Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

A. Pengertian Intuisi

Intuisi adalah kegiatan berfikir yang tidak analitis, tidak berdasarkan pada pola berfikir
tertentu. Pendapat yang berdasarkan intuisi ini timbul dari pengetahuan yang terdahulu
melalui suatu proses berfikir yang tidak disadari. Ada pendapat yang mengatakan, bahwa
intiusi merupakan pengalaman puncak. Pendapat lain mengatakan, bahwa intuisi merupakan
intelegensi yang paling tinggi.Intuisi hanya diberikan Tuhan kepada jiwa manusia yang
bersih dan dirasakan sebagai getaran hati nurani yang merupakan panggilan Tuhan untuk
berbuat sesuatu yang amat khusus.

Dalam Grolier Encyclopedia 2000, intuisi diartikan sebagai pengetahuan tentang


konsep,kebenaran atau pemecahan masalah,yang dicapai secara spontan,tanpa mengetahui
tahapan-tahapan penalaran dan penyelidikan. Beberapa psikolog memberi ciri pada intuisi
sebagai proses berpikir yang terjadi sangat cepat pada diri seseorang. Baik filisof maupun
psikolog,keduanya sepakat bahwa intuisi merupakan pengetahuan yang didapat secara
langsung, tanpa melalui proses dan prosedur berpikir ilmiah. Asumsi filosofis dan psikologis
yang menyadarinya adalah di ala mini terdapat obyek yang dapat
diteliti,dieksperimentasi,dan di analogy secara empiris, namun disisi yang lain terdapat
obyek yang hanya dapat dirasakan.

Perolehan intuisi bisa jadi melalui proses dan prosedur,tetapi bukan seperti yang
dilakukan sebagaimana dalam proses dan prosedur berpikir empitik-esperimental. Intuisi
mengarahkan seseorang untuk memahami isyarat, symbol,fenomena dan obyek-obyek
tertentu yang dianggap sulit dicerna oleh nalar rasional. Karenanya, menurut Bergson, yang
disitir oleh Iqbal, intuisi dipandang sebagai jenis intelektual yang tinggi.

Struktur kejiwaan yang mampu menangkan intuisi-oleh DePorter dan Hernacki-disebut


dengan “otak kanan”. Menurutnya,otak manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu otak kiri
dan otak kanan. Masing-masing belahan memiliki tanggung jawab terhadap cara berfikir dan
mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu,walaupun ada beberapa
persilangan dan interaksi antar kedua sisi.

Proses otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, teratur, dan rasional. Cara berpikirnya
sesuai dengan tugas-tugas teratur, ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,
menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisnya. Sedangkan proses otak kanan
bersifat acak, tidak teratur, intuitis, dan holistic.

1
Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat non verbal,
seperti perasaan dan emosi, keasadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan
kehadiran suatu benda atau orang).

Melalui kerja otak kanan, Deporter dan Hernachi mengemukakan bahwa kecerdasan
tertinggi dan bentuk tertinggi dari pikiran kreatif adalah intuisi. Intuisi dipandang sebagai
kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima kelima
indra. Keberadaan intuisi tidak bertentangan dengan pikiran rasional, justru ia didasarkan
atas pemikiran rasional yang tinggi.

Cara perolehan intuisi dapat ditempuh melalui latihan dan pembiasaan kontemplasi
secara mendalam,meskipun kehadirannya diluar rencana dan kontrol empunya.Validitasnya
bersifat subyektif,sehingga masing-masing individu memiliki pengalaman dan kualitas yang
berbeda. Intuisi yang dikenal dalam wacana Psikologi Kontemporer bersifat antroposentris.
Artinya dia berasal dari dalam diri manusia sendiri,bukan dari luar.

Dalam khazanah Islam,terutama yang diwariskan oleh para ahli sufi tidak ditemukan term
intuisi (al-bads) secara tegas.meskipun tidak ditemukan namun terdapat term yang lain yang
muatan substansinya hamper sama,bahkan memiliki spesifikasi tersendiri. Al-Qusyairi
secara jelas menggunakan term al-khawatir,al-warid,al-bawadib,dan al-bujum.

Al-khawatir adalah pikiran atau perintah yang datangnya secara tiba-tiba pada diri
manusia. Menurut al-Ghazali,al-khatbir (bentuk tunggal dari al-khawatir) adalah sesuatu
yang menggerakkan hati manusia.

Abd Al-Qadir al-Jailani (Pendiri tarekat Qadiriyah), membagi bisikan-bisikan nafsani (Al
Khawatir) dalam empat kategori :

1) Al-Khathir al-syaythani
yaitu bisikan dasi setan yang disebut dengan waswas. Krakternya membisikkan
jiwa manusia untuk berbuat maksiat, kekufuran, kefasikan, kemusyrikan, dan
perbuatan yang merusak. Al-Mahasibiy mengemukakan bahwa tanda-tanda waswas
adalah membisikkan kepada manusia untuk meninggalkan ibadah wajib dan ibadah
sunnah serta mengajak berbuat maksiat dan menkonsumsi hal-hal yang syubhat.
Firman Allah dalam Surat Al-Isra : 53 yang artinya :
“Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya setan
itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”

2
2) Al-khatis al- insani
Yaitu bisikan dari dalam manusia sendiri yang terdiri atas :
● al-khatir al-aql, yang karakternya terkadang baik mengikuti perintah ilahi, dan
terkadang menyesatkan mengikuti perintah syaithani.
● al-khatir al-nafs (al-bawajis), yaitu yang mengajak manusia untuk mengumbar
nafsu-nafsu impulsive dan primitifnya, seperti menghalalkan semua cara,
memakan makanan yang haram dan mengikuti hawa nafsu.

Baik buruknya al-khatir al-insani sangat tergantung pada kendali diri. Jika seseorang
mampu mengendalikan dirinya dengan berpegang teguh pada hukum-hukum Allah
SWT, maka al-khatir ini menjadi baik.

3) al-khatir al-maliki
Yaitu bisikan yang datangnya dari malaikat Allah. karakternya membisikkan
manusia untuk berbuat taat, jujur, dan ikhlas kepada Allah SWT, sehingga
mengakibatkan selamat dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
4) al-khatir al-rabbani
Yaitu bisikkan yang datangnya langsung dari Allah SWT. Bisikkan yang berasal
dari Tuhan tidak dibedakan dengan bisikan yang berasal dari malaikat, sebab malaikat
hanya pesuruh Allah. Malaikat hanyalah makhluk Allah yang tidak punya daya pilih
dan ia tidak melakukan apapun kecuali atas perintah-Nya.

Al-warid adalah limpahan pengetahuan,ketajaman berpikir dan bisikan kegembiraan atau


kesedihan. Ia lebih tinggi dari al-khatbir,pengaruhnya tergantung pada kesiapan atau
kemampuan mental manusia. Ia juga dpat menyebabkan kegaiban dan kegilaan(majnum).
Al-bawadib adalah kejutan-kejutan yang muncul secara tiba-tiba,yang menimbulkan
kegembiraan atau kesedihan. Al-hujum adalah sesuatu yang datang secara tiba-tiba tanpa
ada usaha melalui kekuatan atau peristiwa. Dalam peristiwa peperangan saraya(peperangan
yang tidak diikuti nabi atau khalifah), Umar bin khattab mengalami apa yang disebut dengan
al-hujum. Ketika ia berkhutbah diatas mimbar,tiba-tiba ia member komando jarak jauh
kepada pasukannya, agar naik gunung. Para tentara mendengar komando tersebut dan segera
naik gunung. Peperangan yang nyaris dimenangkan oleh kaum kafir itu menjadi terbalik
yang kemudian dimenangkan kaum muslimin berkat Al-Hujum yang diberikan oleh Umar
Bin Khatab.

3
B. Macam-macam Intuisi
1. Khatir

Khâtir ialah bisikan yang menghunjam ke dalam hati seseorang tanpa diduga olehnya.
Bisikan pada khatir lebih terarah pada perintah untuk melakukan sesuatu. Menurut Al-
Ghazali, al-khatir (bentuk tunggal dari al-khawatir) adalah sesuatu yang menggerakkan hati
manusia. Semua perilaku manusia bermulai dari al-khatbir, dan al-khatbir menggerakkan
kecintaan (al-raghbab), dan kecintaan menggerakkan keinginan yang kuat (Al-azam), dan
keinginan yang kuat menggerakkan niat (kesadaran diri dan komitmen untuk melakukan
sesuatu) dan niat mengerakkan anggota tubuh.

Khatir juga disebut bekas-bekas yang timbul di dalam hati seseorang, yang
mendorongnya dan mengajaknya untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan.
karena berubah-ubahnya hati. Semua khatir yang timbul di hati seseorang itu sebenarnya dari
Allah Ta’ala. Hanya saja, khatir itu dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

- Bisikan yang datangnya dari Allah, yang disebut bisikan rabbani

- Bisikan malaikat, disebut dengan ilham

- Bisikan nafsu, disebut dengan hajis

- Bisikan setan yang disebut dengan waswas.

Bisikan rabbânî atau intuisi Ilahi akan diraih ketika berusaha menghidupkan hati
dengan ma’rifatullâh. Bisikan itu bukan sekadar bisikan biasa, tapi merupakan nur Ilahi yang
memenuhi seluruh sudut hati. Nur Ilahi ini terbagi menjadi tiga tingkatan dengan meninjau
kelas dalam sulûk, yaitu kelas permulaan (bidâyah), kelas pertengahan (wasth), dan kelas
puncak (nihâyah). Nur Ilahi yang masuk pada kelas pertama ialah wârid al-intibâh, yaitu
cahaya yang mengeluarkan dari kelalaian yang gelap-gulita menuju kesadaran dan ingat
kepada Allah. Kelas pertengahan akan dimasuki wârid al-iqbâl, yakni cahaya yang
dihunjamkan ke dalam hati yang menyebabkan hati akan selalu berzikir kepada Allah dan
melupakan segala selain Allah. Kelas terakhir akan dimasuki wârid al-wishâl, yakni cahaya
yang menguasai hati seorang hamba lalu menguasai lahir dan batinnya, sehingga ia menjadi
sirna dari dirinya.

Dari sini, kita tidak bisa memahami bahwa hati tidak bisa hanya menerima satu bisikan
saja atau tetap dalam kondisi yang stabil, hati juga bisa menolak adanya cobaan, dan hati
harus mempunyai alat ukur atau seleksi, dan alat seleksinya adalah al-Qur’an dan al-hadits.

4
2. Ilham

Potensi intuitif manusia yang mengajak pada kebaikan. Intuisi ini bisa bersifat Rabbani
atau intuisi Ilahi dan bisa dari bisikan malaikat atas ijin Allah. Fenomena ilham dalam
masyrakat islam khususnya dan dalam hati seorang muslim merupakan fenomena yang bisa
terjadi menurut syara’. Al-khatir ini dihasilkan dari berpikir dan berzikir. Ilham ini sering
terjadi di lingkungan ummat, bahkan sering dialami oleh setiap orang itu sendiri atau
disaksikan dari orang-orang di sekitar mereka, jika mereka melakukan sesuatu hal yang
termasuk kategori perjalanan menuju Tuhan.

Di sini, cakrawala dan perasaan qalbiyah bisa dirasakan seseorang apabila memiliki nash-
nash yang qath’i atau pasti yang dengannya dia merasa tenang sehingga apa yang
dirasakannya adalah benar, karena nash-nash Rabbani memberikan penjelasan kepadanya
tentang hakikat dunia jiwa, hati dan akal dan apa yang mungkin terjadi atau dialami oleh
ketiganya.

3. Ilmu laduni

Dalam ilmu tasawuf, ilmu laduni dianggap ilmu yang paling tinggi dibandingkan ilmu-
ilmu lainnya. Ilmu laduni merupakan ilmu yang dikaruniakan Allah SWT kepada seorang
secara tiba-tiba tanpa diketahui bagaimana proses awalnya, sehingga orang menerimanya
dapat langsung menguasai ilmu tersebut tanpa belajar.

Secara etimologi atau bahasa ilmu laduni terdiri atas dua kata bahasa arab, “ilmu” dan
“laduni”, kata ilmu diartikan dengan pengetahuan (knowledge), sedangkan laduni adalah
hidayah dari Allah. Jadi ilmu laduni adalah pengetahuan yang datang dari sisi Allah yang
diberikan kepada manusia.

Menurut pandangan psikologi, ilmu laduni disebut dengan pengetahuan diam-diam (Tacit
knowledge) atau pengetahuan implicit, yang dipelajari melalui pengalaman tetapi tanpa
intense. Dan pengetahuan diam-diam ini tidak bisa diakses secara biasa oleh kesadaran.

5
4. Waswas

Wawas merupakan al-khatir yang pertama yaitu menurut Al-Ghazali waswas adalah
bisikan dari setan dan hawa nafsu yang mengajak negative berperilaku menyimpang. Waswas
berasal dari setan yang memotivasi manusia untuk berbuat keburukan. Hal ini biasa dihasilkan
dari berkhayal, syahwat, amarah, dan perilaku yang tercela. Disebut juga gerak hati yang
datang dari setan dan hawa nafsu tetapi sebenarnya khatir ini timbul sesudah adanya ajakan
dari setan dan hawa nafsu. Karakternya membisikkan manusia untuk berbuat maksiat,
kekufuran, kefasikan, kemusyrikan, dan perbuatan yang merusak. Tanda-tanda waswas adalah
membisikkan kepada manusia untuk meninggalkan ibadah wajib dan ibadah sunah serta
mengajak berbuat maksiat dan mengkonsumsi hal-hal yang syubhat. Waswas akan lebih sulit
diidentifikasi ketika menyelubung pada perbuatan yang baik. Artinya, dalam pandangan lahir,
perbuatan yang dilakukan dirasa baik, tetapi dari pandangan batin, perbuatan tersebut dinilai
buruk.Untuk menghindari waswas, setidaknya ada cara yang dapat ditempuh yaitu berzikir
kepada Allah SWT. Waswas yang dijelaskan di surat al-An’am ayat 112 yang artinya:

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki , niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa
yang mereka ada-adakan.”

Wawas ini adalah kekuatan intuitif manusia yang cenderung melakukan kekeliruan dalam
menilai atau memiliki kekeliruan penilaian, walaupun itu bisa diprediksi. Dengan kesenangan
yang luar biasa, manusia menciptakan dan menopang kepercayaan-kepercayaan palsu. Seperti
halnya:

- Mengotruksi Memori

Misalnya ketika berjemur diterik matahari di pinggiran pantai. Jika melihat diri sendiri,
mungkin terdapat kebohongan yang terselebung.

- Salah memprediksi perasaan-perasaan kita

Misalnya memprediksi harga suatu makanan yang cukup dalam kantong. Setelah membeli
hasilnya uang yang ada dikantong ternyata tidak cukup untuk membelinya. Sangat
memalukan pastinya.

6
- Salah memprediksi prilaku kita sendiri

Misalnya menunjukkan optimisme yang berlebihan mengenai ujian-ujian mereka yang akan
datang. Tidak lama sebelum kembali menghadapi ujian, optimism ilusif itu lenyap ketika
memberanikan diri untuk mengahadapi yang terburuk dalam ujian yang di karenakan kurang
belajar.

Jadi, dalam kehidupan manusia membutuhkan alat ukur atau seleksi yang berpatokan al-
Qur’an dan al-hadist agar manusia selamat dalam melewati segala cobaan hidup dan selamat
dunia dan akhirat.

5. Firasat

“Hati- hatilah dengan firasat orang yang beriman, karena dia melihat dengan cahaya
Allah “[11]

Firasat adalah kekuatan yang diberikan Allah tersebut, tidak hanya terbatas kepada cara
memandang, melihat, memutuskan suatu perkara ataupun mencarikan jalan keluar. Akan
tetapi, kekuatan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan ini. Orang yang beriman
mempunyai kelebihan kekuatan dalam bersabar menghadapi ujian dan cobaan, karena dia
yakin bahwa hanya Allah-lah yang mampu menyelamatkan dan memberikan jalan keluar dari
ujian tersebut, sekaligus berharap dari ujian tersebut, bahwa dia akan mendapatkan pahala di
sisi-Nya dan akan menambah ketinggian derajatnya di akherat kelak.

Firasat menurut arti bahasa adalah bersemayam (al-tatsabbut), penglihatan (al-nazhar)


dan pertanda (al-alamah). Sedangkan menurut arti istilah tanda-tanda sesuatu yang belum
terjadi. Firasat diberikan oleh Allah SWT kepada hati orang yang dekat dengan-Nya.

Tanda- tanda firasat yang digunakan oleh seorang yang alim untuk mengetahui sebuah
peristiwa, bukan hanya berupa “fahisah“ (kemaksiatan seperti zina dan sejenisnya) saja, akan
tetapi tanda-tanda itu bisa juga berupa penyelewengan dari manhaj Al Quran secara umum
dan penyelewengan dari disiplin ilmu yang benar, walaupun kadang, penyelewengan tersebut
dilakukan dengan tidak sengaja, seperti : tidak adanya amar ma’ruf dan nahi mungkar didalam
suatu masyarakat, atau bahkan ada perbuatan amar ma’ruf dan nahi mungkar, tetapi tidak
dilandasi dengan ilmu syar’i yang benar. Kita lihat umpamanya, Bani Israel mendapatkan
laknat dan adzab dari Allah karena mereka meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

7
Contoh firasat yang benar, bahwa seorang alim akan mengetahui runtuhnya suatu bangsa,
atau terjadinya malapetaka mengerikan yang akan menimpa pada suatu tempat, dengan
melihat tanda- tandanya, seperti menyebarnya perzinaan dengan cara yang terang-terangan,
merebaknya perbuatan liwathatau homosex, semaraknya riba di bank- bank dan di pasar-
pasar, serta perbuatan –perbuatan sejenis, yang kesemuanya itu akan mendatangkan murka
Allah dan mengakibatkan turun adzab dari langit. Penyakit “ AIDS ” , yang sampai sekarang
belum ada obatnya, merupakan bukti nyata akan statement di atas. Di tambah muncul wabah
baru yang mengerikan dan pemburu nyawa yang ditakuti oleh semua orang, yaitu wabah “
SARS “ yang membuat kalang kabut negara- negara maju. Terakhir penyakit ini, malah
menyerang tentara Amerika yang menjajah Irak.

6. Wahyu

Dalam syariat Islam, wahyu adalah qalam atau pengetahuan dari Allah, yang diturunkan
kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Kata
"wahyu" adalah kata benda, dan bentuk kata kerjanya adalah awha-yuhi, arti kata wahyu
adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.

Selanjutnya dijelaskan lebih dalam bahwa pengertian makna wahyu meluas menjadi beberapa
makna, di antaranya adalah sebagai:

● Perintah
● Isyarat, seperti yang terjadi pada kisah Zakaria

“ Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda." Tuhan berfirman: "Tanda
bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga
malam, padahal kamu sehat." Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia
memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang."
(Maryam 10-11)

7. Sixth Sense
Indra keenam berperan sebagai indra untuk menangkap informasi tentang dunia sekitar
yang tidak bisa diperoleh dengan indra biasa. Dalam bahasa inggris, indra keenam dikenal
dengan istilah sixth sense. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang dimiliki Allah
SWT, ini sebagai konsekuensi manusia sebagai khalifah (pemimpin) dimuka bumi. Allah
SWT telah menganugrahkan akal serta pikiran kepada manusia sebagai modal untuk
menjalankan tugasnya tersebut. extra sensory perception atau disingkat ESP.

8
C. Quantum Learning Islami

Metode Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar yang
membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan,penuh kegembiraan dan
bermanfaat.

Tujuan Quantum Learning menurut pandangan Islam adalah membina manusia guna
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya. Manusia yang dibina
adalah mahluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan inmaterial (akal dan jiwa).
Pembinaan akal menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwa menghasilkan kesucian dan etika,
sedangkan pembinaan jasmani menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-
unsur tersebut, terciptalah makhuk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat,
ilmu dan amal

Penerapan metode Quantum learning seperti kegiatan tadabbur alam misalnya,mengantar


siswa untuk mengetahui kebesaran Allah bukan lewat teks tapi langsung melihat dalam alam
nyata.Dalam belajar para siswa tidak hanya dituntut untuk mempelajari,menekuni, dan
menguasai berbagai pelajaran dalam bentuk teori saja seperti membaca dan menulis.Namun
mereka juga diarahkan untuk dapat melakukan kerja praktek di lapangan melalui berbagai
kegiatan “ekstra kurikuler” sesuai konsep pendidikan islam,yang dapat diambil manfaatnya
dan dapat menghasilkan pengalaman belajar .

Ada tiga konsep kunci dari quantum learning yang hendak dilihat dari sudut pandang p
endidikan Islam. Yang pertama, pandangannya tentang manusia; kedua pandangannya tentang
lingkungan yang mendukung proses pembelajaran dan yang ketiga metodologi pengajaran
yang diterapkan di sana. Lebih lanjutnya akan dipaparkan berikut ini :

a.) Pandangan Tentang Manusia

Manusia sebagaimana diketahui sangat menentukan dalam proses pendidikan.


Pembicaraan apapun mengenai pendidikan pastilah mengupas manusia lebih dahulu.
Quantum learning sebagai sebuah pendekatan dalam dunia pendidikan, tidak lepas dari ini
juga. Setiap manusia menurut q uantum learning mempunyai potensi yang sama. Dan
perbedaan yang ada lebih pada bagaimana manusia itu memanfaatkan otaknya. Pemikiran
bahwa setiap orang mempunyai potensi yang sama, berdampak positif terhadap
perkembangan anak didik.

9
Setiap orang kemudian menyadari bahwa ia mempunyai peluang yang luar biasa besarnya.
Pemahaman yang seperti ini, memungkinkan seseorang untuk meniru orang lain dan
menggunakan orang itu sebagai model dengan mengatur pola berpikir dan tubuh yang seperti
dia. Dalam q uantum learning, seluruh pribadi adalah penting, baik akal, fisik maupun
emosi/pribadi. Kehormatan diri yang tinggi adalah material penting dalam membentuk pelajar
yang sehat dan bahagia. Dilihat dari perspektif p endidikan Islam, pandangan bahwa manusia
mempunya potensi yang bisa dikembangkan sangatlah relevan.

b.) Pandangan Tentang Lingkungan

Dalam konsep quantum learning, semua kurikulum secara harmonis merupakan


kombinasi dari tiga unsur: Keterampikan akademis, prestasi fisik dan keterampilan dalam
hidup. Yang mendasari kurikulum ini adalah filsafat dasar dengan keyakinan bahwa dalam
belajar agar efektif. Ia harus dapat dan menyenangkan.

Belajar dalam konsep quantum learning adalah kegiatan seumur hidup yang dapat
dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. Untuk mendukung falsafah ini, dalam
quantum learning kemudian dipersiapkan lingkungan yang bisa menjadikan semua siswa
merasa penting, aman dan nyaman. Ini dimulai dengan lingkungan fisik yang diperindah
dengan tanaman, seni dan musik. Ruangan juga dibentuk sedemikian rupa, agar terasa pas
untuk kegiatan belajar seoptimal mungkin.

c) Metodologi Penelitian

Dalam quantum learning ada falsafah yang dipegang kuat, bahwa belajar adalah kegiatan
seumur hidup yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. Kurikulum yang
diterapkan di sana, merupakan responden antara keterampilan akademis, prestasi fisik, dan
keterampilan dalam hidup dengan pengoptimalan pada akal, fisik, dan emosi/pribadi.
Quantum learning pada dasarnya berakar dari upaya Dr. Biorgi Lozanov, yang bereksperimen
dengan apa yang disebutnya sebagai s uggestologi atau suggestopedia. Pada prinsipinya
Lozanov dengan s uggestologi mengajukan pemikiran bahwa setiap detil itu berarti. Sugesti
pasti dan dapat mempengaruhi hasil situasi belajar baik sugesti positif ataupun negatif.
Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan
murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi
individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan
informasi dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.

10
A. Kesimpulan

Dalam iman yang benar, ibadah dan mujahadah yang benar, terdapat cahaya yang Allah
tanamkan di dalam hati hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya. Dan jelas sekali iman
sesungguhnya dinisbatkan dengan meningkatnya kesehatan, kebahagiaan, pengendalian,
karakter, kedermawanan, dan keikhlasan. Jika dalam diri sendiri dapat jujur, dapat di ketahui
mana yang benar. Di kegelapan malam, kaum teis dan ateis akan memiliki momen masing-
masing ketika mereka bertanya-tanya apakah sisi lain mungkin mengandung kebenaran.
Mungkin seluruh intuisi spiritual adalah ilusi. Akan tetapi jika dapat membuktikan hakikat
realitas mutlak, kita tidak akan membutuhkan iman untuk menempati spekulasi kita akan
eksistensi Tuhan.

Maka dari itu segala gambaran yang dilihat kita harus tinjau dengan keimanan yang kuat
dan hati yang bersih agar semua tidak tertipu oleh muslihat-muslihat yang menyesatkan. Dan
semoga Allah selalu memberi maghfirah dan rahmatNya untuk semua umat manusia. Metode
Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar yang membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan,penuh kegembiraan dan bermanfaat. Tujuan
Quantum Learning menurut pandangan Islam adalah membina manusia guna mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya

B. Saran

Demikianlah, makalah yang saya paparkan serta masih jauh dari kata baik. Oleh sebab
itu, masukan dari berbagai pihak sangatlah saya harapkan, untuk memperkaya materi dan
memperdalam pemahaman. Tak lupa ucapan maaf dan terima kasih saya haturkan dengan
sepenuh hati kepada semua pihak atas kerjasama di dalam pembuatan maupun penyampaian
materi ini.

11

DAFTAR PUSTAKA

Mujib, Abdul.2002.Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002


Al-Ghazali, Ilmu Laduni, diterjemahkan dari Al-Risalat Al-Laduniyah, Jakarta : Penerbit
Hikmah, 2004, hal.75

13

Anda mungkin juga menyukai