkan ketahanan fisik
Hardiness dapat menjaga individu untuk tetap sehat walaupun
mengalami kejadian-kejadian yang penuh stres. Karena lebih tahan
terhadap stres, individu juga akan lebih sehat dan tidak mudah jatuh
sakit karena caranya menghadapi stres lebih baik dibanding individu
yang Hardiness-nya rendah
g. Meningkatkan ketahanan diri terhadap stress
Kepribadian hardiness dapat menjaga individu untuk tetap sehat
walaupun mengalami kejadian-kejadian yang penuh stres.
Karena lebih tahan terhadap stres, individu juga akan lebh sehat dan
tidak mudah jatuh sakit karena caranya menghadapi stres lebih baik
dibandingkan individu dengan hardiness rendah (Smet, 2011).
h. Membantu individu untuk melatih kesempatan sebagai suatu latihan
untuk mengambil keputusan secara lebih jernih .
Kobasa dan Purcett (2005) menyatakan bahwa hardiness dapat
membantu individu untuk melihat kesempatan lebih jernih sebagai suat

14
latihan untuk mengambil keputusan, baik dalam keadaan stress atapun
tidak.
Menurut Kobasa dan Maddi, hardiness dalam diri individu akan
memiliki fungsi yaitu membantu individu dalam proses adaptasi dan lebih
memiliki toleransi terhadap stres, mengurangi akibat buruk dari stres,
mengurangi kemungkinan terjadinya burnout (situasi kehilangan kontrol
pribadi karena terlalu besarnya tekanan pekerjaan terhadap diri,
mengurangi penilaian negatif terhadap suatu kejadian yang mengancam
dan membuat individu tidak mudah jatuh sakit.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
etangguhan dalam belajar dalam diri seseorang adalah untuk membantu
individu dalam proses adaptasi. Siswa yang memiliki hardiness yang
tinggi akan lebih mudah dalam beradaptasi ketika dihadapkan hal-hal yang
baru. Hal ini dikarenakan siswa tersebut menyukai tantangan. Sehingga ia
mengangap hal-hal yang baru atau perubahan adalah hal yang wajar
terjadi. Sehingga ketika menghadapi proses adaptasi tersebut, siswa akan
bisa memperkecil terjadinya stres. Stres yang berlebihan sangat tidak baik
bagi kesehatan siswa. Ketika siswa stres ia akan mengalami cemas yang
berlebihan, sulit tidur dll yang pada tahap selanjutnya bisa mengakibatkan
sakit. Jadi hardiness dalam diri seseorang juga dapat berfungsi untuk
membuat individu tidak mudah jauh sakit karena stres. Selain itu, fungsi
hardiness dalam diri seseorang adalah untuk mengurangi akibat buruk dari
stres, kemungkinan terjadinya burnout dan penilaian negatif terhadap
suatu kejadian yang mengancam.
3. Manfaat Hardiness
Maddi dan Kobasa (dalam Hadjam et al. 2004: 124)
mengemukakan bahwa individu yang memiliki hardiness memiliki kontrol
pribadi, komitmen, dan siap dalam menghadapi tantangan, artinya
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri maupun di luar dirinya
dilihat sebagai suatu kesempatan untuk tumbuh bukan sebagai suatu
ancaman terhadap dirinya. Individu yang memiliki hardiness dianggap

15
dapat menjadi tetap sehat meskipun mengalami kejadian-kejadian yang
penuh dengan stres.
Hardiness merupakan karakteristik kepribadian yang bermanfaat
sebagai sumber perlawanan saat individu menemui suatu kejadian yang
mengancam. (Kobasa, Maddi, dan Khan 1982: 169). Lebih lanjut Kobasa
mengatakan bahwa hardiness merupakan suatu konstelasi kepribadian
yang menguntungkan bagi individu untuk dapat menghadapi tekanan-
tekanan dalam hidupnya.
Hardiness merupakan kepribadian yang dapat menyesuaikan
dirinya terhadap tuntutan secara tepat dan efektif. Dengan kata lain
individu yang mempunyai hardiness tidak akan mudah melarikan diri dan
menarik diri dari kondisi-kondisi yang mengancam dirinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Kobasa pada tahun 1979, memicu
diadakannya beberapa penelitian lanjutan yang menunjukkan bahwa
hardiness berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental (Taylor 1995:
262). Hardiness juga membantu mengurangi respon cardiovaskular
terhadap stres. Individu yang hardiness akan lebih sehat secara fisik dan
mental karena adanya komitmen, kontrol, dan tantangan. Individu
mempunyai pandangan positif terhadap kejadian- kejadian dalam hidup
yang menekan daripada individu yang kurang tangguh. Problem fokus
penyelesaian masalah (focus coping) yang digunakan individu yang
mempunyai hardiness adalah transformal coping sehingga individu
tersebut mampu mengatasi stres yang dialami.
4. Dimensi Hardiness
Menurut Kobasa dan Glenn dalam Rahmawan (2011:14)
Kepribadian Hardiness terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a. Control
Kontrol merupakan kecenderungan untuk menerima dan percaya
bahwa mereka dapat mengontrol dan mempengaruhi suatu kejadian
dengan pengalamannya ketika berhadapan dengan hal- hal yang tidak
terduga. Aspek kontrol muncul dalam bentuk kemampuan untuk

16
mengendalikan proses pengambilan keputusan pribadi atau
kemampuan untuk memilih dengan bebas diantara beragam tindakan
yang dapat diambil. Individu yang memiliki aspek kontrol tinggi juga
memiliki kendali kognitif atau kemampuan untuk menginterpretasikan,
menilai, menyatukan berbagai peristiwa kedalam rencana kehidupan
selanjutnya.
Kobasa juga mengatakan individu dengan kontrol yang tinggi memiliki
keterampilan untuk mengatasi masalah dengan respon-respon yang
tepat. Dengan demikian, orang-orang yang memiliki kontrol yang kuat
akan lebih optimis dalam menghadapi hal-hal diluar dirinya. Individu
ini akan cenderung lebih berhasil dalam menghadapi masalah-masalah
dari pada orang yang kontrolnya rendah. powerlessness adalah
perasaan pasif dan akan selalu disakiti oleh hal-hal yang tidak dapat
dikendalikan dan kurang memiliki inisiatif serta kurang dapat
merasakan adanya sumber- sumber dalam dirinya, sehingga mereka
merasa tidak berdaya jika menghadapi hal-hal yang dapat
menimbulkan ketegangan atau tekanan, (Kobasa, dalam
Rahmawan,2011).
b. Commitment
Commitment adalah kecenderungan individu untuk melibatkan diri
kedalam apapun yang dilakukan. Individu yang mempunyai
comitment mempunyai kepercayaan yang dapat mengurangi ancaman
yang dapat dirasakan dari peristiwa-peristiwa yang menimbulkan
stres. Hal ini akan mencegah hilangnya kontak dengan diri sendiri
meski dalam keadaan yang sangat menekan. Individu tersebut mampu
merasakan keterlibatan individu dengan orang lain yang bertindak
sebagai sumber pertahanan yang digeneralisir untuk melawan
pengaruh stress.
Menurut Fuadi (2009) commitment merupakan kecenderungan
individu untuk melibatkan diri dalam berbagai aktivitas, kejadian dan
orang- orang dalam kehidupannya. Orang yang mempunyai

17
commitment yang kuat mudah tertarik dan terlibat secara tulus
kedalam apapun yang sedang dikerjakan dan memiliki perasaan yang
wajar akan menuntunnya untuk mengidentifikasi dan memberikan arti
pada setiap kejadian yang ada dilingkungannya. Ciri-ciri siswa yang
memiliki komitmen pada tugas (task commitment) yang tinggi, adalah
Tangguh dan ulet (tidak mudah menyerah), mandiri dan bertanggung
jawab. Menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko
sedang. Suka belajar dan mempunyai orientasi pada tugas yang
tinggi. Memiliki konsentrasi yang baik, Mempunyai hasrat untuk
meningkatkan diri dan hasratuntuk bekerja sebaik-baiknya,
Mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis.
Individu yang memiliki comitment yang kuat tidak akan mudah
menyerah pada tekanan. Pada saat menghadapi stres individu ini akan
melakukan strategy coping (koping) yang sesuai dengan nilai, tujuan
dan kemampuan yang ada dalam dirinya. Sebaliknya, orang yang
alienated akan mudah merasa bosan atau merasa tidak berarti, karena
mereka memandang hidup sebagai suatu yang membosankan dan
tidak berarti, menarik diri dari tugas yang harus dikerjakan, pasif dan
lebih suka menghindar dari berbagai aktifitas. Individu yang alienated
akan menilai kejadian yang menimbulkan stres sebagai sesuatu yang
hanya dapat ditahan dan tidak dapat diperbaiki, Kobasa (dalam
Rahmawan, 2011)
c. Challenge
Tantangan mengacu pada kecenderungan untuk memandang suatu
perubahan sebagai insentif atau peluang untuk pertumbuhan dan bukan
ancaman terhadap keamanan (Sarafino 1998: 110). Secara kognitif,
individu dengan aspek tantangan tinggi memiliki keluwesan dalam
bersikap sehingga dapat mengintegrasikan dan menilai ancaman dari
situasi baru secara efektif. Keluwesan kognitif ini menjadikannya
terlatih untuk merespon kejadian yang tidak terduga sebagai suatu

18
masalah atau tantangan yang perlu diatasi. Dengan demikian mereka
memandang hidup sebagai suatu tantangan yang menyenangkan.
Menurut Kobasa (dalam Rahmawan, 2011), challenge merupakan
kecenderungan untuk memandang suatu perubahan dalam hidupnya
sebagai sesuatu yang wajar dan dapat mengantisipasi perubahan
tersebut sebagai stimulus yang sangat berguna bagi perkembangan dan
memandang hidup sebagai sesuatu tantangan yang mengasikkan.
Individu yang memiliki challenge adalah orang-orang yang dinamis
dan memiliki kemampuan dan keinginan untuk maju yang kuat.
Individu yang memiliki kepribadian challenge yang kuat akan dengan
mudah menemukan cara yang lebih mudah untuk menghilangkan atau
mengurangi keadaan yang menimbulkan stres dan menganggap stress
bukan sebagai suatu ancaman tetapi dianggap suatu tantangan.
Sebaliknya, orang- orang yang threatened menganggap bahwa sesuatu
itu harus stabil karena kestabilan adalah kewajaran dan meraka
khawatir dengan adanya perubahan karena dianggap merusak dan
menimbulkan rasa tidak aman dan menganggap bahwa perubahan itu
sebagai ancaman. Selain itu individu yang threatened tidak bisa
menyambut dengan baik perubahan atau memandang perubahan
sebagai ancaman dari pada sebagai tantangan, dan selalu mengaitkan
dengan penekanan dan penghindaran, Kobasa (dalam Rahmawan,
2011)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi hardiness
terdiri dari aspek control, commitment, chalengge. Control yaitu
kemampuan individu untuk terlibat dalam kegiatan dilindungan
sekitar, commitment yaitu kecenderungan untuk menerima dan
percaya bahwa mereka dapat mengontrol dan mempengaruhi suatu
kejadian dengan pengalamannya, dan challenge yaitu kecenderungan
untuk memandang suatu perubahan dalam hidupnya sebagai suatu
yang wajar dan menganggapnya sebagai sebuah tantangan yang
menyenangkan.

19
5. Hubungan antar aspek Hardiness
Hardiness meliputi aspek komitmen, kontrol, dan tantangan
merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Ketiga aspek hardiness ini
merupakan suati integrasi yang saling mendukung dan tidak terpisahkan.
Banyak yang mengatakan bahwa aspek kontrol merupakan hal yang paling
penting seperti yang telah banyak dikemukakan. Akan tetapi menurut
Maddi, orang yang memiliki kontrol tinggi akan tetapi rendah dalam aspek
komitmen dan tantangan, seperti orang yang bisa mengendalikan atau
menentukan hasil, tetapi tidak mau meluangkan waktu untuk berusaha
belajar dari pengalaman, atau merasakan keterlibatan dengan orang lain,
atau dengan suatu peristiwa. Orang dengan kondisi ini akan berbeda pada
ketidaksabaran, lekas marah, terisolasi, dan merasakan kepahitan ketika
kontrol yang dilakukan gagal, sehingga membuat mereka mudah terkena
lelah secara fisik, mental, dan sosial.
Kobasa (VanBredda, 2001:41) menggambarkan orang yang
memiliki ketabahan (hardiness) tinggi dapat dikatakan bahwa seseorang
yang mempunyai hardiness yang tinggi mempunyai rasa ingin tahu dan
cenderung untuk menemukan pengalaman yang menyenangkan dan
bermakna dari setiap peristiwa yang dialaminya. Selain itu juga
mempunyai keyakinan bahwa seseorang mampu mengubah keadaan dan
melihat perubahan sebagai sesuatu yang biasa dan merupakan sarana untuk
perkembangan dirinya.
Orang yang memiliki hardiness mempunyai rasa optimis dengan
menjadikan perubahan sebagai suatu yang dialami, bermakna, dan
menyenangkan walaupun dalam kondisi yang penuh tekanan, mempunyai
tindakan yang meyakinkan dengan menjadikan setiap perubahan sebagai
rencana kehidupan den belajar dari apa yang terjadi dengan mengambil
pelajaran berharga bagi masa depannya.
Sebaliknya orang yang memiliki hardiness yang rendah
menemukan diri mereka dan lingkungannya sebagai sesuatu yang
membosankan, tidka bermakna, dan penuh ancaman. Mereka tidak

20
berdaya dalam menghadapi berbagai macam tekanan. Karena mereka tidak
memiliki penyangga dalam menghadapi tekanan. Akhirnya, hardiness bisa
dihubungkan kepada individu yang memunculkan kemampuan untuk
mengelola seluruh bagian dari hidup mereka secara baik. Pentingnya
percaya diri dan nilai keyakinan dalam diri (self-belief) menjadi sesuatu
yang kompleks dalam konstruk hardiness. orang yang memiliki hardiness
yang tinggi mempunyai kecenderungan untuk mencari hasil yang berharga
dari lingkungannya dan orientasi ini akan membangun percaya diri dan
mereduksi hambatan sebagai tantangan untuk berubah.
6. Faktor yang Mempengaruhi Hardiness
Adanya kepribadian Hardiness dalam suatu individu tidak terlepas
dari faktor-faktor yang memengaruhinya. Tinggi rendahnya nilai dari
faktor-faktor tersebut juga menentukan akan tinggi rendahnya Hardiness
suatu individu. Faktor yang memengaruhi Hardiness menurut Florian
(dalam Prasetya, 2015:7) antara lain:
a. Kemampuan untuk membuat rencana yang realistis, dengan
kemampuan individu merencanakan hal yang realistis maka saat
individu menemui suatu masalah maka individu akan tahu apa hal
terbaik yang dapat individu lakukan dalam keadaan tersebut.
b. Memiliki rasa percaya diri dan citra diri positif, individu akan lebih
santai dan optimis jika individu memiliki rasa percaya diri yang tinggi
dan citra diri yang positif maka individu akan terhindar dari stres
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi, dan kapasitas untuk
mengelola perasaan yang kuat dan implus.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang memengaruhi Hardiness suatu individu meliputi kemampuan
untuk membuat rencana yang realistis, memiliki rasa percaya diri dan
positif pada citra dirinya, serta mengembangkan keterampilan komunikasi.
Sedangkan menurut Maddi (2012) mengatakan ada beberapa hal
yang dapat mempengaruhi Hardiness seseorang antara lain :

21
a. Dukungan sosial
Dukungan sosial memiliki hubungan yang signifikan dengan hardiness
seorang individu, apabila individu memiliki dukungan sosial yang baik
maka hardiness individu juga akan meningkat. Dukungan sosial juga
terkait langsung dengan salah satu aspek dari hardiness yaitu
komitmen. Dukungan sosial dapat berbentuk pertolongan yang dapat
berupa materi, emosi dan informasi yang diberikan oleh orang-orang
yang memiliki arti seperti keluarga, sahabat, teman, saudara atau orang
yang dicintai ketika individu yang bersangkutan sedang menghadapi
masalah yang dapat menimbulkan stress sehingga membuat individu
lebih kuat dan dapat mengurangi beban dalam hidupnya.
b. Pola asuh orang tua
Interaksi antara orang tua dan anak, dan juga pola asuh orang tua
berperan dalam meningkatkan hardiness pada diri seorang individu.
Orang tua yang mengajarkan supportive problem solving pada anak
juga dapat membantu meningkatkan hardiness pada seorang anak.
c. Lingkungan keluarga,
Lingkungan keluarga merupakan prediktor hardiness seseorang,
dikatakan individu yang tinggal dengan orang tua yang suportif akan
memiliki cara penyelesaian masalah yang baik sehingga akan
meningkatkan hardiness pada individu
d. Gender
Pria dan wanita akan berbeda dalam menanggapi atau menghadapi
masalah yang terjadi dalam hidup. Wanita sudah terbiasa mengalami
rasa sakit mulai dari siklus menstruasi setiap bulan, mengandung,
melahirkan, dan wanita juga dikatakan sebagai mahkluk yang sabar,
mengalah, dan lemah lembut. Pria lebih menggunakan pemikiran yang
logis dan juga pria dikatakan lebih egois dalam menghadapi suatu hal.
Dengan melihat tugas pada pria dan wanita, membuat gender sebagai
prediktor dalam menentukan hardiness individu.

22
e. Emotional Intelligence
Emotional intelligence berhubungan secara signifikan dengan
hardiness. individu yang memiliki emotional intelligence yang tinggi
cenderung dapat mengontrol reaksi terhadap suatu peristiwa yang
dihadapi secara efektif.
f. Etnis
Etnis yang serupa dengan seseorang akan membuat individu merasa
aman, nyaman untuk berbagi cerita dan masalah yang terjadi dalam
hidup, sehingga mempengaruhi hardiness pada seseorang.
g. Motif Individu
Motif personal dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kepribadian
individu. Dari hasil penelitian diatas terlihat bahwa motif individu
mempengaruhi pembentukan kepribadian individu. Hardiness
merupakan bagian dari karakteristik kepribadian individu.
Stres dapat menimbulkan hal yang negative maupun hal yang
positif tergantung pada sumber-sumber penangkal stres yang meliputi
hardiness, dukungan sosial, praktek kesehatan dan disposisi kepribadian
(Kobasa, Maddi & Khan, dalam Rahmawan, 2011). Hardiness, dukungan
sosial dan praktek- praktek kesehatan berperan besar dalam proses
penanggulangan stres. Penelitian yang dilakukan oleh Maddi dan Kobasa
(dalam Rahmawan, 2011) menemukan bahwa hardiness berhubungan
dengan self perception yang mencakup commitment, control dan
challenge. Faktor yang diidentifikasi mempengaruhi hardiness salah
satunya adalah dukungan sosial. Gannelen & 15 Paul (1984) mengatakan
bahwa ketiga komponen dari sifat hardiness secara berbeda terkait dengan
dukungan sosial. Secara khusus mereka menemukan bahwa dimensi dari
hardiness yaitu commitment dan challenge sangat berhubungan dengan
dukungan sosial sedangkan dimensi control tidak berhubungan dengan
dukungan sosial.

23
7. Ciri-ciri memiliki hardiness
Ciri-ciri Hardiness menurut Gardner (1999), mengemukakan ciri-ciri
orang yang memiliki Hardiness yaitu:
a. Sakit dan senang adalah bagian hidup
Orang yang memilki hardiness menganggap sakit dan senang ataupun
semua kejadian yang baik dan tidak baik sebagai bagian dari hidup dan
mereka mampu melalui semuanya bahkan mampu untuk
menikmatinya. Fokus utama mereka adalah menjadiberguna dalam
setiap keadaan.
b. Keseimbangan
Orang yang memiliki hardiness memilki keseimbanagn emosional,
spritual, fisik, hubungan anatr interpersonal dan frofesionalisme dalam
hidip. Mereka tidak terbiasa terperangkap dalam situasi yang tidak
baik dan mereka memilki solusi- solusi yang kreatif untuk keluar dari
situasi tersebut.
c. Leadership
Orang yang memiliki hardiness mampu bertahan dalam keadaan
tertekan atau terkendali. Orang ini memiliki komitmen yang tinggi
terhadap tugas yang mereka miliki, orang ini aktif, mampu
mengendalaikan dan memilki harapan-harapan.
d. Perspektif (pandangan)
Orang yang memilki hardiness memilki pandangan hidup yang tidak
hanya berdasarkan “aku”nya atau hanya berdasarkan pemikirannya
sendiri. Mereka tidak narsistik, tidak egosentris dan tidak sombong.
Mereka memiliki pandangan yang lebih luas dalam dalam melihat
sesuatu.
e. Self-knowledge
Orang yang memilki hardiness memilki pengetahuan diri dan
kesadaran diri yang tinggi. Mereka mengetahui kelebihan dan
kekurangannya dan dia merasa nyaman dengan hal itu. Mereka tidak

24
berusaha membandngkan diri dengan orang lain, mereka menerima
diri mereka apa adanya.
f. Tanggung jawab ke tuhan
Orang yang memiliki hardiness menyadari setiap dosa yang mereka
perbuat dan akan segera memperbaikinya. Jika orang berbuat salah
pada dirinya, mereka akan dengan mudah mampu memaafkannya dan
meminta maaf jika melakukan kesalahan pada orang lain
g. Tanggung jawab
Orang yang memiliki hardiness mampu menerima tanggung jawab.
Mereka mampu untuk “menikmati” keadaan yang sedang mereka
alami ataupun akibat negatif dari keadaan yang mereka alami.
h. Kedermawaan (generousity)
Orang yang memilki hardiness penuh dengan cinta, energi dan sumber
daya. Mereka dermawan, terbuka, mempercayai, bekerja dan memberi.
Mereka melihat dirinya sebagai bagian dari masyarakat dan berbagi
dengan orang lain.
i. Gratitude (terima kasih atau bersyukur)
Orang yang memiliki hardiness senantiasa bersyukur terhadap apa
yang mereka miliki. Mereka percaya bahwa setiap orang tergantung
satu sama lain. Mereka menerima kelemahan, kelebihan,
ketidakberdayaan, dan kebutuhannya akan kepedulian dari orang lain
anpa rasa malu dan membiarkan orang lain membantunya atau mau
menerima bantuan dari orang lain.
j. Harapan (hope/ joy)
Orang yang memiliki hardiness memiliki perasaan yang indah terhadap
harapan-harapannya, mampu stabil dalam berbagai keadaan yang tidak
baik dan tidak pesimis. Mereka memiliki harapan untuk dapat
menikmati hidup dengan bebas dan penuh dengan kebahagiaan

25
k. Punya daya pikir yang tinggi
Orang yang memiliki hardiness memiliki pemikiran yang kreatif dan
inovatif. Orang ini memiliki daya cipta, melihat pilihan secara aktif,
memiliki cara-cara atau teknik pemecahan masalah tersendiri
l. Fleksibel
Orang yang memiliki hardiness mampu menikmati pilihan kedua dan
mereka lebih fleksibel. Mereka menikmati apa yang mereka miliki
daripada menangisi apa yang tidak mereka miliki.
m. Memiliki selera humor
Hardiness mencerminkan rasa humor yang dimiliki seseorang. Mereka
mampu menertawakan dirinya sendiri dan tidak membiarkan dirinya
menjadi orang yang terlalu serius. Mereka memiliki spontanitas dan
fleksibelitas sehingga mereka mampu menikmati perbedaan, adanya
variasi dan kesempurnaan ciptaan tuhan.
n. Rejection/ penolakan
Orang yang memiliki hardiness tidak mudah menyerah dengan
kegagalan atau penolakan yang mereka alami. Mereka mampu belajar
dari kesalahan dan bangkit dari suatu kegagalan, suatu penolakan
ataupun suatu penyangkalan. Mereka tidak akan berhenti meskipun
sudah gagal berulang-ulang.
o. Kehormatan
Orang yang memiliki hardiness memiliki perilaku, tata krama yang
baik sehingga mereka memperoleh penghormatan dan penghargaan
dari orang lain.
p. Penggunaan waktu
Orang yang memiliki hardiness mampu memanfaatkan waktu sebaik-
baiknya. Mereka mampu membingkai kebosanan menjadi
produktifitas, mengisi waktu dengan hal yang lebih bermanfaat dan
mereka memotivasi dirinya dalam memulai suatu hal.

26
q. Dukungan
Orang yang memiliki hardiness mengidentifikasi dan memelihara
sistem pendukung pribadi. Ia mampu mengembangkan hubungan yang
sehat dalam suatu kelompok, memiliki pengaturan atau batasan-
batasan sehingga tidak memberikan dampak timbal balik pada masing-
masing pihak.
r. Kemampuan selalu belajar
Orang yang memiliki hardiness terbuka dengan suatu gagasan yang
baru. Mereka adalah pelajar seumur hidup. Mereka tidak gampang
menyerah terutama dalam menerapkan suatu gagasan atau ide yang
baru.
s. Penyelesaian konflik
Orang yang memiliki hardiness dapat melakukan atau menghadapi
konfrontasi tanpa kehilangan keseimbangan dalam dirinya. Orang ini
mampu mendengarkan dengan baik tanpa melakukan penyangkalan,
memberi masukan dan mampu menjawab secara terus terang terhadap
isu yang ada. Mereka akan berubah jika harus dan tidak mudah
dikendalikan oleh pendapat orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri orang yang
memiliki hardiness adalah menganggap sakit dan senang adalah bagian
dari hidupnya, memiliki keseimbangan emosional, spritual dalam
hidupnya, mampu bertahan dalam keadaan tertekan, memiliki komitmen
yang tinggi terhadap tugas yang dimiliki, memiliki tangungjawab yang
tinggi, memiliki harapan, mampu stabil dalam keadaan yang tidak baik
dan tidak pesimis, tidak mudah menyerah dalam kegagalan atau penolakan
yang dialami, memiliki pengetahuan diri dan kesadaran diri yang tinggi
dan mampu memanfaatkkan waktu sebaik-baiknya .
8. Cara meningkatkan hardiness
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menuju ketangguhan
pribadi seperti dikemukakan Malani (2010), yaitu:

27
a. Menetapkan misi hidup. Beberapa penjabaran dari penetapan misi
hidup, antara lain: membangun misi kehidupan, membulatkan tekad,
membangun visi, menciptakan wawasan, transformasi visi, dan
komitmen total.
b. Membangun karakter, yaitu dilakukan dengan beberapa langkah
strategis berikut : relaksasi, membangun kesadaran diri, membangun
kekuatan afirmasi, mengembangkan pengalaman positif,
membangkitkan dan menyeimbangkan energi batiniah, dan mengasah
prinsip (pelatihan penjernihan emosi).
c. Pengendalian diri (self cotrolling), yaitu kemampuan mengelola
kondisi kemauan, kebutuhan, impuls (desakan), drive (dorongan) dan
sumberdaya diri sendiri. Beberapa aspek, yang berkaitan dengan
kemampuan pengendalian diri, antara lain: kendali diri (self control)
yakni mengelola emosi-emosi dan desakan (impuls) hati-hati yang
merusak, sifat dapat dipercaya (trustworthiness) yakni memelihara dan
internalisasi norma kejujuran dan integritas pribadi, kehati-hatian
(conscientiousness) yakni bertanggungjawab atas kinerja pribadi, dan
inovasi (innovation) yakni mudah menerima dan terbuka terhadap
gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru
9. Hardiness dalam Perspektif Islam
Hardiness adalah suatu karakteristik kepribadian yang mempunyai sumber
perlawanan di saat individu saat menemui suatu kejadian yang
menimbulkan stres dan dapat membantu untuk melindungi individu dari
pengaruh negatif stres. Individu dengan hardiness yang tinggi maka ia
akan melihat kejadian yang menekan justru menjadi stresor yang positif
untuk lebih berkembang.
Islam selalu mengajarkan kepada kita untuk selalu mengendalikan diri atau
mengendalikan hawa nafsu kita agar tetap di jalan yang benar dan tidak
tersesat dalam jalan yang sesat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat An-Nisa ayat 135:

28
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan
Oleh karena itu kemampuan dalam mengendalikan diri atau hawa nafsu
merupakan sesuatu yang mutlak harus dimiliki seseorang agar dapat
menghindarkan diri dari perbuatan yang tercela dan mendapatkan
kebahagiaan nantinya. Islam juga mengajarkan kepada orang-orang cara
menghadapi masalah yaitu dengan sabar dan shalat. Sebagaimana yang
tercantum dalam surat Al-Baqoroh ayat 153

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar

29
Berdasarkan dua ayat kontrol emosi dalam ajaran islam tersebut menunjukkan
bahwa sebagai manusia yang beriman maka islam mengajarkan pada kita
untuk mampu mengontrol hawa nafsu kita dan diperintahkan untuk tetap sabar
dalam menghadapi tantangan. Dengan begitu maka akan mampu menjadi
pribadi yang kuat dan tahan banting (hardiness).
Komponen kedua dari hardiness adalah komitmen, merupakan kecenderungan
individu untuk melibatkan diri dalam berbagai aktivitas dalam kehidupannya.
Manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan untuk berkkumpul atau
bersama dengan manusia yang lain dan saling membutuhkan antara manusia
satu dengan manusia yang lainnya. Islam sebagai agama yang mengetahui
kebutuhan yang dasar manusia, menganjurkan untuk saling berkumpul dan
saling mengenal antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.
Sebagaimana yang tertuang dalam surat Al-Mursalat ayat 25 dan surat Asy-
Syuara’ ayat 39:

“ Bukankah kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul”. (Q.S Al-Mursalat


ayat 25)

“dan dikatakan kepada orang banyak: "Berkumpullah kamu sekalian”. (Q.S


Asy-Syuara’ ayat 39)
Komponen ketiga dari hardiness adalah tantangan, yaitu kecenderungan
untuk memandang suatu perubahan dalam hidup sebagai sesuatu yang wajar
dan dapat mengantisipasinya sebagai stimulud yang sangat berguna bagi
perkembangan dan memandang hidup sebagai tantangan. Pribadi pantang
menyerah (tanggu) adalah tidal lain sebutan bagi pribadi yang tidak merasa
lemah terhadap sesuatu yang terjadi atau menimpanya. Pribadinya
menganggap sesuatu yang terjadi itu dari segi positif. Ia yakin betul bahwa
Allah tidak akan meninggalkannya dalam kondisi apa-pun.

30
Pribadi pantang menyerah dan tangguh ini, tidak lain adalah pribadi
yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang
berkaitan dengan kebahagaian, kesuksesa, mendapat rezeki dll. Sebaliknya,
jika ia mendapati sesuatu yang tidak diharapkannya, maka ia memiliki
ketahanan untuk selalu berskap sabar. Dan pribadi seperti ini memposisikan
setiap kejadian yang menimpanya adalah atas ijin dan kehendak Tuhan Yang
Maha Esa. Ia selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran
dari setiap kejadian tersebut dan mempasrahkan hasilnya kepada Allah.
Yang dimaksud pasrah adalah tawakal, dimana pengertiannya tidak
dilihat secara fisik. Tetapi dipandang sebagai hal atau sifat positif dalam
jiwanya yang tangguh dan kuat. Islam menyeru kepada manusia untuk
tawakkal, sebagaimana termaktub dalam surat As-Syuara’ ayat 217:

“Dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha


Penyayang”. (Q.S As-Syuara’ ayat 217)
Manusia diperintahkan untuk bertawakal kepada Allah SWT, karena tawakal
akan membawakan kebahagian kepada orang tersebut. Yang tertulis dalam
surat An-Naml 79:

“Sebab itu bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya kamu berada di atas


kebenaran yang nyata”. (Q.S An-Naml 79)

B. Penelitian terdahulu
Penelitian terkait dengan Hardiness pada siswa telah dilakukan oleh :
1. Muhammad (2019) menemukan Individu dengan kepribadian tahan
banting tinggi memiliki perilaku yang membuat mereka lebih kuat dalam
melawan stres dan juga percaya bahwa mereka dapat mengendalikan atau
memengaruhi berbagai peristiwa dalam kehidupan mereka. Individu juga
sangat berkomitmen untuk bekerja dan kegiatan lain yang mereka nikmati

31
dan mengubah pandangan bahwa sesuatu yang mengancam bisa menjadi
tantangan. Profil akademik siswa Hardines yang ideal dalam menghadapi
era revolusi industri 4.0 harus mampu beradaptasi dengan tekanan
akademik yang menimpanya.
2. Mahmudah (2009) dalam penelitiannya menemukan hardiness siswi lebih
tinggi dari siswa menunjukkan ketangguhan pribadi siswa perempuan
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hal ini terjadi karena
seorang wanita telah terbiasa menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya
seperti menstruasi phobia, proses pecahnya selaput dara, serta disisi yang
lain derita kehamilan, melahirkan, menyusui, keibuan, membantu wanita
menyesuaikan diri dengan realitas dengan menerima semua penderitaan
akibat fungsi kewanitaannya, maka dalam kondisi yang melebihi batas
dapat menimbulkan mekanisme pertahanan diri pada diri wanita
3. Rosulin (2016) dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa adanya
hubungan antara Hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK
kelas XII dengan arah hubungan yang positif,siswa SMK yang memiliki
Hardiness tinggi akan lebih siap dalam menhgadapi transisi dari sekolah
dunia kerja, mereka lebih memikirkan mengenai karirnya dan lebih
mampumeregulasi diri untuk meraih karir yang diinginkan.
4. Hidayat (2018:90) dari analisis hasil penelitiannya menunjukan bahwa
kepribadian Hardines berpengaruh terhadap perilaku mencontek melalui
efikasi diri pada siswa SMA. Adanya kepribadian Hardiness pada siswa
akan membuat perilaku mencontek berkurang bahkan tidak dilakukan,
sebagaimana bahwa perilaku mencontek juga mengenai pandangan yang
dihadapi oleh siswa mengenai akademik dan besarnya stress yang
diterima.
5. Retnowati (2018:89) menjelaskan bahawa hasil dari dukungan sosial
orangtua dan Hardines pada siswa kelas X Fullday School memiliki
hubungan positif keduanya. Menunjukan bahwa Hardiness adalah
dipengaruhi dengan salahsatu faktor Hardines yaitu dukungan sosial.
Namun tidak hanya dukungan emosional orangtua, penelitian ini juga

32
meunjukan bahwa dukungan dalam bentuk instrumental, informatif, dan
penghargaan.
6. Shammael Kurniasari, (2015:1) hasil analisis data penelitian menunjukkan
bahwa ketangguhan akademik (academic Hardiness) ketiga partisipan
tampak dari keragaman data ketiga aspek. Komitmen ditunjukkan oleh
remaja yang mengalami ketidakhadiran ayah dengan tetap fokus pada
tugas akademik dan mengatur strategi untuk mengerjakan serangkaian
tugas mulai dari yang paling mudah. Aspek kontrol ditunjukkan oleh
remaja dengan adanya kemampuan mengelola emosi, waktu, dan menjaga
keyakinan setiap kali mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
Sementara pada aspek tantangan ditemukan data bahwa remaja yang
menjadi partisipan penelitian ini masih memiliki kesulitan untuk
menyesuaikan diri di berbagai lingkungan baru.

33
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan desain deskriptif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian
yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian secara spesifik dengan
menggunakan analisis statistik.Pendekatan kuantitatif dirancang untuk
memperoleh gambaran mengenai kecemasan sosial siswa dalam bentuk skor
atau angka.pada pendapat Creswell (2012: 13) yang menjelaskan bahwa
pendekatan kuantitatif dipilih sebagai pendekatan penelitian ketika tujuan
penelitian sebagai berikut: menguji teori; mengungkapkan fakta-fakta;
menunjukkan hubungan antar variabel; dan memberikan deskripsi.
Sebagaimana tujuan dari pendekatan kuantitatif menurut Sugiyono (2016: 8)
digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan data instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif
atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Desain penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan data
historis dan mengamati secara saksama mengenai aspek-aspek tertentu yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti oleh penulis sehingga akan
memperoleh data-data yang dapat mendukung penyusunan laporan penelitian.
Data-data yang diperoleh tersebut kemudian diproses dan dianalisi lebih lanjut
dengan dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran
mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang
diteliti. Adapun pengertian deskriptif menurut Sugiyono (2012 : 29) berfungsi
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data atau sampel yang telah berkumpul sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

34
B. Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah lokasi tertentu yang digunakan untuk objek
dan subjek yang akan di teliti dalam penelitian. Lokasi yang akan dijdikan
lokasi penelitian ini adalah SMAN 1 yang beralamat di Jln. Rumah Sakit
Umum No. 28 Kelurahan Empangsari Tawang Tasikmalaya, SMAN 2 yang
beralamat di Jl. R.E. Martadinata No.261, Panyingkiran, Kec. Indihiang,
Tasikmalaya, dan SMAN 3 Jl. Kolonel Basyir Surya No.89, Sukanagara, Kec.
Purbaratu, Tasikmalaya.

C. Populasi, Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi dalah wilayah generalisasi yang terdiri ats objek/subjek
yang mempunyai kaakteritik tertentu yang ditempatkn oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1, SMAN 2 dan SMAN
3 Kota Tasikmalaya. Berikut ini merupakan jumlah keseluruhan populasi :
Tabel 3.1
Populasi Penelitian

No Sekolah Kelas Jumlah Siswa


1 SMAN 1 Kota Tasikmalaya XI 399 siswa
2 SMAN 2 Kota Tasikmalaya XI 422 siswa
3 SMAN 3 Kota Tasikmalaya XI 415 siswa
Jumlah 1236 siswa

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2016 :81). Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan menggunakan random sampling, yaitu pengambilan sederhana
sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu.
Tabel 3.2
Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi ( Sugiyono, 2019:139)

35
S S N S
N N
1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 163 138 2800 537 339 247
15 15 14 14 290 202 166 140 3000 543 342 248
20 19 19 19 300 207 169 143 3500 558 348 251
25 24 24 23 320 216 175 147 4000 569 352 254
30 29 28 27 340 225 181 151 4500 578 356 255
35 33 32 31 360 234 187 155 5000 586 358 257
40 38 36 35 380 242 192 158 6000 598 363 259
45 42 40 39 400 250 197 162 7000 606 366 261
50 47 44 42 420 257 201 165 8000 613 368 262
55 51 48 46 440 265 206 168 9000 618 370 263
60 55 52 49 460 272 210 171 10000 622 372 263
65 59 56 53 480 279 214 173 15000 635 376 266
70 63 59 56 500 285 218 176 20000 642 379 267
75 67 63 59 550 301 227 182 30000 649 381 268
80 71 66 62 600 315 235 187 40000 653 382 269
85 75 70 65 650 329 242 191 50000 655 383 269
90 79 73 68 700 341 249 195 75000 658 384 270
95 83 76 71 750 352 255 199 100000 659 385 270
100 87 80 73 800 363 261 202 150000 661 385 270
110 94 86 78 850 373 266 205 200000 661 385 270
120 102 92 83 900 382 270 208 250000 662 386 270
130 109 97 88 950 391 275 211 300000 662 386 270
140 116 103 92 1000 399 277 213 350000 662 386 270
150 122 108 97 1100 414 286 217 400000 662 386 270
160 129 113 101 1200 427 292 221 450000 662 386 270
170 135 118 105 1300 440 298 224 500000 663 386 270
180 142 123 108 1400 450 303 227 550000 663 386 270
190 148 128 112 1500 460 307 229 600000 663 386 270a
200 154 132 115 1600 469 311 232 650000 663 386 270
210 160 136 118 1700 477 315 234 700000 663 386 270
220 165 140 122 1800 485 318 235 750000 663 386 271
230 171 144 125 1900 492 321 237 800000 663 386 271
240 176 148 127 2000 498 324 238 900000 663 386 271
250 182 152 130 2200 510 329 241 950000 663 386 271
260 187 156 133 2400 520 333 243 1000000 663 386 271
270 192 159 135 2600 529 336 245 ~ 664 386 271

Tabel 3.3
Sampel Penelitian

36
No Sekolah Kelas Jumlah
SMAN 1 Kota Tasikmalaya XI 399× 292
1 =94
1236
SMAN 2 Kota Tasikmalaya XI 422 ×292
2 =100
1236
SMAN 3 Kota Tasikmalaya XI 415 ×292
3 =98
1236
Jumlah 292

Setelah melakukan perhitungan,maka peneliti dapat mengambil sampel


dari populasi 1236 siswa yaitu dari SMAN 1 sebanyk 94 orang, dari SMAN 2
sebanyak 100 orang dan SMAN 3 sebanyk 98 orang. Pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik random
sampling. Sugiyono (2019:130) menjelaskan random sampling adalah
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Teknik Simple Random Sampling


Sugiyono (2019:130)

Peserta didik
kelas XI diambil secara Sampel yang
SMAN-Kota random representatif
Tasikmalaya

E. Definisi Operasional variable


Definisi operasional penelitian ini adalah Hardiness. Menurut Kobasa
dkk (1979) yang merujuk pada karakterisik kepribadian individu yang
mempunyai daya tahan terhadap stres. Individu dengan ketangguhan pribadi
memiliki beberapa karakter, diantaranya memiliki komitmen terhadap
aktivitas, percaya bahwa mereka mampu melakukan control, memandang
perubahan sebagai tantangan, kesempatan daripada sebuah ancaman.

37
Kemudian menurut Bishop (1994: 167) mengatakan bahwa Hardiness adalah
kombinasi dari karakteristik kepribadian yang dapat dipercaya memberi
gambaran individu yang tetap sehat walau dalam keadaan yang kurang baik
sekalipun. Selanjtunya menurut Amiruddin, dkk (2014) mengatakan bahwa
hardiness adalah sifat kepribadian atau gaya kognitif yang ditandai dengan
semakin meningkatnya tingkat komitmen, kontrol dan keberanian menghadapi
tantangan.
Berdasarkan dari uraian diatas, hardines karakteristik kepribadian
positif yang dimiliki oleh siswa dalam menghadapi kondisi yang menekan,
mengancam dan penuh tuntutan.
Selanjutnya aspek hardiness dalam penelitian ini merujuk pada teori
Kobasa (1982) yang mengtaakan ketangguhan atau hardines memiliki
beberapa aspek seperti komitmen, kontrol dan keberanian menghadapi
tantangan. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Aspek Kontrol
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan aspek kontrol adalah
karakteristik yang dimiliki oleh siswa untuk mengendalikan diri ketika
mengalami kondisi yang menekan, mengancam dan penuh tuntutan yang
ditandai dengan memiliki pendangan positif, bersikap wajar ketika
menghadapi masalah dan melakukan kegiatan dengan tulus

2. Aspek komitmen
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan aspek komitmen adalah
karakteristik yang dimiliki oleh siswa untuk bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambil ketika mengalami kondisi yang menekan,
mengancam dan penuh tuntutan yang ditandai dengan pemahaman
terhadap keputusan akan bermanfaat, menyadari bahwa masalah harus

38
dihadapi dengan konsisten dan melakukan usaha dengan sungguh-
sungguh.
3. Aspek Tantangan
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan aspek tantangan adalah
karakteristik yang dimiliki oleh siswa dalam melihat kondisi yang
menekan, mengancam dan penuh tuntutan sebagai suatu peluang untuk
menjadi lebih baik yang ditandai dengan pandangan positif, memiliki
kesadaran, menyusun pemecahan masalah yang menguntungkan.

F. Pengembangan Instrumen Penleitian


Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada
alat ukur yang baik (Sugiyono, 2019:156). Alat ukur dalam penelitian
biasanya dinamakan intrumen penelitian. Intrument yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket atau kuesioner , dimana angket atau kuesioner
yang dibuat ini akan mengungkap variabel tentang hardiness pada remaja
kelas XI di SMAN 1-3 Kota Tasikmalaya. Menurut Sugiyono (2019:199)
“kueisoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya”
1. Penyusunan kisi-kisi instrumen
Instrumen Hardiness pada penelitian ini dikembangkan
berdasarkan definisi operasional variabel dan merupakan kontruksi dari
teori Kobasa dan Maddi (dalam Glenn, 1982). Pada penelitian ini
ditambahkan menjadi 40 butir item pernyataan dan disesuaikan dengan
kaidah teori dengan bentuk pertanyaan favorable dan unfavorable.
Instrumen berisi pernyataan-pernyataan mengenai Hardiness yang
merujuk pada pengertian hardines dan aspek-aspeknya yaitu kontrol,
komitmen dan tantangan.
Tabel.1

39
Kisi-kisi instrumen

Aspek Indikator Pernyataan (+) (-)


Kontrol Memiliki 1. Saya menilai bahwa
(kontrol diri) pandangan kegiatan baru di sekolah

yaitu positif terhadap akan memberikan hal yang
karakteristik masalah bermanfaat
yang dimiliki 2. Saya menilai berdiskusi
oleh siswa dengan teman dapat

untuk meringan kan tugas
mengendalikan pelajaran dari guru
diri ketika 3. Saya malas mencari
mengalami informasi terhadap tugas-
kondisi yang √
tugas pekerjaan rumah dari
menekan, sekolah
mengancam 4. Keikutsertaan dalam
dan penuh kelompok belajar dapat
tuntutan √
bermanfaat untuk prestasi
saya
Memiliki sikap 5. Tugas ekstrakurikuler yang
sewajarnya sulit membuat rasa lelah √
ketika bagi saya sendiri
menghadapi 6. Saya mudah marah jika
masalah harus mengerjakan

pelajaran yang sulit dan
baru
7. Kegiatan ekstrakurikuler
tidak perlu ditanggapi
karena tidak dapat √
menggali potensi dan bakat
saya
8. Saya kurang suka ketika
satu kelompok dengan

orang-orang yang berbeda
dengan saya
Melibatkan diri 9. Keterlibatan saya dalam
dalam setiap kegiatan OSIS sekolah

kegiatan yang tidak memberikan manfaat
baik dengan bagi prestasi saya
fokus 10. Mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah

menjadi peluang untuk
menggali potensi saya
11. Saya tulus dalam √
mengerjakan berbagai
tugas yang sulit saya

40
Aspek Indikator Pernyataan (+) (-)
pahami
12. Terkadang saya kurang
suka dengan kegiatan yang √
ada di sekolah
Komitmen Memahami 13. Saya memahami keputusan
(komitmen setiap yang diambil bersama

diri) yaitu keputusan yang teman-teman untuk kerja
karakteristik diambil kelompok
yang dimiliki 14. Saya kurang paham dengan
oleh siswa melaksanakan
untuk ekstrakurikuler dapat

bertanggung bermanfaat bagi
jawab terhadap pengembangan prestasi
keputusan saya
yang diambil 15. Saya mengetahui, dengan
ketika memberikan pendapat
mengalami dalam diskusi kelompok
kondisi yang √
akan mendapatkan hal
menekan, yang bermanfaat bagi
mengancam teman
dan penuh 16. Saya mengerti dengan
tuntutan tugas baru yang diberikan
guru dapat mengungkap √
kemampuan saya dalam
menjalani tugas
Menjalani 17. Saya menyadari keputusan
konsekuensi untuk terus belajar karena

yang didapat menentukan masa depan
dari sebuah saya
keputusan 18. Saya akan menjalankan
tugas tambahan dari guru
apabila saya tidak √
mengerjakan pekerjaan
rumah
19. Saya mau mengerjakan
tugas secara konsiten

karena saya bisa belajar
banyak hal
20. Saya lebih baik diam
daripada harus berpendapat

tanpa di dasari landasan
yang jelas
21. Saya akan mendapat nilai √
yang buruk apabila tidak
melakukan tugas atau

41
Aspek Indikator Pernyataan (+) (-)
belajar dengan baik
Melakukan 22. Saya belajar mandiri agar
usaha atau guru dan teman dapat

kegiatan percaya kepada
dengan kemampuan belajar saya
sungguh- 23. Saya melibatkan diri pada
sungguh kegiatan ekstrakurikuler

dengan sungguh-sungguh
daripada saya berdiam diri
24. memilih untuk berdiam
diri, karena saya percaya

bahwa semua akan menjadi
indah pada waktunya
25. setiap kegiatan saya selalu
ikut serta dengan sungguh-
sungguh meskipun √
hasilnya kurang sesuai
dengan harapan
26. saya sungguh-sungguh

pada kegatan yang disukai
Tantangan Memiliki 27. Saya menyadari bahwa
(perubahan kesadaran pelajaran yang sulit

sebagai terhadap membuat saya bersungguh-
insentif atau peluang untuk sungguh mengerjakannya
peluang) yaitu berprestasi 28. Saya bersikap kasar dan
karakteristik menuntut untuk √
yang dimiliki memperoleh kebebasan
oleh siswa 29. Saya ingin tampak beda
dalam melihat dengan teman, baik cara √
kondisi yang belajar, berdiskusi dll
menekan, 30. Saya selalu melakukan
mengancam segala cara agar bisa lebih √
dan penuh unggul dari teman saya
tuntutan Menggali 31. Saya mampu mengatasi
sebagai suatu informasi perbedaan pendapat √
peluang untuk terhadap hal- dengan teman di sekolah
menjadi lebih hal baru yang 32. Saya mencari informasi
baik menguntungka kepada teman atau guru

n dan mengenai kegiatan yang
merugikan baru
33. Saya mudah mendapatkan
informasi tentang pelajaran √
yang sulit dikerjakan
34. Saya tidak tertarik dengan √

42
Aspek Indikator Pernyataan (+) (-)
pengumuman di sekolah
tentang kegiatan yang baru
atau belum saya ketahui
35. Saya mencari tahu dari
internet, media sosial atau
sumber lain mengenai √
kegiatan yang
meningkatkan prestasi
Menyusun 36. Saya giat dalam
strategi untuk mengerjakan tugas dari √
memperoleh guru di sekolah
peluang yang 37. Saya bertekad untuk ikut
menguntungka kegiatan sekolah sesuai √
n bakat dan minat saya
38. Saya melakukan pekerjaan
atau tugas dari guru yang √
mudah dilaksanakan
39. Saya memilih bermain
game dengan teman, dari

pada menyendiri dalam
kegiatan sehari-hari
40. Saya suka menciptakan
cara belajar yang lebih

mudah daripada mengikuti
yang diajarkan guru

2. Pedoman Skoring
Menurut Arikunto (2010) pemberian skor merupakan pemberian nilai
untuk mempermudah memasukan data pada saat dilakukan penghitungan,
maka dilakukan skoring yaitu dengan mengganti data mentah (yang ada
dalam kuesioner) yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk
angka/bilangan yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data seperti
komputer. Skoring dalam penelitian ini yaitu pemberian nilai terhadap dua
pilihan jawaban Ya dan Tidak dengan bentuk pertanyaan favorable dan
unfavorable. Adapun skoring dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Skoring Hardiness
Bentuk pertanyaan Ya Tidak

43
Positif (favorable) 1 0
Negatif (unfavorable) 0 1

3. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan akan dilakukan pada 10 orang siswa kelas XII di
SMAN 5 Kota Tasikmalaya yaotu pada bulan Januari 2020. Tujuan uji
keterbacaan ini dilakukan dengan harapan untuk mengetahui sejauh mana
instrumen dapat dipahami dan dimengerti baik dari penggunaan bahasa
dan pemaknaan oleh remaja di SMAN 5 Kota Tasimalaya.
Hasil dari uji keterbacaan ini menunjukan bahwa peserta didik tidak
menemui kesulitan dalam memahami instrumen, artinya isntrumen ini
sudah layak untuk disebarkan kelapangan sebagai uji coba instrumen pada
responden sehingga akan diolah datanya dan melakkan uji validitas dan
reabilitas pada instrumen tersebut.
No. Pernyataan Ya Tida
k
1. Saya menilai bahwa kegiatan baru di sekolah akan
memberikan hal yang bermanfaat
2. Saya menilai berdiskusi dengan teman dapat meringan kan
tugas pelajaran dari guru
3. Saya malas mencari informasi terhadap tugas-tugas
pekerjaan rumah dari sekolah
4. Keikutsertaan dalam kelompok belajar dapat bermanfaat
untuk prestasi saya
5. Tugas ekstrakurikuler yang sulit membuat rasa lelah bagi
saya sendiri
6. Saya mudah marah jika harus mengerjakan pelajaran yang
sulit dan baru
7. Kegiatan ekstrakurikuler tidak perlu ditanggapi karena
tidak dapat menggali potensi dan bakat saya
8. Saya kurang suka ketika satu kelompok dengan orang-
orang yang berbeda dengan saya
9. Keterlibatan saya dalam kegiatan OSIS sekolah tidak
memberikan manfaat bagi prestasi saya
10. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menjadi
peluang untuk menggali potensi saya
11. Saya tulus dalam mengerjakan berbagai tugas yang sulit
saya pahami
12. Terkadang saya kurang suka dengan kegiatan yang ada di
sekolah

44
No. Pernyataan Ya Tida
k
13. Saya memahami keputusan yang diambil bersama teman-
teman untuk kerja kelompok
14. Saya kurang paham dengan melaksanakan ekstrakurikuler
dapat bermanfaat bagi pengembangan prestasi saya
15. Saya mengetahui, dengan memberikan pendapat dalam
diskusi kelompok akan mendapatkan hal yang bermanfaat
bagi teman
16. Saya mengerti dengan tugas baru yang diberikan guru
dapat mengungkap kemampuan saya dalam menjalani
tugas
17. Saya menyadari keputusan untuk terus belajar karena
menentukan masa depan saya
18. Saya akan menjalankan tugas tambahan dari guru apabila
saya tidak mengerjakan pekerjaan rumah
19. Saya mau mengerjakan tugas secara konsiten karena saya
bisa belajar banyak hal
20. Saya lebih baik diam daripada harus berpendapat tanpa di
dasari landasan yang jelas
21. Saya akan mendapat nilai yang buruk apabila tidak
melakukan tugas atau belajar dengan baik
22. Saya belajar mandiri agar guru dan teman dapat percaya
kepada kemampuan belajar saya
23. Saya melibatkan diri pada kegiatan ekstrakurikuler dengan
sungguh-sungguh daripada saya berdiam diri
24. memilih untuk berdiam diri, karena saya percaya bahwa
semua akan menjadi indah pada waktunya
25. setiap kegiatan saya selalu ikut serta dengan sungguh-
sungguh meskipun hasilnya kurang sesuai dengan harapan
26. saya sungguh-sungguh pada kegatan yang disukai
27. Saya menyadari bahwa pelajaran yang sulit membuat saya
bersungguh-sungguh mengerjakannya
28. Saya bersikap kasar dan menuntut untuk memperoleh
kebebasan
29. Saya ingin tampak beda dengan teman, baik cara belajar,
berdiskusi dll
30. Saya selalu melakukan segala cara agar bisa lebih unggul
dari teman saya
31. Saya mampu mengatasi perbedaan pendapat dengan teman
di sekolah
32. Saya mencari informasi kepada teman atau guru mengenai
kegiatan yang baru
33. Saya mudah mendapatkan informasi tentang pelajaran
yang sulit dikerjakan

45
No. Pernyataan Ya Tida
k
34. Saya tidak tertarik dengan pengumuman di sekolah tentang
kegiatan yang baru atau belum saya ketahui
35. Saya mencari tahu dari internet, media sosial atau sumber
lain mengenai kegiatan yang meningkatkan prestasi
36. Saya giat dalam mengerjakan tugas dari guru di sekolah
37. Saya bertekad untuk ikut kegiatan sekolah sesuai bakat dan
minat saya
38. Saya melakukan pekerjaan atau tugas dari guru yang
mudah dilaksanakan
39. Saya memilih bermain game dengan teman, dari pada
menyendiri dalam kegiatan sehari-hari
40. Saya suka menciptakan cara belajar yang lebih mudah
daripada mengikuti yang diajarkan guru

D. Uji Validitas dam Reliabilitas


1. Uji Validitas

Instrumen dikatakan layak digunakan apabila item-item


pernyataannya valid. Valid berarti instrumen dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2016: 121). Pengujian
validitas butir item yang dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat
dalam angket yang mengungkap kecemasan sosial remaja. Kegiatan uji
validitas butir item bertujuan untuk mengetahui kevalidan instrumen yang
akan digunakan.
Pengujian validitas butir item menggunakan rumus korelasi
pearson product-moment dengan skor mentah. Pengujian yang dilakukan
dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total dengan rumus
sebagai berikut:

r =

Keterangan :

r : Koefisien korelasi yang dicari

46
xy : Jumlah perkalian antara skor x dan skor y

x : Jumlah skor x yang dikuadratkan

y : Jumlah skor y yang dikuadratkan

Selanjutnya dengan mencari thitung dengan menggunakan rumus t sebagai


berikut.

n- 2
t= r
1- r 2

Dengan keterangan:
t = harga thitung untuk tingkat signifikansi
r = koefisien korelasi
n = banyaknya subjek
Setelah diperoleh nilai thitung, maka langkah selanjutnya adalah
membandingkan dengan ttabel untuk mengetahui tingkat signifikasinya
dengan ketentuan thitung> ttabel.Pendekatan uji signifikan dilakukan untuk
menentukan valid tidaknya suatu butir pernyataandengan rumus jika
thitunglebih besar daripada ttabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan
valid.Dan sebaliknya, jika thitung lebih kecil daripada ttabel, maka pernyataan
tersebut dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilits

Menurut Sugiono (2016: 121) “instrument yang reliable adalah


instrument yang bila digunakan beberapakali untuk mengukur objek yang
sama akan menghasilkan data yang sama”. Reliabilitas dinyatakan dalam
bentuk angka, biasanya sebagai koefisien.Koefisien yang tinggi biasanya
reliabilitasnya Tinggi. Pengukuran yang diulang-ulang akan mendapatkan
hasil yang sama, maka reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.

47
Rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah rumus
Cronbach alpha. Instrumen dinyatakan reliable apabila nilai Cronbach
alpha ≥ r table, dan apabila nilai Cronbach alpha ≤ r table maka
dinyatakan tidak reliable.
Rumus Cronbach alpha dapat diuraikan sebagai berikut:

Keterangan :
r11 = Koefisien reliabelitas alpha
k = Jumlah butir soal
Si = Varians butir soal
St = Varians total

Uji realibilitas Alpha Cronbach’s dilakukan dengan bantuan software


SPSS versi 16. Adapun tolak ukur koefisien realibilitas dengan
menggunakan kriteria pedoman koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel 3
Kriteria Realibilitas Instrumen
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Tinggi
0, 80 – 1,00 Sangat tinggi

E. Analisis Data
Teknik kategori data digunakan untuk mengelompokkan kategori
Hardiness diri. Langkah analisis ini dilakukan untuk menjawab rumusan
penelitian yang pertama yaitu profil Hardiness pada siswa kelas XI SMAN 1,
SMAN 2 dan SMAN 3 Kota Tasikmlaaya. Adapun perhitungan kategorisasi
instrument penelitian Hardiness ditentukan dengan kriteria ideal yaitu
(Widoyoko: 2018):
1) Menentukan skor maksimal ideal (SMI) yang diperoleh dengan rumus:

48
Skor maksimal ideal = jumlah item x bobot maksimal
2) Menentukan rata-rata / mean ideal (MI) yakni skor maksimal ideal + skor
minimal ideal / 2
3) Menentukan standard deviasi ideal yakni maksimal – skor minimal / 3
Dengan menggunakan rumus di atas, data dapat dikelompokan
dalam tiga kategori yaitu, tinggi, sedang dan rendah dengan acuan
pengkategorisasian sebagai berikut :
1) Kelompok tinggi
Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata + 1
standar deviasi, ke atas.
2) Kelompok sedang
Semua siswa yang mempunyai skor antara 1- standard deviasi dan +1
standar deviasi.
3) Kelompok rendah
Semua siswa yang mempunyai skor -1 standar deviasi dan yang
kurang dari itu.
Berikut cara memperoleh kualifikasi kecemasan sosial pada siswa:
Jumlah item yang valid dan reliable = 10 item untuk angket Hardiness
Bobot ideal maksimal = 3
Bobot ideal minimal = 1
Table 4
Perhitungan kategori hardiness

1 Skor maksimal ideal Jumlah item x bobot ideal maksimal


= 10 x 3
= 30
2 Skor minimal ideal Jumlah item x bobot ideal minimal
= 10 x 1
= 10
3 Rata-rata ideal Skor maksimal ideal + skor minimal
ideal / 2
= 30 + 10 / 2
= 20
4 Standard deviasi ideal Skor maksimal – skor minimal / 3
= 30 – 10 / 3
=7

49
5 Rumus Tinggi Sedang + 1 dan + standard deviasi
ideal
= 23 + 7
= 24 sampai 30
6 Rumus Sedang Rendah + 1 dan Tinggi – 1
= 17 +1 dan 24-1
= 18 sampai 23
7 Rumus Rendah Skor minimal – standard deviasi ideal
= 10 – 7
= 10 sampai 17

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, pengelompokan data untuk gambaran


umum Hardiness siswa sebagai berikut :

Table 5
Kategori perilaku Hardines
Rentang Skor Kategori
24-30 Tinggi
18-23 Sedang
10-17 Rendah

1. Pentanyaan penelitian tentang perbedaan Hardiness antara siswa laki-

laki dan perempuan dijawab dengan mengolah data menggunakan

SPSS 17 dengan rumus One-Way ANOVA. Ketentuannya adalah jika

(Sig.) < 0,05 artinya terdapat perbedaan antara resiliensi siswa laki-laki

dan perempuan. Jika signifikansi (Sig.) > 0,05 maka tidak terdapat

perbedaan Hardiness antara siswa laki-laki dan perempuan.

2. Pertanyaan penelitian mengenai implikasi pada bimbingan dan

konseling dengan membuat rancangan program layanan bimbingan

dan konseling untuk meningkatkan Hardiness.

50
F. Waktu Jadwal Penelitian
Tabel 6
Waktu Jadwal Penelitian

No Waktu Kegiatan
1. Januari Sidang proposal, perbaikan proposal
2. Februari Perbaikan proposal & fiksasi penentuan dosen
pembimbing skripsi
3. Maret Penelitian dan bimbingan skripsi
4. April Penelitian dan bimbingan skripsi
5. Mei Penelitian dan bimbingan skripsi
6. Juni Sidang Skripsi
7. Juli Perbaikan setelah sidang skripsi, penjilidan skripsi
8. Agustus Penggandaaan dan publikasi skripsi
9. September Pengumpulan dan penyesalaian
10. Oktober Wisuda

51
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, J.H. (2014). Pengaruh Hardiness dan Coping Stress Terhadap


Tingkat Stres pada Kadet Akademi TNI-AL, Vol.03, No.2, Hal 74-75
Ayudhia (2016). Hubungan Antara Hardiness Dengan Perilaku Prososial Pada
Siswa Kelas XI SMA Islam Hidayatullah Semarang. Jurnal Empati, April
2016, Volume 5(2), 205-210 205
Bishop, G. D.(1994). Health Psychology: Integrating mind and body.
Boston:Allyn and Bacon
Chairani, R. F. (2018). Hardiness pada Santri di Pesantren Modern Nurul Hakim
Medan, Hal 1-30
Creswell (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Fauqi,U.I. (2017). Pengaruh Self-efficacy dan Hardines terhadap Stress
Akademik Santri Kelas VII dan VII Tsanawiah Pondok Pesantren Nurul
Ulum Putri Malang, Hal:1-101
Glenn (1982). Social Psychology of health and illness. The State University of
New York at Albany. Lawrence Erlhaum Associates, Inc. Publishers
Gregson dan Looker, 2005. Causes and consequences of Psychological Distress
among Orphans in Eastern Zimbabwe. Health Care, 22 (8), 988-996.
Hidayat, W. K. (2018). Efek Hardiness Terhadap Perilaku Mencontek Melalui
Efikasi Diri Siswa Sekolah Menengah Atas, Vol.2, No.2, Hal:84-93
Kobasa, S. C. (1982). Hardiness and Health : A Prospective Study. Journal of
Personality and Social Psychology, Vol. 42, No.1, 168-177.

Kreitner, R & Kinicki,A. (2005). Perilaku Organisasi Buku 2 Edisi 5. Alih


Bahasa: Erly Suandy. Jakarta: Salemba Empat
Kusuma. 2015. Hubungan antara Kestabilan Emosi dengan School Stress pada
Peserta Didik, Vol.13, No.2, Hal:39-46
Looker, T., dan Gregson.O.,(2005). Managing Stress Mengatasi Stress Secara
Mandiri. (Terjemahan: Haris Setiawati) Yogya-Surabaya: Baca
Maddi, S. R & Kobasa, S. C. (2005). The Hardy Executive: Healt Under Stress.
Homwood, II: Dow Joness-Irwin

52
Marwanto, E. (2011). Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Pengelolaan
Konflik pada Anggota Polisi Polres Bantul, Vol.2, No.1, Hal:4-6
Mulyasa (2015). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Nurtjahjanti, H. (2011). Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Optimisme
pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (SKTI) Wanita di BLKLN
Disnakertrans Jawa Tengah, Vol.10, No.2, Hal:126-131
Pramita,M. Mulyati. 2016. Implementasi Desain Pembelajaran pada Kurikulum
2013 dengan Pendekatan Konseptual, Vol. 1, No. 3, Hal:289-296
Prasetya, (2015). Perbedaan Subjective Well Being Dan Hardiness Pada Siswa
Sma Program Akselerasi Dengan Program Reguler Di Surakarta. Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Rahardjo (2005) Kontribusi Hardiness dan self efficacy terhadap stress kerja
(studi pada perawat RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten).Jurnal
Psikologi,47-57
Retnowati, W & Ghozali, R. A. (2018). Dukungan Sosial Orangtua dan
Hardiness pada Siswa kelas X Full Day School SMAN 1 Tarik Sidoarjo,
Vol.1, No.2, Hal:95-102
Rosulin, R.(2016). Hubungan antara Hardiness dengan adaptabilitas karir pada
siswa SMK kelas XII, Vol.5, No. 1 Hal:1-10
Santrock (2003). Adolescence. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga

Sarafino, E.P and Smith, T.W.2011. Health Psychology Byopsychosocial


Inteactions 7th edition. United States of America. Library of Congress
Cataloging
Sekariansah, A.T. 2012. Hardines Realationship Between Stress With Sort Of
Students In Thesis, Hal :1-7
Shammael Kurniasari, (2015). Ketangguhan Akademik (Academic Hardiness)
Remaja yang Mengalami Ketidakhadiran Ayah, Skripsi. Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Sitohang, F. N.(2011). Hubungan Antara Hardiness Dan Emotional Intellegence
Terhadap Tingkat Stress pada Penderita Diabetes Militus Tipe II RSU
Daerah Ambarawa, Hal:20-30
Sugiyono.(2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suherman, Uman. (2015). Manajemen Bimbingan dan Konseling.Bandung : Rizqi
Pres

53
Wahyuningsih,D. 2012. Manajemen Belajar dan Bermain anak Kelas Akselerasi
(Studi Kasus di SMPN 3 Pati), Vol. 1, No. 1, Hal:84-89
Widoyoko: 2018): ,Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah,(Yogyakarta,
Pustaka Pelajar), h. 144

Zainal,A. (2010). Analisis Pengaruh Kulatias dan Kepercayaan Orangtua/Wali


Murid dalam Memilih Sekolah Menengah Pertama Islam untuk Putra-
putrinya (Studi pada SMP Islam Al-Azhar 12 Rawamangun), Hal:155-160

54

Anda mungkin juga menyukai