Anda di halaman 1dari 1

Filsafat Timur

Dalam Filsafat Hindu, khususnya pada ajaran Vedanta yang diajarkan oleh Sankara,
jiwa dan raga merupakan bentuk yang tidak berubah dan merupakan kesadaran yang kekal.
Hal ini disebut sebagai brahman yang merupakan pandangan idealisme monistik dari
Vedanta. Pandangan ini menangguhkan pengertian kehadiran dari kesadaran monistik yang
absolut. Dunia dan entitsan yang berada didalamnya yang kita lihat berubah merupakan ilusi
atau maya. Karena bagi mereka, yang nyata hanyalah brahman yang dipahami sebagai
Satchitananda (kebenaran eksistensial).
Filsafat Barat
Menurut Rene Descartes, jiwa dan tubuh merupakan substansi yang terpisah. Jiwa
esensinya adalah kesadaran dan berpikir. Jiwa adalah terpadu, rasional, dan konsisten tetapi
terbatas kekuatannya dalam menghadapi tubuh. Descartes yakin bahwa jiwa mempunyai ide
bawaan yaitu kesempurnaan, kesatuan, ketidakberhinggaan. Dipengaruhi oleh latar belakang
lingkungannya, ia juga berpendapat bahwa pasti ada Tuhan yang nyata, yang mewujudkan
ide bawaan tentang kesempurnaan. Pengetahuan yang berasal dari indera dapat dijamin atau
dipercaya karena integritas jiwa mempresepsikan kesempurnaan Tuhan yang menciptakan
materi maupun jiwa. Tubuh memiliki organ indra ganda seperti tangan, telinga, dan mata
sehingga Descartes percaya bahwa ada suatu tempat dalam tubuh manusia yang menjadi
tempat berkumpulnya stimulus yang diterima oleh indera lalu menjadi satu dan memberikan
kesimpulan sebelum mencapai jiwa.
Filsafat Agama
Ibnu Miskawih, dalam pandangannya, mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2
substansi, yakni jiwa dan raga. Jiwa adalah substansi yang kekal tidak hancur bersama
kematian raga. Jiwa sebagai substansi sederhana yang tidak dapat diindera oleh salah satu
indera. Jiwa berbeda dengan fisik (raga) baik dari substansinya, hukum – hukumnya, ciri –
cirinya, maupun perilakunya dan jiwa berasal dari substansi yang lebih tinggi dan lebih mulia
dari sesuatu yang bersifat fisik di dunia. Jiwa memiliki daya, diantaranya daya rasional, daya
emosi, dan daya syahwat. Daya rasional, yaitu jiwa yang menjadi dasar berpikir,
membedakan, dan menalar hakikat segala sesuatu. Pusatnya di otak. Daya emosi (an nafs
assabu’iyyah). Jiwa ini menjadi dasar kemarahan, tantangan, keberanian, keinginan berkuasa,
pangkat, dan kesempurnaan. Pusatnya di hati. Daya syahwat (an nafs al bahimiyah). Jiwa ini
menjadi dasar syahwat, makan, rindu utuk makan, minum dan kawin serta berbagai
kenikmatan inderawi. Pusatnya di hati.
___________________________________________________________________________

Daftar Pustaka
____________
Abidin, Zainal, 2014, Filsafat Manusia : Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
Menon, Sangeetha, 2015, Advaita Vedanta, Internet Encyclopedia of Philosophy.
Nasution, Hasyimsyah, 1999, Filsafat Islam, Jakarta, Gaya Media Pratama.

Anda mungkin juga menyukai