Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“KONSELING POPULASI KHUSUS”

DISUSUN OLEH :
WILDAN HAFIZ HARAHAP
33153093

DOSEN PENGAMPUH:
Rizky Ananda, M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

T.A 2020/2021

i
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i

MIND MAPPING .............................................................................................................. 1

PEMBAHASAN
A. Masalah Anak Berbakat dan Keperluan Bimbingan Konseling............................ 2

B. Pengatasan Masalah Underachievement .................................................................. 8

C. Konseling Karir Anak Berbakat ............................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 26

ii
Pengertian Anak
Pengertian
Jalanan
Konseling

Pengertian Faktor-faktor yang


Populasi mempengaruhi
anak jalanan

Pengertian Konseling Populasi Khusus Pengertian


Konseling Anak
Populasi (Anak Jalanan) Jalanan
Khusus
Karakteristik anak
jalanan
Pengertian
Khusus

Upaya Konseling
Konseling Populasi Populasi menangani
Khusus anak jalanan

Prinsip-prinsip Azas-azas Dalam Bagaimana


1
Layanan BK Layanan BK Penerapan Azas-
Populasi Khusus Populasi Khusus azas Layanan BK
Populasi Khusus
I. Pengertian Konseling Populasi Khusus
A. Konseling
Konseling adalah salah satu tehnik dari pelayanan bimbingan yang mana
peroses pemberian bantuan tersebut berupa wawancara langsung tatap muka
antara konselor dengan klien dalam serangkaian pertemuan yang waktunya tidak
dapat di tentukan agar mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap
dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga ia
dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Menurut ASCA
(American School Counselor Association), konseling adalah “hubungan tatap
muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian
kesempatan dari konselor kepada konseli”.
B. Populasi
Menurut Sudjana, populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin,
hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang
ingin dipelajari sifat – sifatnya. Sedangkan menurut KBBI populasi berarti :
jumlah orang atau pribadi yang mempunyai ciri yang sama. Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa : Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri yang
sama dan hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu.
C. Khusus .
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “khusus berarti :
istimewa atau tertentu/tidak umum. Pengertian Khusus dalam konseling populasi
khusus, maksudnya adalah khusus disini berarti ada kelompok individu /
masyarakat dalam suatu interaksi dan kehidupannya yang memiliki dinamika dan
atau permasalahan umum yang serupa.
D. Konseling populasi khusus.
Pedersen (1981) mengatakan bahwa populasi khusus (special
population), yaitu kelompok minoritas yang sering dihambat aksesnya ke berbagai
layanan umum termasuk layanan konseling. Dengan demikian, konseling populasi
khusus dapat diartikan sebagai suatu bidang ilmu yang mengkaji cara-cara

1
membantu individu-individu yang tergolong dalam populasi khusus (special
population) untuk mencapai tujuan personal, sosial, psikologis dan vokasionalnya.
Prayitno & Amti (2004:248) menyatakan bahwa dimana pun konselor bekerja dan
apapun tugas-tugas khususn yang diselenggarakan konselor, namun fungsi,
prinsip, asas, jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada dasaarnya
tetap sama. Konseling populasi khusus adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh konselor kepada konseli (individu atau kelompok) yang
mengalami suatu masalah dengan ciri-ciri yang sama dan menempati ruang yang
sama pada waktu tertentu secara khusus sehingga konseli memperoleh
pemahaman yang lebih tentang dirinya, lingkungannya, dan masalahnya.serta
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dengan mampu mengarahkan
potensi yang dimiliki kearah perkembangan yang optimal dan kemudian dapat
mencapai kebahagian dalam hidupnya.
E. Prinsip-prinsip Layanan BK Populasi Khusus Konseling
Populasi Khusus adalah Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
konselor kepada konseli (individu atau kelompok) yang mengalami suatu masalah
dengan ciri-ciri yang sama dan menempati ruang yang sama pada waktu tertentu
secara khusus sehingga konseli memperoleh pemahaman yang lebih tentang
dirinya, lingkungannya, dan masalahnya. serta mampu memecahkan masalah
yang dihadapinya dengan mampu mengarahkan potensi yang dimiliki kearah
perkembangan yang optimal dan kemudian dapat mencapai kebahagian dalam
hidupnya. Prayitno & Amti (2004:248) menyatakan bahwa dimana pun konselor
bekerja dan apapun tugas-tugas khususn yang diselenggarakan konselor, namun
fungsi, 5 prinsip, asas, jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada
dasaarnya tetap sama. Adapun tujuan umum dari kegiatan konseling ini ialah
untuk membantu konseli dalam mencapai suutu kondisi yang normal dari suatu
prilaku yang negati dan mengembalikan diri seseorang dari jiwa yang tertekan
menjadi jiwa yang sehat dalam menjalani kehidupan dalam bermasyarakat
maupun menjalani proses pembelajaran. Adapun dalam penerapan prinsip layanan
BK Populasi khusus menurut Shiravasta (2003),

2
1. Setiap aspek pola kepribadian seseorang yang kompleks merupakan faktor
signifikan dari keseluruhan sikap dan bentuk perilaku yang ditampilkan.
Layanan bimbingan yang ditujukan untuk mewujudkan penyesuaian yang
diinginkan di bidang pengalaman tertentu harus mempertimbangkan
perkembangan individu.
2. Meskipun semua manusia serupa dalam banyak hal, perbedaan individu harus
diakui dan dipertimbangkan dalam usaha yang bertujuan memberikan bantuan
atau bimbingan kepada anak, remaja, atau orang dewasa tertentu.
3. Fungsi bimbingan adalah membantu seseorang (1) merumuskan dan menerima
tujuan perilaku yang merangsang, bermanfaat, dan dapat dicapai, dan (2)
menerapkan tujuan ini dalam menjalankan urusannya.
4. Kerusuhan sosial, ekonomi, dan politik yang ada saat ini telah menimbulkan
banyak faktor maladjustive yang memerlukan kerjasama konselor bimbingan
berpengalaman dan terlatih secara menyeluruh dan individu yang memiliki
masalah.
5. Bimbingan harus dianggap sebagai proses pelayanan yang berkelanjutan
kepada individu dari masa muda sampai masa dewasa.
6. Layanan bimbingan tidak boleh dibatasi hanya pada sedikit orang yang
memberikan bukti yang dapat diamati mengenai kebutuhannya, namun harus
diberikan kepada semua orang dari semua klien yang dapat memperoleh
keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
7. Materi kurikulum dan prosedur mengajar harus menunjukkan titik pandang
Bimbingan.
8. Meskipun bimbingan menyentuh setiap fase pola hidup seseorang, area
bimbingan yang diterima secara umum mencakup kekhawatiran tentang
tingkat kesehatan fisik dan mental individu yang sesuai dengan penyesuaian
dirinya terhadap tuntutan, hubungan di rumah, sekolah, dan sosial, atau sejauh
mana kesehatan fisik dan mentalnya dipengaruhi oleh kondisi dimana dia
mengalami area pengalaman ini.
9. Orangtua dan guru memiliki tanggung jawab yang mengarah pada petunjuk.

3
10. Masalah bimbingan khusus pada setiap tingkat usia harus dirujuk ke
orangorang yang dilatih untuk menangani area penyesuaian tertentu.
11. Untuk mengelola bimbingan secara cerdas dan dengan pengetahuan
menyeluruh tentang individu sebagaimana adanya, program evaluasi dan
penelitian individual harus dilakukan, dan catatan kemajuan dan pencapaian
kumulatif yang akurat harus dapat diakses oleh konselor . Melalui pemberian
tes standar dan instrumen evaluasi lainnya yang dipilih dengan baik, data
spesifik mengenai tingkat kapasitas mental, keberhasilan pencapaian, minat
yang ditunjukkan, dan karakteristik kepribadian lainnya harus
diakumulasikan, dicatat, dan digunakan untuk tujuan bimbingan.
12. Program bimbingan yang terorganisasi harus fleksibel sesuai kebutuhan
individu dan masyarakat.
13. Tanggung jawab untuk administrasi program bimbingan harus dipusatkan
pada kepala atau kepala panduan yang memenuhi syarat dan cukup terlatih,
bekerja secara kooperatif dengan asistennya dan badan kesejahteraan dan
bimbingan masyarakat lainnya.
14. Penilaian berkala harus dibuat dari program bimbingan sekolah yang ada.
Keberhasilan fungsinya harus bergantung pada hasil yang tercermin dalam
sikap terhadap program dari semua orang yang terkait dengannya - pemandu
dan pemandu - dan perilaku yang ditampilkan dari mereka yang telah dilayani
melalui fungsinya.
A. Azas-azas Dalam Layanan BK Populasi Khusus.
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga
dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas
bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin
keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat
menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau
mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan
sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan

4
konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau
bahkan terhenti sama sekali, Adapun Azas-azas dalam penyelenggaraan BK
Populasi Khusus.
1. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya
segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang
diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina
dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-
pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien)
mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih 8 dahulu bersikap terbuka
dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas
kerahasiaan dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum
bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi

5
individuindividu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan
bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta
didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan
dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan
diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan
dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan.
Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait
dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma
agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan –
kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan

6
konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik
dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat
mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing
(konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain,
atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat
mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang
berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluasluasnya
kepada peserta didik (klien) untuk maju.
B. Bagaimana Penerapan Azas-azas Layanan BK Populasi Khusus .
1) Setiap aspek pola kepribadian seseorang yang kompleks merupakan faktor
penting dari keseluruhan sikap dan bentuk perilaku yang ditampilkan.
Layanan bimbingan yang ditujukan untuk mewujudkan penyesuaian yang
diinginkan di bidang pengalaman tertentu harus mempertimbangkan
perkembangan individu.
2) Meskipun meskipun setiap individu memiliki kesamaan dalam banyak hal,
perbedaan individu harus diakui dan dipertimbangkan dalam usaha yang
bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada anak, remaja, atau
orang dewasa tertentu.
3) Fungsi bimbingan adalah membantu seseorang (1) merumuskan dan menerima
tujuan perilaku yang stimulating, bermanfaat, dan dapat dicapai, dan (2)
menerapkanya dalam mencapai tujuan.

7
4) keadaan sosial, ekonomi, dan politik yang ada saat ini telah menimbulkan
banyak faktor maladjustive yang memerlukan kerjasama konselor bimbingan
berpengalaman dan terlatih dan individu yang memiliki masalah.
5) Bimbingan harus dianggap sebagai proses pelayanan yang berkelanjutan
kepada individu dari remaja hingga dewasa
6) Layanan Bimbingan tidak terbatas pada apa yang dubutuhkan oleh seseorang,
tetapi harus diperluas ke semua orang dari semua yang bisa mendapatkan
keuntungan di sana dari baik secara langsung maupun tidak langsung.
7) Materi kurikulum dan prosedur mengajar harus sesuai dengan bimbingan.
8) Meskipun bimbingan menekankan seumur hidup individu, area bimbingan
yang diterima secara umum mencakup kekhawatiran tentang tingkat kesehatan
fisik dan mental individu yang sesuai dengan penyesuaian dirinya terhadap
tuntutan, hubungan di rumah, sekolah, dan sosial, atau sejauh mana kesehatan
fisik dan mentalnya dipengaruhi oleh kondisi dimana individu sedang alami
masalah.
9) Orangtua dan guru memiliki tanggung jawab yang mengarah pada petunjuk.
10) Masalah bimbingan khusus pada setiap tingkat usia harus dilakukan oleh
seorang konselor yang telah ahli dibidangnya
11) Untuk mengelola panduan secara cerdas dan dengan pengetahuan menyeluruh
tentang individu sebagaimana adanya, program evaluasi dan penelitian
individual harus dilakukan, dan catatan kemajuan dan pencapaian kumulatif
yang akurat harus dapat diakses oleh pekerja bimbingan. Melalui pemberian
tes standar dan instrumen evaluasi lainnya yang dipilih dengan baik, data
spesifik mengenai tingkat kapasitas mental, keberhasilan pencapaian, minat
yang ditunjukkan, dan karakteristik kepribadian lainnya harus
diakumulasikan, dicatat, dan digunakan untuk tujuan panduan.
12) Program bimbingan yang terorganisasi harus fleksibel sesuai kebutuhan
individu dan masyarakat.
13) Tanggung jawab untuk administrasi program bimbingan harus dipusatkan
pada koordinator yang memenuhi syarat dan cukup terlatih, dan bekerja secara

8
kooperatif dengan asistennya dan badan kesejahteraan dan bimbingan
masyarakat lainnya.
14) Penilaian berkala harus dibuat dari sekolah yang ada.

II. Pengertian Anak Jalanan


A. Anak Jalanan
Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik
dan phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan
melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan
hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya.
Berdasarkan hasil penelitian, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga
kelompok (surbakti dkk. (eds.) 1997). Pertama, children on the street, yakni anak-
anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun
masih mempunyai hubungan yang 12 kuat dengan orang tua mereka.sebagian
penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Kedua, children of
the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial
maupun ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan
dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Ketiga,
children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga
yang hidup di jalanan. Pada dasarnya anak jalanan adalah anak yang tinggal
dijlanan hidup dijalanan mencari uang dijalanan untuk kebutuhan mereka sehari-
hari agar dapat melangsungkan kehidupan mereka dan tak jarang mereka
mendapatkan perlakuan yang tidak sewajarnya kepada mereka misalnya mendapat
kekersan fisik dari lingkungannya dalam hal ini kehidupan anak jalanan sangat
memperihatinkan. Perilaku atau gaya hidup anak jalanan merisaukan adalah,
mereka umumnya sudah aktif secara seksual dalam usia yang terlalu dini,
sehingga risiko kehamilan pada anak perempuan dan penularan PMS (penyakit
menular seksual) sangat tinggi, terutama karena mereka cenderung berganti-ganti
pasangan. Menururt Mohammad Farid (1998), tantangan kehidupan yang mereka
hadapi pada umumnya memang berbeda dengan kehidupan normatif yang ada di
masyarakat. Dalam banyak kasus, anak jalanan sering hidup dan berkembang di

9
bawah tekanan dan stigma atau cap sebagai penganggu ketertiban. Anak-anak
yang hidup di jalanan, mereka bukan saja rawan dari ancaman tertabrak
kendaraan, tetapi acap kali juga rentan terhadap serangan penyakit akibat cuaca
yang tak bersahabat atau kondisis lingkungan yang buruk seperti tempat
pembuangan sampah. Di kalangan anak-anak yang hidup di jalanan, memang
kisah-kisah yang menyedihkan dan terkadang menguras air mata adalah hal yang
biasa terjadi sehari-hari. Eksploitasi dan ancaman kekerasan merupakan dua hal
yang terkadang sekaligus di alami dan terpaksa dirasakan anak jalanan.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak jalanan.
Sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak
terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti: a. Kesulitan keuangan keluarga
atau tekanan kemiskinan b. Ketidakharmonisan rumah tangga orang tua c.
Masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua d. Ingin bebas e.
Pengaruh teman Persoalan yang kemudian muncul adalah anak-anak jalanan pada
umumnya berada pada usia sekolah, usia produktif, mereka mempunyai
kesempatan yang sama seperti anak-anak yang lain, mereka adalah warga negara
yang berhak mendapatkan pelayanan pendidikan, tetapi disisi lain mereka tidak
bisa meninggalkan kebiasaan mencari penghidupan dijalanan.
C. Karakteristik anak jalanan
Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak pada bab I pasal 1 disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Sedangkan menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak
adalah seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum menikah.18 Adapun
yang dimaksud anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan
waktunya untuk mencari nafkah atau beraktifitas di jalan atau tempat-tempat
umum lainnya. Dalam hal definisi tentang anak jalanan, tidak ada standar kategori
tentang anak jalanan. Menurut Mubasyaroh (2014:126) Rata-rata anak jalanan
berada di kota yang penduduknya banyak, terutama di negara berkembang, dan
mungkin permasalahan pokok mereka adalah penyalahgunaan (abuse),

10
pengabaian dan eksploitasi. Untuk memudahkan dalam melihat situasi dan
kondisinya, anak jalanan dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu:
1) Anak yang bekerja di jalan, yaitu anak yang bekerja di jalan tetapi masih
memiliki kontak dengan keluarganya.
2) Anak yang hidup di jalan, yaitu anak yang menghabiskan waktunya di jalan
untuk mempertahankan hidup dan sudah tidak memiliki atau hanya sesekali
kontak dengan keluarganya.
3) Anak keluarga jalanan, yaitu anak yang bersama keluarganya hidup di jalanan
Senada dengan penggolongan tersebut, berdasarkan penelitian Demartoto
(Mubasyaroh,2014:126) 20 bahwa anak jalanan dikelompokkan menjadi
beberapa tipe:
a) Children on the yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi
sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan
yang kuat dengan orang tua. Sebagian dari mereka diberikan kepada
orang tuanya.
b) Children of the Street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di
jalan, baik secara sosial atau ekonomi. Anak-anak ini masih
berhubungan dengan orang tua namun frekuensinya sedikit.
c) Children from Family on the Street, anak jalanan jenis ini berasal
dari keluarga yang sudah hidup di jalan. Mereka tidak punya rumah
tetap sebagai tempat tinggal, mereka hanya tinggal di kolong-
kolong jalan. Anak yang masuk dalam golongan ini termasuk anak
yang rawan. Secara sosial sejak kecil kelompok ini berhadapan
dengan norma-norma jalanan sebagai hunian.
D. Upaya Konseling Populasi menangani anak jalanan.
Anak jalanan pada dasarnya adalah anak-anak marginal di perkotaan
yang mengalami proses dehumanisasi (penghilangan harkat manusia). Mereka
bukan saja harus mampu bertahan hidup dalam suasana kehidupan kota yang keras,
tidak bersahabat dan tidak kondusif bagi proses tumbuh kembang anak. Tetapi,
lebih dari itu mereka juga cenderung dikucilkan masyarakat, menjadi objek
pemerasan berbagai pihak seperti sesama teman, preman atau oknum aparat,

11
sasaran eksploitasi, korban pemerkosaan, dan segala bentuk penindasan lainnya.
Untuk menangani permasalahan anak jalanan haru sdiakui bukanlah hal yang
mudah. 15 Selama ini, berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan, baik oleh LSM,
pemerintah, organisasi profesi, dan sosial maupun orang per orang untuk
membnatu anak jalanan keluar atau paling tidak sedikit mengurangi penderitaan
mereka. Namun, karena semuanya dilakukan secara temporer, segmenter, dan
terpisah, maka hasilnya pun kurang menjadi kurang maksimal. Menurut Tata
Sudrajat (1996), selama ini beberapa pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM
dalam penanganan anak-anak jalanan adalah sebagai berikut:
a. Street based, yakni model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu
berasal atau tinggal, kemudian para street educator datang kepada mereka:
berdialog, mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya,
serta menempatkan diri sebagai teman.
b. Centre based, yakni pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga atau
panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan
pelayanan di lembaga atau panti seperti pada malam hari diberikan makanan
dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat dari pekerja
sosial.
c. Community based, yakni model penanganan yang melibatkan seluruh potensi
masyarakat, terutama kelurga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini
bersifat preventif, yakni mencegah anak agar tidak masuk dan terjerumus
dalam kehidupan di jalanan. Keluarga diberikan kegiatan penyuluhan tentang
pengasuhan anak dan upaya untuk meningkatkan taraf hidup, sementara anak-
anak mereka diberi kesempatan memperoleh pendidikan formal maupun
informal, pengisian waktu luang, dan kegiatan lainnya yang bermanfaat.
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan
masyarakat agar sanggup melindungi, mengasuh, dan memenuhi kebutuhan
anak-anaknya secara mandiri. Berbagai pendekatan yang telah diuraikan di
atas, tidak berarti satu pendekatan yang ada lebih baik dari pendekatan yang
lain. Pendekatan mana yang dipilih dan lebih tepat, akan banyak ditentukan
oleh kebutuhan dan masalah yang sedang dihadapi anak jalanan. 16 Dari

12
urutan di atas dapat dilihat betapa kompleksnya masalah anak jalanan ini
sehingga penanggulan anak jalanan ini tidak hanya dapat dilakukan secara
efektif bila semua pihak tidak ikut melakukannya seperti pemerintah, LSM,
masa media, individu-individu dan organisasi-organisasi keagamaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amti, E & Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:


Rineka Cipta.

Gantina Komalasari, Dra. M.Msi., Eka Wahyubi, S.Pd. M.A.A.P.D., Karsih,


M.Pd. Teori dan Teknik Konseling. Hal. 18-20.

Pedersen, P.P., Draguns, J.G., Lonner, W.J., & Trimble, J.E. (Eds.). Counseling
Across Cultures. Honolulu: A West Center Book, The University Press of
Hawai.

Sue, D.W., & Sue, D. (2003). Counseling the Culturally Diverse: Theory and
Practice (5th edition). New Jersey: John Wiley and Sons, Inc

http://hafrizanikrc.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-konseling-populasikhusus.
diakses pada tanggal 31 Agustus 2021 Pukul. 22.02 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai