Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

Mata Kuliah: Ilmu Akhlak


Dosen Pengampu: Dr. Mursidin, M.Pd.

RESUME KULIAH

Oleh :
Anisa Zahra Nurokhmah (1226000025)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
POTENSI AKHLAK MANUSIA

A. Nafs

Kata nafs dalam al-Qur’an diulang sebanyak 43 kali. Menurut Imam al-Ghazali, (jilid
IV:584), Ihya Ulumuddin Nafs memiliki tingkatan:

 Nafs al-Ammarah bi alsu’, yaitu nafsu pendorong kejahatan. Nafsu ini


merupakan nafsu paling rendah yang melahirkan sifat-sifat takabbur, kerakusan,
kecemburuan, syahwat, ghibah, bakhil dan seterusnya dan nafsu ini harus
diperangi oleh manusia karena membawa pada kehinaan dan kejahatan yang lahir
dari nafsu hewani.
 Nafs al-Lawwamah, yaitu nafsu tingkat awal yang memiliki kesadaran dasar
melawan nafsu pertama. Melalui bisikan qalb-nya, nafs menyadari kelemahannya
dan kembali kepada kemurniannya. Jika ini berhasil maka ia akan dapat
meningkatkan diri kepada tingkat berikutnya. Nafsu ini senantiasa bertentangan
antara keinginan pada kebaikan dengan besarnya dorongan pada keburukan, yang
akhirnya senantiasa menyesali dirinya sendiri.
 Nafs Mulhamah, yaitu jiwa yang terilhami untuk melakukan tindakan dan
kehendak yang tinggi. Jiwa ini lebih selektif untuk menyerap prinsip-prinsip.
Ketika Nafs ini merasa terpuruk kedalam kenistaan, segera akan terilhami untuk
mensucikan amal dan niatnya.
 Nafs Mutma’innah, yaitu jiwa yang tenang. Jiwa ini telah mantap imannya dan
tidak mendorong perilaku buruk. Jiwa tenang ini menomorduakan kenikmatan
materi.
 Nafs al-Radhiyah, yaitu jiwa yang ridha. Pada tingkatan ini jiwa telah ikhlas
menerima keadaan dirinya. Rasa hajatnya kepada Allah begitu besar.
 Nafs Mardhiyyah, yaitu jiwa yang berbahagia. Tingkatan ini meniadakan seluruh
keluhan, kemarahan dan kekesalan. Perilakunya tenang, calm, adem, soft, lembut
sedangkan dorongan perut dan sahwatnya tidak lagi bergejolak.
 Nafs al-Safiyah, yaitu jiwa yang tulus murni. Pada tingkatan ini seseorang bisa
disifati insan kamil atau manusia sempurna. Jiwanya pasrah pada Allah dan
senantiasa mendapat petunjuk-Nya. Jiwanya sejalan dengan kehendak-Nya.
Perilakunya keluar dari nuraninya yang paling dalam dan tenang.
Kata Nafs dalam al-Quran memiliki makna plural, di antaranya totalitas dan tingkah
laku, dan sisi lain dalam diri manusia yang berpotensi baik dan buruk. Jika dilihat secara
empiris dengan daya nalar manusia, Nafs memiliki lima daya, yaitu daya nutrisi, daya indera,
daya keinginan, daya rasional dan daya penggerak.

B. ‘Aql (Akal)

Nafs terbagi menjadi dua bagian, yaitu pertama akal praktis yang berkenaan dengan
tindakan moral. Akal ini menjadi pemicu tindakan seseorang, dan kedua ialah akal teoritis
yang berkaitan erat dengan perhitungan dan penalaran logis. Kata ‘aql dalam al-Quran
adalah kata kerja. Secara etimologi, akal ialah tali pengikat dan penghalang. Kata ‘aql itu
digunakan bagi sesuatu yang menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau
dosa. Makna ‘aql dalam al-Quran memiliki makna:

 Akal Pemahaman dan gambaran.


 Akal dorongan moral yang membawa manusia bisa memahami benar-salah, tepat-
tidak tepat, bahkan akal bisa sampai kepada moral imveratifnya Kant, yaitu
kesadaran bahwa apa yang dilarang Allah akalpun bisa menerimanya dengan
pengatahuan dan pemahaman yang logis.
 Akal daya untuk mengambil hikmah atau ibrah. Daya ini menggabungkan kedua
makna di atas.

Dalam pemikiran al-Kindi, akal terbagi menjadi:

 Al-‘Aql al-Fa’al merupakan jenis intelek yang memungkinkan akal untuk berevolusi
dari akal potensial ke akal aktual. Dimana seorang muslim mengetahui suatu objek
secara umum, kemudian merinci hal-hal terkecil.
 Al-‘aql bi al-quwwah merupakan keadaan asal akal, dengan segala potensi dan
kemungkinan untuk mengetahui, sebelum proses pengetahuan terjadi.
 Al-‘aql bi al-malakah yaitu keadaan akal setelah memperoleh pengetahuan dengan
bantuan intelek aktif. Misalnya hal seorang muslim yang telah mengetahui bahwa
Nafs itu bisa terkotori oleh lisan, amarah, ghibah, negative thinking, dan lain
sebagainya, maka iapun tidak melakukan hal yang bertentangan dengan akal moral.
 Akal bayani atau al-‘aql al-ba`in yaitu akal aktual ketika menggunakan pengetahuan
yang ia ketahui dalam tindakan. Di sini, puncak kinerja akal sebenar-benarnya. Ketika
dia mengetahui bahwa shalat itu mencegah kemungkaran, maka akan terus menjaga
shalatnya.

Melalui akal, manusia mampu merencanakan kehidupannya sesuai dengan tuntunan


illahi, membedakan baik dan buruk, benar dan salah, serta suasana gelap dan terang.
Dalam tinta sejarah, para rasul mencari Allah SWT melalui akal, seperti Nabi Ibrahim.
Akal merupakan nilai dasar eksistensi seorang muslim.

C. Ruh

Ruh merupakan sesuatu yang ada pada jasad (subtansi) yang diciptakan Allah sebagai
penyebab adanya hidup. Ruh berasal dari kata ar- Riyaah, yang berarti angin (sesuatu
yang tidak kelihatan tetapi punya energy besar). Atau dari akar kata Rawauha yang
bermakna pancaran zat kehidupan yang menggerakan suatu mahluk ciptaan-Nya menjadi
hidup. Ruh diciptakan bagi manusia karena dipersiapkan untuk menjadi mahluk yang
paling sempurna yang diamanati sebagai khalifah dan pemakmur bumi. Perangkat inilah
yang memungkinkan manusia mampu menunaikan amanah dibandingkan mahluk yang
lainnya.

Menurut al-Ghazali dalam Misykah al-Anwar, ruh memiliki tingkatan-tingkatan


tertentu yakni:

 Ruh Indrawi, yaitu ruh yang menerima sesuatu yang dikirim oleh panca indra.
Ruh ini merupakan rua awal da nasal dari mahluk hidup. Ruh ini yang
menyebabkan semua mahluk hidup menjadi hidup.
 Ruh Khayali, yaitu imajinati yang menyimpan dan merekan berbagai keterangan
atau informasi yang kemudian mensuplainya kepada akan apabila dibutuhkan.
 Ruh Aqli, yaitu akal intelegensi yang mampu menyerap, menginterpretasi makna-
makna yang luhur diatas kemampuan indrawi maupun khayali. Ruh aqli
merupakan ruh yang dimiliki khusus oleh manusia dan tidak dimiliki oleh
tingkatan di bawah kualitas manusia, bahkan pada manusia yang masih bayi ruh
aqal ini belum tumbuh.
 Ruh Pemikir, yaitu ruh yang mengambil ilmu-ilmu aqli yang murni. Kemampuan
ruh pemikir ini melahirkan penyatuan ilmu dalam bentuk ta’lifat (rangkaian) dan
izdiwijat (duplikasi) kemudian dideduksi menjadi pengetahuan yang berharga dan
terus dikembangkan dari masa kemasa sesuai dengan zaman pemikiran itu
berkembang.
 Ruh Suci Kenabian, yaitu ruh kudus yang tersingkap selubung-selubung lauh-
lauh ghaib dan hokum-hukum akhirat serta pengetahuan tentang kerajaan langit
dan bumi serta pengetahuan Rabbani.

Unsur-unsur ruh itu terbagi atas beberapa bagian, yakni:

 Ar-Ruh al-Idhofi, yakni ruh al-Hayat, ruh yang menjadikan segala sumber
kehidupan, berbentuk gaib, halus dan tidak kasat mata. Ruh ini biasa juga disebut
nyawa, kehidupan yang menyatu secara subtansi dengan jasad. Bila ruh ini keluar
maka jasad akan mati.
 Ruh Rabbani, yaitu ruh yang dikuasai dan diperintahkan oleh ruh idhofi. Alam
ruh ini diam dan berada dalam cahaya kuning, bila berhasil menjumpai ruh ini,
kita tak berkehendak apa-apa, hati tentram, dan tubuh tidak merasakan apa-apa.
 Ruh Rohani, yaitu roh yang berada dalam bentuk dan rupa perubahan yang
menyebabkan manusia terkadang baik dan buruk. Ruh ini memiliki 4 jenis nafsu:
Nafsu lawwamah, nafsu amarah, nafsu supiyah dan nafsu mutmainah. Kalau
manusia ditinggalkan oleh ruh ini maka manusia tidak lagi memiliki nafsu,
hasrat, termasuk syahwat.
 Ruh Nurani, yaitu ruh yang hanya menguasai nafsu mutmainah. Bila manusia
dikuasai oleh nafsu ini maka hati manusia menjadi terang, tenang, perilaku baik,
bahagia, dan aman sentosa. Namun bila manusia ditinggalkan ruh ini maka
manusia akan menjadi buruk, hati dan pikirannya gelap.
 Ruh Kudus, yakni ruh suci yang berada dibawah ruh idhofi juga dan membawa
manusia kepada kearifan, kebijakan yang tinggi, dan kedermawanan sejati.
 Ruh Rahmani, yaitu roh yang dibawah pengaruh ruh idhofi pula yang membawa
kepada kekuatan untuk berkasih sayang, cinta, senantiasa menolong, membantu
dengan penuh kesukaan, dan kesenangan hati.
 Al-Jasmani, yakni ruh yang berada di bawah kekuasaan ruh idhofi pula yang
menguasai seluruh darah dan urat syaraf sehingga manusia merasakan sakit,
lelah, nyeri, segar, bugar, perkasa dan kadang perkosa, serakah, malas, dan sifat
hewani lainnya. Bila ruh ini keluar dari jasad maka orang tidak akan merasakan
sakit meski ditusuk jarum atau kena luka.
 Ruh Nabati, yaitu ruh dibawah ruh idhofi yang mengendalikan perkembangan
dan pertumbuhan badan yang bersifat fisik. Karena itu ruh ini bisa disebut pula
ruh jasad.
 Ruh Rewani, yaitu ruh di bawah kekuasaan ruh idhofi yang berfungsi mengatur
manusia untuk terjaga atau tidur. Bila ruh ini ke luar maka manusia akan tidur.
Bila dalam tidur mengalami mimpi maka ruh itu di datangi ruh yang sudah
meninggal. Jadi mimpi itu merupakan kerja ruh rewani yang mengendalikan otak
manusia.

Karena begitu banyaknya jenis ruh, maka menurut cara kerjanya, ruh menurut al-
Ghazali terbagi dalam dua macam arti. Pertama dalam arti materi (ruh hewan). Pada tingkat
ini organ jasad yang bekerja sebagai daya penggerak maupun daya yang mengetahui dan
Kedua, dalam arti immateri (ruh isnani). Pada pengertian ini jiwa adalah nafs natiqah dengan
daya praktek dan teori. Kata jiwa dalam Qur’an adalah al-nafs dan ruh adalah al-ruh. Ruh dan
jiwa merupakan satu substansi yang sama, hanya saja yang membedakan keduanya adalah
sifat. Ruh bersifat ketuhanan dan jiwa bersifat kemanusiaan.
D. Qalb
Qalb merupakan anugerah Allah Swt yang berfungsi sebagai penggerak dan
pengontrol anggota tubuh lain. Kata qalb yang telah menjadi satu istilah diartikan dengan
segumpal darah yang menggantung dalam dada.
Inti dari kesadaran manusia adalah realitas hati (lathifah rabbaniyah) yang menjadi
tolak ukur utama perilaku manusia. Setiap hati dibedakan oleh tingkat kesadaran dan
realisasi diri yang meliputi maqamat batin, dan dalam sisi batin tersebut terdapat bagian-
bagian yang meliputi bagian luar hati dan bagian dalam hati. Sehingga nama hati (qalb)
adalah nama diri (ism al-’ain) yang mencakup beberapa bagian yang dapat berfungsi
sendiri yakni:
 Maqam as-shadr. Dia adalah kulit terluar dari hati, tempat bagi masuknya rasa
skeptis, keragu-raguan karena berada pada posisi yang paling luar, dan pintu
masuk bagi sifat-sifat kemanusiaan, seperti: syahwat, kebutuhan, dan lain-lain.
 Maqam al-Qalb. Sifat buta dan melihat bagi hati terdapat dalam al-qalb.
 Maqam al-Fu`ad. Maqam ini merupakan tempat saat ilmu al-Qalb dan marifat
menyatu. Penyatuan ini akan menyingkap segala sesuatu yang awalnya gaib atau
abstrak menjadi konkret.
 Maqamat al-Lubb. Tingkatan ini ialah tingkatan tertinggi dan teraman dalam hati.
Lubb dinilai sebagai al-Quthb yang tidak akan pernah sirna dan bergerak. Segala
pondasi agama dan cahaya spiritual ada di dalamnya, hingga di dalam cahaya
tidak akan sempurna dan lestari tanpa kesalehan al-Lubb. Di sini juga cahaya
tauhid dan cahaya syahadah tinggal.

Anda mungkin juga menyukai