Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK PSIKOLOGI EKSPERIMEN

PENGANTAR DAN SEJARAH PSIKOLOGI EKSPERIMEN

Dosen Pengampu : Rachmayati Eka Safitri, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :

Afifa Santrianis (198110110)


Afri Mubaroq (168110019)
Aji Ahmad Zaki (189110074)
Sherina Viola Aryanty (198110127)

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Riau

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengantar dan Sejarah Psikologi
Eksperimen” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Psikologi Eksperimen yang diampu oleh Ibu Rachmayati Eka Safitri, M.Psi.,
Psikolog. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengantar
dan Sejarah Psikologi Eksperimen bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rachmayati Eka Safitri, M.Psi.,
Psikolog, selaku dosen mata kuliah Psikologi Eksperimen yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Terimakasih juga kepada seluruh
anggota yang telah berkontribusi dalam membuat makalah ini sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dikata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 27 Februari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai psikis


seseorang, Psikis sendiri merupakan keadaan jiwa yang bisa dipelajari melalui proses berfikir
atau kognisi, emosi atau afeksi, dan perilaku atau konasi. Beberapa Ilmuan psikologi
menjelaskan bahwa psikologi merupakan sebagai ilmu pengetahuan dimana didalamnya
mempelajari tingkah laku manusia baik sebagai individu ataupun dalam hubunganya dengan
lingkungan dan tingkah laku. Maksudnya adalah tingkah laku yang tampak maupun yang
tidak tampak, baik yang disadari maupun tidak. Sedangkan eksperimen sendiri memiliki
artian sebagai metode dalam ilmu pengetahuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
sementara atau sebagai hipotesa secara ilmiah. Perbedaan dari metode eksperimen dan
metode ilmiah lainnya adalah adanya dilihat dari perlakuan atau manipulasi terhadap subjek
penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana Psikologi sebagai ilmu?

12.2. Bagaimana Eksperimen sebagai metode penelitian dalam psikologi eksperimen?

1.2.3. Apa pengertian psikologi eksperimen?

1.2.4. Bagaimana sejarah psikologi eksperimen?

1.2.5. Apa ciri-ciri dan tujuan penelitian psikologi eksperimen?

1.3 Tujuan

1.3.1. Memahami psikologi sebagai ilmu

1.3.2. Memahami eksperimen sebagai metode penelitian dalam psikologi eksperimen

1.3.3. Memahami pengertian psikologi eksperimen

1.3.4 Mengetahui sejarah psikologi eksperimen

1.3.5. Memahami ciri-ciri dan tujuan penelitian psikologi eksperimen


BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Psikologi sebagai Ilmu

Istilah pskologi berasal dari bahasa yunani,psyche dan logos. Pscyche diartikan
sebagai jiwa sedangkan logos dapat diartikan sebagai studi tentang suatu objek atau subjek
sehingga psikologi diartikan sebagai studi tentang jiwa. Sejalan dengan perkembangan
penelitian, istilah psikologi juga bergeser menjadi ilmu tentang pikiran. Hal itu menjadi dasar
penelitian bagi para peneliti pada abad 18.

Para ahli menyebutkan bahwa untuk dinyatakan sebagai ilmu harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

1) Mempunyai objek tertentu;

2) Mempunyai metode tertentu;

3) Tersusun secara sistematis;

4) Bersifat universal.

Pada awalnya psikologi dianggap sebagai pseudosciencekarena belum ada bukti


bukti empiris yang menunjukkan bahwa psikologi bersifat ilmiah. Menurut para ahli, suatu
bidang keilmuan dianggap ilmiah apabila memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Kaidah ilmu
pengetahuan tersebut diantaranya adalah dapat dilakukan penelitian secara berulang dengan
metode yang sama dan hasilnya relatif tidak berbeda.

Pengakuan psikologi bahwa sebagai ilmu pengetahuan baru muncul sekitar abad 19
atau beberapa waktu sebelum psikologi berdiri sendiri dan terlepas dari filsafat. Psikologi
sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang ilmiah secara gradual. Sebagai penanda bahwa
psikologi diakui keilmiahan adalah berdirinya labolatorium psikologi pertama didunia.
Labolatorium itu dibangun oleh Wilhelm Wundt pada tahun 1879, di Lepzig. Meskipun
labolatoriumnya baru dibangun pada tahun 1879, namun Wundt sudah melakukan penelitian-
penelitian eksperimen sebelumnya. Pada tahun 1862 wundt menemukan fakta bahwa manusia
membutuhkan waktu 1/10 detik untuk mengalihkan perhatian dari satu objek ke objek
lainnya. Penelitian tahun 1862 inilah yang kemudian memunculkan istilah selective attention.
Kerja Wundt dalam bidang persepsi ini kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya. Seperti
Herman Ebbinghus dan Oswald Kulpe. Semuanya tetap menggunakan metode
eksperimentasi, walaupun mereka berbeda pendapat dalam beberapa hal dengan Wundt.

Salah satu murid Wundt yang kemudian mengembangkan di Amerika adalah


Edward Titehener mulai tahun 1892. Edward Titehener merupakan orang inggris yang
migrasi ke Amerika yang selanjutnya mengembangkan penelitian-penelitian tentang
psikologi dan melahirkan aliran strukturalisme. Strukturalisme adalah salah satu pendekatan
dalam psikologi yang digunakan untuk menjabarkan tentang kesadran berdasarkan pada
elemen-elemen dasar yang terdapat didalam kesadaran terdiri atas sensasi, perasaan, imej,
persepsi, koordinasi visual motorik, konsentrasi, perhatian dan fungsi indera. (Weiten, 2008).

Sejarah

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang.
Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani Kuno. Psikologi memiliki akar dari
bidang ilmu filsafat yang diprakarsai sejak zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu
untuk kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang
mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu
setiap makhluk hidup memiliki jiwa. Sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan
intelektual di Eropa, namun mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

Metode

Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri telah menggunakan metode
ilmiah dalam cara kerjanya, antara lain mengumpulkan data dan informasi serta mengambil
kesimpulan. Metode ilmiah adalah tata cara kerja yang dilakukan secara sistematis dan
menggunakan metode yang tepat dalam memperoleh data dan informasi yang diperlukan
sebagai suatu ilmu pengetahuan.

2.2 Eksperimen sebagai Metode Penelitian dalam Psikologi

Dalam metode penelitian psikologi terdapat beberapa metode dan berdasarkan sifat
permasalahannya, penelitian diklasifikasikan ke dalam tujuh jenis yaitu: penelitian deskriptif,
penelitian perkembangan, penelitian kasus dan penelitian lapangan, penelitian korelasional,
penelitian kausal-komparatif, penelitian eksperimental, dan penelitian tindakan. Salah
satunya penelitian eksperimental, yaitu penelitian yang seringkali digunakan dalam psikologi.
Penelitian eksperimental meneliti hubungan sebabakibat dan bukan hanya meneliti hubungan
antar variabel. Ini artinya bahwa penelitian eksperimental meneliti hubungan kausal (cause-
effect relationship) antara variabel bebas dan variabel terikat.

Sebuah permasalahan dapat diteliti secara eksperimental dan non-eksperimental.


Sebagai permisalan untuk meneliti ‘apakah strategi pembelajaran-aktif menyebabkan prestasi
belajar siswa meningkat?’ Jika menggunakan penelitian eksperimental, maka dilakukan
dengan cara: guru menerapkan strategi pembelajaran-aktif kepada kelas tertentu dan dalam
mata pelajaran tertentu, kemudian dilihat apakah prestasi belajarnya meningkat. Sebaliknya,
dalam penelitian noneksperimental, untuk mengetahui hubungan sebabakibat tadi dilakukan
dengan cara mencari siswasiswa yang berprestasi tinggi, dan dicari tahu apakah yang
menyebabkan mereka berprestasi tinggi dalam mata pelajaran tertentu dan kelas tertentu.

2.3. Pengertian Psikologi Eksperimen

Psikologi eksperimen adalah salah satu cabang ilmu psikologi diranah psikologi
modern yang memfokuskan metode eksperimen sebagai alat dalam penelitian. Konsep dasar
psikologi eksperimen adalah melakukan metode ilmiah dalam penelitian psikologi, artinya
dalam melakukan eksperimen ini kita dituntut untuk melakukannya secara terkontrol,
sistematis dan kritis melihat fenomena yang terjadi serta didasari oleh teori dan hipotesis.

Menurut beberapa ahli psikologi, psikologi eksperimen akan sangat membantu


mengembangkan ilmu psikologi itu sendiri melalui penerapan metode penelitian eksperimen.
Maka, dengan kata lain, psikologi eksperimen akan sangat membantu untuk merinci,
menjabarkan, menjelaskan, meramalkan, hingga mengendalikan dengan cukup akurat proses-
proses yang dialami melalui tindakan nyata dan logis.

2.4. Sejarah Psikologi Eksperimen

Pada zaman dahulu, ilmu psikologi lebih condong pada bahasan-bahasan yang
didasarkan pada filsafat dan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya psikologis. Belum ada pola
pikir intelektual yang membahas secara lebih terstruktur tentang ilmu psikologi.

Akibatnya, belum ada pembahasan yang lebih jauh mengenai psikologi saat baru
dimulai dan juga siapa yang bertanggung jawab terhadap pembahasan tersebut.Karena hal ini
pula para filsuf saat itu berpikir bahwa ilmu psikologi tidak akan menjadi ilmu pengetahuan
karena baragam aktivitas dan pemikiran yang ada di dalamnya tidak bisa diukur
menggunakan alat ukur apapun. Artinya, ilmu psikologi dianggap tidak bisa bersifat objektif
sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya.

Namun, hal ini mulai berubah sejak tahun 80-an dimana mulai ada banyak kajian di
bidang psikofisik dan intelegensi yang membuat banyak ahli psikologi meyakini bahwa ilmu
psikologi bisa menjadi ilmu pengetahuan yang mandiri. Salah satu tokoh yang sangat
berperan dalam ilmu psikologi adalah Wilhelm Wunndt yang juga dikenal sebagai bapak
psikologi eksperimen.

Beliau merupakan kelahiran Jerman, 16 Agustus 1832 dan pernah menempuh


pendidikan ilmu kedokteran saat beliau berusia 19 tahun. Selanjutnya beliau juga pernah
mengajar ilmu fisiologis hingga pada tahu 1867 beliau mendedikasikan perhatiannya dalam
kajian tentang hubungan ilmu fisiologis dan psikologis. Beliau pun berhasil menjadi
professor dalam ilmu filsafat serta menelurkan banyak sekali karya dalam kurun waktu
kurang lebih 45 tahun. Salah satu pencapaian terbesar beliau adalah beliau mendirikan
laboratorium pertama di dunia dalam bidang ilmu psikologi. Di laboratorium tersebut beliau
menjelaskan tentang apa yang selama ini dikenal dengan istilah pengertian, persepsi dan
sensasi yang menjadi tonggak sejarah ditetapkannya ilmu psikologi menjadi ilmu
pengetahuan yang mandiri dan lepas dari ilmu filsafat seperti sebelumnya.

Selanjutnya, psikologi ekperimen sendiri dikembangkan oleh George Ladd Trumbul


yang merupakan pelopor berdirinya laboratorium di Universitas Yale pada tahun 1879.
Beliau pun mengeluarkan buku berjudul ‘Elemen Psikologis Fisiologis’ di tahun 1877 yang
mendiskusikan psikologi eksperimen di dalamnya karena pada saat itu psikologi
eksperimental masih belum banyak berkembang.

Psikologi eksperimen ini menjadi salah satu pengaplikasian dalam ilmu pengetahuan
yang berfungsi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sementara dalam penelitian.Di
pertengahan abad ke 20, psikologi eksperimen mengalami perubahan arti menjadi lebih luas
sebagai disiplin ilmu, sehingga memiliki ukuran dan sub-ilmu yang lebih banyak lagi.

Selanjutnya terdapat Sekolah Wurzburg, yang didirikan sekelompok psikolog yang


dipimpin Oscar Kulpe yang menjadikannya sebagai landasan dari sejarah psikologi
eksperimental. Para ahli psikologi ini menyediakan berbagai macam ide-ide alternatif yang
mana sebelumnya telah diputuskan oleh Edward dan Wilhelm Wundth. Saat itu, fokus utama
dari studi yang mereka jalankan adalah tentang operasi mental.

Selanjutnya psikologi eksperimental dikembangkan oleh George Ladd Trumbul,


yang mana merupakan pendiri laboraturium di Universitas Yale (tahun 1879). Kemudian
pada tahun 1877, ladd menulis buku “Elemen Psikologis Fisiologis”, buku teks Amerika yang
pertama dan ekstensif karena mendiskusikan psikologi eksperimental di dalamnya. Hal ini
dikarenakan aliran psikologi eksperimental belumlah dikembangkan secara luas.

Fungsi eksperimen sendiri menjadi salah satu contoh di dalam ilmu pengetahuan
yang digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sementara ataupun
hipotesis ilmiah. Berbeda dengan metode eksperimental ataupun metode lainnya, terdapat
perlakuan pada subjek penelitian. Di pertengahan abad ke-20 ini, istilah mengenai psikologi
eksperimental telah berpindah ke dalam ati yang lebih luas sebagai ilmu disiplin yang
pertumbuhan di dalam ukuran serta jumlah sub ilmu disiplin.

Psikologi eksperimental menggunakan beragam metode namun tidak membatasi


ilmunya dalam pendekatan eksperimen yang ketat. Hal ini dikarenakan perkembangan dari
sebagian filsafat ilmu pengetahuan memiliki dapak pada prestise ekslusig eskperimen.
Sedangkan metode eksperimen saat ini lebih banyak digunakan dalam ilmu-ilmu lainnya
seperti psikologis perkembangan sosial, bukan menjadi bagian dari psikologi eksperimental.

2.5. Ciri – ciri dan Tujuan Penelitian Psikologi Eksperimen

Ada 5 ciri yang melekat pada eksperimen :

1. Adanya manipulasi (pemberian perlakuan tertentu)

Manipulasi yaitu kegiatan peneliti dalam memberikan perlakuan kepada subjek


eksperimen. Manipulasi bisa hanya dilakukan pada satu variabel bebas atau lebih. Jika
variabel bebasnya hanya satu, maka VI itu harus bisa dimanipulasi. Tapi jika variabel
bebasnya dua atau lebih, maka cukup atau minimal memanipulasi satu VI saja. Variabel pada
diri manusia tidak semuanya bisa dimanipulasi, ada variabel-variabel tertentu yang sifatnya
given sepertiagama. Ada 3 jenis eksperimen :

a. Menciptakan. Sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Misalnya penelitian mengenai motif
berprestasi dengan prestasi belajar. Awalnya subjek tidak punya motif untuk berprestasi,
kemudian subjek diberi reward berupa hadiah jika nilainya bagus. Dari sini timbullah motif
yang semula tidak ada.
b. Mengubah yang sudah ada. Misalnya dengan mengubah lingkungan fisik, subjek belajar
pada ruangan dengan cat yang kusam. Setelah satu semester prestasinya biasa saja. Peneliti
memanipulasi dengan mengubah cat menjadi berwarna hitam agar prestasinya meningkat,
tapi hasilnya prestasi subjek turun. Kemudian cat diubah menjadi warna cerah, hasilnya
prestasi subjek meningkat.

c. Menimbulkan (Induce). Sesuatu yang sebelumnya sudah ada, tapi sifatnya statik.
Manipulasi dengan cara menimbulkan berkaitan dengan emosi. Misalnya penelitian mengenai
pengaruh rasa takut (sebagai VI, maka harus dimunculkan) terhadap prestasi belajar. Rasa
takut tidak selalu ada, tapi dalam penelitian karena rasa takut adalah VI maka harus
dimunculkan, misalnya dengan didengarkan suara-suara setan. Sebenarnya rasa takut sudah
ada tapi dalam keadaan normal sifatnya statik.

2.Adanya control

Kontrol adalah upaya peneliti untuk mencegah pencemaran pengaruh VI terhadap


VD (VD adalah variabel yang variasinya dipengaruhi oleh banyak VI). Ada 6 cara melakukan
kontrol :

a. Eliminasi, artinya keberadaannya dihilangkan. VI atau variabel sekunder lain yang secara
teoritik mempengaruhi VD tapi tidak dilibatkan dalam penelitian, untuk mengontrol VI lain
harus dihilangkan. Eliminasi lingkungan misalnya dengan lingkungan.

b. Konstansi, dengan dibuat sama atau konstan sehingga variasinya hilang. supaya VI tidak
mempengaruhi VD maka dibuat sama (dibuat tidak punya variasi). Konstansi bisa melalui
karakteristik subjek dan kondisi (lingkungan).

Contoh konstansi melalui kondisi (lingkungan) dimana kondisi pelaksanaan eksperimen


harus sama, misalnya prestasi belajar yang dipengaruhi metode belajar A (dengan kipas
angin) dan metode belajar B (tanpa kipas angin) sebagai VI nya. Suasananya pasti berbeda
antara metode belajar A dengan metode belajar B, maka lingkungan tersebut harus disamakan
yaitu sama-sama dinyalakan kipas anginnya.

Contoh konstansi melalui karakteristik subjek misalnya produktivitas karyawan yang


dipengaruhi oleh tata ruang kantor dan gaji sebagai VI nya. Jika peneliti ingin mengetahui
pengaruh tata ruang kantor terhadap produktivitas karyawan, maka variabel gaji dikontrol,
sehingga subjek adalah karyawan dengan gaji yang sama.

c.VI kedua, jika ada VI yang tidak bisa dikontrol.

d. Kontrol statistik, tidak berkitan dengan kontrol variabel lingkungan maupun variabel di
dalam individu. Kontrol statistik lebih ditujukan kepada bahwa analisis yang dilakukan
adalah analisis yang terbaik. Dalam eksperimen, analisis statistik yang digunakan adalah
analisis statistik komparatif seperti uji T dan anava. Di dalam anakova pengaruh variabel
sekunder diperhitungkan.
e. Counter balancy. Kontrol berupa counter balancy dilakukan bila manipulasi yang
dilakukan berupa manipulasi yang repetitif (ada pengulangan) dan atau varian variatif. Misal
lima orang subjek diberikan perlakuan yang sama berupa AAA BBB. Di sini ada
pengulangan dan variasi. Jadi yang berpengaruh pada VD adalah yang perlakuan A atau B?
Maka dilakukan couter balancy dan dibalik menjadi BBB AAA. Kerugian cara ini adalah
pertanyaan tentang pengaruh perlakuan masing-masing individu pada VD selalu muncul,
sehingga selalu menimbulkan pertanyaan terus, maka dibuat balancy kelompok. Subjek 1 dan
2 diberi perlakuan AAA BBB, sedangkan subjek 4 dan 5 diberi perlakuan BBB AAA.

3. Observasi, yaitu mengenai pengukuran

4. Adanya kausalitas (sebab-akibat)

Kausalitas adalah hubungan-hubungan sebab-akibat antar-variabelyang dapat


disederhanakan dalam pola-pola tertentu berdasarkan munculnya satu gejala atas gejala yang
lain. Kausalitas dapat dicermati dengan :

a. Causative condition merupakan hubungan sebab akibat yang tidak bersifat necessity
maupun sufficient, tetapi suatu unsur memberi kontribusi bagi munculnya kejadian tertentu.
Misalnya perilaku anak merokok dapat disebabkan oleh usia anak, perilaku merokok orang
tuanya, temannya yang merokok, serta konsistensi penerapan perilaku disiplin oleh orang tua
yang merupakan causative factor bagi anak untuk merokok.

b. Atensedent yaitu suatu peristiwa yang mendahului peristiwa yang lain tapi tidak selalu
menjadi penyebab.

c. Kovariasi temporal yaitu bahwa dua peristiwa atau perilaku yang berubah atau bervariasi
dalam ruang atau waktu yang sama. Misalnya ruang kuliah yang terang dan ber AC akan
terasa sangat nyaman, tapi bila tiba-tiba AC dimatikan dan ruangan menjadi gelap maka
mahasiswa akan berteriak.

d. Necessity yaitu kondisi yang harus ada supaya muncul perubahan perilaku. Persyaratan
minimal harus ada supaya terjadi perubahan perilaku, meskipun belum tentu mencukupi.
Misalnya supaya dapat menulis buku harus mempunyai kertas (syarat minimal).

e.Sufficient yaitu kondisi yang tidak harus ada tapi mencukupi untuk terjadinya perubahan
perilaku pada suatu peristiwa. Misalnya upaya untuk meningkatkan prestasi belajar
mahasiswa. Necessity atau syarat minimalnya yaitu kecerdasan atau IQ yang relatif stabil.
Sedangkan sufficient-nya yaitu dengan metode pembelajaran yang dikembangkan seperti
KBK. Metode belajar digunakan sebagai sufficient untuk merubah perilaku.

f. Necessity dan Sufficient. Misalnya untuk mengubah perilaku,hadiah (sufficient) dan


hukuman (Necessity) dapat digabungkan. Meskipun sebenarnya keduanya bisa berdiri
sendiri.
5. Adanya randomisasi, yaitu pengelompokan subjek ke dalam kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Randomisasi bisa menjadi karakteristik eksperimen sendiri. Ada dua
jenis randomisasi yaitu :

a. Random Assignment (RA) yaitu randomisasi terhadap subjek menjadi kelompok dalam
penelitian eksperimen, minimal ada kelompok eksperimen yang diberi manipulasi dan ada
kelompok kontrol yang tidak dimanipulasi. Random ini untuk menentukan subjek mana yang
masuk kelompok eksperimen dan subjek mana yang kelompok kontrol, tapi kelompok subjek
belum diberi nama, mana yang kelompok kontrol dan kelompok mana yang kelompok
eksperimen.

b.Random Treatment (RT) yaitu pembagian secara random treatment atau perlakuan kepada
kelompok subjek yang sudah terbentuk.

Misalnya dari 50 orang subjek dirandom ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok


sepuluh subjek. Jadi RA hanya sampai pada pengelompokan subjek saja. Sedangkan RT
untuk membagi secara random mana kelompok kontrol dan mana kelompok eksperimen
untuk kemudian diberikan perlakuan.

Tujuan Penelitian Eksperimen

Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan
tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang
menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran
dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi
matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh
perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional.
BAB III

KESIMPULAN
Psikologi eksperimen merupakan salah salah satu cabang ilmu psikologi diranah
psikologi modern yang memfokuskan metode eksperimen sebagai alat dalam penelitian.
Dalam penelitian eksperimental memiliki lima ciri yaitu, adanya manipulasi (pemberian
perlakuan tertentu), adanya kontrol, observasi, yaitu mengenai pengukuran, adanya kausalitas
(sebab-akibat), adanya randomisasi. Penelitian eksperimen juga memiliki tujuan untuk
meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu
dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Prastisti, Wiwien Dinar. .Psikologi Eksperimen : Konsep, Teori, dan Aplikasi. :UMM Press

http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/04/psikologi-eksperimen-ciri-ciri-metode.html?
m=1. Diakses pada 28 Februari 2021 pukul 18.46

http://digilib.uin-suka.ac.id/20915/1/Metode%20Penelitian%20Psikologi_Watermark.pdf .
Diakses pada 28 Februari 2021 pukul 21.02

Anda mungkin juga menyukai