OBSERVASI
2019
PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS)
DISUSUN OLEH:
1. Maharani Ardi Putri, MSi.Psikolog
2. Endro Puspo Wiroko, MSi. Psikolog DIGUNAKAN TERBATAS
3. Dra. Diennyarti Tjokroprihatono, M.Psi. PADA FAKULTAS
4. Dinda Aisha M.Psi. PSIKOLOGI UP
5. Dentia Kusmanto, M.Psi
BAGIAN I
DEFINISI
The selection, provocation, recording and encoding of that set of behaviors and settings concerning
organisms ‘in situ’ which is consistent with empirical aims (Weick, 1968)
▸ Selection: observer memilih perilaku yang akan dijadikan fokus observasi dan tidak
mengobservasi keseluruhan kegiatan. Data apa yang harus dicatat dan kesimpulan dari data
tsb.
▸ Recording: pencatatan dilakukan tanpa memberikan penilaian. Mencatat hasil berupa catatan
lapangan, sistem kategori, film, dll.
▸ Set of behaviors and setting of organismsadalah observasi dapat difokuskan pada satu
perilaku di berbagai setting atau sebaliknya pada beberapa perilaku di satu setting. Observasi
berbagai macam perilaku, setting dan berbagai macam alat ukur
▸ In situ adalah situasi dimana organisme berada dalam lingkungan alamiahnya. Situasi yang
telah dikenal dengan baik oleh partisipan dan ia menghabiskan sebagian besar waktunya
tersebut disana.
Observers, then, must be photographers of phenomena. Their observations must accurately represent
nature. We must observe without preconceived idea, the observer’s mind must be passive; it listen to
nature and write at nature’s dictation (Claude Bernard)
FUNGSI
1. Memperoleh gambaran perilaku secara utuh dan menyeluruh
1|Page
▪ Memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kehidupan sosial, termasuk
perilaku antarpribadi dan gaya belajar (learning style)
▪ Adanya standart verifikasi mengenai ketepatan laporan, misalnya dari guru, orang tua
tentang perilaku individu
▪ Alat utama untuk meneliti perilaku populasi yang tidak dapat menyampaikan
informasi mengenai dirinya sendiri
2. Mengarahkan penelitian
▪ Mendorong arah baru dan pembaharuan dalam riset sosial, misalnya dalam studi
untuk membangun hipotesis (hypothesis-generating studies)
▪ Pengembangan instrumen untuk pengumpulan data yang lebih baik karena adanya
pemahaman kontekstual yang utuh menenai perilaku
➢ Pengamat memiliki ruang untuk gagasan-gagasan baru berdasarkan data yang didapat di
lapangan
➢ Sebagai sumber data alternatif yang memungkinkan peneliti melakukan cek silang data secara
berkualitas atau triangulasi
➢ Cara mengatasi:
➢ Membentuk tim pengamat yang sebaiknya terdiri atas kelompok usia dan gender yang
beragam.
➢ Penjelasan menggunakan analisis induktif, sehingga memiliki alur logika yang jelas.
➢ Cara mengatasi:
➢ Peneliti harus memperhatikan 2 variabel yang sangat pokok yaitu “waktu” dan
“tempat” agar hasil yang didapat lebih konsisten.
JENIS OBSERVASI
A. Derajat intervensi yang dilakukan
▪ Tujuan utama: deskripsi perilaku seperti yang terjadi untuk menyelidiki hubungan antara
variabel-variabel yang ada.
▪ Asumsi dasar: ada aspek-aspek dari perilaku manusia yang tidak dapat dikontrol karena
mempertimbangkan faktor moral atau kode etik.
▪ Tujuan utama: Menyelidiki batas respons organisme dengan mengubah kualitas stimulus
secara sistematis, mengontrol antecedent events yang penting supaya consequent
behaviors dapat diobservasi secara akurat, dan memanipulasi satu atau lebih IV untuk
membandingkan efeknya pada perilaku.
▪ Asumsi dasar: ada aspek-aspek dari perilaku yang jarang terjadi secara alamiah, atau hanya
terjadi dalam kondisi yang sulit diobservasi (tidak ada akses untuk melakukan observasi
ilmiah pada kejadian itu).
▪ Peran observer: recorder yang aktif memanipulasi kejadian guna memunculkan variasi
perilaku yang hendak diobservasi.
▪ Metode:
3|Page
iii. Dapat dilakukan dalam dua cara:
❖ disguised yaitu, peran dan keberadaan observer tidak diketahui oleh subjek
❖ undisguised yaitu, subjek mengetahui peran dan keberadaan observer untuk
mengumpulkan informasi mengenai perilaku mereka. Umumnya digunakan dalam
penelitian antropologi, untuk memahami budaya setempat dan perilaku kelompok.
❖ Metode ini merupakan kompromi antara observasi naturalistik non intervensi (pasif)
dan manipulasi IV secara sistematik yang melibatkan kontrol ketat a la laboratory
experiment.
❖ Dapat dilakukan dalam setting alamiah atau laboratorium, penting untuk pengujian
hipotesis.
i. Systematic Observation
Sustained: berkesinambungan.
4|Page
➢ “observe behavior in natural or specially designed settings, record & classify each
behavior objectively as it occurs or shortly thereafter, ensure that the obtained data are
reliable and valid, and convert the data into quantitative information.”
a. Tujuan
b. Fokus
➢ Jarang membuat formal records tentang hal yang diobservasi, hanya mengandalkan
memori → seberapa jauh memori dapat diandalkan?
i. Pencatatan menyeluruh
“Observer dapat memberi dampak (terlebih, dampak tidak langsung dan tidak disadari, serta
negative after effect yang dapat terjadi) pada perilaku orang yang diobservasi.”
SETTING OBSERVASI
❑ Apakah ada setting yang serupa di tempat lain (similar settings), dimanakah itu..?
❑ Konteks sosial yang diturunkan, misal: usia, jenis kelamin, pekerjaan, dll.
5|Page
❑ Apakah ada periode waktu observasi?
PARAMETER OBSERVASI
▸ Latency → berapa lama waktu yang dibutuhkan antara pemicu dengan kemunculan perilaku
target?
▸ Rate → jumlah kemunculan perilaku dalam waktu yang spesifik (misal, dalam 1 menit ada
berapa perilaku)
BAGIAN II
MERENCANAKAN OBSERVASI
LANGKAH-LANGKAH OBSERVASI
1) Mengetahui/memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi.
MEMILIH PERILAKU/SAMPLING
Mengapa menggunakan sampling?
1. Observer tidak dapat mengamati seluruh perilaku, karena terjadinya pada waktu, setting &
kondisi tertentu
6|Page
2. Sampel digunakan u/ merepresentasikan populasi perilaku yang lebih besar
3. Dengan memilih waktu, setting & kondisi yang representatif u/ populasi tsb., hasil dapat
digeneralisasikan
5. ‘Representative samples’ → sampel serupa dengan populasi partisipan yang lebih besar.
JENIS SAMPLING
A. TIME SAMPLING
3. Sampel representatif diperoleh dgn memilih berbagai time interval untuk observasi
4. Interval: dipilih secara sistematis (hari pertama dari tiap minggu), random atau keduanya.
Contohnya, mengobservasi perilaku anak di kelas, yaitu waktu observasi 2 jam/hari,
jadwal observasi dibuat sistematis sepanjang hari sekolah
6. Apapun jenis time sampling yang dipilih, peneliti harus menyadari kelebihan dan
kekurangan masing-masing jenis
7. Metode ini kurang efektif untuk sejumlah perilaku yang kemunculannya kurang
dapat diprediksi
B. EVENT SAMPLING
1. Digunakan untuk kejadian yang kemunculannya jarang, tidak teratur, atau tidak dapat
diprediksikan.
C. SITUATION SAMPLING
7|Page
1. Mengamati perilaku di lokasi berbeda dengan situasi kondisi yang berbeda pula
D. SUBJECT SAMPLING
Memilih partisipan tertentu
Contoh:
Interval time sampling: makan siang (12-14 WIB), makan malam (18-20 WIB)
• Tujuannya adalah u/ membantu mengenali suatu perilaku yang terjadi pada situasi tertentu
dan membedakan perilaku target dengan perilaku lain yang serupa, misalnya perilaku marah:
mata terbelalak/melotot apakah sama dengan perilaku terkejut: mata terbelalak/melotot? Apa
bedanya? → kembali melihat teori
Mood: positif (contoh perilaku: tertawa, tersenyum, etc.), & negatif (menangis, sedih, dll.)
Cuaca: mendung (berawan, lembab, kabut, hujan, dll.), and berawan (hangat, matahari
masih bersinar, udara kering, dll.)
• Membuat daftar contoh perilaku yg mirip/serupa dgn perilaku target (tetapi bukan merupakan
perilaku target)
• Revisi definisi awal sehingga tidak ada perilaku yang “mirip” tersebut
• Contoh Pertama (1) → Observasi perilaku marah kepada teman pada anak kelas 1 SD di kelas
Definisi Operasional:
• Contoh perilaku yg “serupa” dgn marah (misalnya berteriak) tetapi bukan merupakan
perilaku marah
• Contoh Kedua (2) → Observasi perilaku anak ketika bermain video game dengan konten
agresif dan prososial
Definisi Operasional:
9|Page
• Contoh perilaku agresif dan prososial pada anak-anak .....
• Contoh perilaku yg “serupa” dgn agresif dan prososial tetapi bukan perilaku-perilaku
tersebut
• Agresif
• Prososial
ALAT OBSERVASI
1. Anekdotal
Pencatatan dilakukan terhadap hal-hal penting sesegera mungkin pada tingkah laku yang
istimewa. Observer harus mencatat secara teliti apa dan bagaimana kejadian terjadi. Kerugian
dari bentuk seperti ini adalah memakan waktu yang agak lama.
2. Catatan Berkala
Observer mencacat macam-macam kejadian khusus sebagaimana pada observasi anekdotal,
melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu.
3. Check List
Check list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama aspek yang hendak diselidiki secara
sistematis. Dengan check list ini lebih dapat dipastikan bahwa penyelidik mencatat tiap-tiap
kejadian yang menjadi sasaran.
4. Rating Scale
Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkatannya. Alat ini populer karena
pencatatan dan analisanya mudah.
10 | P a g e
PENGUKURAN PERILAKU
Bagaimana mengukur dan merekam perilaku:
Skala pengukuran:
2. Skala Ordinal: mengurutkan aspek yang diukur. Ada hubungan aritmatik. “lebih besar”,
“lebih kecil”.
Contoh: rangking kelas → tdk diketahui seberapa jauh beda performance antara ranking 1
dan 2, atau antara 2 dan 3
3. Skala Interval: menentukan secara spesifik sejauh mana perbedaan antar dimensi.
Dalam mengkuantifikasi perilaku, peneliti membuat rating terhadap perilaku dalam kejadian.
4. Skala Rasio: mencakup skala interval dan memiliki absolut nilai nol
11 | P a g e
BAGIAN III
• Validitas menunjukkan sejauh mana “ketepatan” dan “kecermatan” suatu alat ukur melakukan
fungsinya.
• Validitas menunjukkan seberapa jauh prosedur pengukur mengukur hal yang seharusnya diukur,
maka dalam suatu observasi dapat dilakukan sejumlah pengecekan.
• Jenis Validitas
• Validitas Konstruk
Contoh dalam hal kita ingin mengukur agresivitas anak, maka apakah benar perilaku yang
ditandai sebagai kode observasi (memaki, memukul, dan sebagainya) merupakan bagian
dari agresivitas dan merupakan definisi operasional yang tepat bagi agresivitas?
• Validitas Konkuren
Apakah data yang diperoleh sesuai dengan perolehan data bila diukur dengan cara
lain (misalnya rating, dan sebagainya).
• Validitas Konten
Apakah data yang diperoleh menggambarkan dengan cermat sifat maupun tingkat
agresivitasnya yang terjadi selama observasi?
• Validitas Prediktif
Apakah perilaku yang ditandai dengan kode observasi tersebut dapat memprediksikan
kriteria penting lain?
❖ Penjelasan menggunakan analisis induktif, sehingga memiliki alur logika yang jelas.
12 | P a g e
❖ Memanfaatkan teknik verisimilitude/vraisemblance → yaitu teknik penulisan yang bisa
membawa pembaca merasa begitu dekat dengan subjek penelitian
RELIABILITAS
• Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap
kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang “relatif” sama.
• “the fewer the categories, the more precise their definitions, and the less inference required in
making classification the greater will be the reliability of the data”
• Apabila event diklasifikasi mutually exclusive categories (skala nominal, misalnya laki-laki &
perempuan, gemuk dan kurus), maka IR dinilai menggunakan persentase persetujuan
• Jenis reliability
• Rumus:
• Misalnya, mengamati orang yg sedang melewati kantin & mengkategorikan mereka sebagai
berbadan gemuk atau kurus
Subjek Pengamat
13 | P a g e
1 G G
2 G K
3 K G
4 K K
50 G G
6. Melakukan observasi secara sistematis dan berulang terhadap berbagai peristiwa yang
mengarah pada hasil temuan yang sama
7. Peneliti harus memperhatikan 2 variabel yang sangat pokok yaitu “waktu” dan “tempat” agar
hasil yang didapat lebih konsisten
BIAS OBSERVER
• Dalam observasi, validitas dan reliabilitas dipengaruhi oleh Observer yang berpotensi
melakukan kesalahan
• Observer Differences:
Dalam kepekaan terhadap situasi sosial penting dan faktor situasional. Gender dan etnis
14 | P a g e
• Observer Drift:
Apabila observasi berlangsung lama, observer mungkin menunjukkan tanda “lupa, lelah, dan
motivasi menurun” → Standar yg digunakan dapat berubah
• Observer Bias:
4. Halo effect → Observer membuat penilaian berdasar kesan umum subjek atau
berdasar perilaku subjek yang paling mencolok.
7. Overestimasi → Perilaku yang hampir-hampir tidak dikenali ada pada diri observer
sendiri. Misalnya, observer overestimasi volume suara subjek sebab observer sendiri
tidak mengenali bahwa suaranya terlalu rendah volumenya.
9. Kesalahan kontras → Pada sifat khusus, observer menilai subjek jauh lebih berbeda
dengan diri observer sendiri daripada kenyataannya.
10. Kesalahan proksimitas → Observer menilai serupa sifat-sifat tertentu karena bentuk
penilaian membuat sifat-sifat itu berdekatan dalam waktu atau letak.
11. Pengaruh pribadi → Tanpa diketahui oleh observer sendiri, karakteristik diri observer
(usia, jenis, kelamin, ras, dan status sosial) mempengaruhi penilaian perilaku subjek.
12. Ketidakstabilan penilaian observer → Kriteria penilaian yang dipakai oleh observer
berubah bersama waktu, akibat ada dan tidaknya perilaku karena kelelahan, atau
belajar, atau penyebab lainnya.
15 | P a g e
15. Efek harapan → Harapan observer mempengaruhi pencatatan, atau observer
mengharapkan sesuatu terjadi dan mengkomunikasikan harapan ini kepada subjek.
17. Isyarat nonverbal → Observer dengan tidak sengaja memberi isyarat kepada subjek
sehingga mendukung perilaku tertentu pada subjek.
• Menggunakan analisis data kualitatif → meringkas data secara verbal, identifikasi tema,
kategorisasi informasi, mengelompokkan berbagai informasi & mencatat observasi mengenai
narrative records
CS harus sangat sederhana → Contoh: ada perilaku (1), tidak ada perilaku (0)
• Data reduction: melibatkan proses Coding, yaitu identifikasi unit perilaku atau kejadian
tertentu berdasar kriteria tertentu
• Coding: biasanya didasarkan pada unit perilaku atau kejadian yang berhubungan dengan
tujuan penelitian
16 | P a g e
• Data reduction dgn Coding → memungkinkan peneliti menentukan hubungan antar jenis
perilaku tertentu dan kejadian yang menjadi antecedent dari perilaku ini
• Descriptive measures digunakan u/ meringkas data observasi bila analisis data kualitatif yg
digunakan seperti mean, median, modus, frekuensi
• Apabila klasifikasi dalam bentuk mutually exclusive categories (skala normal) → biasanya
pengukuran relative frequency = rasio antara frekuensi berbagai perilaku terjadi dan frekuensi
total dari kejadian yang diobservasi
• Apabila observasi dicatat menggunakan interval scale atau ratio scale measures of time
(duration, latency) → pengukuran central tendency: arithmatic mean atau average, standard
deviation
– misalnya kalau dalam group setting, observasi anak yg menjadi target dan salah satu
temannya yg tidak bermasalah, dgn usia & sex yg sama. Perilaku peer bisa menjadi
norma → micronorm
– buat norma lokal: norma yg dibuat berdasar metode “scan check”, mis: scanning
kelas u/ 5 detik setiap 2 menit, u/ masa 20 menit & berapa banyak individu yg
menunjukkan masalah seperti anak yg menjadi target
– Cara lain: bandingkan perilaku anak sekarang ini dgn perilakunya di waktu lalu, anak
menjadi norma/standarnya sendiri
• Hasil dari systematic observation: evaluasi bagian setting, orang yg ada dalam setting tersebut
& lingkungan secara keseluruhan mungkin dapat mempengaruhi perilaku individu
• info mengenai tempat observasi, hari 7 waktu observasi, lamanya sesi observasi, penemuan
dari observasi & implikasi dari penemuan tsb.
• Interpretasi hasil observasi: dikaitkan dengan teori psikologi yg digunakan & hasil observasi
lainnya yg ada mengenai individu/kelompok target.
BAGIAN IV
17 | P a g e
MENCATAT HASIL OBSERVASI
TEKNIK PENCATATAN
• KUALITATIF → NARATIF
- EVENT RECORDING
- RATINGS RECORDING
NARRATIVE RECORDING
• Teknik ini berguna untuk memberikan gambaran utuh yang menyeluruh dari tingkah laku
alami yang dimunculkan.
• Pencatatan dengan metode ini dilakukan tanpa pengukuran kuantitatif, melainkan hanya
berupa pencatatan gambaran kejadian
• Membantu memberikan gambaran yang komprehensif dari tingkah laku alamiah anak
(kelompok) → anecdotal record
• Contoh: Winky menunjuk ke arah jendela dan dengan wajah berseri, ia berkata dengan
gembira,”Hujan salju bunga ceri! Pertama putih, lalu hijau, lalu merah, merah, merah! Aku
mau melukis!” Dia menuju ke kanvas dan dengan cepat membuat coret-coretan. Sambil
bergeser ke arah Wayne, ia berbisik kepadanya, ”Wayne, kamu mau biru? Aku berikan
padamu, oke? Kamu berikan merah ke padaku karena aku akan membuat gambar buah ceri,
banyak sekali buah ceri!” Setelah anak-anak lelaki itu bertukar wadah cat, Winky duduk
tegak dan dengan sebuah helaan kelegaan, ia memulai gambarnya dengan cepat tapi dengan
sentuhan bersih, dimana kuasnya diusapkan di ujung wadah cat.
07.00 Ibu berkata dengan nada santai dan ramah,”Bangun, Raymond.” dengan sedikit
desakan dalam suaranya, ia berkata lagi,”Nak, apakah kamu akan pergi ke sekolah
hari ini?” Raymond tidak segera memberikan respon.
Dia mengusap-usap wajahnya dan bergumam sedikit.
Dia masih terbaring. Ibunya mengulangi perkataan dengan nada yang
ramah,”Raymond, bangun.” Raymond bergumam lagi dan menendang kakinya
dengan cepat sebagai bentuk protes
07.01 Raymond mengambil sebuah kaus kaki dan mulai memasangnya di kaki kirinya
18 | P a g e
07.02 Ibunya bertanya,”apakah kamu mau memakai kaus dalam ini atau kamu ingin
memakai yang lama?”
• Deskripsi global (disebut juga sebagai molar or broad description) → fokus pada tindakan
yang menggambarkan tingkah laku sebagai keseluruhan; butuh inferential judgement
• Deskripsi yang sempit (disebut juga molecular or fine description) → menggambarkan detil-
detil khusus dari tingkah laku atau setting
• Membentuk suatu kontinum dari low inferential judgement (behavioral descriptive statement)
hingga high inferential judgement (behavioral inferential judgement)
- low inferential judgement → mencatat tingkah laku yg dapat diamati secara langsung
Narrative recording dapat dikuantifikasi, misalnya, dengan mencatat jumlah tindakan tertentu
yang ditampilkan anak atau jumlah anak berbicara
Narrative recording dapat pula dikodekan ke dalam berbagai kategori, lalu koding tersebut
dikuantifikasi
Untuk mendapat gambaran yang mendalam tentang tingkah laku anak, kelompok, atau guru,
dll
o Jumlah observasi
o Jenis narrative recording yang akan digunakan (anecdotal record, running record)
o Mengidentifikasi anak yang akan diobservasi dan orang lain yang ada dalam setting
observasi
o Memberikan catatan tingkah laku yang dimunculkan oleh responden dan kesan umum
yang ditangkap oleh pengamat.
o Reliabilitas kurang kuat karena hasil dapat bervariasi di antara beberapa pengamat.
INTERVAL RECORDING
• Teknik pencatatan ini berorientasi pada aspek-aspek tingkah laku yang tampak pada interval
waktu tertentu.
20 | P a g e
• Fokus pencatatan adalah pada jumlah interval dimana perilaku terjadi, bukan jumlah
kemunculan perilaku.
• Disebut juga sebagai time sampling, interval sampling, atau interval time sampling
• Fokus pada aspek-aspek tingkah laku yang dipilih sejalan tingkah laku itu terjadi dalam
interval waktu tertentu
• Data kuantitatif yang diperoleh dalam interval recording berupa jumlah interval di mana
tingkah laku target terjadi
• Jumlah frekuensi menggambarkan jumlah interval, bukan jumlah berapa kali tingkah laku
terjadi
• Periode observasi dibagi dalam beberapa segmen atau interval singkat (biasanya 5 sampai 30
detik, tergantung lamanya observasi)
• Kehadiran atau ketidakhadiran dari tingkah laku target pada tiap interval di-tally
o Time sampling → observasi singkat dibuat baik pada waktu-waktu tertentu dalam
sehari atau pada waktu-waktu random
o Jumlah observasi
o Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia anak, setting, dan alasan
observasi
o Jenis interval recording yang akan digunakan (lihat prosedur interval recording )
o Lamanya interval observasi → tergantung pada tingkah laku target: interval pendek
lebih dipilih untuk tingkah laku yang berlangsung singkat
o Dengan adanya rentang waktu yang ditetapkan, maka dapat dilihat kaitan antara
waktu dan tingkah laku.
21 | P a g e
o Lebih efisien dalam hal biaya, peralatan, dan waktu.
o Menjamin tingkah laku diamati di bawah kondisi yang sama di setiap waktu
o Oleh karena hanya fokus pada interval-interval tertentu, maka kualitas dan lamanya
kemunculan perilaku menjadi kurang diperhatikan.
EVENT RECORDING
• Setiap kejadian tingkah laku dicatat sebagaimana terjadi
• Unit pengukuran dalam event recording adalah tingkah laku. Artinya, observer menunggu
munculnya tingkah laku target, lalu dicatat
• Tepat untuk mengukur perilaku diskrit, yaitu yang dapat didefinisikan secara jelas kapan
dimulainya dan kapan berakhirnya, seperti jumlah masalah yang berhasil diselesaikan, jumlah
kata yang diucapkan dengan benar
• Kurang tepat untuk mencatat high-rate behavior atau tingkahlaku yang memiliki durasi
beragam
o Jumlah observasi
o Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia, setting dan alasan
observasi
Metode
22 | P a g e
Cooperation • • IIII III
• •
Crying • • II
• Data kuantitatif yang diperoleh dalam event recording → frekuensi atau jumlah
kejadian/ tingkah laku yang muncul dalam periode tertentu
• Observer dapat mengetahui dimensi tingkah laku → misalnya rate dari tingkah laku,
durasi tingkah laku, intensitas tingkah laku, dan latensi tingkah laku
• Durasi tingkah laku = lamanya tiap-tiap kejadian dari tingkah laku berlangsung atau
periode antara permulaan dan akhir tingkah laku
o Lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga pengamat karena mudah dilakukan
23 | P a g e
o Sulit dibandingkan jika periode observasi tidak konstan
RATING RECORDING
• Pengamat melakukan pengukuran dengan menggunakan skala yang mampu menunjukkan
tingkat atau derajat dari tingkah laku yang diamati.
• Merupakan alat yang menunjukkan derajat di mana seseorang memiliki trait atau tingkah laku
tertentu
• Tiap tingkah laku dinilai dalam sebuah kontinum (dari tingkat terendah → tertinggi)
• Poin atau angka yang mewakili kontinum tingkah laku harus didefinisikan secara jelas
o Menilai aspek tingkah laku yang lebih global → untuk mendapat impresi kuantitatif
o Jumlah observasi
o Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia anak, setting dan alasan
observasi
24 | P a g e
o Graphic scale → Rating scale untuk satu tingkah laku saja. Berbagai tingkah laku
yang mirip dapat di-list pada skala yang sama
Graphic scale
Berbagi
Mainan selalu sering kadang2 jarang tdk pernah
Rentang Perhatian
1. Jarang menyelesaikan tugas, bergerak cepat dari satu tempat ke tempat lain
2. Biasanya butuh dukungan untuk menyelesaikan tugas
3. Dapat menyelesaikan tugas yang sesuai dengan usianya hingga selesai
4. Dapat bertahan dengan aktivitas yang dipilih untuk
5. Periode waktu yang lama
o Semantic Differential → penggunaan 7-skala poin dengan kata sifat dari makna yang
berbeda pada tiap ujungnya
o Forced Choice → Observer harus memilih satu dari beberapa rentang tingkah laku
yang di-list untuk tiap-tiap trait
Ball catching
o Selain data yang diperoleh dapat dikuantifikasi, aspek kualitatif juga dapat diamati.
o Cocok untuk mencatat banyak tingkah laku / trait berbeda dalam satu waktu
25 | P a g e
o Data dapat dikuantifikasi dan dianalisis secara statistik
o Subjektivitas antar pengamat yang berbeda dapat menghasilkan poin yang berbeda
dalam pengisian rating pada skala.
o Kurang tepat untuk mencatat penyebab dan akibat dari tingkah laku
o Tidak akurat jika ada delay antara observasi dan pencatatan tingkah laku
CHECKLIST
• Teknik pencatatan ini bermanfaat jika pengamat memiliki sejumlah perilaku target yang
sederhana dan dapat dijabarkan ke dalam bentuk item-item yang mudah dipahami.
• Daftar dari trait atau tingkah laku tertentu yang diatur dalam urutan logis
• Berguna jika observer ingin mengidentifikasi tingkah laku atau trait tertentu atau tidak
• Item-item dalam checklist harus di-list secara jelas dalam bentuk yang objektif →
nonjudgemental
• Kelebihan Checklist
o Teknik merupakan teknik pencatatan observasi yang paling mudah dilakukan dan
dapat dilakukan oleh siapa saja karena mudah dipelajari.
o Dapat digunakan saat observee hadir atau setelahnya dengan mengandalkan ingatan
terhadap tingkah laku → hati-hati
• Kelemahan Checklist
o Hanya mengungkap ada atau tidak adanya perilaku sehingga kualitas dari perilaku
tidak dapat diketahui dengan jelas.
26 | P a g e
o Sifatnya tertutup, melihat tingkah laku tertentu dan bukan semua perilaku yang terjadi
→ kehilangan tingkah laku yang penting
• Tema
• Kisi-kisi perilaku
• Panduan observasi
• Hasil:
o Deskriptif kelompok
o Deskriptif masing-masing peserta
• Kesimpulan
o Dinamika kelompok
o Dinamika masing-masing peserta
27 | P a g e