Anda di halaman 1dari 4

Analisis Bipolar Terhadap Kasus Marshanda

Pada masa perkembangan yang sangat pesat, berbagai tuntutan kehidupan semakin
meningkat juga. Hal ini memunculkan tekanan hidup yang semakin berat terhadap
masyarakat dan menjadi salah satu penyebab masyarakat mengalami stres. Jika tidak mampu
mengontrolnya dengan baik maka akan menimbulkan gangguan kejiwaan, baik itu yang jenis
ringan maupun yang berat. Namun masyarakat secara umum menganggap semua gangguan
kejiwaan adalah sama, padahal gangguan mental memiliki beberapa golongan, diantaranya
adalah bipolar dan schizophrenia. Masih banyak masyarakat yang belum bisa membedakan
kedua gangguan kejiwaan tersebut.

Andriani Marshanda atau yang lebih dikenal sebagai Caca adalah seorang artis, bintang
sinetron, bintang iklan, penyanyi, dan presenter di Indonesia. Sebagai seorang public figure
yang sering menjadi sorotan media, Marshanda seharusnya bisa menjadi teladan dengan
memberikan contoh-contoh perilaku yang baik bagi masyarakat, namun yang terjadi adalah
sebalikannya. Marshanda diidentifikasi mengalami bipolar setelah dia mengunggah video
yang berisi kata-kata kasar yang dia tujukan kepada teman-temannya saat masih duduk di
bangku sekolah dasar. Masyarakat awam menilai bahwa marshanda mengalami gangguan
jiwa berat atau yang lebih dikenal dengan “gila”, padahal kenyataannya bipolar dan gila
merupakan dua hal yang berbeda.

Marshanda sempat menghebohkan dunia hiburan Indonesia dengan beredarnya video yang
diunggah ke sebuah situs berbagi video, youtube. Dalam video tersebut, Marshanda beraksi
dengan menari dan menyanyi di depan kamera yang merekamnya. Video tersebut berisi
kalimat-kalimat negatif serta makian yang ditujukan kepada teman-temannya sewaktu masih
duduk di bangku sekolah dasar (SD). Kalimat-kalimat negatif yang dilontarkan Marshanda
merupakan kejahatan-kejahatan dan perlakuan tidak baik yang diterimanya dari orang-orang
yang disebutkan dalam video itu. Dari kalimat-kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa
Marshanda sering mendapat atau menganggap bahwa teman-temannya saat itu sering
melakukan bullying dan membuat dirinya merasakan kesepian, kesendirian, dan merasa
dimusuhi.

Pada kenyataannya, saat Marshanda masih duduk di bangku SD, dia mengalami suatu
kejadian buruk yang membuatnya sangat terpukul. Orangtuanya bercerai saat ia berumur dua
belas tahun. Menurut teori Psikoanalisa Erikson, atau yang lebih dikenal dengan teori
Psikososial, anak pada umur 5-13 tahun sedang berada pada tahap Grade-Schooler atau masa
sekolah dasar. Di tahap ini, anak-anak terlibat dengan pengalaman-pengalaman yang baru,
mereka mengarahkan energinya dan sangat antusias untuk bisa menguasai berbagai
kemampuan intelektual. Pada tahap ini anak sedang menghadapi krisis psikologi industry vs
inferiority. Industry merupakan keadaan anak yang berhasil melalui tahapan ini dengan baik
dan sangat bersemangat untuk bisa berhasil memiliki keterampilan intelektual. Anak yang
tidak berhasil menyelesaikan tahap ini, akan lebih mengarah pada sikap inferiority. Inferiority
adalah keadaan yang merasa rendah, tidak mampu melakukan kegiatan yang bisa dilakukan
anak sebayanya, sehingga anak akan merasakan kegagalan mendalam yang berdampak pada
kepercayaan dirinya. Erikson juga berpendapat bahwa kegagalan pada tahap ini adalah
keterkucilan (Santrock, 2012). Peristiwa perceraian orangtua Marshanda dialaminya saat dia
berada pada tahap grade-schoole. Berdasarkan teori ini, keadaan buruk tersebut
mengakibatkan Marshanda gagal untuk melalui tahap ini dan membentuk kepribadian
inferiority, kepribadian yang menganggap dirinya rendah. Dengan kepribadian seperti itu,
Marshanda menilai segala perlakuan yang dia terima merupakan perlakuan yang
merendahkan dia sehingga muncullah pemikiran bahwa teman-temannya memusuhi,
menjauhi dan tidak mau berteman dengannya.

Teori ini sesuai dengan teori Beck yang mengatakan bahwa anak yang pada masa kecilnya
mengalami suatu kejadian buruk akan memiliki pandangan buruk terhadap dirinya, dunianya,
dan juga dunianya (Beck, 1967). Marshanda merasa dirinya direndahkan oleh teman-teman
yang dia nilai negatif dan otoriter serta merasa bahwa dirinya dikucilkan sehingga membuat
suatu stereotype bahwa teman-temannya tersebut adalah sosok yang sangat jahat dan seolah
telah melakukan suatu kejahatan yang besar padanya. Hal ini sesuai dengan teori Psikoanalisa
milik Freud mengenai defense mechanism pada bagian projection. Mekanisme pertahanan ini
melibatkan individu yang menghubungkan pikiran atau keadaan yang tidak bisa diterima
dirinya sendir dan menjadikan orang lain sebagai penyebab dari keadaan tersebut (Hock,
2013). Ini menjelaskan bahwa stereotype yang dibentuknya merupakan cara Marshanda
menyalahkan teman-temannya yang membuat dirinya berada dalam keadaan rendah dan
terkucilkan.

Marshanda melampiaskan kekesalannya saat masih SD dengan mengunggah video tersebut


enam tahun yang lalu saat dia berusia dua puluh tahun. Walaupun ada selang waktu yang
sangat lama, dia baru mengungkapkan kekesalannya enam tahun lalu. Hal ini terjadi karena
Marshanda divonis mengidap suatu gangguan mental akibat dari suatu keadaan stres yang
membuat dia berperilaku sangat tidak biasa dan cenderung agresif, dia divonis mengidap
bipolar.

Bipolar adalah keadaan dimana seseorang memiliki mood yang berubah secara ekstrem,
yaitu periode depresi dan periode mania. Faktor utama yang mendominasi penyebab
terjadinya bipolar adalah faktor genetik. Yang diduga dapat menurunkan bipolar adalah
kromosom 4, 6, 12, 13, 15, 18, dan 22 dalam gen (Berretini, 2000). Hal ini menunjukkan gen
mempengaruhi metabolisme serotonin yang menimbulkan bipolar. Gejala yang dapat terlihat
pada orang yang mengidap bipolar pada saat periode mania adalah pengidap bergerak dengan
cepat (lincah), berbicara cepat dan keras, dan dalam berkomunikasi berusaha menyisipkan
lelucon yang menurut orang lain tidak lucu, serta tidak bisa melihat keadaan dan membawa
diri. Bipolar dibedakan menjadi 5 tipe yaitu bipolar I, bipolar II, BP-NOS, Cyclothymic, dan
Rapid-Cycling. Pada bipolar I pengidap akan mengalami perubahan dari mania ke depresi
berat, pada bipolar II pengidap akan mengalami perubahan dari hipomania ke depresi berat,
pada tipe campuran pengidap akan menunjukkan periode mania dan depresi secara
bersamaan, pada Cyclothymic pengidap akan mengalami perubahan hipomania dan depresi
yang terjadi pada periode yang singkat, sedangkan pada Rapid-Cycling pengidap mengalami
empat episode mood (depresi, mania, hipomania, dan campuran) yang terjadi dalam jangka
waktu 12 bulan.
Schizophrenia adalah gangguan psikotik yang memiliki gangguan utama pada pikiran,
emosi, dan perilaku. Yang menjadi penyebabnya antara lain kemungkinan adanya hambatan
pada sinyal-sinyal saraf di berbagai area pada lobus frontalis, terjadi peningkatan rangsangan
yang menyebabkan kadar dopamin pada bagian otak lobus frontalis meningkat secara
berlebihan sehingga terjadi fungsi yang tidak normal, terjadi disfungsi pada sistem limbik
terutama sekeliling hipokampus yang memiliki fungsi sebagai sistem pengatur perilaku.
Gejala yang dimunculkan pada pengidap schizophrenia adalah akan mengalami halusinasi,
delusi, dan disorganisasi kata-kata yang membuatnya terlihat tidak logis dan kacau sehingga
kata-katanya tidak teratur.

Jadi, menurut penulis berdasarkan defenisi, penyebab, dan gejala bipolar dan schizophrenia,
Marshanda menderita gangguan mental bipolar jenis pertama. Bukti lain adalah vakumnya
Marshanda dari dunia musik dari album terakhirnya pada tahun 2006 hingga muncul lagi
dengan album religi yang dia terbitkan pada tahun 2014 (Elmira, 2015). Marshanda juga
vakum dari dunia sinetron yang telah membesarkan namanya dimulai dari tahun 2008 hingga
2012 (Profil Marshanda, n.d.). Dalam periode vakumnya tersebut (2008-2012) Marshanda
mengalami periode mania parah yang merupakan salah satu ciri Bipolar jenis pertama yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk beraktivitas dengan normal. Peristiwa yang dialami
Marshanda bukanlah hal yang diinginkannya, melainkan kondisi kejiwaan yang tidak bisa
dikontrol. Untuk menghindari hal tersebut, perlu dilakukan beberapa cara yang bisa
mengurangi munculnya gangguan itu. Cara yang cukup mudah dilakukan adalah dengan
menghindari stress yang berkepanjangan. Karena stress yang berkepanjangan adalah awal
dari munculnya gejala gangguan mental. Carilah suatu kegiatan yang bisa menyalurkan
perasaan buruk dan bisa membuat merasa lebih baik. Memiliki pola hidup yang sehat, yaitu
dengan olahraga teratur, mengonsumsi makanan yang sehat, menghindari minuman yang
beralkohol, tidak merorok, serta tidur yang cukup.

Beberapa Pendekatan Penanganan Skizofrenia

1. Perawatan Biomedis

Menggunakan obat-obat antipsikotik untuk mengendalikan simtom-simtom psikotik.

2. Penanganan Psikososial

Pendekatan berdasarkan prinsip belajar, seperti system token ekonomi dan pelatihan
ketrampilan social, dapat membantu pasien skizofrenia mengembangkan perilaku yang lebih
adaptif.

3. Rehabilitasi Psikososial

Kelompok-kelompok self-help dan program tempat tinggal yang terstruktur dapat membantu
pasien skizofrenia menyesuaikan diri dengan kehidupan komunitas.

4. Program Intervensi Keluarga


Intervensi keluarga digunakan untuk meningkatkan komunikasi dalam keluarga dan
mengurangi tingkat konflik dan stres keluarga.

Faktor psikososial

- Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang. Penelitian telah
membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam Gangguan perkembangan
bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan psikososial dari pasien
dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan. Stress yang menyertai
episode pertama dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang
bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan
fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan
mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir
perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi
untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor eksternal.

- Faktor kepribadian. Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa gangguan


kepribadian tertentu berhubungan dengan berkembangnya gangguan bipolar I, walaupun
pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisiko untuk dapat berkembang menjadi
depresi mayor atau gangguan bipolar I. Kejadian tiba-tiba yang memicu stress yang kuat
adalah prediktor dari onset episode depresi.

Anda mungkin juga menyukai