Anda di halaman 1dari 5

Rancangan Observasi

Syarat Observasi Sebagai Metode Ilmiah :

1. Observasi harus dipergunakan dan dirumuskan menurut tujuan-tujuan penelitian tertentu


(ada kerangka teori tertentu, ada perumusan masalah ada teknik-teknik tertentu).
2. Harus direncanakan secara sistematis.
3. Observasi harus dicatat secara sistematis sehingga hasilnya dapat dianalisis dan
diintepretasi.
4. Observasi harus dapat diperiksa/ulang kembali (terutama validitas dan reliabilitasnya).
5. Observer harus objektif.
6. Observer harus dapat memisahkan antara fakta dengan interpretasi (penafsiran).
7. Observer harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang apa yang akan diobservasi.
8. Observer harus memiliki kualitas pribadi seperti sabar, toleran, menyenangi tugas,
mampu bekerja dalam waktu yang lama, mampu mengatasi perasaan, mempunyai rasa
ingin tahu dan mudah menyesuaikan diri.

Tahap Merancang Observasi

1. Tentukan Tujuan Observasi


Penentuan tujuan observasi : What – Where – When – How
a. What : Perilaku apa yang akan diobservasi
Perilaku meliputi verbal dan non-verbal
- Tingkah laku verbal : berupa ungkapan kata
- Tingkah laku nonverbal : meliputi tingkah laku statis dan dinamis
 Tingkah laku statis (status present) adalah tingkah laku yang tidak
mengalami perubahan dari waktu ke waktu dengan cepat
Contoh : keadaan fisik (bentuk, perawakan, proporsi tubuh), suara
(warna/karakteristik suara) dan performance (cara berpakaian, make up, cara
menata rambut, dsb).
 Tingkah laku dinamis adalah yang berubah dari waktu ke waktu
Conto : ekspresi wajah, gerakan tubuh, gesture, jarak, nada suara (tekanan,
volume) dan nada bicara (ritme).

Terkait What, ada 2 prosedur yang dapat dilakukan


 Event Sampling
- Mencatat tingkah laku spesifik target perilaku
- Mencatat event yang terjadi selama periode observasi
- Event/kejadian menjadi titik sentral
- Event : setiap kejadian yang terjadi di suatu tempat di dunia nyata
- Event mencakup perilaku tertentu yang dapat dimasukkan ke dalam kategori
tertentu
- Jadi dalam event sampling kita harus menentukan tingkah laku (spesifik) apa
yang dapat dimasukkan ke dalam event tersebut.
Contoh target perilaku : Perilaku Bertengkar
Perilaku spesifik :
- Adanya suara keras teriakan
- Adanya ekspresi wajah (mata melotot, muka merah)
- Adanya tindakan melawan saat barang miliknya direbut
- Adanya tindakan menunjuk muka lawan bicara
Catatan : Perilaku spesifik dapat dibuat berdasarkan karakteristik/ciri target
perilaku.
 Time Sampling
- Disebut juga interval sampling/recording
- Fokus pada : aspek tingkah laku yang dipilih yang terjadi dalam interval
waktu tertentu
- Periode observasi dibagi-bagi dalam segmen-segmen yang lebih kecil, yaitu
5-30 detik, tergantung pada panjangnya waktu observasi
- Kemudian observer men-tally ada atau tidak adanya target perilaku pada
setiap interval perilaku.

b. Where : Dimana observasi berlangsung


Berkaitan dengan situasi dan setting.
1. Field setting/natural setting  situasi alamiah, di lapangan dalam kehidupan
sehari-hari atau dalam tingkah laku yang wajar.
2. Contrived/Simulated Setting  level control tidak terlalu ketat.
3. Laboratory setting  pengontrolan ketat, observer dapat memengaruhi apa saja
yang akan diobservasi.
4. Movie setting

c. When: Kapan waktu observasi dilakukan dan waktu pencatatan


- Waktu observasi dilakukan, misalnya: Siang, malam, setiap setengah jam, setiap
jam 10.00 wib, dsb.
- Waktu Pencatatan :
 Pencatatan langsung (immediate recording) : segera setelah pengamatan
berlangsung
 Pencatatan tidak langsung (retrospective recording) : dilakukan setelah
observasi selesai  hati-hati dengan faktor lupa.

d. How: bagaimana gejala ini diamati


- Bagaimana pengamatan dilaksanakan : Observasi partisipan atau Observasi non
partisipan
- Bagaimana observer mencatat data yang dikumpulkan : Behavior tallying,
Frekuensi, Durasi, Checklist, Rating scale, Participant chart, Anecdoctal record,
Narrative description, atau Diary description.
2. Mendefinisikan target perilaku
 Harus didefinisikan secara: Objektif, jelas, dan kalimat yang lengkap
 Definisi harus mampu membuat observer menyadari kapan perilaku tersebut
muncul.
 Definisi juga harus mampu membedakan target perilaku dengan perilaku lain.
Contoh
- Target perilaku : Menangis
Definisi : suara yang cukup kencang terdengar dan tidak melibatkan kata-kata
yang dapat dikenali
- Target perilaku : Berbagi
Definisi : memberikan mainan ke teman, mengizinkan teman duduk di karpet
yang sama, memberikan permen ke teman.

3. Melakukan Observasi secara Berurutan (sequencing)


Langkah Observasi :
 Melakukan studi pendahuluan/pilot study
Manfaat penerapan studi pendahuluan :
- Memberikan observer kesempatan untuk mengamati perilaku potensial
penting yang lain  Selain perilaku yang sudah kita duga akan muncul,
mungkin juga akan muncul perilaku penting lain yang belum kita duga
sebelumnya.
- Menempatkan masalah perilaku pada konteks perilaku lain, misalnya :
Perilaku bermain menjadi bermasalah jika muncul dalam konteks perilaku
belajar.
- Memungkinkan observer untuk mengevaluasi perilaku individu dengan
merujuk pada perilaku individu lain pada setting yang sama  Apakah
individu lain juga melakukan perilaku yang sama (misal perilaku tidak
memperhatikan guru). Jangan-jangan bukan hanya individu tersebut yang
tidak memperhatikan guru, tapi semua anak di kelas.
 Melakukan observasi yang sesungguhnya.

4. Metode Pencatatan Observasi


a. Narrative Recording
- Tujuan : Membuat deskripsi perilaku yang kaya dan komprehensi
- Observer : Dapat dilakukan oleh observer terlatih, orang tua, saudara, atau
bahkan anak
- Disebut juga anecdoctal recording, ketika observer mencatat hal apapun yang
tampaknya perlu untuk diperhatikan
- Tidak membutuhkan kerangka waktu
- Bersifat lebih kualitatif, namun dapat juga menyajikan data kuantitatif seperti
berapa kali perilaku muncul, selain itu hasil juga dapat dikoding lalu
ditentukan kategori-kategori yang bervariasi.
- Narrative Recording harus dapat dibaca seperti cerita pendek; menceritakan
tentang apa, kenapa, dan bagaimana perilaku dapat muncul; juga menceritakan
lingkungan apa, yang dapat meningkatkan dan menurunkan munculnya
perilaku.  Sehingga, pada uraiannya harus ada : Tingkah laku target,
konteks, dan rangkaian terjadinya perilaku.

b. Interval Recording  Paling cocok digunakan di laboratorium


Disebut juga :
• Time Sampling
• Interval Sampling
• Interval Time Sampling

 Time Sampling  Merujuk pada prosedur di mana pengamatan singkat


dilakukan pada waktu yang ditentukan. Contoh : pada siang hari atau pada
waktu acak/random.
• Syarat : perilaku merupakan tindakan berfrekuensi sedang s/d tinggi.
 Interval Sampling  Merujuk pada suatu prosedur dalam suatu periode
pengamatan khusus. Contoh : 1 periode 15-30 menit pencatatan dibagi
menjadi sejumlah segmen/interval tertentu (5-30 detik per segmen).

Interval Recording berguna untuk mengamati perilaku yang terbuka, yang tidak
memiliki awal dan akhir, dan itu terjadi dengan frekuensi sedang, seperti setiap
10 hingga 15 detik sekali.
Contohnya membaca, bekerja, duduk, menyentuh benda, berbicara kasar,
berbicara dengan tepat, berteriak, memukul, bermain dengan mainan, membuat
suara, tersenyum, berbaring, dan mengisap jempol.

c. Event Recording
Disebut sebagai event sampling : Perilaku atau peristiwa tertentu yang terjadi
selama periode pengamatan dicatat. Juga merekam perilaku sampel.
 Memberikan catatan temporal yang berkelanjutan dari perilaku yang diamati.
 Sangat tepat untuk mengukur perilaku yang memiliki awal dan akhir yang
jelas.
 Kurang cocok untuk perilaku berfrekuensi tinggi atau untuk perilaku yang
bervariasi dalam durasinya.
 Sangat berguna untuk pengamatan terkontrol dan studi laboratorium.

Contoh perilaku yang punya awal dan akhir yang jelas (cocok untuk event
recording) : mengeja kata dengan benar, menyelesaikan masalah, membuat
respons sosial (misalnya, mengatakan "Halo" atau berbagi mainan), menarik
pakaian, bertindak agresif, keluar dari kursi, menggunakan kata-kata kotor,
toileting, makan, mengajukan pertanyaan, mengalami kejang, membuat
kesalahan bicara, atau terlambat ke kelas.
Perilaku yang berfrekuensi dan bervariasi tinggi (tidak cocok untuk event
recording) : Bertepuktangan, bergoyang, menyetakkan kepala, tangan dan kaki
secara cepat, berlari, mengetuk benda,atau interaksi yang agresif.
Beda Event dan Interval Recording :
Event Recording unitnya adalah target perilaku yang sudah ditentukan
sebelumnya, sedangkan Interval Recording unitnya adalah segmen/interval
pencatatan.

d. Rating Recording
 Metode pemeringkatan
 Perilaku dinilai berdasarkan skala atau checklist
 Dilakukan di akhir periode dari pengamatan
 Melibatkan subjektivitas observer yang paling tinggi dibandingkan dengan
teknik pencatatan observasi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai