Anda di halaman 1dari 21

PSIKOLOGI SHOLAT

Mata Kuliah:
Psikologi Ibadah

Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Siti Faridah, M.Ag

Oleh:
Sri Wulandari (170104040094)
Vivin Aulia Said (170104040163)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
BANJARMASIN
2020
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sholat merupakan sarana bagi manusia untuk bisa berkomunikasi dengan
Allah SWT. Tidak terbayangkan betapa hebat dan dasyat ibadah sholat apabila kita
benar-benar mau melakukannya dengan sempurna. Dalam sholat kita bisa meminta
apa saja kepadaNya dengan cara berdo’a memohon kebaikan dalam segala hal.
Sholat tidak hanya sekedar wujud ketundukan makhluk kepada Allah SWT,
tetapi juga arena pelatihan untuk membentuk kepribadian paling sempurna. Sholat
juga bukan hanya do’a do’a yang sekedar diucapkan, namun ia adalah suatu
penggerak mekanisme hidup.
Sholat juga bukanlah sekedar kumpulan gerakan dan bacaan yang menjadi
rutinitas, tetapi di balik gerakan dan bacaan sholat terdapat banyak hikmah dan
manfaat yang dititipkan Allah SWT kepada kita. Pada makalah ini kita akan
membahas tentang berbagai macam pembahasan tentang sholat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Psikologi Sholat, Hakikat, Kedudukan, dan Dalilnya?
2. Ruang Lingkup dan Pembagiannya?
3. Gambaran Shalat Nabi?
4. Nilai Filosofis, Spiritual, Sosiologis Sholat?
5. Makna Bacaan Sholat?
6. Aspek Psikologi Sholat?
7. Keutamaan Sholat Berjamaah?
8. Fakta Ilmiah Manfaat Gerakan Sholat Terhadap Fisik dan Psikis?
9. Bentuk Kepribadian Sholat?

1
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PSIKOLOGI SHOLAT, HAKIKAT, KEDUDUKAN, DAN


DALILNYA
1. Pengertian Sholat
Sholat secara bahasa berarti do’a, sedangkan menurut syara’ adalah
menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah SWT, karena ketaqwaan seorang hamba
kepada Tuhannya, mengagungkan kebesaran-Nya dengan khusyu’ dan diakhiri
dengan salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah di tentukan.1
Menurut A.Hasan (1999), Bigha (1984), Muhammad bin Qusyim Asy-Syafi
(1982), dan Rasjid (1976), Sholat menurut Bahasa Arab berarti berdoa. Ditambahkan
oleh Ash-Shiddieqy (1983) bahwa perkataan sholat dalam Bahasa Arab berarti doa
memohon kebijakan dan pujian. Sedangkan secara hakikat mengandung pengertian
terhadap hati (jiwa) kepada Allah SWT dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta
menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan, kebesaran-Nya, dan kesempurnaan
kekuasaan-Nya.
Secara dimensi fiqh, sholat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan
dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang
dengan kita beribadah kepada Allah SWT, dan menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh agama.2
Pengertian sholat banyak dikemukakan atau diberikan oleh para ahli atau para
ulama. Menurut Hasbi Ash-Ashddiqi yang membagi dalam beberapa pengertian,
yaitu pengertian secara lahir yang berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengan beribadah kepada
Allah SWT, seperti menumbuhkan di dalam jiwa keagungan dan kebesaran-Nya,
dengan pengertian menggambarkan ruh sholat berhadapan kepada Allah SWT dengan

1
Moh. Rifa’I, ILMU FIQH ISLAM LENGKAP, (Semarang : Karya Toha Putra, 1978). Hal.79
2
Sentot Haryanto, PSIKOLOGI SHOLAT, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2007). Hal.59-60

2
sepenuh hati dan khusyu’ dihadapan-Nya dengan ikhlas sepenuh hati dalam berdzikir,
berdoa dan memuji.3

2. Hakikat Sholat
Sholat berasal dari fi‟il shalla-yushalli yang berarti al-du‟a bi al-khair, yaitu
berdoa untuk kebaikan. Mulai dari awal bacaan, yaitu surat Al-Fatihah sampai dengan
tahhiyat akhir, bacaan-bacaan yang mengandung pengertian doa akan banyak
dijumpai. Dalam surat Al-Fatihah, ayat yang mengandung makna doa yaitu ayat
kelima sampai ketujuh. Permohonan ampun, rahmat, derajat terhormat, rizki dan
petunjuk juga dapat ditemukan pada gerakan duduk diantara dua sujud. Demikian
halnya pada sujud terakhir yang menurut suatu riwayat merupakan keadaan terdekat
hamba dengan Tuhannya. Maka pada sujud takhir tersebut, seseorang disunahkan
memperbanyak bacaan doa.
Adanya kesinambungan antara definisi bahasa dengan keadaan riil praktek
sholat menempatkan pengertian ini sebagai pengertian haqiqah. Secara lebih tegas
dapat dikatakan bahwa sholat dengan arti doa merupakan ini yang sesungguhnya.
Sehingga bila dikemudian mempunyai makna yang berbeda, itu merupakan
kepanjangan makna dari yang pertama dalam ilmu ushul fiqh disebut dengan majaz.4

3. Kedudukan Sholat
Sholat memiliki posisi dan kedudukan bahwa dalam pembinaan manusia, dan
tidak ada suatu amal ibadah lain dalam agama yang dapat dibandingkan dengannya.
Sekiranya kita hendak memilih peringkat dan posisi masing-masing tuntunan agama,
maka sholat berada pada peringkat yang tertinggi. Karena sholat memiliki suatu nilai
dan kedudukan yang amat tinggi yang tidak mampu dicapai oleh berbagai amal
ibadah lainnya.

3
Hasbi Ash-Ashddiqi, Pedoman Sholat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1989). Hal.62
4
Yuanita Ma’rufah, MANFAAT SHOLAT TERHADAP KESEHATAN MENTAL DALAM
AL-QUR’AN, (SKRIPSI UIN SUNAN KALIJAGA, Yogyakarta, 2012). Hal.72-74

3
Adapun kedudukan sholat di dalam Islam adalah sebagai berikut :
a) Sholat sebagai pondasi Agama Islam
b) Sholat adalah ibadah yang paling utama
c) Sholat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat
d) Sholat merupakan jalan untuk memperoleh keberuntungan dan kemenangan
yang besar dalam menjalankan kehidupan, juga merupakan obat dari keluh
kesah yang dirasakan manusia, dan sebaik-baik sarana untuk mencapai
ketenangan jiwa.
Dari penjelasan di atas manusia sangatlah membutuhkan sholat, karena sholat
tidak hanya sekedar ibadah tetapi ia adalah sebagai bentuk untuk memperbaiki diri di
dalam kehidupan ini. Sehingga orang yang benar-benar menjalankan perintah sholat,
maka kehidupannya dapat kita lihat menjadi lebih baik. Sholat yang sempurna adalah
sebagai gambaran kepribadian seseorang, sedangkan orang yang tidak melaksanakan
sholat kehidupannya akan celaka.5

4. Dalil Sholat
Perintah untuk mengerjakan sholat, tidak terbatas pada keadaan tertentu,
seperti pada waktu badan sehat saja, situasi aman, tidak sedang bepergian dan
sebagainya, melainkan dalam keadaan bagaimanapun orang tetap dituntut untuk
mengerjakannya. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah (2):238 :
‫ص ََل ة ِ ال ْ ُو سْ ط َ ىٰ َو ق ُ و مُ وا ِ َّّلِل ِ ق َ ا ن ِ ت ِ ي َن‬
َّ ‫ص ل َ َو ا ت ِ َو ال‬ َ ‫َح ا ف ِ ظ ُ وا‬
َّ ‫ع ل َ ى ال‬
Artinya : Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat
wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.

Ada banyak perintah untuk menegakkan sholat di dalam al-Qur’an. Ada 12


perintah dalam al-Qur’an dengan lafaz “Aqimu Ash-Shalata” (dirikanlah sholat)
dengan khitab kepada orang banyak, yaitu pada Qur’an surat: Al-Baqarah [2] ayat

5
Ahmad Riznanto dan Rachmawati, KEAJAIBAN SHOLAT, (Jakarta : al-Kautsar, 2008).
Hal.31-32

4
43, 83, dan 110, An-Nisa’ [4] ayat 177 dan 103, Al-An’am [6] ayat 72, Yunus
[10] ayat 87, Al-Hajj [22] ayat 78, An-Nuur [24] ayat 56, Luqman [31] ayat 31,
Al-Mujadilah [58] ayat 13, dan Al-Muzzammil [73] ayat 20. Ada 5 perintah sholat
dengan lafaz “Aqim Ash-Shalata” (dirikanlah sholat) dengan khitab kepada satu
orang, yaitu pada Qur’an surat: Huud [11] ayat 114. Al-Isra’ [17] ayat 78, Thaha
[20] ayat 14, Al-Ankabut [29] ayat 45, dan Luqman [31] ayat 17.
Dasar hukum lainnya yang menguatkan perintah sholat, disebutkan dalam
hadis Nabi saw seperti yang dikutip dalam buku Sayyid Sabiq, “shalat itu
difardhukan atas Nabi Muhammad saw pada malam beliau diisra‟kan sebanyak
50 kali, kemudian dikurangi menjadi 5 kali, lalu beliau dipanggil “hai
Muhammad, keputusan Ku tidak dapat diubah lagi, dan shalat 5 waktu ini kau
tetap mendapat ganjaran 50 kali”.” Dengan demikian jelaslah sholat 5 waktu
tersebut diwajibkan bagi setiap muslim yang mukallaf selagi sempurna akal dan
pikirannya, kecuali dalam keadaan tertentu yang diharamkan oleh syara’.

Oleh karena itu, sholat lima waktu bagi seorang muslim yang taat harus
selalu ditegakkan. Karena baik dan buruknya segala amal bagi seorang muslim
sangat ditentukan dengan pengalaman shalatnya. Untuk itu, sebagai seorang
mu’min yang taat akan selalu mendirikan shalat, karena satu-satunya pendorong
bagi seorang mu’min yaitu iman. Dengan demikian, shalat mempunyai kedudukan
sebagai bentuk sistem ibadah yang menyadarkan akan eksistensi diri manusia
sebagai hamba Allah SWT dan sekaligus sebagai proses pembentukan pribadi
seseorang untuk mengembangkan fungsi kekhalifahannya.

Selain itu juga adanya peringatan keras yang berupa siksa yang sangat
pedih bagi siapa saja yang melalaikannya.6 Allah SWT berfirman, Al-Muddatstsir
(47):42-43:
َ‫صلِّين‬ ُ َ‫ قَالُوْ ا لَ ْم ن‬، ‫َما َسلَ َك ُك ْم فِ ْي َسقَ َر‬
َ ‫ك ِمنَ ال ُم‬

6
Yuanita Ma’rufah, MANFAAT SHOLAT TERHADAP KESEHATAN MENTAL DALAM
AL-QUR’AN, (SKRIPSI UIN SUNAN KALIJAGA, Yogyakarta, 2012). Hal.51-53

5
Artinya : "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" (42)
Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan
shalat(43)

B. RUANG LINGKUP DAN PEMBAGIANNYA


1. Sejarah Sholat
Perintah mendirikan sholat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang
dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj, dimana proses ini
tidak dapat dipahami hanya secara akal melaikan harus secara keimanan sehingga
dalam sejarah digambarkan setelah Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj, umat Islam
ketika itu terbagi 3 golongan, yaitu yang secara terang-terangan menolak
kebenarannya itu, yang setengah-tengahnya, dan yang yakin sekali kebenarannya.
Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka sholat merupakan kewajiban yang utama,
yaitu mengerjakan sholat dapat menenetukan amal-amal lainnya, dan mendirikan
sholat berarti mendirikan agama.
2. Macam-macam Sholat
Sholat terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Sholat Fardhu, yaitu sholat yang diwajibkan Allah SWT kepada hamba-
hambaNya sesuai batasan-batasan yang telah di jelaskan-Nya, baik melalui
perintah maupun larangan. Dalam hal ini adalah sholat 5 waktu dalam sehari
semalam yaitu : Dzuhur, Ashar, Magrib, Isya, Subuh.
b. Sholat Tathowwu’, yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat-sholat fardhu
5 waktu. Terbagi 2 yaitu : Muthlaq dan Muqoyyad
3. Sholatnya Orang Beriman dan Orang Fasiq
a. Sholatnya Orang Beriman :
1) Orang beriman melaksanakan sholat sesuai dengan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai dengan yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW.

6
2) Orang yang beriman melakukan sholat tidak hanya berupa gerakan dan
ucapan yang telah dicontohkan Raulullah melainkan menekankan pada
esensi sholat yaitu terdapatnya kekhusuan.
b. Sholatnya Orang Fasiq :
1) Golongan orang yang telah mengetahui ilmu tentang sholat, yaitu
mengenai syarat dan rukunnya, perkara-perkara yang membatalkannya,
tentang bersuci dari hadas, begitu juga bacaannya sudah betul dan lain
sebagainya. Akan tetapi golongan ini tidak mampu melawan nafsu.
2) Orang-orang yang sudah mengerjakan sholat dan sudah tahu ilmunya,
akan tetapi tidak khusyuk dalam mengerjakannya. Yakni, jiwa dan
fikirannya tidak ditumpukan untuk mengingati Allah dengan menghayati
hal-hal lain di luar sholat.
4. Syarat Wajib Sholat
1) Islam : syarat ini sudah pasti harus dipenuhi, karena orang yang tidak Islam
tidak wajib mengerjakan sholat, tetapi ia pasti akan mendapatkan siksa di
Akhirat.
2) Berakal : karena sholat merupakan jalinan hubungan antara manusia dengan
Allah maka manusia yang bisa berfikir secara logislah yang diwajibkan
menjalankan sholat.
3) Baligh (dewasa) : orang yang belum baligh tidak diwajibkan mengerjakan
sholat.
4) Suci dari Haid dan Nifas : seorang wanita yang sedang haid atau nifas tidak
diwajibkan melaksanakan sholat karena dalam kondisi yang tidak suci.
5) Telah sampainya dakwah kepada orang yang belum pernah mendapatkan
seruan agama, tidak wajib mengerjakan sholat, dan dia tidak mendapatkan
siksa diakhirat, belum mendapat seruan disini seperti seorang anak kecil
bayi yang meninggal, bukan orang yang tidak mau mendapatkan seruan
agama, karena belajar ilmu agama hukumnya wajib.

7
6) Jaga : orang yang tidur (tanpa disengaja) tidak diwajibkan untuk melakukan
sholat7

C. GAMBARAN SHALAT NABI


a. Menghadap Kiblat
Rasulullah SAW dalam melaksanakan sholat fardhu dan sunnah menghadap
kiblat, Beliau pun memerintahkannya demikian dalam sabdanya kepada orang
yang tidak benar sholatnya, “Bila engkau berdiri untuk melakukan sholat maka
sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah”
(HR. Bukhari dan Muslim)
b. Berdiri
Dalam sholat fardhu dan Sunnah Rasulullah SAW melakukannya sambil berdiri
sesuai dengan perintah Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 238, yang
artinya “Berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu”.
c. Niat
Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari
niatnya, dan sesunguhnya setiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan
niatnya” (HR.Bukhari & Muslim)
d. Takbir
Dalam HR.Muslim dan Ibnu Majah, disebutkan Rasulullah SAW membuka
sholatnya dengan ucapan Allahu Akbar. Beliaupun memerintahkan demikian
kepada orang yang tidak benar dalam sholatnya, sebagaimana sabda Beliau
“Tidaklah sholat seseorang itu menjadi sempurna sampai ia berwudhu dengan
benar, lalu berkata Allahu Akbar” (HR.Thabrani)
e. Mengangkat Tangan

7
https://academia.edu/16149334/MAKALAH_TENTANG_SHOLAT

8
Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka rapat (tidak
renggang dan tidak menggenggam). Dan Rasulullah SAW mengangkatnya
sampai sejajar dengan kedua bahunya dan terkadang sampai kedua telinganya.
f. Meletakkan Tangan Kanan Diatas Tangan Kiri (Bersedekap)
Rasulullah SAW meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya. Beliau
bersabda ”Sesungguhnya para Nabi memerintahkan kepada kita agar
mempercepat saat berbuka dan mengakhiri waktu sahur dan agar meletakkan
tangan kanan diatas tangan kiri kita dalam sholat” (HR.Ibnu Hibban dan
Dhiya)
g. Meletakkan Kedua Tanggan (Bersedekap) di Dada
Nabi SAW meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kirinya,
pergelangan dan lengan, dan memerintahkan demikian kepada sahabat-
sahabatnya. Terkadang beliau menggenggam lengan kirinya dengan jari-jari
tangan kanannya. Beliau meletakkan keduanya diatas dada.
h. Khusyu dan Memandang Tempat Sujud
Dalam HR.Baihaqi dan Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW dalam sholat
menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tanah. Rasulullah
melarang mengangkat pandangannya ke langit sebagaimana tercantum dalam
HR.Bukhari dan Abu Daud. Larangan itu dipertegas dengan sabdanya
“hendaklah orang-orang menghentikan mengarahkan pandangannya ke langit
pada waktu sholat atau tidak dapat kembali lagi kepada mereka (dalam riwayat
lain menyebutkan : atau mata-mata mereka tercolok)”. (HR.Bukhari,Muslim &
Siraj)
i. Bacaan-bacaan Sholat Nabi SAW
Bacaan sholat Rasulullah SAW bermacam-macam dalam Al Qur’an.
j. Rukuk
Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya.
Beliau memerintahkan sahabatnya melakukan yang demikian. Juga
memerintahkan orang yang tidak benar sholatnya.

9
k. Sujud
Setelah i’tidal Rasulullah SAW bertakbir dan turun bersujud. Beliau
memerintahkan yang demikian ini kepada orang yang tidak benar sholatnya
dalam sabdanya “Tidaklah sempurna sholat seseorang sampai ia mengucapkan
„sami‟ Allahu liman habidah‟ sampai tegak berdiri. Kemudian mengucapkan
takbir, lalu bersujud sampai ruas tulang belakangnya kembali sempurna.”
(HR.Abu Daud & Hakim).8

D. NILAI FILOSOFIS, SPIRITUAL, SOSIOLOGIS SHOLAT

Menurut al-Dzahabi, yang dikutip oleh Sulaiman al-Kumayi (2007) shalat


memiliki empat manfaat : spiritual, psikologi, fisik, dan moral. Shalat biasa
menyembuhkan penyakit jantung, perut, dan usus. Ada tiga alasan mengenai hal ini.
Pertama, shalat merupakan bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah. Kedua,
shalat memiliki manfaat psikologi Karena biasa mengalihkan perhatian pikiran dari
rasa sakit dengan jalan memperkuat tenaga pengusir rasa sakit. Ketiga, disamping
konsentrasi pikiran, dalam shalat terdapat pula terdapat latihan fisik.9
Menurut Sentot Haryanto shalat merupakan ibadah yang istimewa dalam
agama islam, baik dilihat dari perintah yang diterima oleh Muhammad secara
langsung dari Tuhan maupun dimensi-dimensi lain. Menurut Sentot Haryanto19
shalat memiliki beberapa pembagian:
a. Menjalankan shalat pada religius bentuknya berupa makna shalat, substansi
shalat, disiplin
b. Menjalankan shalat secara berjama’ah, bentuknya berupa kebersamaan,
memperkokoh persaudaraan, sabar.
c. Menjalankan shalat pada psikologi, bentuknya berupa olah raga, kesadaran

8
https://academia.edu/4842884/SIFAT_SHOLAT_NABI
9
Sulaiman Al-Kumayi, Sholat Penyembahan dan Penyembuhan, (Jakarta:
Erlangga, 2007). Hal 198-199.

10
indra, meditasi, pengakuan10

E. MAKNA BACAAN SHOLAT


a. Takbiratul Ihram
Maksudnya, Dzat, Nama dan sifat-sifat Allah lebih besardan agung dari pada
segala sesuatu selain-Nya, sehingga mampu menetapkan semua kesempurnaan
hanya untuk-Nya dari segala bentuk kekurangan dan cacat, menjadikan semua
itu hanya milik-Nya, serta mampu mengagungkan dan memuliakan-Nya.
Hikmah dimualinya sholat dengan takbir, agar kita menyadari keagungan
Allah yang sedang berada dihadapkan kita, sehingga kita bisa khsuyu’ kepada-
Nya dan malu bila tersibukkan oleh hal-hal lain selainNya.
b. Doa Iftitah
Kita memohon kepada Allah supaya di jauhkan dari perbuatan-perbuatan dosa
sebagaimana Ia menjauhkan antara timur dan barat yang tidak akan berkumpul
selamanya. Kemudian kita memohon kepada Allah supaya Ia membersihkan
diri kita dari bekas dosa tersebut agar benar-benar bersih dan suci.
c. Membaca Al-Fatihah
Kita memohon perlindungan agar hati kita dijauhkan dari godaan setan ketika
sedang membaca kitabullah, supaya mulut kita suci dan benar-benar dapat
merenungi Al-Qur’an dan memahami makna-maknanya serta mengambil
manfaatnya, kita memohon pertolonganNya karena kita mengakui keperkasaan
dan kekuasaanNya, sedang kita hanyalah hambaNya yang lemah dan penuh
ketidakmampuan untuk memerangi musuh yang tak tampak , yang sangat
berbahaya.
d. Ruku’
Kita mensucikan Allah (Sebagai Tuhan kita yang Dzat dan sifatNya lebih
agung daripada segala sesuatu) dari segala kekurangan pada sifat-sifat yang

10
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta: Mitra, Pustaka2007). Hal.60

11
menunjukkan kesempurnaan (seperti sifat Maha Mengetahui dan Maha
Hidup), dari sifat-sifat yang menunjukkan ketidaksempurnaan (seperti sifat
tidak mampu dan dzalim) dan dari adanya keserupaan dengan makhluk. Dan
memujiNya, mensifatiNya dengan sifat-sifat sempurna disertai perasaan cinta
ta’dzim (pengagungan)
e. I’tidal
Allah mengabulkan do’a orang yang memujiNya, Barang siapa yang memuji
Allah, maka sesungguhnya dia telah berdoa kepada Allah melalui bahasa
tubuhnya, karena orang memuji Allah pasti dia mengharapkan pahala dariNya,
sehingga sanjungan dalam tahmid, dzikir, dan takbir itu mencakup sebuah
permohonan.
f. Sujud
Sujud memiliki falsafah bahwa manusia menundukkan diri serendah-
rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang
ilmu psikoneuroimunologi (ilmu tentang kekebalan tubuh dari sudut pandang
psikologi) yang di dalami Prof. Soleh, gerakan ini mengantarkan manusia pada
derajat setinggi-tingginya.
g. Duduk Di Antara Dua Sujud
Memohon ampunan dan rahmatNya, mohon dicukupkan dan mohon
kemurahannya, mohon derajat yang tinggi, mohon diberikan rezeki, mohon
petunjukNya, dan mohon kesehatan dan ampunan.
h. Tahiyyat (Awal dan Akhir)
Pengakuan bahwa kehormatan yang penuh berkah dan kesejahteraan yang
sempurna hanya milik Allah SWT. Menghadirkan Nabi untuk menyampaikan
do’a keselamatan, rahmat dan barokah untuk beliau. Menghadirkan umat dan
semua hamba Allah yang shaleh agar mendapatkan keselamatan.
i. Salam
Salam ini ditujukan kepada orang-orang yang sholat bersama kita, namun bila
kita sholat sendirian, maka ditujukan kepada para malaikat yang ada

12
disamping kanan kiri kita. Maksudnya, semoga Allah memelihara, menjaga
dan melindungi kalian semua.11

F. ASPEK PSIKOLOGI SHOLAT


1. Aspek Olahraga
Seperti gerakan-gerakan dalam shalat mengandung unsur-unsur gerakan olahraga,
mulai dari takbir, berdiri, ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud, tahiyat sampai
mengucap salam. Saboe (1986) dalam bukunya Hikmah Kesehatan Dalam Shalat
berpendapat bahwa hikmah yang diperoleh dari gerakan-gerakan shalat tidak sedikit
artinya bagi kesehatan jasmaniah, dan dengan sendirinya akan membawa efek pula
pada kesehatan ruhaniyah atau kesehatan mental (jiwa) seseorang.
2. Aspek Relaksasi Otot
Ibadah shalat juga mempunyai efek seperti relaksasi otot, yaitu kontraksi otot,
pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama menjalankan shalat.
Walker (1981) mengutip beberapa hasil penelitian bahwa relaksasi otot ini juga dapat
mengurangi kecemasan, tidak dapat tidur (insomnia), mengurangi hiperaktivitas pada
anak, mengurangi toleransi sakit dan membantu mengurangi merokok bagi para
perokok yang ingin sembuh atau berhenti merokok. Dengan menggunakan teknik
relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera, dan yoga, hasilnya menunjukkan bahwa
teknik-teknik tersebut ternyata efektif untuk mengurangi keluhan berbagai penyakit
terutama psikosomatis.
3. Aspek Relaksasi Indera
Relaksasi kesadaran indera ini seseorang biasanya diminta untuk membayangkan
pada tempat-tempat yang mengenakkan. Pada saat shalat seseorang seolah-olah
terbang ke atas (ruh) menghadap kepada Allah SWT secara langsung tanpa ada
perantara. Setiap bacaan dan gerakan senantiasa dihayati dan dimengerti dan
ingatannya senantiasa kepada Allah SWT. Gambaran ini menunjukkan bahwa dalam

11
Tri Harjanto, Alif Jum’an, METODE CEPAT MENGHAFAL ARTI BACAAN
SHOLAT, (Semarang : Hanif Suara Hati Publications, 2011). Hal.67-71

13
shalat memang benar-benar terjadi dialog antara hamba dan Khalik. Proses inilah
yang mirip dengan relaksasi kesadaran indera dan relaksasi ini banyak dipergunakan
untuk mengatasi kecemasan, stress, depresi, tidak dapat tidur, atau gangguan
kejiwaan yang lain.
4. Aspek Meditasi
Meditasi saat sekarang merupakan alternative untuk mengatasi berbagai persoalan
yang dihadapi orang-orang yang sibuk, terutama stres. Shalat juga memiliki efek
seperti meditasi atau yoga bahkan merupakan meditasi atau yoga tingkat tinggi bila
dijalankan dengan benar dan khusyu’. Dalam kondisi khusyu’, seseorang hanya akan
mengingat Allah SWT (dzikrullah) bukan mengingat yang lain. Menurut Arif
Wibison Adi (1985), shalat akan mempengaruhi pada seluruh sistem yang ada dalam
tubuh kita, seperti syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot,
kelenjar, reproduksi, dan sebagainya.
5. Aspek Auto-Sugesti/Self-Hipnosis
Bacaan-bacaan dalam shalat berisi hal-hal yang baik, berupa pujian, mohon
ampun, doa maupun permohonan yang lain. Hal ini sesuai dengan shalat itu sendiri,
yaitu shalat berasal dari Bahasa Arab berarti doa mohon kebajikan dan pujian.
Ditinjau dari teori hipnosis, pengucapan kata-kata tersebut memberikan efeksugesti
atau menghipnosis pada yang bersangkutan. Menurut Thoules (1992), auto-sugesti
adalah suatu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses pengulangan suatu
rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu
keyakinan atau suatu perbuatan.
6. Aspek Pengakuan dan Penyaluran (Katarsis)
Setiap orang membutuhkan sarana untuk berkomukasi, baik dengan diri sendiri,
dengan orang lain, dengan alam, maupun dengan Tuhannya. Komunikasi akan lebih
dibutuhkan tatkala seseorang mengalami masalah atau gangguan kejiwaan. Shalat
dapat dipandang sebagai proses pengakuan dan penyaluran, proses katarsis atau
kanalisasi terhadap hal-hal yang tersimpan dalam dirinya. Shalat merupakan sarana

14
hubungan manusia dengan Tuhan. Dengannya manusia dapat berdialog langsung
tanpa perantara dengan Sang Pencipta.12

G. KEUTAMAAN SHOLAT BERJAMAAH


Keutamaan dalam shalat berjamaah antara lain:
1. Pahalanya dua puluh tujuh kali lipat dari pada shalat sendirian.
2. Setiap langkah yang diayunkan seorang muslim untuk menegakkan shalat
berjama`ah terhitung disisi Allah sebagai pahala dan ganjaran baginya.
Sebagaimana hadits yang terdapat di dalam shahihain "Tidaklah setiap ayunan
langkahnya melainkan terangkat baginya satu derajat dan dihapuskan satu
dosa untuknya".
Bagi siapa saja yang interest menunggu waktu shalat berikutnya tiba di dalam
masjid, akan memperoleh 4 (empat) keistimewaan yaitu :
1) Ia seperti seorang yang selalu siap tempur di jalan Allah.
2) Dicatat baginya pahala shalat meskipun ia menantikannya dalam keadaan
duduk.
3) Para malaikat memohonkan ampunan untuknya.
4) Jika pada saat itu dia mengisi waktunya dengan membaca Al-Qur`an dan
zikrullah maka akan ditambahkan baginya pahala tilawah dan zikir.
3. Mendapat perlindungan dan naungan dari Allah pada hari kiamat kelak.
4. Mendapat pahala seperti haji dan umrah bagi yang mengerjakan shalat subuh
berjamaah kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit.
5. Membebaskan diri seseorang dari siksa neraka dan kemunafikan. Seorang yang
ikhlas melaksanakan shalat berjamaah maka Allah akan menyelamatkannya dari
neraka dan di dunia dijauhkan dari mengerjakan perbuatan orang munafik dan
ia diberi taufik untuk mengerjakan perbuatan orang-orang yang ikhlas.13

12
Sentot Haryanto. Psikologi Shalat. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007, hlm 62-88
13
Abu Abdil Aziz Abdullah Bin Safar `Ubadah Al`Abdali dan Al Ghamidi. "Shalat
Berjama'ah: Keutamaan, Manfaat, dan Hikmahnya". Indonesia: Islamhouse, 2010. Hlm.8-9

15
H. FAKTA ILMIAH MANFAAT GERAKAN SHOLAT TERHADAP FISIK
DAN PSIKIS
Kewajiban melakukan shalat lima kali sehari dapat dipandang sebagai bentuk
praktis dari olahraga. Keseluruhan gerakan dalam shalat bersifat tenang, berulang-
ulang, dan melibatkan semua otot dan persendian. Panas atau kalori yang dikeluarkan
secara teratur dapat menjaga keseimbangan energi.
Pelaksanaan shalat lima waktu yang teratur dapat menghilangkan atau
mengurangi berbagai penyakit. Gerakan shalat dapat meringankan sakit punggung
bagian bawah (lower back pain), arthritis, letak rahim yang miring (cervical
misalignments), sakit kepala, dan keluhan lain. Shalat juga memainkan peran penting
untuk melawan serangan jantung, kelumpuhan, penuaan dini, demensia, kehilangan
kontrol sphineter, diabetes mellitus, dan lain-lain. Gerakan shalat merangsang
sirkulasi kolateral yang memainkan peran untuk mengurangi serangan jantung.
Setiap postur dalam gerakan shalat memiliki pengaruh yang sehat bagi tubuh,
dimulai dari membaca takbir. Ketika mulai berdiri untuk shalat, tubuh terasa ringan
karena berat tubuh tertumpu pada kedua kaki. Otot-otot punggung dalam keadaan
lurus, dengan pandangan terpusat pada tempat sujud. Pikiran berada dalam keadaan
terkendali. Pusat otak, atas dan bawah, menyatu membentuk kesatuan tujuan.
Rukuk merupakan salah satu metode untuk menguatkan otot-otot pada
persendian kaki yang dapat meringankan tegangan pada lutut jika dikerjakan secara
teratur. Ketika rukuk, seseorang meregangkan otot punggung sebelah bawah, otot
paha, dan otot betis secara penuh. Tekanan akan terjadi pada otot lambung, perut, dan
ginjal. Darah akan terpompa ke atas tubuh.
Ketika melakukan qauna atau berdiri setelah rukuk, postur tubuh kembali
tegak sehingga memberikan tekanan pada aliran darah untuk bergerak ke atas. Hal ini
dapat membuat tubuh mengalami relaksasi dan melepaskan ketegangan. Hal yang
serupa terjadi ketika berdiri setelah sujud, dan duduk di antara dua sujud. Salah satu
postur dalam shalat yang cukup banyak diteliti adalah posisi sujud. Dalam Islam,

16
konsep dan tindakan sujud merupakan hal yang penting, baik dari segi biologis,
mental, maupun spiritual.
Praktik sujud merupakan metode yang dapat membawa kedamaian,
keselarasan, kesesuaian, ketenangan, dan kebahagiaan. Masyarakat dewasa ini
banyak menghadapi frustasi dalam masalah sehari-hari. Manusia juga banyak
terpapar dengan gelombang elektrostatik dalam atmosfir. Hal ini akan memicu sistem
syaraf pusat (central nervous system, CNS) yang memiliki muatan yang terlalu
penuh. Seseorang harus membuang kelebihan ini, atau memiliki kemungkinan untuk
mendapatkan sakit kepala, sakit leher, ketegangan otot, dan lain-lain. Penggunaan
obat antidepresi, obat penenang, dan obat yang memengaruhi mood lainnya dapat
dikurangi dengan melakukan praktik sujud. Doa dapat dilakukan dalam berbagai
posisi, namun posisi yang terbaik dalam berdoa adalah dalam posisi sujud. Selama
sujud, doa lebih sering diterima.
Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya, dan pada akhirnya
juga segala penyakit khususnya penyakit mental, serta masalah psikologis akan
diringankan. Allah Maha Pengasih dan Penerima Taubat. Seseorang yang menderita
depresi atau stress dapat diringankan melalui sujud. Berpasrah diri pada Allah
meringankan segala beban dan kekhawatiran orang atas segala hal yang tidak
diketahuinya.14

I. BENTUK KEPRIBADIAN SHOLAT


Ada beberapa bentuk kepribadian yang dapat di raih dari sholat :
1. Disiplin : melaksanakan sholat tepat waktu, merupakan amalan yang paling
dicintai Allah. Orang yang sudah bisa sholat tepat waktu, dia akan istiqomah
dengan kedisiplinan pada aktifitas lainnya.
2. Taat asas dengan bacaan sholat : setiap bacaan sholat dia resapi dan tunduk

14
Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008. hlm 131-134

17
dengan apa yang dibacanya.
3. Jujur : merasakan bahwa diri ini adalah hamba yang lemah dan butuh
pertolongan Tuhannya selama di dunia.
4. Cinta kebersihan : wudhu mampu menciptakan kebersihan jasmani dan
pakaian serta tempat sholat.
5. Kedamaian : sholat harus dilaksanakan dengan tuma’ninah.
6. Ketundukan : tidak ada hukum yang lebih tinggi selain hukum Allah.
7. Mengakui kelemahan diri
8. Sholat pun mampu memberikan keistiqamahan dalam beribadah. 15

15
Sentot Haryanto. Psikologi Shalat. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007, hlm.91

18
PENUTUP

KESIMPULAN
Sholat secara bahasa berarti do’a, sedangkan menurut syara’ adalah
menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah SWT, karena ketaqwaan seorang hamba
kepada Tuhannya, mengagungkan kebesaran-Nya dengan khusyu’ dan diakhiri
dengan salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah di tentukan.
Sholat memiliki posisi dan kedudukan bahwa dalam pembinaan manusia, dan
tidak ada suatu amal ibadah lain dalam agama yang dapat dibandingkan dengannya.
Sekiranya kita hendak memilih peringkat dan posisi masing-masing tuntunan agama,
maka sholat berada pada peringkat yang tertinggi. Karena sholat memiliki suatu nilai
dan kedudukan yang amat tinggi yang tidak mampu dicapai oleh berbagai amal
ibadah lainnya. Sholat lima waktu bagi seorang muslim yang taat harus selalu
ditegakkan. Karena baik dan buruknya segala amal bagi seorang muslim sangat
ditentukan dengan pengalaman shalatnya.
Shalat memiliki empat manfaat : spiritual, psikologi, fisik, dan moral. Shalat
biasa menyembuhkan penyakit jantung, perut, dan usus. Ada tiga alasan mengenai hal
ini. Pertama, shalat merupakan bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah. Kedua,
shalat memiliki manfaat psikologi Karena biasa mengalihkan perhatian pikiran dari
rasa sakit dengan jalan memperkuat tenaga pengusir rasa sakit. Ketiga, disamping
konsentrasi pikiran, dalam shalat terdapat pula terdapat latihan fisik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdil Aziz Abdullah Bin Safar `Ubadah Al`Abdali dan Al Ghamidi. "Shalat
Berjama'ah: Keutamaan, Manfaat, dan Hikmahnya". Indonesia: Islamhouse,
2010.

Al-Kumayi Sulaiman, Sholat Penyembahan dan Penyembuhan, (Jakarta: Erlangga,


2007).

Ash-Ashddiqi Hasbi, Pedoman Sholat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1989).

Haryanto Sentot, PSIKOLOGI SHOLAT, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2007).

Harjanto Tri, Alif Jum’an, METODE CEPAT MENGHAFAL ARTI BACAAN


SHOLAT, (Semarang : Hanif Suara Hati Publications, 2011).

Ma’rufah Yuanita, MANFAAT SHOLAT TERHADAP KESEHATAN MENTAL


DALAM AL-QUR’AN, (SKRIPSI UIN SUNAN KALIJAGA, Yogyakarta,
2012).

Purwakania Hasan Aliah B.. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta:


RajaGrafindo Persada, 2008.

Rifa’I.Moh., ILMU FIQH ISLAM LENGKAP, (Semarang : Karya Toha Putra, 1978).

Riznanto Ahmad dan Rachmawati, KEAJAIBAN SHOLAT, (Jakarta : al-Kautsar,


2008).

https://academia.edu/4842884/SIFAT_SHOLAT_NABI

https://academia.edu/16149334/MAKALAH_TENTANG_SHOLAT

Anda mungkin juga menyukai