Mata Kuliah:
PSIKOPATOLOGI ANAK DAN REMAJA
Dosen Pengampu:
Nur Alina Saidah, M.Psi
Oleh:
Atiya Hanifa (170104040017)
Sri Wulandari (170104040094)
A. Latar Belakang
Menurut teori kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik.
Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya, yang juga mencakup kebutuhan dan harapan dari orang tua dan
masyarakatnya.
Ada pun untuk kasus para remaja yang penuh dengan konflik dalam ranah
psikologi, dikelompokkan menjadi suatu ilmu yang disebut sebagai psitopatologi
remaja. Di mana di dalamnya membahas tentang permasalahan-permasalahan yang
ada pada remaja. Salah satunya adalah tindakan bunuh diri yang marak ditemui pada
ide-ide remaja saat menghadapi permasalahan yang berat.
1
Miftahul Jannah, Jurnal Remaja Dan Tugas-Tugas Perkembangannya Dalam Islam, (Vol. 1,
No.1,2016)
1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Bunuh Diri?
2. Penyebab Bunuh Diri?
3. Pravelensi Bunuh Diri Pada Anak dan Remaja?
4. Pencegahan Bunuh Diri?
5. Menangani Klien dengan Kasus Ingin Bunuh Diri?
2
PEMBAHASAN
Secara Etimologi, Bunuh Diri atau Suicide adalah tindakan mengakhiri hidup
sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-
macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa
gagal untuk mencapai suatu harapan.
Dari Stuart dan Sundeen (1998), Bunuh Diri adalah tindakan agresif atau
maladaptive dengan melukai diri sendiri dan dapat mengakhiri hidupnya. Menurut
Rawlin’s (1993), bunuh diri adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan
sukarela dan disengaja untuk mengakhiri hidupnya.
Menurut teori Sigmund Freud, Bunuh Diri merupakan tampilan agresi yang
diarahkan ke diri melawan suatu introyeksi, ambivalensi akan kehilangan objek cinta.
Ia melakukan bunuh diri karena sebelumnya ia mempresi keinginan untuk membunuh
seseorang.
Definisi Bunuh Diri yang dihimpun oleh DR. Kartono Kartini (Psikiater
Senior) dalam Hygine Mental, sebagai berikut :
1. Bunuh diri adalah perbuatan dengan sengaja dengan bertujuan secara sadar
mengambil nyawa sendiri.
3
2. Bunuh diri adalah perbuatan manusia yang disadari dan bertujuan untuk
menyakiti diri sendiri dan menghentikan kehidupan sendiri.
3. Bunuh diri adalah pembunuhan secara simbolis, karena ada peristiwa
identifikasi dengan seseorang yang dibenci dengan membunuh diri sendiri
orang yang bersangkutan secara simbolis membunuh orang yang dibencinya.
4. Bunuh diri adalah satu jalan untuk mengatasi macam-macam kesulitan pribadi,
berupa rasa kesepian, dendam, takut, kesakitan fisik, dosa, dll.
5. Bunuh diri merupakan keadaan hilangnya kemauan untuk hidup. 2
Bunuh diri adalah suatu hasrat upaya seorang individu yang disadari dan
bertujuan untuk mengakhiri kehidupannya. 3
Jadi, dapat disimpulkan oleh kami bahwa Bunuh Diri adalah satu perbuatan
tercela dengan menghakimi diri sendiri secara berlebihan dan ingin mendahului takdir
kematian yang ditentukan oleh Allah SWT.
Ciri universal pada remaja yang Bunuh Diri adalah ketidakmampuan mereka
untuk mendapatkan pemecahan terhadap suatu masalah dan tidak adanya strategi
mengatasi stressor yang segera. Jadi, sempitnya pilihan yang tersedia untuk
menghadapi percekcokkan keluarga yang rekuren, penolakan, atau kegagalan adalah
berperan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan bunuh diri.
2
Muhammad Adam Hussein, “Ebook Kajian Bunuh Diri,” n.d., 17–20.
3
A. Muhith, Pendidikan Keperawatan Jiwa, (Yogyakarta: Penerbit ANDI), 2015.
4
gangguan mental termasuk Skizofrenia, gangguan Depresif Berat, dan gangguan
Bipolar, resiko untuk bunuh diri adalah jauh lebih tinggi pada sanak saudara orang
dengan gangguan mood dibandingkan dengan sanak saudara orang dengan
skizofrenia.
Faktor Sosial, anak-anak dan remaja adalah rentan terhadap lingkungan yang
sangat kacau, menyiksa, dan menelantarkan. Berbagai macam gejala psikopatologis
dapat terjadi sekunder karena pemaparan kepada rumah yang penuh kekerasan dan
penyiksaan. Perilaku agresif, menghancurkan diri sendiri, dan bunuh diri tampaknya
5
terjadi dengan frekuensi terbesar pada orang yang mengalami kehidupan keluarga
yang penuh dengat stress secara kronis.4
Dalam ilmu Sosiologi, ada 3 penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu :
4
Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb, SYNOPSIS OF PSYCHIATRY,
(Jakarta : Binarupa Aksara, 1997). Hal.818
6
5. Penyalahgunaan Barang Haram, kecanduan atau ketergantungan terhadap
barang haram seperti sabu-sabu, alcohol, yang sifatnya memabukkan. Itu semua
dapat mengurangi kinerja otak, sehingga akal pikiran tidak bisa menyimpulkan
segala sesuatu dengan baik, dan akan memicu untuk bunuh diri.5
Pikiran untuk bunuh diri cukup umum ditemukan. Ketika mengalami stress
berat, banyak orang yang terfikir untuk bunuh diri. Survei berskala nasional
menemukan bahwa 13% dari orang dewasa AS melaporkan pernah memiliki pikiran
untuk bunuh diri dan 4,6% melaporkan telah berusaha bunuh diri. Secara klinis resiko
bunuh diri jauh lebih tinggi diantara para penderita depresi dibandingkan dalam
populasi secara umum. Studi tidak lanjut secara konsisten menunjukkan bahwa 15
sampai 20% dari semua pasien dengan gangguan suasana perasaan pada akhirnya
akan bunuh diri. Meskipun demikian, sejumlah besar orang yang tidak menderita
depresi juga melakukan upaya bunuh diri, beberapa diantaranya berhasil, terutama
orang yang mengalami gangguan kepribadian ambang.
5
Hussein, “Ebook Kajian Bunuh Diri,” 59–67.
7
hampir 1 dari 5 orang (19%) dilaporkan memiliki pikiran-pikiran bunuh diri pada
suatu titik dalam kehidupan mereka.6
Di dalam penelitian Gardner, terdapat angka 2,8% dari pasien RSJ yang
berusia 12-18 tahun yang mencoba bunuh diri, dan besar kemungkinan jika dikeadaan
sebenarnya jumlahnya lebih besar dari itu.
Gangguan dalam hubungan remaja dengan orang tua, memang menjadi faktor
psikososial utama dalam gejala bunuh diri pada remaja. Hal tersebut dibuktikan oleh
berbagai penelitian di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa 72% dari kasus
bunuh diri adalah remaja yang tidak tinggal bersama orang tuanya atau orang tuanya
tidak di rumah, 68% kedua orang tua bekerja, 59% orang tuanya menikah sedikitnya
dua kali, dan 83% merasa terasing dari orang tua.7
Gejala bunuh diri di kalangan anak dan remaja di Indonesia nampaknya dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Fenomena ini baru menjadi perhatian publik
sejak 1998. Ketua umum Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait,
menyebutkan penyebab bunuh diri terbanyak adalah urusan putus cinta remaja (8
kasus), frustasi akibat ekonomi (7 kasus), anak yang berasal dari keluarga yang tidak
harmonis (4 kasus), dan masalah sekolah (1 kasus). Kasus anak bunuh diri termuda
6
“[Fatmawati Fadli, et al.] Bunga Rampai Apa Itu Psikopatologi.Pdf,” n.d., 53.
7
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 227-
228.
8
adalah berusia 13 tahun. Tingginya angka bunuh diri anad dan remaja ini tentu sangat
memprihatinkan.8
9
Berorganisasi atau mengikuti kelompok-kelompok seni atau pun yang lainnya,
dapat meningkatkan percara diri remaja dan membantunya dalam membentuk
dan mengembangkan identitasnya. Perlu diingat kepada orang tua, bahwa
prestasi tidak hanya berada dalam ranah akademik. Sehingga penting untuk
orang tua mendukung remaja untuk bersosialisasi dalam bidang yang ia
senangi.9
9
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h.139-
140
10
Dasar teori yang digunakan dalam jenis penanganan ini adalah teori Lapangan
dari Kurt Lewin. Menurutnya, saling memahami peran masing-masing pada
setiap anggota keluarga dapat membantu kesembuhan remaja. Karena seringkali
ditemui antaranggota keluarga memiliki dinding pemisah psikologik. Hal
tesebut ditandai dengan perasaan saling segan, saling gengsi, takut
menyinggung perasaan dan lain sebagainya.
3. Penanganan Kelompok
Pada jenis penanganan ini, konselor biasanya mengumpulkan orang-orang yang
memiliki masalah yang sama dalam satu proses konseling. Konselor atau
psikolog bertugas untuk merangsang aggota terapi kelompok untuk saling
bertukar pikiran, saling memotivasi, saling membantu memecahkan persoalan
dan lain sebagainya.10
Remaja yang mencoba bunuh diri harus diperiksa sebelum diambil keputusan
untuk merawat mereka di rumah sakit atau memulangkan mereka ke rumah. Mereka
yang masuk ke dalam kelompok risiko tinggi harus dirawat di rumah sakit sampai
sikap bunuh diri tidak adalagi. Orang dengan risiko tinggi adalah mereka yang
sebelumnya pernah mencoba bunuh diri, laki-laki yang berusia lebih dari 12 tahun
dengan riwayat perilaku agresif atau penyalahgunaan zat, mereka yang pernah
mencoba bunuh diri dengan cara yang mematikan, seperti dengan senjata atau
menelan zat racun, mereka dengan gangguan depresif berat yang ditandai oleh
menarik diri dari lingkungan sosial, putus asa, dan tidak adanya tenaga. Anak
perempuan yang melakukan usaha bunuh diri dengan cara lain daripada menelan zat
toksij dan tiap orang yang menunjukkan ide bunuh diri yang menetap. Seorang anak
atau remaja dengan ide bunuh diri harus di rawat di rumah sakit jika klinisi memiliki
keraguan tentang kemampaun keluarga untuk mengawasi anak atau bekerja sama
dengan terapi dalam lingkungan rawat jalan. Dalam situasi tersebut, jasa
perlindungan anak dapat dipulangkan.
10
Sarlito Wirawan Sarwono, 235-240.
11
Jika remaja dengan ide bunuh diri melaporkan bahwa mereka tidak lagi ingin
bunuh diri, pemulangan dapat dipertimbangkan hanya jika rencana pemulangan telah
siap. Rencana harus termasuk psikoterapi, farmakoterapi, dan terapi keluarga sesuai
yang diindikasikan. Perjanjian tertulis dengan remaja, yang menjelaskan persetujuan
remaja tersebut untuk tidak terlibat dalam perilaku bunuh diri dan memberikan suatu
alternative jika ide bunuh diri terjadi kembali, harus siap. Di samping itu, perjanjian
follow-up rawat jalan harus dilakukan sebelum pemulangan, dan nomor telepon yang
siap dihubungi 24 jam harus diberikan bagi remaja dan keluarga kalau sewaktu-waktu
ide bunuh diri tampak kembali sebelum terapi dimulai.11
11
Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb, SYNOPSIS OF PSYCHIATRY,
(Jakarta : Binarupa Aksara, 1997). Hal.819-820
12
PENUTUP
KESIMPULAN
Bunuh Diri adalah satu perbuatan tercela dengan menghakimi diri sendiri
secara berlebihan dan ingin mendahului takdir kematian yang ditentukan oleh Allah
SWT. Remaja yang ingin Bunuh Diri adalah ketidakmampuan mereka untuk
mendapatkan pemecahan terhadap suatu masalah dan tidak adanya strategi mengatasi
stressor yang segera. Jadi, sempitnya pilihan yang tersedia untuk menghadapi
percekcokkan keluarga yang rekuren, penolakan, atau kegagalan adalah berperan
dalam pengambilan keputusan untuk melakukan bunuh diri.
Banyak sekali upaya untuk pencegahan pada bunuh diri, tetapi yang sangat
berperan adalah diri kita sendiri bagaimana untuk meningkatkan iman kita kepada
Allah SWT, dan juga peran dari keluarga yang selalu memberikan keharmonisan
dalam keluarga, memberikan edukasi, dan selalu memberikan motivasi hidup kepada
kita agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
2015.
2006).