Anda di halaman 1dari 27

REKONTEKSTUALISASI

FIQIH ISLAM
KH. M. SHIDDIQ AL JAWI, S.Si, MSI
Islamic Business Online School
POKOK 1. Apa Itu Rekontekstualisasi Fiqih?
BAHASAN 2. Sejarah Singkat Rekontekstualisasi Fiqih
3. Metode Rekontekstualisasi Fiqih
4. Kritik Terhadap Rekontekstualisasi Fiqih
POKOK BAHASAN #1
APA ITU
REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM?
Rekontekstualisasi Islam adalah menundukkan fiqih Islam agar sesuai
dengan fakta yang ada.
Fakta menjadi standar atau norma yang absolut yang harus diikuti.
POKOK BAHASAN #1
Fiqih Islam menjadi pemikiran yang relatif dan wajib ditundukkan pada
fakta. APA ITU
REKONTEKSTUALISASI
Fakta ini bermacam-macam, dapat berupa misalnya : FIQIH ISLAM
1. Berbagai teori dalam sains & teknologi
2. Berbagai cabang ilmu-ilmu sosial humaniora seperti ilmu hukum,
ekonomi, sosiologi, dan sebagainya.
3. Berupa peraturan perundangan-undangan, misalnya sistem pidana.
4. Sistem pemerintahan atau sistem ekonomi yang ada.
5. Tradisi atau kebiasaan atau gaya hidup dalam kehidupan
masyarakat, seperti seni budaya, busana, makanan, minuman,
pernikahan, dan sebagainya
Sebagai contoh: Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas
menyebut rekontekstualisasi fiqih Islam untuk menghilangkan
Khilafah.
POKOK BAHASAN #1
Menurutnya Khilafah akan menjadi bencana bagi umat Islam
kalau diperjuangkan untuk eksis lagi. APA ITU
REKONTEKSTUALISASI
Pernyataan seperti ini intinya penolakan terhadap Khilafah. FIQIH ISLAM
Mengapa Khilafah ditolak? Sebenarnya Khilafah ditolak atau
tertolak, bukan karena Khilafah tidak sesuai dengan Al Qur`an
dan As Sunnah, melainkan karena dianggap tidak sesuai
dengan fakta.
Fakta yang ada ini maksudnya boleh jadi sistem republik yang
ada, atau boleh jadi konsep Negara-bangsa (nation-state) yang
sedang diterapkan.
POKOK BAHASAN #2

SEJARAH SINGKAT
REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
Dalam kitab Mafhüm Tajdîd ad-Dîn, Busthami Muhammad Sa’id
menerangkan bahwa di dunia Islam pada abad ke-19 ada trend
pemikiran yang disebut modernism (Arab : al ‘ashraniyyah / al
hadaatsah). POKOK BAHASAN #2
Modernisme bukan berarti paham yang menghargai sains dan teknologi, SEJARAH RINGKAS
REKONTEKSTUALISASI
melainkan manhaj berfikir terhadap ajaran agama yang harus FIQIH ISLAM
disesuaikan atau ditundukkan kepada pemikiran-pemikiran Barat.
Baik pemikiran yang berupa hasil dari metode ilmiah atau ilmu alam,
maupun ilmu sosial humaniora seperti politik yang menghasilkan
demokrasi atau ekonomi yang melahirkan kapitalisme, dan lainnya.
Awalnya, modernisme agama terjadi pada agama Yahudi dan Nashrani
di abad ke-17 dan ke-18. Akhirnya pada abad ke-19, trend ini diikuti
oleh sebagian intelektual / ulama muslim.
Para intelektual atau ulama yang mengikuti metode
modernisme tersebut, di masa sekarang kita menyebutnya
intelektual liberal atau sekuler, seperti Sayyid Ahmad Khan, POKOK BAHASAN #2
Muhammad Abduh, Ali Abdul Raziq, dan sebagainya.
SEJARAH RINGKAS
Inti metode modernism adalah menundukkan Islam kepada REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
peradaban Barat.
Di Indonesia, modernisme itu terwujud antara lain dalam
bentuk reaktualisasi fiqih yang pernah dikampanyekan
Menteri Agama Munawir Sjadzali tahun 1980-an. Juga dalam
bentuk pembaharuan agama versi Nurcholish Madjid.
Di era Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dikampanyekan
Rekontektualisasi fiqih Islam atau moderasi Islam.
POKOK BAHASAN #3
METODE
REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
METODE REKONTEKSTUALISASI FIQIH.
 Pertama, berusaha memahami fakta apa adanya secara objektif.
 Kedua, fakta yang banyak terwujud akibat pemikiran Barat ini, akan POKOK BAHASAN #3
dijadikan standar (norma), yaitu kebenaran mutlak. Misalnya konsep METODE
Negara sekuler, konsep Negara-bangsa, sistem kapitalisme, demokrasi, REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
dsb.
 Ketiga, menyesuaikan syariat Islam dengan pemikiran Barat yang
sedang ada (eksis) di masyarakat tersebut (Negara sekuler, demokrasi,
Negara bangsa, dsb).
 Keempat, mencoba mencari justifikasi untuk menundukkan fiqih agar
sesuai fakta, dari khazanah hukum Islam, seperti dari ayat Al-Qur’an,
hadis Nabi, atsar para sahabat, tentu yang sudah ditafsirkan
maknanya secara bebas (liberal), atau diberi justifikasi dari konsep
tertentu dari para ulama, seperti Maqoshidus Syariah.
Proses penundukan fiqih agar mengikuti fakta tersebut dilakukan
secara halus, tidak vulgar. Dengan cara sebagai berikut:
1. Memanfaatkan ayat, hadits, atau konsep tertentu, seperti
konsep Maqoshid Syariah atau konsep Tajdid, yang telah POKOK BAHASAN #3
dipalsukan atau direkayasa maknanya agar cocok dengan METODE
fakta. REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
Maqoshid Syariah banyak diekploitasi untuk tujuan-tujuan di luar
tujuan syariah, yang justru menghapuskan hukum-hukum syariah
itu sendiri.
Misalnya dikatakan jihad itu hanya wasa’il (sarana / alat /
instrument antara).
Yang penting adalah tujuan (maqashid) dari jihad itu sendiri, yaitu
menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Maka jihad itu bisa diganti
dengan yang lain, misalnya dakwah via internet.
Khilafah juga dikatakan hanya wasa’il (sarana / alat /
instrument antara). Yang penting adalah tujuan (maqashid)
dari Khilafah itu, yaitu menerapkan hukum-hukum syariah
untuk mewujudkan keadilan, persamaan, dan kesejahteraan. POKOK BAHASAN #3
Jadi Khilafah itu bisa diganti dengan sistem pemerintahan METODE
lainnya, seperti republik-demokrasi, kerajaan, dsb, yang REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
penting tujuannya tercapai, yaitu mewujudkan keadilan,
persamaan, dan kesejahteraan.
Sesungguhnya ini bukan Maqoshid Syariah, tetapi
penghancuran Syariah, sekaligus sebuah pemalsuan intelektual
terhadap konsep Maqoshid Syariah itu sendiri, yang digagas
oleh Imam Syathibi dalam kitabnya Al Muwafaqat fi Ushul Al
Syariah Juz kedua.
Dalam konsep Maqoshid Syariah yang orisinal dari Imam
Syathibi, tujuan-tujuan syariah hanya dapat diwujudkan
dengan syariah saja, bukan melalui jalan lain di luar syariah.
POKOK BAHASAN #3
Sedang dalam konsep Maqoshid Syariah yang sudah
dipalsukan, tujuan-tujuan syariah dapat diwujudkan tanpa METODE
REKONTEKSTUALISASI
harus melalui syariah. FIQIH ISLAM
Jadi Maqoshid Syariah yang sudah dipalsukan ini, intinya
adalah oplosan beracun antara konsep Imam Syathibi (w.790
H/1388 M) dalam kitabnya Al Muwafaqat dengan konsep
Nicholo Machiaveli (w. 1527 M) dalam bukunya The Prince
yang mengajarkan prinsip sesat “tujuan dapat menghalalkan
segala macam cara” (the end justifies the means).
2. Klaim bahwa rekontekstualisasi fiqh didasarkan pada
hukum syara’ atau ijtihadi.
Klaim tersebut tak dapat diterima. Karena ijtihad sangat POKOK BAHASAN #3
berbeda dengan rekontekstualisasi fiqh.
METODE
Makna dasar Ijtihad adalah mewujudkan hukum yang sama REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
sekali baru, bukan mengubah hukum yang sudah mapan
menjadi hukum lain, seperti dalam rekontekstualisasi fiqh.
Ijtihad juga ada majal-nya, atau bidang yang menjadi lapangan
ijtihad, yaitu hal-hal yang tidak ada nash-nya.
Sedang dalam rekontekstualisasi fiqh, yang dijadikan sasaran
adalah bidang yang ada nash-nya, misalnya wajibnya Khilafah,
lalu kemudian diubah dan dihapuskan hukumnya.
Maka Khilafah yang semula wajib hukumnya lalu diubah
menjadi hukum lain, boleh jadi diubah menjadi boleh (mubah)
–sehingga ada justifikasi untuk sistem lain seperti republic atau
monarki— atau boleh jadi diubah menjadi haram (tertolak) POKOK BAHASAN #3
sehingga konsep Khilafah dihapuskan dari kurikulum METODE
pendidikan. REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
Rekontekstualisasi fiqih seperti ini hakikatnya bukan ijtihad,
yang bermakna memahami nash, melainkan justru
memperkosa nash, yaitu memaksakan makna-makna asing
yang tidak terkandung di dalam nash itu sendiri.
POKOK BAHASAN #4
KRITIK TERHADAP
REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
POIN-POIN KRITIK
PERTAMA, rekontekstualisasi Islam sangat
POKOK BAHASAN #4
bertentangan dengan Islam.
KRITIK TERHADAP
KEDUA, kesalahan mendasar dari rekontekstualisasi REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
fiqh adalah menjadi fakta sebagai sumber hokum.
KETIGA, fakta wajib dikembalikan kedudukannya ke
posisi yang benar, yaitu bukan sumber hokum
(mashdarul ahkam), melainkan sasaran hukum
(manath) yang wajib mengikuti sumber hukum (Al
Quran dan As Sunnah).
PERTAMA, Rekontekstualisasi Islam sangat bertentangan dengan
Islam.
Upaya untuk membengkokkan agama Islam agar tunduk kepada POKOK BAHASAN #4
fakta, sebenarnya sudah pernah terjadi di masa Rasulullah SAW,
KRITIK TERHADAP
dan tentu sudah ditolak oleh Rasulullah SAW. REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
Dalam kitab Tafsir Al Wajiz karya Syekh Wahbah az-Zuhaili
dijelaskan, ada orang-orang musyrik Makkah merasa tidak senang
ketika Al-Qur’an mencela Latta, Uzza, dan berhala-berhala.
Mereka mendatangi Nabi SAW dan mengatakan untuk mengubah
Al-Qur’an agar tidak mencela Tuhan-Tuhan mereka dan mencari Al-
Qur’an yang memuji Tuhan-Tuhan mereka.
Mereka ingin Al-Qur’an yang menyesuaikan adanya penyembahan
kepada berhala sebagai sebuah realitas.
Peristiwa tersebut menjadi sababun nuzul (latar belakang
turunnya ayat) yaitu ayat berikut :
ِْ ْ‫ن ِلقَ ۤا َءنَا ائ‬
َ ْ‫ت ِبقُ ْر ٰان‬
‫غ ْي ِْر ٰه َذْا‬ َْ ‫ن َْل يَ ْر ُج ْو‬ َْ ‫علَ ْي ِه ْْم ٰايَاتُنَا َب ِي ٰنتْ قَا َْل الَّ ِذ ْي‬
َ ‫َواِ َذا تُتْ ٰلى‬ POKOK BAHASAN #4
‫ِن ا َْت َّ ِب ُْع ا َِّْل َما يُ ْو ٰحى‬
ْْ ‫يْۚا‬ ِ ‫ئ نَ ْف‬
ْْ ‫س‬ ِْ ‫ن تِ ْلقَ ۤا‬
ْْ ‫ن اُبَ ِدْلَهْ ِم‬ ْْ َ ‫ي ا‬
ْْ ‫ن ِل‬ُْ ‫ا َ ْْو بَ ِد ْل ْهُْۗ قُ ْْل َما يَك ُْو‬ KRITIK TERHADAP
ْ‫اب يَ ْومْ ع َِظ ْيم‬ َْ ‫ع َذ‬ َْ ‫ي‬ ْْ ‫ص ْيتُْ َر ِب‬ َ ‫ع‬ َ ‫ِن‬ ُْ ‫ي ا َ َخ‬
ْْ ‫اف ا‬ ْْ ‫يْۚ اِ ِن‬ َّْ َ‫اِل‬ REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang
nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan
Kami berkata, ‘Datangkanlah Al-Qur’an yang lain dari ini atau
gantilah dia.’ Katakanlah, ‘Tidaklah patut bagiku menggantinya
dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya, aku takut jika
mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat).'”
(QS Yunus: 15).
KEDUA, Kesalahan mendasar dari rekontekstualisasi fiqh
adalah menjadikan fakta sebagai sumber hukum
Kesalahan mendasarnya adalah menjadikan fakta sebagai POKOK BAHASAN #4
standar atau norma bagi fiqih Islam. KRITIK TERHADAP
Dalam bahasa fiqih, kesalahan dasarnya adalah menjadikan REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
fakta sebagai dalil syariah atau mashdarul ahkam, yakni
sumber hukum bagi fiqih Islam.
Karena berbagai macam fakta dalam kehidupan itu hakikatnya
adalah karya manusia, maka sebenarnya, kesalahan fatalnya
adalah menjadi manusia sebagai sumber hukum.
Dalam Islam tidak boleh menjadikan manusia sebagai sumber
hukum.
Dalam kitab Ushul Al Fiqh Al Islami karya Syekh Wahbah
Zuhaili, menegaskan bahwa seluruh fuqoha sepakat bahwa
yang menjadi Al Hakim (pembuat hukum Islam), adalah Allah
Ta’ala, bukan manusia. POKOK BAHASAN #4
Yang seharusnya menjadi standar atau norma bagi fiqih itu
KRITIK TERHADAP
bukan fakta sebagai karya manusia, apa pun bentuknya, REKONTEKSTUALISASI
melainkan Al Qur`an dan As Sunnah. FIQIH ISLAM

Kedua sumber hukum inilah yang seharusnya menjadi sumber,


sekaligus standar atau norma bagi fiqh Islam, bukan yang lain.
Firman Allah SWT :
َ ْ ُ َّ َ َ َّ ً ْ َ َ ۤ َ ْ َ ْ ُ ْ ْ ُ َّ َ َ َ ْ ُ ِّ َّ ْ ِّ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ْ ُ َّ
‫ِات ِبعوا ما ان ِزل ِاليكم من ربكم ول تت ِبعوا ِمن دو ِنه او ِلياء ق ِليل ما تذكرون‬
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan
janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit
sekali kamu mengambil pelajaran. (QS Al A’raf : 3)
KETIGA, fakta wajib dikembalikan kedudukannya ke posisi yang benar,
yaitu bukan sumber hukum, melainkan sasaran hukum (manath) yang
wajib mengikuti sumber hukum (Al Quran dan As Sunnah).
Fakta yang ada harus diletakkan posisinya secara benar, yaitu sebagai POKOK BAHASAN #4
sasaran atau objek penerapan fiqih Islam, bukan sebagai standar atau
KRITIK TERHADAP
norma bagi fiqih Islam. REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
Faktalah yang wajib mengikuti fiqih Islam, bukan sebaliknya yaitu fiqih
Islam mengikuti fakta.
Misalnya, di suatu masyarakat muslim ada kebiasaan minum khamr
(minuman keras). Sementara fiqih Islam secara jelas telah
mengharamkan khamr (lihat QS Al Maidah : 90).
Manakah yang benar, apakah masyarakat yang wajib mengikuti hukum
haramnya khamr sebagaimana fiqih Islam, ataukah fiqih Islamnya yang
diubah sehingga hukum khamr diubah dari haram menjadi halal atas
nama rekontekstualisasi fiqih Islam?
Jadi Islam mengajarkan konsep yang sangat berkebalikan dengan
rekontekstualisasi fiqih Islam. Menurut konsep rekontekstualisasi
fiqih Islam, kalau ajaran Islam tidak sesuai fakta, maka ajaran Islam
itu yang diubah agar sesuai fakta. Sedangkan dalam Islam, jika ada POKOK BAHASAN #4
fakta yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka faktalah yang
wajib diubah dan ditundukkan pada ajaran Islam, bukan ajaran KRITIK TERHADAP
REKONTEKSTUALISASI
Islamnya yang diubah agar sesuai dan cocok dengan fakta. FIQIH ISLAM
Ada teladan yang bagus. Seorang sahabat Nabi, Anas bin Malik RA
menceritakan, suatu saat dia dan sebagian shahabat Nabi, yaitu Abu
Ubaidah, Abu Thalhah, dan Ubay bin Ka’ab, sedang minum-minum
khamr, karena saat itu khamr belum diharamkan.
Lalu datanglah seseorang sambil mengumumkan, ”Sesungguhnya
khamr telah diharamkan!”. Abu Talhah pun spontan berkata,”Hai
Anas, tumpahkanlah khamr yang ada!” Lalu Anas pun segera
menumpahkan semua khamr yang ada. (HR Bukhari, no. 1352).
Hadits ini mengajarkan kepada kita, ketika ada fakta yang tidak
sesuai ajaran Islam, seperti adanya orang Islam yang minum
khamr, padahal khamr sudah diharamkan, maka yang harus POKOK BAHASAN #4
diubah adalah faktanya, yaitu orang Islam itu wajib mengikuti
KRITIK TERHADAP
ajaran Islam. REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
Bukan sebaliknya, yaitu orang Islamnya tetap saja minum
khamr, lalu hukum haramnya khamr sebagai ajaran Islam
diubah dari haram menjadi halal agar sesuai dengan fakta yang
ada.
Yang wajib dilakukan terhadap fiqih Islam, bukanlah melakukan
rekontekstualisasi pada fiqih, melainkan dua hal sebagai berikut :
 Pertama, PENERAPAN KEMBALI. Artinya, jika ada fiqih Islam POKOK BAHASAN #4
yang tidak diterapkan padahal menerapkannya statusnya
KRITIK TERHADAP
wajib, maka hukumnya wajib untuk diterapkan kembali. REKONTEKSTUALISASI
FIQIH ISLAM
Misalnya fiqih jinayat, atau sistem pidana Islam. Tetapi karena
sistem pidana Islam ini mensyaratkan adanya Khilafah, berarti
Khilafah wajib ditegakkan kembali, sebelum pemberlakuan
kembali sistem pidana Islam.
 Kedua, IJTIHAD. Artinya, jika ada fiqih Islam yang belum
menjawab berbagai persoalan kontemporer, maka yang wajib
dilakukan adalah melakukan ijtihad, untuk menjawab berbagai
persoalan kontemporer.
‫واهلل أعلم بالصواب‬
Wallahu a’lam bish-shawab
Terima Kasih…
Contact Us :

@majelis sholdah
@IslamicBusinessOnlineSchool

0811 2399 231

www.fissilmi-kaffah.com

islamicbusinessonlineschool@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai