Anda di halaman 1dari 6

Hakkikat Manusia Menurut Hindu

            Manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang menjadikan
dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau
berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang berpikir atau menggunakan
pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atman)
menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara kosmologis, manusia ( yang berupa
kesatuan jiwa badan jasmaninya ) yang sering disebut mikrokosmos ( bhuana alit ) yang merupakan
perwujudan dari makrokosmos ( bhuana agung ). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri
Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang
menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan
berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma.
Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong
dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia.
Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.
            Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni, dan
yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad Ripu ini
berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi watak dan
perilaku manusia. Itulah sebabnya  watak dan perilaku manusia berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya
cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat tersebut agar
nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang
untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa
akan berkata dan berbuat yang baik.
            Pengertian Manusia dalam persepsi Agama Hindu. Manusia berasal dari manushya yang
berarti makhluk hidup yang mempunyai pikiran. Manusia memiliki kesempurnaan peralatan yang
mengatur dirinya menemui penciptanya yaitu Sang Hyang Widi Wasa.
            Demikian pula dalam Manawa Dharmasastra dikatakan bahwa manusia secara etimologis
berasal dari bahasa Sansekerta, manushya , dimana manu (berarti pikiran) dan sya (menunjukkan
sifat dari kata benda yang didekatinya, sehingga manusia diartikan menjadi: ia yang memiliki pikiran
dan menggunakan akal pikiran. Manusia mempunyai kesempurnaan untuk mengatur dirinya sendiri
untuk menemui penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
            Dalam Sarasamuccaya, I.2 : disebutkan bahwa Dari sedemikian banyak mahluk hidup yang
dilahirkan,  sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat baik dan buruk, mempunyai kemampuan
untuk melebur perbuatan buruk kedalam perbuatan baik, demikianlah pahalanya menjadi manusia.
            Dalam ajaran Hindu manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan atma. Tubuh mempunyai wujud nyata
bersifat fana. Sedangkan atma itu bersifat kekal. Ini dinyatakan dalam petikan Bagawad Gita II.20:
yang diartikan sebagai berikut : Apa yang tak pernah ada, apa yang ada tak akan pernah ada; apa
yang ada tak akan pernah berhenti ada. Keduanya hanya bisa dimengerti oleh orang yang melihat
kebenaran. Yang tak pernah lahir dan mati, juga setelah ada tak akan berhenti ada, tidak dilahirkan,
kekal, abadi, selamanya, tidak mati dikala tubuh jasmani tiada.
            Dalam zaman Brahmana , diuraikan bahwa manusia terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
adalah  bagian yang tampak, dan kedua adalah bagian yang tak tampak. Bagian yang tampak terdiri
dari lima unsur : rambut, kulit, daging, tulang dan sumsum. Bagian yang tidak nampak terdiri dari
unsur-unsur penentu hidup, yaitu : nafas –prana atau atman-, akal –budi- , pemikiran – manas-,
penglihatan –caksu-, dan pendengaran –srotra-.
Manusia mempunyai:
a.  lima indra, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa;
b.  lima alat bertindak, yaitu : tangan, alat melahirkan, alat pengeluaran, kaki dan lidah;
c.   lima skandha, yaitu : rupa, wedana, sanna, sankhara, dan winnana.
            Rupa merupakan kerangka anatomis, alat badani atau tubuh manusia; Wedana adalah
perasaan yang badani maupun yang rohani, menyenangkan atau tidak; sanna pengamatan dari
segala macam baik rohani maupun jasmani;  sankhara merupakan skanda yang sangat kompleks
mampu menyusun khayalah; dan winnana adalah kesadaran. Kelima skandha ini  merupakan jiwa
yang sebenarnya, baik bersama sama maupun sendiri-sendiri.
            Atman diselubungi oleh lapisan-lapisan, yaitu  (1) annamana, lapisan tubuh sebagai selubung
jasmani, (2) pranayama, lapisan selubung nafasi , (3)  manomaya, lapisan selubung akali,
(4)  widnyanamaya, sebagai lapisan kesadaran, dan (5) anandamaya, sebagai lapisan dalam atman
dalam keadaan bahagia sebagai intisari manusia.
            Dalam agama Hindu manusia pada hakekeatnya dilahirkan untuk memperbaiki karmanya,
sehingga dia dapat semakin cepat mencapai tujuan hidup yang sesusungguhnya yaitu moksa. Disini,
pada hakekatnya, manusia dituntut untuk selalu memperbaiki dirinya sendiri. Sehingga secara mudah
dapat dikatakan bahwa pilihan itu ada pada manusia itu sendiri. Mau menuju ke arah yang lebih baik,
atau menuju ke arah yang lebih buruk.
            Dalam konteks Psikologis hakekat manusia juga relevan bila dikaitkan dengan hakekat
manusia menurut agama Hindu Dalam tinjauan psikologis, hakekat manusia adalah sebagai berikut :
      Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
      Individu Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.
      Individu yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya. Long life development
      Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya
sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati,
      Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
      Individu yang sangat dipengaruhi dan mempengaruhin oleh dan kepada lingkungan turutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa
hidup di dalam lingkungan sosial
            Bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia
dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan  dirinya
sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang
lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis
secara murni. Dengan kepribadian yang baik manusia dapat menjalankan swadarmanya sebagai
umat Hindu.
Dari tinjauan ini terlihat bahwa hakekat manusia dari versi agama Hindu, sejalan dengan tinjauan
psikologis manusia, yang pada hakekatnya menuju yaitu minmal sama-sama menuju perbaikan dan
memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya.
            Tinjauan Biologi : Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani,
dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai
Homo sapiens, Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu", Dikaitkan dengan Ia yang mempunyai
pikiran, maka sangat erat konteksnya, bahwa manusia itu merupakan makhluk yang memiliki pikiran,
serta mahluk yang memiliki pengetahuan atau tahu.
            Manusia merupakan  sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang paling sempurna
karena dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan
menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dalam agama. Dalam agama Hindu telah dijelaskan
sebelumnya bahwa manusia terdiri dari badan kasar, jiwa dan atma.
            Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan dan dikelompokkan  berdasarkan
bahasanya, komunitas organisasi mereka dalam masyarakat, perkembangan teknologinya,
dan  kemampuannya untuk membentuk kelompok dalam memberi dukungan satu sama lainnya.
Dari persepsi agama, psikologis, biologi maupun antropologis terdapat persamaan pengertian tentang
manusia. Coba saudara sintesakan definisi manusia ditinjau dari persepi-persepsi tersebut.
2.2  Konsep Manusia Hindu
            Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani.
Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi,
kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang
terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga manusia
dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu,
Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama
seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan
halus yang terdiri 3 unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi
atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau keakuan atau ego. Dalam Suksma
Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda,
Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai indra ( Panca Buddhindriya dan Panca
Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang
sifatnya sama seperti paramaatman, kekal abadi.
            Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi
manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya.
Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya
memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana
binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan
manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan.
Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana
yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia
juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan
mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu
mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-
ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk
yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang,
berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu
untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang
sejati.
2.3  Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu
            Setiap kelahiran jika dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya masing-masing.
Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam dengan pikiran yang jernih akan
bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi tujuan hidupnya. Ada 2 macam tujuan hidup manusia
yaitu tujuan duniawi dan spiritual.Tujuan duniawi berupa keinginan untuk mengejar harta, kekayaan
dan keinginan. Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk bersatu kepada yang hakekat dan
asal yang sesungguhnya. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia terdapat dalam Catur Purusartha.
Yang terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama Moksa. Dharma merupakan ajaran kebenaran,
sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu kekayaan yang berupa materi. Kama
merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau jiwatman dengan yang lebih tinggi
atau Paramaatman. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha, kama dan moksa. Namun
dalam mengejar artha dan kama harus berdasarkan dharma, kebajikan dan kebenaran, bukan
dengan cara-cara yang tidak baik. Penyatuan kepada yang hakekat merupakan tujuan yang harus
dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan dharma yang telah ditentukan.
Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan salah satu bagian dari pada esensi dunia ini
merupakan hal yang harus dicapai agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan
tersebut dapat terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka suci Hindu
telah disebutkan bahwa menjelma menjadi manusia merupakan suatu keberuntungan dan hal yang
utama. Dengan manas atau pikiran yang dimiliki, maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari
keadaan samsara dengan jalan berkarma yang baik. Kesadaran akan mampu meluruskan pikiran
yang selalu hanya mementingkan kehidupan duniawi.
Dalam Sàrsamuccaya 8 disebutkan ;
Mànusyam durlabham pràpya vidyullasita cañcalam,
bhavakûayem atiá kàyà bhavopakaraóesu ca.

artinya ;
            Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan kerdipan petir,
sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu untuk melaksanakan dharma yang
menyebabkan musnahnya penderitaan. Sorgalah pahalanya.
            Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan masing-masing,
dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan untuk mencarinya. Dalam mewujudkan
tujuan hidupnya itu, tidak sedikit orang yang hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri
dan harus selalu menang dan mampu mengalahkan yang lain. Pendidikan yang keliru, misalnya sejak
anak-anak telah ditanamkan bahwa orang tuanya berasal dari golongan yang kaya, derajatnya tinggi,
bangsawan dan memandang rendah mereka para rakyat jelata, para pekerja, buruh, pembantu
rumah tangga dan sebagainya, padahal belum tentu orang yang dipandang rendah martabatnya,
karena lahir dari keluarga yang dianggap rendah tidak memiliki budhi pekerti yang luhur. Dalam
kehidupan masyarakat, tidak sedikit kita memperhatikan di lingkungan kita anak-anak yang sejak dini
menganggap orang yang karena kelahiran dari keluarga petani, peternak, buruh, nelayan dan pekerja
pada umumnya derajat dianggap rendah, mengembangkan sifat yang arogan, egostis, tidak peduli
dengan lingkungan dan minta selalu dihormati. Dalam kehidupan modern dewasa ini, seseorang
menghargai orang lain dari penampilannya, sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis
dan ramah dan memancarkan budhi pekerti yang luhur. Orang-orang yang demikian keadaannya,
apalagi sangat giat belajar, giat bekerja, rendah hati dan ramah, serta memiliki keimanan yang tinggi
senantiasa akan mendapatkan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya
memancarkan kasih sayang yang sejati. Ketika seseorang merenung dengan dalam tentang arti dan
tujuan hidupnya, maka bagi mereka yang mendalami ajaran Agama Hindu, tujuan hidup yang
pertama adalah mewujudkan Dharma yakni kebajikan, kebaikan, kebenaran, kasih sayang, taat
kepada hukum dan taat kepada ajaran agama. Dan tujuan akhir adalah untuk mencapai moksa yaitu
bersatunya atma dengan paramatma.
            Agama Hindu memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan
hidup manusia. Dalam ajaran Agama Hindu ada suatu sloka yang berbunyi: “Moksartham Jagadhita
ya ca iti dharmah“, yang berarti bahwa tujuan beragama adalah untuk mencapai kesejahteraan
jasmani dan ketentraman batin (kedamaian abadi). Ajaran tersebut dijabarkan dalam konsep Catur
Purusa artha atau catur warga adalah empat dasar dan tujuan hidup manusia.
Dhrama
            Tujuan manusia menurut agama Hindu disebut Catur Purusartha (empat tujuan akhir). Tujuan
hidup yang pertama adalah dharma. Sebagaimana telah dijelaskan didepan, dharma berarti agama
atau kewajiban. Pertama-tama manusia haruslah menjadi manusia beragama. Beragama berarti
hidup bermoral. Hidup bermoral merupakan landasan bagi tujuan tujuan hidup berikutnya.
Artha
            Tujuan hidup kedua adalah Artha. Artha artinya materi atau secara sempit disebut uang,
secara luas artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya manusia
memerlukan materi. Tanpa materi bagaimana kita menyelenggarakan kehidupan rumah tangga,
pendidikan dan kewajiban- kewajiban agama?
Tapi materi atau kesuksesan itu harus dicapai berdasarkan landasan agama dan dipergunakan
sesuai dengan moral agama.
Kama
            Tujuan hidup yang ketiga adalah Kama. Kama dalam arti sempit dimaksudkan kesenangan
karena aktivitas seksual. Aktivitas seksual pertama-tama berfungsi sebagai prokreasi (regenerasi dan
penerusan keturunan). Kedua aktivitas seksual berfungsi rekreasi (re=kembali, kreasi=menciptakan),
peneguhan (kembali) hubungan cinta kasih antara suami dan isteri. Sekali lagi, kama harus dilandasi
oleh dharma. Hubungan seksual itu harus dilakukan dalam kerangka perkawinan yang sah. Dalam
arti luas kama juga mencakup kesenangan-kesenangan yang lain, misalnya yang ditimbulkan oleh
keindahan dan seni.
Keseimbangan Jiwa dan Raga
            Sebagaimana dikatakan dalam bahasan sebelumnya (Atman : Jiwa yang Kekal), manusia
terdiri dari dua aspek yang saling melingkupi, yaitu badan dan jiwa. Masing-masing aspek ini, memiliki
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Artha dan kama (lebih) merupakan tujuan dari raga dan badan kita.
Sedangkan dharma dan moksha merupakan tujuan dari jiwa kita.
            Jadi kebutuhan raga dan jiwa kita harus dipenuhi secara seimbang.          Agama Hindu sama
sekali tidak mengajarkan pemeluknya untuk mengabaikan dunia. Tapi agama Hindu juga tidak
mengajarkan kita hanya memikirkan dunia. Tujuan kita yang tertinggi yaitu moksha dicapai melalui
perjalanan kita dalam kehidupan didunia ini. Jadi dapat dikatakan ketiga tujuan di atas, yaitu dharma,
artha dan kama, merupakan tangga bagi tujuan hidup yang terakhir yaitu moksha. Bagaimana kita
memperoleh ketiga tujuan ini, bagaimana kita mempergunakan artha dan kama akan menentukan
apakah kita akan mencapai tujuan tertinggi itu atau tidak.
2.4  Tugas Dan Kewajiban Sebagai Manusia Hindu
            Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan duniawi
telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran kebenaran. Kenikmatan duniawi tiada
berkesudahan ini mempengaruhi prilaku manusia sehingga jalan apapun terkadang dihalalkan.
Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang tertinggi,
maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tujuan tersebut mustahil
akan tercapai jka arah dan jalan yang ditempuh itu salah. Maka hal pertama yang menjadi tugas
manusia adalah menjalankan Dharma. Menjalankan etika dan ajaran-ajaran yang mulai dilupakan
maka keseimbangan dunia akan terganggu. Manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga
keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki, manusia mampu membuat kehidupan ini menjadi
baik maupun hancur. Untuk itulah, tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan
melaksanakan ajaran Dharma ( kebajikan yang utama ), dengan melaksanakan berbagai yadnya
demi terjaganya keseimbangan alam semesta.
            Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut Catur Marga
Yoga, empat jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan lahir bhatin yaitu : Bhakti
Marga Yoga, Karma KarmaYoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Rahasia kebahagiaan
dari ke 4 ajaran Yoga merupakan jalan dari hakekat kehidupan manusia agar dapat bersatu dengan
Tuhan. Apapun kesulitan kita hendaknya  tetap berpegang teguh pada ajaran dharma tanpa ada
keraguan yang hanya akan membuat kita kembali jatuh ke dunia material yang penuh dengan
kesenangan sementara. Ikatan keluarga hanya ada pada kehidupan ini, namun jika kita sudah
mengetahui konsepsi sebagai manusia, maka hal itu tidak akan membuat kesadaran kita goyah.
            Setiap manusia telah menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan alasan untuk
berpaling dari jalan yang telah diyakininya. Seseorang tidak bisa ikut campur tangan atas karma
orang lain sehingga kita hendaknya berusaha melepaskan keterikatan tersebut. Kesenangan duniawi
hanya memberikan kebahagiaan sementara bagi indra-indra manusia. Itu bukanlah kebahagiaan
yang sejati karena yang sejati itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semata.
            Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya, laki dan
perempuan. Juga adalah penggolongan  berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak,
remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua. Dalam Agama Hindu dikenal dengan tahapan
pembelajarannya dimasyarakat, yang dikenal dengan catur asrama: yaitu : brahmacari, grhasta,
wanaprasta, dan biksuka.
Pada hakekaktnya manusia diciptakan tuhan untuk mencapai kebahagiaan, yang sudah tentu akan
sangat dipenagruhi oleh amal ibadahnya sendiri karena manusia, merupakan makhluk ciptaan tuhan
yang tiggi derajatnya yang diperkenankan untuk menentukan karmanya sendiri.
            Dalam Bhagawad Gitta III.10, mengenai penciptaan manusia ini, walau masih samar-samar
dijelaskan bahwa: Dahulu Kala Sang Hyang Widhi menciptakan manusia dengan jalan Yadnya, dan
bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan atau khamaduk
sesuai dengan keinginanmu.
Manusia merupakan salah satu titik sentral, dalam yadnya di dalam yadnya yang dilakukan umat
manusia sebagai kewajibannya dalam memperbaiki taraf kehidupan dalam kehidupan ini. Yadnya
tersebut adalah Manusa Yadnya. Diantara manusia yadnya yang kita lakukan sehari-hari adalah
sebagai berikut :
(1) Berbuat baik sesama manusia,
(2) Menghormati sesaama manusia (tamu),
(3) Memberikan dana punia dan
(4) menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga. [1]
            Keempat cara melakukan manusia yadnya tersebut, pada hakekatnya adalah melakukan
pengorbanan secara tulus ikhlas kepada sesama manusia, dalam keluarga maupun kepada luar
keluarga. Dalam yadnya ini sangat banyak etika yang perlu kita perhatikan. Pada kegiatan berbuat
baik kepada sesama manusia, dapat kita terapkan etika-etika : trikaya parisuda; ahimsa, tat wam asi,
dll.
            Menghormati sesama manusia, dengan memberikan suguhan semampu kita kepada tamu,
dalam aswameda parwa dikisahkan akan lebih bermakna dibandingkan dengan pesta besar yang
dilakukan kerajaan –Pandawa-.
            Tentang  Memberikan Dana Punia, dibahas dalam Bagawad Gita XVIII.20 : menyebutkan
bahwa : Pemberian dana punia hendaknya dilakukan dengan tanpa menharapkan balasan, dan
diberikan kepada orang yang patut menerimanya. Terkait dengan orang yang patut menerima dana
punia ini disebutkan pada Sarasamuscaya sloka 187 : orang yang diberikan dana punia adalah orang
yang miskin, sulit memperoleh makanan, dan berkelakuan baik.
            Terkait dengan menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga, sudah merupakan
tugas seorang manusia yang berkeluarga, dengan memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenjang
kebutuhan Maslow. Hirarki Kebutuhan Manusia menurut Maslow:
(1) Kebutuhan phisiologis,
(2)  Kebutuhan Keamanan,
(3) Kebutuhan Sosial,
(4) Kebutuhan penghargaan,
(5) Kebutuhan Aktualisasi Diri.  
            Pemenuhan kebutuhan ini akan berkembang sesuai dengan kemampuan yang mengikuti
kemajuan kehidupan kita.  Kegiatan Dana Punia dan yadnya ini juga dilakukan dengan melaksanakan
upacara-upacara yang terkait dengan tahapan umur manusia Hindu, sejak lahir sampai meninggal.
2.5  Martabat Manusia Hindu
            Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan mereka pada masalah keimanan dan
ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa, maupun masalah penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sehingga tingkatan mastabat manusia Hindu,  juga dilihat dari masalah tersebut
seperti : tingkat pendidikan dikaitkan dengan penguasaan ilmu dan pengetahuan dan teknologi;
Profesi, swadarma dalam implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakt; Peran dalam
hidup bermasyarakat; dan penguasaan serta implementasi keimanan dan ketaqwaan dalam
kehidupan bermasyarakat.
            Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk pencapaian tujuan
hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma
menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang
dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk memperbaiki taraf hidupnya.
            Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi pedoman dalam kita mengarungi
samudera kehidupan ini, memilha dan memilih mana yang boleh dan mana yang patut dihindari
dalam kehidupan ini, karena tuntunan moral maupun tuntunan agama.
            Artha merupakan kebutuhan pokok manusia, arta dalam hal ini adalah arta untuk memenuhi
kebutuhan pokok, kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, dan kebutuhan pisiologis lainnya. Dan
semua aktivitas keagamaan pun tidak terlepas dari kebutuhan arta ini.
            Kama, merupakan kepuasan, kenikmatan, merupakan suatu kondisi yang memotivasi
manusia untuk rajin, giat dalam melaksanakan tugasnya. Pencarian atau pencapaian kama ini lebih
banyak memerlukan artha, sehingga untuk menuju kama ini manusia akan selalu termotivasi untuk
mengumpulkan artha.
            Tapi tentu tidak dapat lepas dari tuntunan dharma atau agama di dalam mencari artha
maupun kama ini, sehingga sebagai dasar dan pedoman dalam mengumpulkan artha dan mencari
kepuasan ini adalah dharma itu sendiri.
            Sebagai tujuan akhir dari hidup manusia Hindu adalah Mokhsa, yaitu menyatunya atman
dengan brahman saat orang itu meningggal dunia.
            Ada dua jalan dalam menuju ke arah tujuan tersebut, yaitu :  (1) jalan prajapati, dan (2) jalan
yoga. Jalan prajapati ternagi atas 3 jenis jalan, yaitu : Jnana marga, Karma marga, dan Bakti marga.
Sedangkan jalan yoga ada hanya satu jalan yaitu : yoga marga.  Keempat jalan ini sering juga kita
kenal dengan catur marga, sehingga pembagiannya menjadi : (1) Jnana Marga, (2) Karma Marga, (3)
Bakti Marga, dan (4) Yoga Marga.
2.6  Penciptaan Manusia Menurut Hindu
            Di dalam Agama Hindu manusia dibuat dari dua unsur yaitu materi (prakerti) dan jiwa
(purusa). Bukan dari bahan hina/kotor. Jadi menurut Agama Hindu manusia pada intinya adalah suci.
Bukan dosa atau budak (hamba). Karena Agama Hindu percaya bahwa alam semesta ini diciptakan
secara evolusi. Dalam taitiriya upanisad dikatakan bahwa ether (akhasa) datang dari atman, udara
dari ether, api dari udara, air dari api, bumi dari air, tumbuhan dari bumi, makanan dari tumbuhan dan
manusia dari makanan. Menurut Hindu manusia terdiri dari 5 elemen, yaitu:
1. Pertiwi (unsur padat)
contoh: tulang
2. Apah (unsur cair)
contoh: darah
3. Teja (unsur panas)
contoh: suhu tubuh
4. Bayu (unsur gas)
contoh: oksigen dalam tubuh
5. Akasa (unsur hampa)
contoh: rongga dalam tubuh

Anda mungkin juga menyukai