Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 7

Gandini Hasysyati Salsabila 12519565


Hapid Djazuly 12519745
Ghina Azizah A. N. 12519600
Intan permata bunda 13519029
01

TUBUH
&
JIWA
BAB 7
02 Manusia terdiri dari jiwa dan
tubuh. Jiwa dan tubuh
merupakan topik sangat
penting dalam filsafat
manusia. Konsep rational
animal dan religious animal
ingin melihat manusia dari
struktur metafisik dan fisik.
Manusia dilihat sebagai
makluk yang terdiri dari
materi dan forma, atau tubuh
dan jiwa
03

Apa itu tubuh?


Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara, ada dua arti dari tubuh
(1) aspek jasmani manusia, Tubuh dapat dipandang. Tubuh punya struktur
biologis yang terdiri dari banyak sel.
(2) jasmani yang dirohanikan, rohani yang menjasmani:tubuh adalah jasmani
yang dirohanikan atau rohani yang menjasmani. Artinya, tubuh itu luhur dan
mulia. Tubuh baru betul-betul luhur kalau ia mengabdi roh. Tubuh adalah
pancaran atau cerminan jiwa
Arti Jiwa dilihat sebagai
substansi, kemampuan, proses, 04

dan tingkah laku.


1. Jiwa sebagai substansi
Menurut Freud manusia terdiri dari unsur2 irrasional (bawah-sadar). Proses-proses konatif dan
kognitif juga terjadi di bawah-sadar. Jiwa terdiri dari Id, Ego, dan Superego. Id (lapisan paling
bawah) adalah tempat nafsu2, terpenting di antaranya adalah libido (nafsu seksual) dan agresi.
Ego adalah perantara atau sensor antara nafsu2 dalam id dan dunia luar yang terdiri dari
kenyataan material dan kemasyarakatan. Ego merepresi nafsu2 ke alam bawah sadar dan
mensublimasi nafsu2. Seorang yang ingin menjadi ayah, tapi tidak berhasil, dapat melakukan
sublimasi nafsu dengan menjadi seorang guru. (Kattshof, 308-309). Sedangkan Superego
adalah suara hati yang menampung nilai2, cita2, dan larangan2 yang merupakan penuntun bagi
Ego.
05
2. Jiwa sebagai Kemampuan

Dalam buku Man and the Cosmos (1922)


Leighton mengatakan jiwa manusia tidak
sama dengan tubuh. Jiwa bersifat trans-
spasial. Artinya, mengatasi segenap
ruang. Jiwa mengembang dan merembesi
bagian tubuh lainnya. Rasa sakit pada
bagian tertentu sebetulnya tidak hanya di
tempat yang terasa sakit. Rasa sakit
terdapat disitu karena jiwa memang ada
disitu.
06
3. Jiwa sebagai proses
Dalam buku Matter and Spirit (1922) Pratt menyebut
jiwa sebagai aku. Jiwa adalah suatu yang mempunyai
cita2 dan tujuan, memiliki kehendak, yang
menderita, yang berusaha, yang mengetahui. Jadi,
jiwa sebagai proses dan kemampuan. Dalam arti
proses, jiwa adalah apa yang dikerjakannya. Dalam
arti kemampuan, jiwa menggunakan tubuh sebagai
instrumen. Pandangan ini bersifat dualistis. Ada
proses kejiwaan, ada pula proses ketubuhan. Proses2
kejiwaan menggunakan proses2 ketubuhan sebagai
instrumennya. Tetapi jiwa sebagai proses tidak sama
dengan raga sebagai proses. Proses2 kejiwaan adalah
proses2 konatif dan kognitif, sedangkan proses
ketubuhan adalah seperti kecepatan, gaya berat dan
sebagainya.(Kattshoff, 314-318).
4. Jiwa sebagai 07

Tingkah Laku
Y.H. Krikorian mengemukakan pandangan
ini dalam A Naturalistic View of Mind yang
dimuat dalam buku Naturalism and The
Human Spirit (1944). Pandangan ini dianut
behaviorisme dan naturalisme. Jiwa adalah
respons, tapi tiap respons bukan otomatis
bersifat kejiwaan. Oksidasi, yang terjadi
karena orang bernafas, misalnya. bukan
proses kejiwaan, meskipun pernafasan itu
terjadi di bawah kendali pusat2 otak
manusia. Gerak refleks bukan proses
kejiwaan, tapi respons mekanistis kimiawi
MUNCULNYA
08

JIWA
Ada beberapa teori tentang
bagaimana jiwa muncul. Aliran
tradusianisme, kreasionisme, dan
kresionisme
MUNCULNYA JIWA 10

a.Tradusianisme : jiwa berasal dari orang tua


Tradusianisme terbagi 2 :
ØTradusianime spiritual : jiwa secara lansung berasal dari jiwa orang tuanya
ØTradusianisme materil : mengajarkan bahwa orang tua menghasilkan badan,
lalu badan mengembangkan sebuah jiwa manusia.
b. Kresionisme :
Jiwa anak lansung berasal dari tuhan, bukan berasal dari orang tua.
c. Kresionisme lanjutan
Jiwa anak diciptakan oleh tuhan. Dalam arti tuhan membuat orang tua mempu
mengatasi kekuatan mereka sendiri, dengan menghasilkan jiwa anak. Orang tua
menghasilkan jiwa anak tapi tetap dengan daya kreatif tuhan.
SIFAT JIWA
1. Jiwa bersifat pasif

Jiwa adalah penerima impresi-impresi pancaindra dari stimuli luar. Impresi-impresi itu disimpan dalam bagian ingatan
jiwa dan digunakan kemudian jika dibutuhkan. Pandangan ini diajarkan John Locke, David Hume, B.F. Skinner.

2. Jiwa bersifat aktif & intensional

Rene Descartes
Ketika dia merasa sangsi, artinya bahwa dia sangsi. Manusia adalah Cogito ergo sum. Kesadaran adalah fakta dasar
dan primer atau kebenaran dari eksistensi manusia.

Edmund Husserl
Dengan konsep intensionalitas. Jiwa bersifat intensional: aktif, mengarah ke suatu objek. Ia menerima stimuli
dari dalam dan luar diri dengan aktif, selalu “menenun” semuanya menjadi suatu pandangan atas realitas yang adalah
milikku.
1. Immediate animation
mengajarkan bahwa
jiwa muncul sejak
terjadi pertemuan sel-
sel reproduktif.

2. Mediate animation HOMINASI


mengatakan bahwa
ada jiwa bila terdapat ada dua teori hominasi

tingkat
sektrokompleksitas
tertentu {de chardin}
Jiwa bersifat spiritual dan
sederhana{simplex}.
Jiwa bersifat spiritual sebab
berdasarkan hakikat intrinsiknya,

KEKEKALAN
jiwa bebas dari materi. Ia tidak
terikat pada materi.

Jiwa bersifat sederhana {simplex}


berarti bahwa jiwa tidak
mempunyai bagian-bagian yang
sungguh berbeda. jiwa
mempunyai bagian-bagian yang
esensial atau integral. Jiwa

JIWA
bersifat esensial karena ia
merupakan bentuk substansial
manusia. Ia bersifat integral sebab
ia bukan kuantitas yang memiliki
keluasaan.
Kematian adalah saat terputuhnya
hubungan antara jiwa dan tubuh.

Menurut plato, jiwa ada sebelum bersatu


dengan tubuh. Jiwa akan tetap hidup
setelah kematian tubuh.

Menurut Aristoteles, jiwa akan habis pada


saat kematian, sebab jiwa itu hanya bisa
hidup dalam persatuan dengan tubuh.
TEORI
KEKEKALAN JIWA
Teori kesepakatan umum
Kekekalan itu ada karena kepercayaan terhadap kekekalan merupak
kepercayaan umum bangsa manusia. Berbagai kepercayaan spontan
mengakui adanya hidup sesudah kematian. Data-data etnologi
menunjukkan bahwa hanya menusia yang mengadakan persembahan
kepada orang mati dan mengenal upacara pemakaman. Jadi,
kepercayaan akan kekekalan oleh seluruh bangsa manusia itu sendiri
merupakan bukti kuat akan adanya kekekalan jiwa.
Argumendari Etika
Kita menemukan realitas bahwa orang- jujur dan baik
sering mengalami kemalangan, sebaliknya orang jahat
mendapat keuntungan dalam hidup ini. Di hati
kecilnya manusia merasa bahwa pasti ada sanksi moral
kepada orang-orang jahat itu di kehidupan setelah
kematian
Teilhard de
Chardin
Menurut de Chardin, evolusi telah berlangsung jutaan
tahun. Puncak evolusi adalah manusia. Evolusi tetap
berlangsung melalui aktivitas bebas manusia. Manusia
menemukan banyak hambatan untuk evolusi sehingga
manusia butuh motivasi yang kuat yang akan berakhir
sampai kematian. Mahkota dari evolusi yang paling
berharga, yakni pribadi manusia, keakuan, dan jiwa.
argumen teknis
Argumen ini mengatakan bahwa jiwa manusia tidak dapat berhenti hidup sebab suatu makluk
berhenti hidup karena dua alasan, yakni alasan intrinsik (esensi) dan alasan ekstrinsik (eksistensi).
Esensi makluk hidup adalah musnah karena pembusukan (langsung) atau kehilangan sandaran
pokok (tak langsung). Eksistensi makluk hidup hilang karena peniadaan.

Jiwa tak dapat musnah karena pembusukan berarti kehancuran unsur-unsur konstitutif suatu
makluk. Hanya benda tersusun atau material mengalami pembusukan. Jiwa bersifat spiritual jadi
tidak mengalami pembusukan. Jiwa juga tak musnah karena kehilangan sandaran esensialnya.
Kehilangan sandaran esensial berarti kehilangan sandaran material. Jiwa manusia bersifat
spiritual, berarti tak bergantung pada materi.

Jiwa tak dapat musnah karena tindakan peniadaan. Peniadaan berarti berhentinya kegiatan kreatif
dari Tuhan. Tuhan tidak mungkin menghentikan eksistensi hidup dari jiwa karena Tuhan mengatur
segalanya menurut kodrat benda-benda itu. Kodrat jiwa adalah bahwa ia tak dapat mati sebab
bersifat spiritual dan sederhana.
Semua manusia
mempunyai hasrat akan
hidup dan memperoleh
kebahagiaan. Fakta ini
memperlihatkan bahwa
jiwa itu bersifat kekal.
Tanpa kekekalan
pribadi, hasrat kepada
Hasrat Akan
hidup kehilangan arti.
Hasrat kepada
Hidup
kebahagiaan pun tidak
akan berarti jika
dan
kehidupan itu berakhir
dengan kematian. Jadi,
Kebahagiaan
kerinduan akan
kehidupan dan
kebahagiaan
merupakan petunjuk
bahwa ada kekekalan.
JIWA SESUDAH
KEMATIAN
Jiwa bersifat spiritual tetapi jiwa tak dapat berbuat apa-apa tanpa persatuan dengan tubuh. Terdapat dua kelompok yang
mengemukakan jawaban mencoba menyelesaikan permasalahan ini.
Pertama, sesudah berpisah dari tubuh, jiwa masih beraktivitas sendiri. Walaupun ide, keputusan, dan kehendak membutuhkan
kerja sama dengan pancaindera, tapi jiwa juga memiliki kemampuan mengenal diri sendiri tanpa unsur-unsur material tubuh. Ini
merupakan pengenalan intuitif, di mana yang mengenal sama dengan yang dikenal. Kelemahan jawaban ini: spiritualisme. Jadi,
segala aspek esensial manusia seakan-akan dikembalikan seluruhnya kepada jiwa. Jadi, manusia sama dengan roh murni, dan
ini sangat Platonistis.
Kedua, sesudah kematian jiwa (keakuan) berhubungan secara langsung dengan seluruh kosmos. Maka jiwa akan menjadi pan-
kosmis. Menurut Rahner, ketika masih hidup, keakuan itu dimasukkan ke dalam kosmos material karena perkembangan
tubuhnya. Tubuh menghubungkan kita secara langsung dengan objek kosmos tertentu. Tapi kerugiannya, membatasi hubungan
langsung pada objek tertentu. Padahal, melalui keterbukaan pengetahuannya, keakuan itu berhubungan dengan seluruh alam
semesta material.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai