Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK-TEKNIK KONSELING 1-20

A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Aktivitas bimbingan dan konseling, pada dasarnya, merupakan


interaksi timbal-balik, yang didalamnya terjadi hubungan saling
mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang membantu klien sebagai
pihak yang dibantu. Hanya saja, mengingat konselor diasumsikan sebagai
pribadi yang akan membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka
dalam relasi ini sangat dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus
dimiliki oleh seorang konselor. Konseling yang afektif adalah bergantung
pada kualitas hubungan antara klien dan konselor.1

Agar Konseling berjalan dengan baik, maka konselor harus


menggunakan Teknik-Teknik dalam Konseling. Disini kami akan
menjelaskan 1-20 Teknik-Teknik Konseling.

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Teknik-Teknik Konseling?

1
Amallia Putri, “Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling Untuk Membangun
Hubungan Antar Konselor Dan Konseli,” JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia) 1, no. 1
(March 1, 2016): 11, https://doi.org/10.26737/jbki.v1i1.99. hal.11
B. PEMBAHASAN
1.) Teknik Scaling
a. Asal Muasal Teknik Scaling
Scaling (penskalan) adalah teknik yang membantu konselor maupun
klien untuk membuat masalah kompleks tampak lebih konkret dan nyata.
Scaling bermuasal dalam pendekatan konseling behavioral, dan saat ini
banyak digunakan dalam konseling singkat terfokus-solusi (SFBC), yang
dimulai oleh deShazer dan muncul dari Strategic Family Therapy.
Teknik Scaling memberi klien perasaan memegang kendali dan
tanggung jawab atas konselingnya karena teknik scaling membantu klien
menetapkan sasaran perubahan maupun mengukur kemajuannya kearah
mencapai sasaran itu.2
Scaling merupakan teknik yang digunakan dalam konseling dimana
konseli diminta untuk memberikan penilaian dari skala 0 atau 1 untuk nilai
paling baik (tidak memiliki kendali sama sekali terhadap masalah) hingga
skala 10 untuk nilai yang sangat buruk (memiliki kendali terhadap masalah),
mengenai penghayatan terhadap masalah, serta keyakinan akan keberhasilan
solusi yang ia ciptakan. Tujuan teknik Scaling ini membantu terapis/konselor
dan konseli dalam menjadikan topik masalah yang sebelumnya samar-samar
menjadi konkrit, karena konseli tidak hanya menjelaskan
perasaan/pemikirannya, namun juga menerjemahkannya dalam bentuk
penilaian.3

b. Bagaimana Cara Mengimplementasikan Teknik Scaling

2
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal. 5
3
Khoirun Nisa Dwi Martina and Supandi Supandi, “KONSELING ISLAMI DENGAN
TEKNIK SCALING QUESTION UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PASIEN,” al-Balagh :
Jurnal Dakwah dan Komunikasi 2, no. 2 (December 30, 2017): hal. 215,
https://doi.org/10.22515/balagh.v2i2.1022.
Scaling dapat digunakan untuk mengidentifikasi sasaran atau
membantu klien untuk menuju kearah sasaran yang telah ditetapkan. Setelah
sebuah sasaran ditetapkan, teknik Scaling dapat digunakan untuk membantu
klien bergerak kearah sasaran itu. Setelah klien mengidentifikasi di mana
posisinya pada skala (10 berarti bahwa ia telah mencapai sasaran yang telah
ditetapkan), konselor dapat melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk
menemukan langkah-langkah kecil yang dapat diambil klien untuk mencapai
nomor peringkat berikutnya.

c. Variasi-Variasi Teknik Scaling


Alih-alih menggunakan skala 1 sampai 10 untuk anak-anak yang masih kecil,
Scaling bisa ditunjukkan secara pictorial (dengan menggunakan gambar).
Contohnya, konselor professional dapat menggunakan beragam ekspresi
wajah, mulai dari merengut sampai tersenyum, atau memberi nomor pada
langkah-langkah yang menuju ke perubahan yang diinginkan. Ketika
menggunakan Scaling dalam kelompok, penting untuk meminta setiap orang
untuk merating. Perbedaan-perbedaan seharusnya dieksplorasi untuk
menemukan alasan dibalik perbedaan itu. Di samping itu, pertanyaan Scaling
hubungan dapat digunakan untuk membantu klien mengidentifikasi perspektif
orang lain dalam hidupnya, klien dapat ditanyai, “Menurutmu, bagaimana
orangtuamu (atau gurumu) akan memeringkatmu?” Jawabannya kemudian
dapat dibandingkan dengan rating terhadap dirinya, yang sering memaksa
klien untuk menyadari tindakan apa yang perlu diambilnya untuk
menunjukkan kepada orang lain kemajuan-kemajuan yang telah dibuatnya.4

d. Kegunaan Dan Evaluasi Teknik Scaling

4
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.6-7
Teknik-teknik Scaling cenderung mengukur kemajuan kea rah sasaran
konkret; konsekuensinya, mereka berguna untuk penelitian hasil. Scaling
dapat digunakan di berbagai macam situasi. Beberapa contohnya termasuk
asesmen kemajuan kea rah solusi, keyakinan tentang menemukan solusi,
motivasi, berat-ringannya permasalahan, kemungkinan untuk menyakiti diri
atau orang lain, dan self-esteem. Scaling juga telah digunakan pada remaja
yang terlibat sistem peradilan remaja dan keluarga mereka, maupun keluarga-
keluarga yang terlibat pelayanan kesejahteraan anak. Remaja dari keluarga-
keluarga dengan multimasalah, status sosial ekonomi rendah, atau beragam
latar belakang mengalami kemajuan pada sasaran-sasaran penangana mereka.5

2.) Teknik Exceptions


a. Asal Muasal Teknik Exceptions
Asal muasal teknik Exceptions adalah asumsi bahwa semua masalah
memiliki pengecualian yang dapat digunakan untuk memfasilitasi solusi.
Sebagai manusia, kita kadang-kadang melihat masalah kita sebagai sesuatu
yang selalu terjadi, konstan, dan tidak kenal henti, bahkan untuk sebentar saja.
Kalaupun kita menyadari pengecualian – pengecualian pada masalah itu, kita
cenderung mengingkari signifikansinya.
Konselor professional harus menyimak baik-baik pengecualian-
pengecualian ini, menggarisbawahinya, dan memanfaatkan pengecualian itu
untuk memfasilitasi solusi. Dengan cara ini, klien mempunyai harapan dan
diberdayakan oleh kemampuannya untuk memengaruhi lingkungannya.

b. Bagaimana Cara Mengimplementasikan Teknik Exceptions


Teknik Exceptions dapat digunakan secara nondirektif, dengan cara
konselor professional mendengarkan secara konstan suatu contoh ketika

5
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.7
masalhnya membaik, bahkan jika hanya sedikit saja, atau sama sekali tidak
ada (misalnya, “Dia tidak pernah mendengarkan. Satu-satunya orang yang
sabar menghadapinya adalah neneknya.”). Keluhan, atau deskripsi
permasalahan ini mengandung pengecualian yang mungkin tidak disadari atau
tidak dimanfaatkan.
Konselor professional secara historis telah dilatih untuk mendengarkan
detail-detail permasalahan. Agar teknik Exceptions berguna, konselor harus
melatih kembali telinganya untuk mendengarkan berbagai solusi potensial,
sumber kekuatan, dan sumber daya personal. Teknik Exceptions juga dapat
digunakan secara langsung dengan melontarkan, pertanyaan-pertanyaan
seperti : “Ceritakan tentang saat ketika….” Atau “Seberapa dekat Anda telah
sampai pada…?” pertanyaan-pertanyaan ini juga membantu setelah jawaban
untuk miracle question dirumuskan. Konselor professional dapat
menyanyakan apakah bagian mana pun dari miracle (mujizat/keajaiban) telah
terjadi atau apakah klien dapat mengingat saat ketika hal itu terjadi. Konselor
kemudian mendengarkan apa yang telah dilakukan klien dengan cara berbeda
yang membuat masalahnya tidak terjadi atau membaik.6

c. Variasi-Variasi Teknik Exceptions


Teknik Exceptions dapat dikombinasikan dengan miracle question.
Teknik Exceptions juga dapat dikombinasikan dengan scaling. Ketika
pengecualian yang diharapkan tidak serta-merta dapat diketahui, klien dapat
diberi tugas yang dirancang untuk menemukan pengecualian-pengecualian
untuk masalahnya.
Ketika menanyakan pengecualian-pengecualian secara langsung,
konselor professional harus berhati-hati karena pengutaraan tertentu tentang
teknik itu bisa membuat klien merasa digurui atau bahwa masalahnya

6
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.19-21
dianggap spele. Pastikan bahwa menunjukkan pengecualian-pengecualian
yang didengar melalui penceritaan masalah dilakukan dengan cara yang penuh
harapan dan terdengar seperti pujian (misalnya, “Wow, bagaimana Anda bisa
mengatasi itu? Padahal kebanyakan orang belum bisa melakukannya!”. Ketika
menanyakan secara langsung tentang pegecualian-pengecualian, pastikan
untuk menganggap valid kekhawatiran dan perspektif klien sebelum
menanyakan dengan hormat.7

d. Kegunaan Dan Evaluasi Teknik Exceptions


Teknik Exceptions juga berguna dalam membantu klien melihat saat-
saat lega/ringan singkat sebagai kunci untuk menyelesaikan masalah.
Kepustakaan menunjukkan hasil-hasil menguntungkan untuk beragam
populasi dan ranah ketika menggunakan metode-metode terfokus-solusi,
termasuk teknik Exceptions. Dalam ranah konseling keluarga, dua penelitian
hasil menunjukkan kekuatan teknik Exceptions dalam suatu proses SFBC.
Menggunakan teknik Exceptions dalam proses konseling pasangan terfokus-
solusi untuk memperbaiki penyesuaian dua-pihak secara signifikan. Lee
melaporkan bahwa sebuah proses SFBC yang memasukkan penggunaan
teknik Exceptions menghasilkan tingkat kesuksesan 65% dalam mencapai
beragam sasaran keluarga.8

3.) Teknik Problem-Free Free Talk


a. Asal Muasal Teknik Problem-Free Talk
George, Iveson, dan Ratner menetapkan Problem-Free Talk (percakapan
bebas-masalah) sebagai salah satu teknik terfokus-solusi peting yang berguna
untuk membangun hubungan dengan klien. Seperti halnya teknik-teknik

7
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.21-22
8
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.26-27
terfokus-solusi lain, Problem-Free Talk adalah suatu perkakas yang
dimaksudkan untuk membangkitkan percakapan yang mengungkapkan
berbagai kekuatan dan sumber daya. Telah disadari bahwa adanya berbagai
kemampuan, minat, sumber daya, dan kekuatan sama pentingnya dengan tidak
adanya keluhan, penyakit, stress, dan gejala-gejala.
Problem-Free Talk menjalankan beberapa tujuan. Pertama, teknik ini
berguna di awal hubungan yang dimaksudkan untuk membantu
mengembangkan rapport (hubungan yang dekat dan harmonis) dengan
individu, pasangan, atau keluarga yang mencari pelayanan konseling karena
menunjukkan bahwa Anda tertarik dengan klien sebagai manusia. Kedua,
teknik ini membantu dalam meredakan kegugupan tentang proses konseling,
yang bisa dianggap misterius bagi banyak orang yang masih baru dengan
pelayanan konseling. Ketiga, teknik ini dapat memulihkan ketidakseimbangan
kekuasaan yang diasumsikan ada oleh banyak klien, sehingga konselor
professional akan tampak seperti seorang pribadi (person) bukan sebagai
seorang pakar yang mahatau.

b. Bagaimana Cara Mengimplementasikan Teknik Problem-Free Talk


Problem-Free Talk digunakan secara sengaja diawal proses konseling,
kapan pun di sepanjang sesi atau beragam pelayanan, dan kapan pun seorang
anggota keluarga baru diintroduksikan ke dalam ranah konseling. Problem-
Free Talk sering terjadi secara alamiah di awal sesi pertama dan di awal sesi-
sesi berikutnya sebagai hasil sosialisasi. Akan tetapi, sama alamiahnya dengan
datangnya, selama saat itu konselor professional seharusnya sengaja
mendengarkan secara khusus untuk mencatat beberapa kompetensi dan
potensi klien. Kompetensi dan potensi ini seharusnya kemudian dicatat dan
kelak dimanfaatkan sebagai pengecualian (exceptions) untuk permasalahan,
sebagai bahan untuk masa depan yang lebih disukai, dan sebagai bagian dari
solusi.
c. Variasi-Variasi Teknik Problem-Free Talk
Problem-Free Talk bisa diinisiasi di awal konseling untuk mengenal
klien, kapan pun selama sesi konseling untuk mengambil jeda dari penceritaan
masalah berat, atau sepanjang konseling khususnya untuk memunculkan
berbagai sumber daya untuk solusi. Ketika anggota baru memasuki hubungan
konseling, penting untuk terlibat dalam Problem-Free Talk untuk membuat
anggota baru itu merasa nyaman dan juga untuk melihat sekilas interaksi dan
hubungan di antara para anggota di luar situasi yang bermasalah.9

d. Kegunaan Dan Evaluasi Teknik Problem-Free Talk


Seperti halnya teknik-teknik terfokus-solusi lainnya, Problem-Free
Talk berguna dalam menyediakan informasi tentang kekuatan dan
kemampuan klien yang mungkin tidak terlihat atau kurang dianggap penting.
Kesadaran akan kekuatan-kekuatan tersembunyi, saat-saat mengatasi masalah,
dan berbagai sumber daya potensial ini dapat berfungsi untuk mengurangi
keputusasaan dan sebaliknya meningkatkan motivasi. Sebagian orang
khawatir bahwa hal ini dapat mengganggu keterlibatan, tetapi alih-alih ini
ditemukan sebagai hal yang melegakan bagi klien dan informative bagi
konselor.10

4.) Teknik Miracle Question


a. Asal Muasal Teknik Miracle Question
Teknik crystal ball (bola Kristal) dari Erickson mendorong klien untuk
membayangkan sebuah masa depan tanpa masalah dan setelah itu
mengidentifikasi bagaimana mereka mengatasi berbagai masalah untuk
9
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal . 28-30
10
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.32
menciptakan masa depan semacam itu. Teknik ini awalnya berfungsi sebagai
landasan untuk Miracle Question karena adanya pengetahuan tentang teknik
bola Kristal ini, ditambah frustasi deShazer dengan ketidakmampuan klien
untuk merumuskan sasaran, menghasilkan apa yang sekarang di kenal sebagai
salah satu strategi kunci dalam konseling terfokus-solusi.
Miracle Question memaksa klien untuk mempertimbangkan apa yang
betul-betul mereka inginkan, bukan sekedar apa yang tidak mereka inginkan,
sehingga berubah dari perspektif terfokus-masalah ke perspektif yang
menghasilkan solusi. Jelas bahwa klien ingin berhenti merasa depresi, bahwa
orangtua menginginkan anaknya berhenti berprilaku buruk, atau bahwa
seorang pasangan menginginkan suami atau istrinya untuk berhenti bersikap
taking for granted terhadap pasangannya. Akan tetapi, hal yang dibutuhkan
oleh pertanyaan ini adalah pertimbangan tentang seperti apakah
perubahannya. Agar hal-hal ini berhenti, apa yang akan dibutuhkannya? Apa
yang akan berbeda? Bagaimana kita dapat mengetahuinya?

b. Bagaimana Cara Mengimplementasikan Teknik Miracle Question


Miracle Question terutama membantu dalam menetapkan tujuan,
meskipun teknik ini dapat digunakan kapan pun juga sepanjang terapi. Ketika
digunakan untuk menetapkan tujuan, ia dapat membantu mengembangkan
deskripsi-deskripsi yang jelas dan konkret tentang apa yang diharapkan klien
untuk dicapai dari konseling. Selain itu, ia menekankan keberadaan sesuatu,
bukan ketiadaan sesuatu, sehingga membantu untuk menciptakan sasaran
positif, bukan sasaran negative. Miracle Question lebih bernilai jika konselor
membiarkannya berkembang secara alamiah dalam sesi. Ketika menggunakan
teknik ini, penting bahwa konselor menghindari menyelesaikan masalah untuk
klien, sabar, dan membantu klien memahami bagaimana cara menjembatani
kesenjangan antara Miracle Question dan keyakinan bahwa perubahan
sebenarnya mungkin.
c. Variasi-Variasi Teknik Miracle Question
Miracle Question bisa digunakan untuk mengidentifikasi dan
memeriksa pengecualian-pengecualian untuk permasalahan. Setelah seorang
klien menjawab Miracle Question, ia kemudian dapat diminta untuk
memikirkan baik-baik apakah ada tanda-tanda perbaikan yang saat ini sedang
terjadi atau telah terjadi di berbagai waktu. Bila ya, apa yang berbeda, atau
lebih baik, apa yang dilakukannya yang berbeda dan dapatkah ia lebih banyak
melakukan itu? Teknik ini pada dasarnya lebih menekankan kebutuhan akan
perubahan perilaku daripada perubahn kognitif atau afektif. Diasumsikan
bahwa jika orang bertindak dengan cara berbeda, maka setelah itu ia akan
merasa dan berpikir dengan cara yang berbeda.
Teknik Miracle Question dapat dikombinasikan dengan teknik scaling
sehingga klien, setelah mendeskripsikan suatu scenario bebas-gejala, dapat
diminta untuk memikirkan seperti apa perubahan kecil itu. Atau seperti apa
perubahan sedang itu.11

d. Kegunaan Dan Evaluasi Teknik Miracle Question


Teknik Miracle Question bukan hanya sangat berguna dalam
mengidentifikasi solusi dan membentuk tujuan-tujuan konkret, tetapi juga
bermanfaat untuk digunakan dengan klien-klien yang tampaknya sudah
kehilangan optimism atau harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dengan
menggunakan teknik ini, konselor professional mengakses dan menghidupkan
kembali rasa memiliki harapan dan janji perbaikan, inspirasi dan motivasi ini
perlu agar perubahan afektif terjadi.
Miracle Question juga memaksa fokusnya untuk beralih dari
berorientasi-masalah ke orientasi-solusi. Teknik ini mengidentifikasi apa yang

11
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.34-37
secara spesifik akan berbeda, yang seringkali menghasilkan penetapan tujuan
yang lebih baik karena lebih konkret dan nyata. Terakhir, Miracle Question
berfungsi sebagai alat ukur untuk mengukur kemajuan dalam konseling
karena memberikan tujuan-tujuan yang sangat spesifik yang perlu dicapai,
bukan keluhan-keluhan tidak jelas dan terlalu digeneralisasikan.12

5.) Teknik Flagging The Minefield


a. Asal Muasal Teknik Flagging The Minefield
Flagging The Minefield adalah suatu teknik yang merupakan bentuk
kepatuhan pada penanganan dan pencegahan kekambuhan yang diciptakan
untuk membantu klien menggeneralisasikan apa yang mereka pelajari dalam
konseling kesituasi-situasi di masa mendatang yang mungkin akan mereka
temui.
Flagging The Minefield adalah suatu teknik generalisasi dan cegahan
relapse (kekambuhan). Teknik ini membantu klien mentransfer insights
konseling dan perilaku, pikiran dan perasaan kompensatoris ke dalam dunia
yang ditemui klien sehari-hari.

b. Bagaimana Cara Mengimplementasikan Teknik Flagging The Minefield


Flagging The Minefield biasanya digunakan di akhir proses konseling
(yaitu di penghentian). Teknik ini dinamakan dengan Flagging The Minefield
karena konselor dank lien menandai situasi-situasi di masa mendatang di
mana klien dapat menggunakan apa yang telah dipelajari untuk menghindari
kemunduran, persis seperti pemasang ranjau yang menandai ranjau-ranjau di
medan ketika mereka sedang berkerja untuk menghindari ledakan. Konselor
meminta klien yang mengatasi masalah situasi itu dengan menggunakan apa
yang telah dipelajari klien di sesi-sesi sebelumnya dan setelah itu

12
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.40-41
memprediksi apa yang akan dilakukannya dalam situasi semacam itu. Begitu
klien telah memberikan prediksi, konselor membantu klien memproses
situasinya, berdasarkan apa yang telah mereka diskusikan di sepanjang proses
konseling. Dengan cara ini, konselor membantu klien mentransferkan
pembelajaran ke dunia luar dan kejadian-kejadian di masa mendatang.13

c. Kegunaan Dan Evaluasi Teknik Flagging The Minefield


Flagging The Minefield digunakan untuk membantu klien memahami
bagaimana mereka dapat menggunakan apa yang telah mereka pelajari dalam
konseling untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin mereka temui di
masa mendatang. Teknik ini dapat digunakan dengan klien-klien yang dibawa
ke konseling untuk beragam alasan yang berbeda, termasuk “berhenti
merokok, perubahan diet, meningkatkan kegiatan fisik, mengurangi stress,
dan mengurangi penggunaan alcohol”, ketergantungan kokain, latihan
keterampilan sosial, masalah-masalah akademis, depresi, gangguan suasana
perasaan dan pengobatan, dan peningkatan penyesuaian dua-pihak pada
pasangan.
Beberapa faktor memberikan kontribusi pada Flagging The Minefield.
Miller et al. mengatakan bahwa konselor seharusnya mengharapkan
ketidakpatuhan di pihak klien dan sepanjang proses konseling seharusnya
menjelaskan kepada klien tentang petingnya tindakan klien. Jika klien
memiliki persepsi positif tentang aliansinya dengan konselor, klien akan lebih
mungkin mematuhi penanganan. Keyakinan klien tentang berbagai masalah
dan apakah klien berpikir bahwa dirinya membutuhkan penanganan juga
memberikan kontribusi pada efikasi teknik ini. Ketika bekerja dengan anak-

13
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.43-44
anak, teknik ini lebih efektif jika orangtua memainkan peran dalam partisipasi
dan kepatuhan anak.14

14
Bradley T.Erford, 40 TEKNIK YANG HARUS DIKETAHUI SETIAP KONSELOR,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR, 2016). Hal.50-51

Anda mungkin juga menyukai