Anda di halaman 1dari 38

SiLabus materi

islam

Tingkat ketakwaan kita


kepada allah swt dengan
mempelajari ilmu – ilmu nya
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung [TQS. Ali Imran
:104]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). [TQS. Luqman : 17]

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal
yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" [TQS. Fushilat
: 33]

“Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sebaikbaik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” [hadits riwayat Bukhari]

Abu Qataadah Al-Anshaariy : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sebaik-baik apa
yang ditinggalkan oleh seseorang setelah kematiannya adalah tiga perkara : anak shalih yang
mendoakannya, shadaqah mengalir yang pahalanya sampai kepadanya, dan ilmu yang diamalkan orang
setelah (kematian)-nya”.

Untuk para PENGISI :


Pandanglah amanah menjadi PENGISI sebagai kesempatan emas untuk berinvestasi akhirat. Adakah yang
lebih membahagiakan dibandingkan saat-saat dimana ketika kesempatan hidup telah habis, namun
pahala terus mengalir kepada kita?
Yaitu pahala yang berasal dari ilmu yang pernah kita bagi kepada orang lain, kemudian diamalkan oleh
mereka terus-menerus, sekalipun kita telah tiada… 
Ingatlah pula, bahwa dakwah adalah sebuah kewajiban dari Allah SWT, yang sejatinya melekat pada
setiap pundak orang-orang mukmin. Maka, berdakwahlah karena Allah SWT. Karena hanya Allah SWT
sebagai sebaikbaik pemberi balasan.
Semoga kita termasuk golongan “Orang-orang beruntung”, yang Allah SWT sampaikan dalam QS. Ali
Imran : 104, juga “sebaik-baik manusia” yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Insya Allah….

2
SILABUS MATERI IM

1. Tema : Thalabul Ilmiy (1 Sesi)


Target :
1) Paham urgensi dan kewajiban tholabul ilmi menurut dalil naqli dan aqli
2) Paham tidak ada pemisahan ilmu dunia dan ilmu agama
3) Paham keutamaan orang yg “berilmu” berdasarkan informasi dari Al-quran n As-sunnah
4) Paham realitas umat muslim saat ini berstatus Islam KTP : tidak paham Islam (buta baca
Al-quran, meninggalkan ibadah2 ritual, pergaulan bebas & narkoba, korupsi dll) atau salah
paham terhadap Islam (islamphobia : Islam teroris, ekstrimis, kuno, agama kekerasan dll)
5) Paham bahwa penyebabnya adalah 2 faktor: internal (tdk tholabul ilmi Islam) dan
eksternal (rekayasa global negara-negara kafir barat untuk menjauhkan Islam dan para
ulama/aktivis dakwah dari ummat melalui penyebaran fitnah keji dan hiburan/ kesibukan
yg melenakan)
6) Paham bahwa jika kita mengkaji Islam akan mampu mengantarkan kita pada amalan yang
ihsan :
ikhlas (lillahi ta’ala) dan showwab (benar)
Kisi-kisi Penyampaian :
1) Prolog
a. Membuka dialog dengan mengucap tahmid dan syukur kepada Allah dan menanyakan kabar
mad’u.
b. Sesi perkenalan (jika baru pertama kali bertemu ).
c. Penjelasan singkat tentang Kajian Islam Intensif (KII) rutin perpekan, membahas Islam
from A to Z, harapannya bisa istiqomah.
2) Materi yang di sampaikan :
1) Tanyakan ke mad’u alasannya ikut kajian Islam intensif apa?
2) Pengisi menjelaskan tentang keutamaan dan pentingnya tholabul ‘ilmy dalam Islam. Buka QS.
AlMujadillah ayat 11 (dibaca salah seorang Mad’u) dan mengulas secara singkat ayat tersebut
yang menjelaskan keutamaan orang yang “beriman dan berilmu”, ditinggikan posisinya di sisi
Allah dan diangkat derajatnya beberapa derajat.
3) Pengisi menjelaskan hukum tholabul ‘ilmy adalah fardhu ‘ain / wajib berdasarkan hadits
“menuntut ilmu itu kewajiban bagi kaum muslimin/muslimah” (HR. Bukhori Muslim)
3) Menjelaskan Klasifikasi ilmu dan hukum mempelajarinya: Ilmu diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
:
1) Pengetahuan/Tsaqofah, yaitu: Ilmu yang dipengaruhi oleh aqidah tertentu. Dibagi 2, yaitu:
a. Ilmu/Tsaqofah Islam; dipengaruhi oleh aqidah Islam. Contoh: Ilmu Akidah Islam/Tauhid
(mengenal Allah, Rosulullah dan Al-qur’an), Ilmu tentang bagaimana beribadah sesuai
tuntunan syariat (Ilmu Fiqih), Ilmu tentang berpakaian, bergaul Islami dan ilmu syariat islam
lainnya. Karena Islam tidak hanyak mengatur masalah ibadah maghdoh saja, namun Islam

3
mengatur seluruh aspek kehidupan, Hadits, Bhs Arab (krn bahasa Alqur’an), dll. Hukum
mempelajarinya adalah fardhu ‘ain (wajib bagi tiap individu/tidak bisa diwakilkan).
b. Ilmu/Tsaqofah Asing; dipengaruhi oleh aqidah selain Islam. Contoh: Ilmu ekonomi ribawi yang
dipengaruhi oleh sistem ekonomi kapitalis-liberal, terori-teori ilmu pengetahuan yang
dipengaruhi oleh atheism dalam aqidah sosialis seperti teori Darwin yang mengatakan bahwa
manusia berasal dari kera (meniadakan keberadaan Pencipta), HAM, Demokrasi, dll. Hukum
mempelajarinya adalah boleh (dengan catatan bahwa seorang muslim sudah matang dalam
ilmu-ilmu Islam).
2) Sains/Tekonologi, yaitu ilmu yang tidak dipengaruhi oleh aqidah apapun. Biasanya lahir dari
eksperimen-eksperimen ilmiah. Contoh: Matematika, Fisika, Kedokteran, Kimia, dll. Hukum
mempelajarinya, Fardhu Kifayah (kewajiban kepada seluruh kaum Muslim, tapi
9898iiiiiiiiiiiiiiiiii998jika sudah ada segolongan kaum muslim yang menguasainya, maka
gugurlah kewajiban bagi yang lain). Termasuk dalam kategori fardhu kifayah adalah ilmu
bahasa yang penting juga dipelajari oleh umat muslim duna menunjang dakwah Islam ke
berbagai belahan dunia.

4) Penting pula diketahui bahwa dalam kondisi dunia saat ini, dimana aqidah kapitalis/sekularis yang
memimpin, ilmu-ilmu sains ternyata juga tidak terlepas dari pengaruh asing. Misal dalam teori
energi dalam ilmu fisika yang menyatakan bahwa ‘energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan’. Hal ini bertentangan dengan aqidah seorang Muslim bahwa segala sesuatu,
termasuk energy, pasti ada penciptanya. Dalam hal ini tiadak Pencipta selain Allah swt. Sehingga
dalam mengambil teori-teori dari barat, kaum Muslim harus selektif.
5) Dengan kita menuntut ilmu Islam, kita akan mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh dalam Islam. Apa saja yang diperintahkan dan apa saja yang dilarang Allah SWT. Maka
sebenarnya tidak ada pemisahan antara ilmu dinia dan ilmu agama (Lihat QS Ath Thur : 2)
6) Dengan menuntut ilmu Islam, kita menyelamatkan orang tua kita dari hisab Allah. Sebab
kewajiban utama dan pertama orang tua khususnya ibu adalah menanamkan pondasi agama,
membekali mereka dengan Islam Jika ini belum ditunaikan oleh orang tua, maka dalam KII ini
mad’u membekali dirinya
7) Dengan kita mengetahui ilmunya, In Shaa Allah, kita akan lebih mudah untuk mengaplikasikan
ajaran agama kita dengan showab (benar), serta tidak mudah termakan fitnah/”phobia” dengan
agamanya sendiri beserta syariat Allah, atau kepada daiyyah/ustadzah yang menyampaikan
agamanya. Sedikit menyinggung fenomena penyebaran isu “kalau belajar Islam nanti jadi teroris,
ekstrimis, kuno, gak gaul dll” . Sadarilah, bahwa isue ini disebarkan untuk menjauhkan generasi
muda dari mengkaji Islam. Islam sudah turun sejak 14 Abad yang lalu, namun issue ini baru ada
belakangan.
8) Hanya dengan ilmu, kita mampu istiqomah dalam ketaqwaan ini. In Shaa Allah.
9) Pengisi menekankan kepada mad’u, untuk senantiasa melakukan amalan dengan ikhlas dan
Showab (benar) => Ihsanul Amal. Buka hadis “Barang siapa mengerjakan suatu perbuatan yang
tidak kami perintahkan maka perbuatan itu tertolak.” Kemudian Hadits “ Amal itu tergantung
niatnya..”. Sehingga sebelum beramal kita wajib untuk berilmu.
4
10)Coba bersama-sama melihat realitas umat Islam hari ini :
• Paham Islam dan menjalankan
• Tidak paham Islam dan meninggalkan (Tidak bias membaca Al Qur’an dan tak mau belajar,
meninggalkan sholat, puasa, serta ibadah dan syariat Islam lainnya, terjebak dalam pergaulan
bebas, narkoba, dll)
• Hanya menjalankan Islam sebagian, meninggalkan sebagian lainnya (pilah pilih syariat),
alasannya : agar tidak ekstrim, radikal, dll.
• Apa penyebabnya ?
 Faktor internal : meninggalkan Thalabul Ilmiy padahal Ilmu Allah sgt luas (Lihat
Luqman : 27)
 Faktor eksternal : Adanya stigmatisasi negatif ternadap Islam dan ajarannya, juga
banyaknya ativitas yang melenakan/menyibukkan umat Food, Fun, Fashion, Film,
dll hingga menganggap Thalabul ‘Ilmiy kalau sempat saja.
11)Semoga hal itu tidak terjadi dengan kita yang ada disini. Karena Rasul SAW bersabda : “Barang
siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

2. Tema : Potensi Dasar Manusia (1 Sesi) Target :


1) Paham potensi manusia (akal, hajatul ‘udhwiyah dan ghoroiz)
2) Paham bahwa pemenuhan terhadap potensi manusia tsb memerlukan pengaturan.
3) Paham bahwa setiap perbuatan manusia WAJIB terikat pada hukum syara’, nyata
diamalkan pd perbuatan sehari-hari secara kaffah
4) Paham bahwa penyelesaian permasalahan dirinya (yang muncul dari potensi dirinya)
hanya dengan Islam
5) Menolak liberalismePaham urgensi dan kewajiban tholabul ilmi menurut dalil naqli dan
aqli Kisi-kisi Penyampaian :
1) Mad’u membaca QS. Al-A’raf : 179. Pengisi menjelaskan makna ayat tersebut.
2) Bahwa Allah menciptakan pada manusia yaitu akal dan panca indra tujuannya agar manusia bisa
memahami ayat-ayat Allah. Sehingga bagi manusia yang tidak menggunakannya tersebut sesuai
tujuan diciptakannya, maka Allah menyebut mereka lebih sesat dari binatang ternak.
3) Selain itu, Allah juga membahas fitrah manusia dalam QS Ar-Ruum : 30. Makna ayat ini:
a. Fitrah yang bagaimana? Allah karuniakan potensi kehidupan seperti pada Gambar di bawah ini.
Keduanya merupakan ketetapan Allah, tidak ada satupun manusia yang bisa mengubahnya. Jika
mereka berusaha mengubahnya maka mereka melanggar fitrahnya.

5
Gambar 3. Bagan Potensi Kehidupan

b. Bahas masing-masing potensi disertai dengan contohnya:


 Al-Hajatul ‘Udhwiyah (kebutuhan jasmani), rangsangannya muncul dari dalam diri seseorang
dan sifatnya harus dipenuhi, karena pemenuhannya bersifat pasti, jika tidak dipenuhi bisa
mengakibatkan kematian. Contohnya : orang akan butuh makan karena lapar. Rasa lapar ini
tidak muncul hanya karena melihat makanan/minuman, artinya rangsangannya dari dalam.
Dan kalau tidak terpenuhi (menurut dokter kalau tidak minum selama 7 hari dan tidak makan
selama 40 hari bisa mengakibatkan kematian)
 Gharizah, rangsangannya muncul dari luar diri manusia (bisa berupa fakta yang diindera dan
pemikiran yang mempunyai makna tertentu) dan sifatnya tidak harus dipenuhi, jika tidak
dipenuhi hanya mengakibatkan kegelisahan dan kegalauan saja. Macam-macam gharizah :
 Gharizatun Baqo’ (naluri mempertahankan diri). Misal: orang tidak akan marah jika tidak
ada orang/sebab yang membuat dia marah. Orang tidak akan sedih jika tidak ada yang
membuatnya sedih. Penampakan lainnya bisa rasa ingin berkuasa, berprestasi, jadi lebih
baik, dan sebagainya.
 Gharizatun Nau’ (naluri melestarikan jenis) penampakannya misalnya rasa suka dengan
lain jenis, naluri kebapakaan, keibuan, dll. Orang yang tidak pernah bertemu dengan lawan
jenis, mendengar, melihat, tidak akan menampakkan rasa suka pada lawan jenis yang
merupakan penampakan dari naluri ini.
 Gharizatut Tadayyun (naluri beragama). Penampakannya, menuhankan sesuatu,
mengagungkan sesuatu, bisa juga orang akan semakin tertarik untuk mendalami ilmu
agama kalau melihat orang duduk di majelis taklim.
Selain pada manusia, Gharizah juga terdapat pada hewan, namun yang bisa diindera
hanya sebagian seperti gharizah na’u dan baqa’. Sedangkan gharizah tadayyun tidak bisa
diindera, kita hanya mengetahui lewat nash yang dijelaskan dalam Al-Qur’an seperti pada
QS. Al-Isra (17): 44 “Langit yang tujuh, bumi dan semua yanga da di dalamnya bertasbih
ekpada Allah. Dan tak ada suatupun kecuali bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu
sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi
Maha Pengampun.

6
Juga QS. AN-Nur: 41,
“Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepadaNya bertasbih apa yang di langit dan di
bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing sudah
mengetahui cara sembahyang dan tasbihnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.”

3) Akal/Pikiran
Ini adalah pembeda antara manusia dengan hewan. Dengan potensi istimewa ini manusia bisa
menimbang-nimbang dan membuat pilihan, apa yang mesti dilakukannya dan apa yang harus
dia ditinggalkan. Akal ini pula yang menjadi ukuran seseorang dikenai kewajiban oleh syara’.
Karenanya, yang tidak berakal seperti orang gila atau yang belum sempurna akalnya seperti
anak kecil, belum dikenai taklif hukum (kewajiban) oleh Allah swt. Gharaiz dapat dibangkitkan
oleh Fakta dan Pemikiran Karenanya untuk meredam gharizah Baqa’ dan Gharizah Na’u,
dengan mengendalikan kedua factor pembangkitnya itu. Sedangkan untuk Gharizah Tadayyun
harus senantiasa mendekatkan diri padaNya dengan cara mentadabburi ayat-ayatNya baik
melalui fakta (ciptaanNya di alam semesta) maupun memperkuat pemikiran dengan banyak
menimba ilmu yang bisa membawa kita pada ketaatan padaNya.

4) Diskusi : Faktanya, manusia manusia memungkinkan untuk bebas memenuhi kebutuhan jasmani
dan nalurinya sesuai keinginannya (beri contoh). Namun, apakah selayaknya demikian? Perlukah
aturan?
5) Mad’u membaca QS. Al Baqarah : 216, Al Isra : 85 dan Al Ahzab : 72
6) Diskusi : Dalam ayat tersebut Allah Swt menyatakan bahwa Pengetahuan manusia terbatas (Al
Isra : 85, Al Baqarah : 216), manusia itu zalim & bodoh (Al Ahzab : 72). Artinya, hakikat manusia
itu adalah lemah dan terbatas. Sepakat? Bukti :
a. Manusia terbatas kemampuannya (manusia akan menua dan mati, tak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain serta suplai energy dari alam), terbatas pengetahuannya (mampukah
menghitung jumlah rambut pada alisnya? menghitung air yang ia konsumsi selama hidup?
Tanggal berapa dia baligh?), dll
b. Dalam persoalan yang terkait dirinya saja ia terbatas, apalagi terkait masalah2 yang lebih
kompleks : seperti hal2 ghaib (seperti apakah jin? Malaikat? Seperti apa ‘arsy itu? Apakah
dusta benar atau salah?
Apakah menikah itu baik atau buruk? Apakah perang itu baik atau buruk?), dll
c. Jika manusia memaksa untuk mengatur : maka bisa saling berbeda antara satu dengan yang
lain, sering pula bertentangan. Antar generasi dapat berbeda sikap, dahulu menjadi WTS
adalah hina, saat ini disaat terdesak ekonomi, mungkin saja dipandang baik. Dahulu pacaran
adalah aib, saat ini orang tua malah risau saat anaknya tidak pacaran, dll

d. Kesimpulan :

7
a) menyerahkan pengaturan kehidupan kepada hukum dan aturan yang diproduksi akal
manusia hanya akan mendatangkan kerusakan. Manusia harus senantiasa terikat dengan
aturan Allah dalam pemenuhan potensi hidupnya (QS.Al Baqoroh :29, QS. Al Anfal :43, QS.
Yunus : 36)
b) Hadist Nabi SAW: “Tidaklah beriman salah seorang dari kamu, sebelum menundukkan hawa
nafsunya pada apa yang aku bawa ini (Islam)” (HR.Imam Nawawi). Maknanya:
 Hawa nafsu maksudnya adalah potensi kehidupan manusia: kebutuhan jasmani (hajatul
udhwiyyah) dan naluri-naluri (ghoroiz)
 Hadist tersebut merupakan perintah agar manusia menundukkan (mengatur)
pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri-nalurinya menggunakan apa yang Rosulullah
bawa yaitu Qur’an dan Al-Hadist.
 Jika potensi-potensi tadi tidak diatur oleh aturan Allah maka akan menghasilkan
“kerusakan” pada manusia. Misal: kalau gharizatun nau’ manusia tidak diatur oleh Islam,
tatkala mereka suka sama suka bebas melampiaskan nafsu seks, sehingga banyak terjadi
kehamilan di luar nikah, aborsi, bayi dibuang, kacaunya nasab, bahkan penyakit menular
mematikan. Inilah yang disebut sebagai kerusakan. Bisa ditambah contoh-contoh lain.
(dalil ‘aqli), juga Ar Rum : 41 (dalil naqli)
3. Tema : Aqidah 1 ; Jalan Menuju Iman/Proses Beriman & Iman
Kepada Allah Swt (1-2 sesi) Target :
1) Paham bahwa proses beriman yang benar adalah dengan melibatkan proses berfikir tidak
semata dorongan ghorizah tadayyun atau taklid semata.
2) Paham bahwa Allah pencipta sekaligus pengatur kehidupan kita
3) Paham bahwa tujuan hidup adalah untuk beribadah kepada Allah dan setelah mati akan
mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya di dunia
4) Paham konsekuensi Iman kepada Allah
5) Paham bahwa hanya akidah Islam satu-satunya akidah yang benar (kebenaran mutlak,
menolak kebenaran relatif dalam perkara aqidah) melalui proses pembuktian (dalil aqli
dan naqli)
6) Pluralitas (keragaman manusia) TIDAK SAMA dengan Pluralisme (semua keyakinan sama
benar), sehingga paham mengapa pluralisme harus ditolak.
Kisi-Kisi Penyampaian :
1) Mad’u membaca surat Al-An’am 76-78.
Lemparkan pertanyan : pelajaran apa yang bisa kita petik dari kisah tersebut?
a. Bahwa sebenarnya dalam surat itu menceritakan kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhannya.
b. Yang pertama: beliau melihat bintang, kemudian bintang itu hilang. Kemudian beliau melihat
bulan ternyata hilang, kemudian beliau meyakini bahwa matahari itu Tuhannya namun hilang
juga, kemudian beliau berpikir bahwa Tuhan itu tidak mungkin lemah, hilang. Maka beliau
berdo’a pada Rabbnya untuk dihindarkan dari hal-hal yang membuat beliau menjadi musyrik
(sesat).
c. Kemudian jelaskan ada 2 kandungan makna dalam ayat di atas.

8
 Beliau berprasangka dengan menggunakan naluri/perasaan mengagungkan sesuatu
(ghorizah Tadayun) bahwasanya “sesuatu itu” dianggap sebagai Tuhan tanpa berpikir =>
memungkinkan terjadi kekeliruan, menyembah makhluk yang dianggap Tuhan, padahal itu
bukan Tuhan sebenarnya .
 Beliau kemudian sadar bahwa tanpa menyatukan berpikir dengan naluri beragama
(ghorizah taddayun) tidak mungkin mendapatkan hakekat keimanan yang benar.
 Pengisi ajak mad’u berdialog tentang proses dirinya mengimani Islam. Mengapa Islam?
Mengapa bukan agama lain? Apa yang membuat mereka yakin? Jangan-jangan sampai
sekarang sebenarnya belum yakin? Apakah berislam karena keturunan?
 Kaitkan dengan kisah Nabi Ibrahim, bahwa beriman harus dengan proses yang benar, yaitu
karena kesadaran pemikiran.
 Kemudian jelaskan dengan bagan pada Gambar 1 berikut:

d. Berikan contoh jika seseorang hanya menggunakan naluri taddayun saja, misalnya: seseorang
merasakan bahwa gunung, pohon besar itu kuat, tidak lapuk oleh usia, maka dia dapat
berprasangka bahwa semua itu ‘layak’ dijadikan sesembahan/Tuhan, kemudian disembah
tanpa berpikir bahwa semua tadi adalah makhluk yang lemah, dan bisa musnah. Nah, iman
yang begini akan memungkinkan terjadi kesalahan menyembah makhluk, bukan Tuhan
yang hakiki.
e. Berikan contoh jika seseorang menggabungkan naluri taddayun dan akal. Ketika seseorang
melihat bahwa gunung bisa mengeluarkan asap panas, sering terjadi gempa, kemudian
dianggap sakti/sakral, tapi kemudian dia berpikir siapa yang menciptakan gunung? Karena
gunung faktanya tidak bisa menciptakan sesuatu pun, berarti gunung sejatinya lemah, karena
ia juga makhluk, bukan Tuhan.
f. Perkara yang Allah perintahkan manusia untuk memikirkannya, (sebenarnya) hanya terbatas
pada 3 hal ini saja :
 Alam semesta =>Baca Ali Imron: 190 dan QS Al-Ghosyiah: 17-20
 Manusia =>Baca QS Al-’Alaq: 1-5 (tentang kejadian manusia)
 Kehidupan => Baca QS Ar-Ruum : 54 (tentang fase kehidupan manusia hingga menjadi tua
renta) dan QS Al-Ankabut : 19-20

9
g. Kemudian diberi kesimpulan tentang jalan menuju iman. Bahwa jalan menuju iman harus
menggunakan akal dipadukan dengan dorongan dari gharizah tadayun yang merupakan fitrah
dalam diri kita. Insya Allah akan menemui kebenaran, dengan catatan akal harus digunakan
sesuai porsinya hanya pada 3 hal tsb saja.
h. Mengapa saat ini kesyirikan merajalela? karena terjadi pembiaran, ada juga yang
menganggap bahwa itu bagian dari budaya jadi harus dilestarikan.
i. Artinya, negara punya peran untuk mengkondisikan rakyatnya (yang muslim) agar tidak
terjerumus dalam kesyirikan sehingga murtad dari Islam ada pengawasan sekaligus
pembinaan Islam yang terstruktur untuk umat Islam agar memiliki aqidah yang kokoh.
j. Kesimpulan :
 Beriman harus dengan memadukan proses berfikir & gharizah taddayun (tidak boleh taqlid)
 Islam satu-satunya agama yang benar karena dapat diterima akal dan sesuai fitrah manusia.

Sesi 2 :

*** Iman Kepada Allah Swt ***

1) Mad’u membaca surat Al-Ikhlas : 1-3 kemudian jelaskan:


a. Bahwa surat ini membahas konsep ketuhanan di dalam Islam dengan kalimat-kalimat yang
begitu jelas dan tegas serta logis. Tidak membingungkan.
b. Lakukan dialog tentang Hakikat Pencipta o Siapakah yang layak disebut Tuhan? Yg layak
disembah? Ada 3 dugaan tentang Tuhan (Pencipta):
 Diciptakan oleh yang lain => Bathil. Karena diciptakan berarti makhluk sekaligus pencipta?
Lalu siapa yang menciptakan jika Tuhan diciptakan yang lain?? blunder dan tidak bisa
diterima akal.
 Menciptakan dirinya sendiri ? Bathil, tidak bisa diterima akal.
 Ada dengan sendirinya (tanpa proses penciptaan/kelahiran), tunggal dan kekal => inilah
karakteristik Tuhan yg hakiki
o Jadi siapa sebenarnya yang layak sebagai Tuhan dan layak disembah? Hanya Allah SWT.
Bandingkan konsep Tuhan dalam kepercayaan lain (Nasrani, Hindu, Budha, konghuchu,
Shinto, dll) Konsep Tuhan yang lain bathil.
o Apakah ada Tuhan yang lain? Tidak ada. Hanya Allah SWT, kalau ada berarti tidak tunggal.
Sedangkan karakteristik Pencipta harus tunggal (tdk bergantung pada yg lain). (Baca QS.Al-
Anbiya : 21-24)
o Jadi agama apa yang menjadikan Allah SWT sebagai Tuhan? Hanya Islam. (Baca QS.Al-
Maidah : 3).
o Bagaimana dengan agama selain Islam? Tidak diterima. (Baca QS Ali Imron: 85, Ali Imran : 19)
Karena ummat selain Islam, mereka menyembah selain Allah SWT, menyangka menyembah
Tuhan (pencipta alam semesta). Baca (QS.Al-Hajj : 71-72) dan (QS. Al-Furqon :17-19).
2) Mad’u membaca QS. Yunus : 3-4 beserta artinya.

10
3) Kemudian pengisi menanyakan terkait apa sebenarnya peran Allah dalam kehidupan kita?
Berdasarkan QS. Yunus : 3 Manusia akan dapat menjawab uqdatul qubra nya.
4) Ingat : jawaban atas uqdatul qubra mempengaruhi cara pandang serta bagaimana seseorang
atas kehidupan sebelum dunia, kehidupan dunia, dan kehidupan setelah dunia.
5) Kemudian pengisi menjelaskan kandungan QS. Yunus : 3-4, bahwasanya ternyata peran Allah tidak
hanya sebagai pencipta, namun juga pengatur segala urusan makhluknya, sekaligus penghisab.
6) Gunakan bagan di bawah ini !
a. Sehingga Islam memandang bahwa hubungan manusia dengan Allah SWT: yaitu hubungan
penciptaan, hubungan pengaturan, hubungan penghisaban. (Berdasarkan Yunus : 3-4)

b. Sehingga makna iman kepada Allah:


 Mengimani Allah SWT (dengan keyakinan 100% setelah melalui proses yang benar) : adalah
bahwa Allah satu-satunya Al-Kholiq (pencipta) sekaligus Al-Mudabbir (pengatur).
 Maksudnya meyakini 100% adalah :Allah satu-satunya Tuhan, satu-satunya yang berhak
diagungkan (di-ibadahi), yang memiliki sifat yang Maha tidak ada yang setara dengan-Nya
=> konsekuensinya, tidak boleh meng-ibadahi atau mengagungkan selain Allah dengan
membuat sesajen/ritual dan meminta pertolongan kepada selain Allah misal ke dukun, ke
peramal dll (termasuk kesyirikan). (An Nisa 116, Ali Imran 18, At Tahuab 31, Al Bayyinah : 5)
 Allah lah satu-satunya yang berhak mengatur manusia dan seluruh alam semesta dengan
aturanNya. Sekaligus Allah SWT sebagai satu-satunya Zat Yang berhak membuat syariat
Sehingga tidak boleh mengambil hukum dari Voltaire, Montesque, Karl Marx (dalam hukum
kemsyarakatan dan tata Negara), tidak boleh mengambil hukum dari agama manapun (spt
Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, dll) juga dari ideology manapun (spt kapitalisme, sosialisme,
komunisme) => konsekuensinya adalah kemauan untuk taat tunduk patuh dengan seluruh
peraturan Allah SWT. (Az Zumar 62; Al Kahfi : 29)
 Karena tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT ( QS. Adz
Dzariyat:56)

11
 Kaitkan dengan iman kepada perkara ghoib (malaikat, hari kiamat, hari penghisaban, hari
kebangkitan & pengadilan, surga-neraka, dll) : meyakini bahwa Allah Maha Kuasa
menciptakan perkara ghoib yang tak terjangkau akal sehingga manusia akan sadar
bahwa Allah Maha Melihat segala niat dan perbuatan yang kita lakukan didunia, dan kelak
akan ada ’yaumil hisab’ sebagai hari dimana kita akan mempertanggungjawabkan segala
amal kita.
 Konsekuensinya: membuat manusia akan hidup di dunia dengan “hati-hati” karena selalu
merasa diawasi Allah. Hidup “hati-hati” karena ada hari pembalasan/pertanggungjawaban
atas apa yang sudah dikerjakan selama hidup di dunia.
7) Kesimpulan :
a. Meyakini bahwa Allah adalah pencipta sekaligus pengatur kehidupan kita.
b. Tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah dan setelah mati akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala amal perbuatannya selama di dunia.
c. Keimanan kepada Allah membawa konsekuensi iman dan taat hanya kepadanya (menjadi
abdi Allah, menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah Swt) yaitu menjadi hambaNya
yang bertaqwa.
d. Paham pluralisme keliru, tidak masuk akal, tidak sesuai realita, tidak sejalan dengan Islam,
harus ditolak. Bagaimana mungkin menerima paham yang meyakini semua
keyakinan/kepercayaan/agama sama benar sedang konsep ketuhanannya berbeda?? Secara
dalil aqli dan naqli tidah dapat diterima.
e. Pluralisme berbeda dengan Pluralitas. Karena Pluralitas adalah mengakui keberagaman umat
yang memiliki latar belakang agama, itu adalah sunatullah. Islam tak pernah memaksa
seseorang untuk masuk Islam (Al Baqarah : 256). Sedangkan Pluralisme tertolak didalam Islam
(QS.Al-Maidah : 3, QS Ali
Imran: 85, Ali Imran : 19)
4. Tema : Aqidah 2 ; Iman kepada Rasul & Al Qur’an (1 sesi)
Target :
1) Memahami proses beriman kepada Rasul
2) Memahami proses beriman kepada Al Qur’an
3) Konsekuensi Iman kepada Rasul menjadikan beliau satu-satunya teladan dengan
mentaati semua yang diperintahkan dlm hadits
4) Paham konsekuensi iman pada al-quran ialah dengan mengamalkan seluruh perintah yang
terkandung di dalamnya secara kaffah tanpa pilih-pilih
5) Menolak sekulerisme Kisi-Kisi Penyampaian :
Pertanyaan kepada Mad’u : Bagaimana cara Allah ‘mengatur’ manusia? Bagaimana aturan dapat
sampai kepada manusia? Aturan mutlak perlu Ketika aturan diturunkan, butuh perantara yaitu
Nabi & Rasul Sehingga adanya Nabi & Rasul : wajib 1) Hakikat iman pada Nabi & Rosul :
a. Mempercayai bahwa Allah mengutus para nabi dan rosul. (QS. Al Baqarah : 136; QS.Al-
Mukminun : 78; Ali Imran : 144) dan Hadist riwayat Imam Ahmad berikut ini:

12
“Dari Abu Dzar Ra, ia berkata: Saya bertanya, Wahai Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?
Beliau menjawab: ‘jumlah para nabi sebanyak 124.000 orang dan diantara mereka yang
termasuk rosul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar’”.
Tugas Nabi dan Rasul : QS. Saba’ : 28
b. Khusus kepada Nabi Muhammad:
 Kenabiannya dapat dibuktikan secara ‘aqli dengan adanya Al-Qur’an sebagai mukjizat
(Ali Imran : 144; QS. Al Baqarah : 23)
 Rasulullah sebagai Nabi dan Rosul terakhir untuk seluruh manusia sampai dengan kiamat
QS.AlAhzab : 40
 “Nabi-nabi terdahulu diutus untuk kaumnya sendiri (khusus), sedangkan aku telah diutus
untuk seluruh umat manusia” [HR. Bukhari & Muslim]
 Rasulullah SAW sebagai satu-satunya teladan (QS. Al-Ahzab : 21) “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
c. Kita diperintahkan Allah untuk mengikuti segala yang diperintahkan Rasulullah SAW, serta
meninggalkan apa-apa yang dilarang (QS. Al Hasyr : 7, Al Ahzab : 36, An Nisa’ : 65, Ali Imran :
31)
d. Konsekuensi Iman kepada Rosul Ingatkan isi syahadat (Iman kepada Allah + Rasul itu satu
paket, tidak boleh salah satu): Dari sekian banyak makhluk ciptaan Allah di dunia, hanya
Muhammad Rasulullah saja satu-satunya hamba Allah yang wajib untuk diikuti dan diteladani.

2) Hakikat Iman pada kitab suci:


Dialog : Pengisi tanya ke mad’u : Yakin gak dengan apa yang disampaikan Al Qur’an? Alasannya?
Bagaimana cara membuktikan kebenaran Al-Qur’an? Jika ada pihak-pihak yang meragukan
kebenaran isi Al-Qur’an, menganggap Al-Quran bukan kitab suci, hanya buku biasa dan karangan
manusia, bagaimana pendapat mad’u?
a. Iman kepada Al-Quran :
Al Qur’an merupakan konsekensi logis dari peran Allah sebagai pencipta & pengatur. Maka,
manusia (setelah ia diciptakan) sejatinya tidak dibiarkan bebas semaunya dalam menjalahi
hidup didunia (singgung kembali tentang 3 hubungan manusia dan pencipta). Keberadaan Al
Qur’an inilah wujud ‘hadirnya’ Allah Swt dalam kehidupan.

b. Proses iman kepada Al-Qur’an ‘aqli & naqli


c. Al Qur’an fisiknya ada, dapat diindera maka nilailah ia (kandungannya) apakah layak
dikatakan buatan manusia/Muhammad SAW, atau memang berasal dari Allah. Al Qur’an
adalah kitab yang merangkum aqidah, sejarah, iptek, hukum, secara bersamaan secara
sempurna diulas dengan contoh
d. Yang pasti, dengan Al Qur’an, Nabi SAW telah membangkitkan taraf pemikiran orang Arab
yang awalnya tenggelam dan terpecah belah dalam fanatisme Jahiliyah, buta huruf, dan hidup
dalam budaya berhala yang nista kearah hidup yang penuh kegemilangan.

13
e. Al Qur’an telah terbukti menciptakan sebuah revolusi mental dan social, serta menuntun
pemikiran manusia selama 14 abad. Ia telah mengubah sejarah manusia dan membangun
umat yang lemah menjadi perkasa, menerangi mereka dari jalan sesat ke jalan lurus, dan
menyatu padukan barisan yang tadinya tercerai berai, terlalu sempurna jika dikatakan buatan
manusia. f. Dalil naqli :
 Al-Qur’an berasal dari Allah (Al Maidah : 48, QS.An-Nahl:102) bukan karangan orang Arab
atau karangan nabi Muhammad (QS.Al-Furqon; 4-6 dan QS.Yunus : 37-38)
 Jaminan Allah SWT, bahwa tidak ada keraguan dalam Al-Qur’an (QS.Al-Baqoroh: 2 dan
QS.Al-Kahfi :
1-2)
 Al Qur’an senantiasa terpelihara (Al Hijr : 9, QS.Al-Baqoroh : 3)
 Tantangan Allah SWT bagi siapa saja yang masih meragukan Al Qur’an (Al Isra : 88, Hud : 13)
 Bantahan bahwa Al-Qur’an bukan karangan Muhammad SAW (Al Baqarah : 23)
 Al-qur’an datang untuk menghapus dan memperbaharui ajaran agama2 terdahulu. (Baca
QS.Al-
Maidah : 48)
g. Konsekuensi Iman kepada Al Qur’an :
 Menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya petunjuk dan sumber kebenaran. Buka QS. Al-
Baqarah : 1-4 “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa….”
 Tidak bersikap pilih-pilih terhadap hukum Allah. Hanya mau menjalankan sebagian
ajarannya, sebagiannya lagi tidak. Buka QS. An-Nisa : 50-51
 Mengambil seluruh yang ada di dalam Al Qur’an secara kaffah (Al Baqarah : 208)
 Menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidup di seluruh aspek kehidupan baik kehidupan
pribadi maupun kehidupan bermasyarakat dan bernegara. (Baca QS.An-Naml : 1-2, QS.An-
Nahl : 89 dan QS.Ar-Ra’d : 37)
 Perumpamaan Allah bagi kaum yang diberi kitab namun mengabaikannya (Al Jumu’ah : 5)
Kesimpulan :
1) Menolak sekulerisme : Yaitu mengkerdilkan peran Allah hanya mengatur perkara privat (aqidah &
ibadah maghdah saja), tapi tidak dalam ranah public. Misal : sholat pakai aturan Islam, bergaul,
berekonomi, pakai aturan yang bukan berasal dari Islam. Sekulerisme bertentangan dengan
akidah Islam, bahwa Allah SWT mengatur kehidupan manusia dalam seluruh aspek baik di dunia,
juga akhirat. Tidak ada pemisahan antar keduanya : ibadah-non ibadah, Ramadhan-pasca
Ramadhan, atau dunia-akhirat. (QS. Al Maidah 50)
2) Konsekuensi Iman kepada Rasul menjadikan beliau satu-satunya teladan dengan mentaati
semua yang diperintahkan dlm hadist, bukan manusia lain dimuka bumi.
3) Konsekuensi iman pada al-quran ialah dengan mengamalkan seluruh perintah yang terkandung
didalamnya secara kaffah tanpa pilih-pilih, sesuai selera.
4) Menjadikan Al Qur’an menjadi sumber hukum (standart halal/haram, baik/buruk, benar/salah,
cinta/benci) yang mengatur kehidupan kita.

14
5. Tema : Hukum Syariat 1
Target :
1) Memahami bahwa setiap muslim harus terikat dengan hukum syara’.
2) Mad’u menjadikan hukum syara’ sebagai standar perbuatannya apakah itu untuk
individu atau jama’ah. Kisi-Kisi Penyampaian :
a) Mad’u membaca QS. Al Baqarah : 216, Al Isra : 85 dan Al Ahzab : 72
b) Diskusi : Dalam ayat tersebut Allah Swt menyatakan bahwa Pengetahuan manusia terbatas (Al
Isra : 85, Al Baqarah : 216), manusia itu zalim & bodoh (Al Ahzab : 72). Artinya, hakikat manusia
itu adalah lemah dan terbatas. Sepakat? Bukti :
a. Manusia terbatas kemampuannya (manusia akan menua dan mati, tak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain serta suplai energy dari alam), terbatas pengetahuannya (mampukah
menghitung jumlah rambut pada alisnya? menghitung air yang ia konsumsi selama hidup?
Tanggal berapa dia baligh?), dll
b. Dalam persoalan yang terkait dirinya saja ia terbatas, apalagi terkait masalah2 yang lebih
kompleks : seperti hal2 ghaib (seperti apakah jin? Malaikat? Seperti apa ‘arsy itu? Apakah
dusta benar atau salah?
Apakah menikah itu baik atau buruk? Apakah perang itu baik atau buruk?), dll
c. Jika manusia memaksa untuk mengatur : maka bisa saling berbeda antara satu dengan yang
lain, sering pula bertentangan. Antar generasi dapat berbeda sikap, dahulu menjadi WTS
adalah hina, saat ini disaat terdesak ekonomi, mungkin saja dipandang baik. Dahulu pacaran
adalah aib, saat ini orang tua malah risau saat anaknya tidak pacaran, dll
d. Kesimpulan : menyerahkan pengaturan kehidupan kepada hukum dan aturan yang diproduksi
akal manusia hanya akan mendatangkan kerusakan. Manusia harus senantiasa terikat dengan
aturan Allah dalam pemenuhan potensi hidupnya (QS.Al Baqoroh :29, QS. Al Anfal :43, QS.
Yunus : 36)

3) Hisab dari Allah SWT


a. Setelah Allah SWT mengutus rasul-Nya, setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban
atas seluruh amal perbuatan yang dilakukannya didunia. Artinya Allah SWT akan mengazab
siapa saja yang tidak mau mengikuti aturan yang dibawa rasul tersebut. Firman Allah SWT:
surat Al-Isro: 15.
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu
untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia
tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa
orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”

b. Kemudian jelaskan: bahwa Allah SWT memberikan jaminan tidak akan mendatangkan azab
pada seorang hambaNya atas perbuatan yang mereka lakukan sebelum diutusnya seorang
Rasul kepada mereka. jadi, mereka tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan
yang mereka lakukan. Sebab mereka tidak terbebani oleh satu hukum pun. Sehingga tatkala
Allah SWT telah mengutus seorang Rasul kepada mereka maka terikatlah mereka dengan

15
Risalah tersebut. Allah SWT berfirman: “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan lagi bagi manusia membantah Allah
sesudah diutusnya rasul itu.” (Qs. an-Nisa’ [4]: 165).
4)Perintah Allah SWT untuk Terikat dengan Hukum-Nya
a. Untuk kaum muslimin diperuntukkan melakukan amal perbuatannya sesuai dengan hukum
Islam, karena kewajiban atas mereka untuk menyesuaikan amal perbuatannya dengan
perintah dan larangan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hasyr: 7.
“apa yang dibawa oleh Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah”.

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya” (Qs. an-Nisa’ [4]: 65)

Sabda Rasulullah : “Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan”, ada
salah seorang sahabat bertanya : “ Siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah?”, Beliau
menjawab :”Barang siapa yang taat kepadakau, maka ia masuk surga, barang siapa yang
durhaka kepadaku, maka ia itu enggan.” [HR Bukhari]

Suatu ketika Abu Najih AL ‘Irbadi bin Sariyah menuturkan tentang Nabi. Rosulullah SAW,
tutur beliau, telah memberikan suatu nasehat kepada kami dimana nasihat itu mampu
untuk menggetarkan hati dan mencucurkan air mata, kemudia kami berkata:
“Wahai Rosululallah, nasihat itu seakan-akan suatu nasihat yang disampaikan kepada orang
yang akan ditinggalkan . karenanya berilah kami wasiyat.” Beliapun bersabda: “Saya
berwasiyat kepada kamu sekalian agar selalu taqwa kepada Allah serta selalu mendengar
dan taat walaupun yang memimpin kamu adalah seorang budak dari ethopia. Dan
sesungguhnya siapa saja diantara kamu sekalian yang dilanjutkan usianya niscaya mereka
akan melihat banyak perselisihan. Oleh karena itu, kamu sekalian harus berpegang teguh
pada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah kuat-kuat
dengan gigi gerahammu (peganglah teguh-teguh sunnahku itu), dan janganlah kamu
sekalian mengada-ada dalam urusan agama karena sesungguhnya setiap bid’ah itu adalah
sesat” [HR.AbuDauddanTirmidzi]

b. Jadi bagi kita kaum muslimin yang sudah mukallaf (terkena beban taklif) harus terikat
dengan aturan Allah yaitu hukum syara.
c. Menjelaskan hukum syara’ sebagai Seruan asy-syaari (Allah) yang berkaitan dengan
perbuatan seorang hamba. Pengertian Hukum Syara;
Dari segi bahasa, hukum syara adalah Sumber air minum (mawrid al mâ` li al istisqâ) atau
jalan lurus (at tharîq al mustaqîm).

16
Dari segi istilah syar’iy, hukum syara adalah Perundang-undangan yang diturunkan Allah
swt. bagi hamba-hamba-Nya baik dalam persoalan akidah, ibadah, akhlak, mu’amalah
(pendidikan, ketenagakerjaan, peradilan, sumberdaya alam, pengentasan kemiskinan,
politik luar negeri, dsb) untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

5) Jelaskan bahwa Rasulullah telah memberikan gambaran bahwa syariat ada yang diperintahkan
pada individu atau pada jama’ah.
a) Syariat yang bersifat individu: sholat, puasa ramadhan, zakat, haji, akhlak mulia, jilbab, khimar.
b) Syariat yang bersifat jamaah: Menegakkan syariat Islam secara sempurna dalam daulah
Khilafah
6) Kemudian bisa dijelaskan tentang fakta kaum muslimin sekarang
a) Segi ekonomi : rusak tidak Islami
b) Segi pendidikan : non Islam
c) Segi pergaulan : non Islam
d) Segi pemerintahan : non Islam, bahwa hukum yang ada buatan manusia
e) Segi politik : makna politik diputarbalikkan, sehingga identik dengan akal licik Hasilnya:
pelayanan urusan umat dalam negeri dan luar negeri tidak sesuai dengan Islam.
Semua fakta KM sekarang, tidak bisa selesai tanpa penerapan syariat dalam daulah Islamiyah.
artinya akar masalah kaum muslimin karena tidak adanya sistem yang melindungi yaitu Daulah
Khilafah Islamiyah. Nah, semua ini merupakan syariat Allah yang hanya bisa ditegakkan oleh
jama’ah kaum muslimin (artinya syariat bersifat jamak)

7) Jadi Islam telah menetapkan tolak ukur untuk menilai segala sesuatu, sehingga dapat diketahui
mana perbuatan baik yang harus segera dilaksanakan (jujur, tepat janji, berbakti kepada orang
tua, jual beli yang halal, dll), dan mana perbuatan tercela yang harus segera ditinggalkan (dusta,
ingkar janji, memfitnah, korupsi, memakan riba, mengabaikan amar makruf nahiy munkar,
menghalangi dakwah, dll). Jika dinyatakan terpuji oleh Allah, maka ia akan terpuji selamanya,
begitu pula apa yang dicela Allah selamanya akan tetap tercela.
8) Dengan demikian, manusia dapat menjalani kehidupan di bumi ini diatas jalan yang lurus (benar),
yang mendatangkan kebahagian, kedamaian dan ketentraman (Al A’raf : 96). Sebaliknya, jika
manusia menjadikan hawa nafsu sebagai penentu pebuatan terpuji dan tercela, atau dengan kata
lain mereka membuat aturan sendiri yang bertentangan dengan aturan yang diturunkan Allah,
maka yang didapat hanya kesengsaraan, kekacauan, kerusakan, kegelisahan (Ar Rum : 41)
9) Para sahabat nabi merupakan contoh terbaik. Ketika perintah berganti kiblat, larangan khamr,
perintah jilbab, mereka teguh menjalankan, bahkan berupaya untuk bersegera melaksanakan
perintah Allah.
10)Dalam QS. Al-Maidah : 48-49 Allah berfirman bahwa :
a. Aktivitas seorang muslim wajib terikat pada hukum/aturan yang telah Allah turunkan (baik
di AlQur’an maupun Al-Hadist).
b. Larangan mengikuti hawa nafsu lalu melanggar hukum Allah sama dengan melakukan
maksiyat.

17
c. Sehingga manusia sebenarnya tidak bebas untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan
nalurinya sesuai keinginannya. Islam menolak paham Liberalisme.
d. Bahkan terikat pada hukum syara/hukum Allah merupakan bukti sebenar-benar Iman (
QS.An-Nisa:
65 dan QS.Al-Ahzab:36 ).
e. Maka standar perbuatan itu dilakukan atau ditinggalkan adalah hukum syara.
 Bukan karena ada manfaatnya atau tidak menurut manusia
 Bukan karena perasaan : nyaman atau gak nyaman, suka atau benci, enak atau gak enak
menurut manusia (Yunus : 36)
 Bukan karena logis atau tidak logis menurut akal manusia

11)Dalam terikat dengan hukum syara’ ini tidak layak ditunda-tunda. Rosulullah SAW bersabda:
“Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal shalih, karena akan terjadi suatu bencana
yang menyerupai malam yang gelap gulita dmana ada seorang pada waktu pagi beriman tapi apda
waktu sore ia kafir; pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia kafir; ia rela menukar
agamanya dengan sedikit keuntungan dunia” [HR. Muslim] 12)Khatimah:
Berdasarkan pemaparan diatas jelaslah bahwa manusia itu lemah dan terbatas. Seluruh
perbuatannya akan dihisab oleh Allah Dzat Maha Cepat Hisab-Nya, sementara Allah SWT Maha
Tahu atas seluruh perbuatan manusia termasuk isi hatinya, malaikatpun mengawasinya, Dia pun
memerintahkan untuk selalu terikat dengan hukum-hukum-Nya. Semua ini meniscayakan orang
yang takut akan hari kiamat untuk selalu terikat pada hukum Allah. Untuk itu perlu memahami
bagaimana hukum Allah mengatur kehidupan dia didunia. Caranya tidak lain, kecuali dengan
kita mengkaji Islam dengan istiqomah. Karenanya, setiap muslim yang ingin berbahagia akan
selalu berupaya untuk mendalami Islam dan menerapkannya. []

18
Alur Keterikatan terhadap Hukum Syara’

Manusia tidak dibebani hukum apapun sebelum


diutus seorang Rasul (QS. 17 : 15)

Setelah Rasul diutus/diturunkan Setiap perbuatan akan dimintai


( QS. 4 : 165 ; QS. 59 : 7 ) pertanggungjawaban

Mewajibkan umatnya mengikatkan diri dgn


Hukum Syara’

Defenisi Hkm. Syara’ :

Seruan asy-syaari (Allah) yang berkaitan dengan


QS. 59 : 7 Bukan berarti

Tdk diperintahkan dan tdk dilarang


Tdk ada ketentuan syaranya

Manusia bebas karena


Manusia bebas memilih

Sifat syara aam QS. 7 : 158


Islam tdk diturunkan secara terperinci dan
tdk mengatur masalah teknis
Setiap muslim wajib mengetahui
hkm. syara

Untuk hal-hal yg baru disyariatkan


Contoh kaedah ushul fiqh :
melalui istinbath hukum
Hukum asal benda adl mubah,
sebelum ada dalil yg
mengharamkannya
6. Tema : Hukum Syariat 2 (1 sesi)
Target :
1) Paham ruang lingkup syariat Islam.
2) Paham bahwa ukuran kebahagiaan seorang Muslim bukan materil (hedonisme dll)
tapi ridho Allah
3) Paham & berusaha keras berkepribadian Islam
4) Paham bahwa agar seorang muslimbisa berkepribadian Islam
membutuhkandukungan masyarakat dan negara Kisi-Kisi Penyampaian :
1) Mad’u membaca QS. Ali-‘imran : 19 dan QS. Al-Maidah : 3. Kemudian Pengisi menyampaikan ke
mad’u, bahwa hari ini kita akan membahas tentang Syariat Islam. Namun sebelumnya, Pengisi
menanyakan syariat Islam menurut mad’u itu apa? (dikaitkan dengan materi sebelumnya).
2) Al Qur’an datang sebagai penjelas segala sesuatu (QS. An Nahl : 89)

19
a. Bahwa Islam adalah ajaran yang meliputi akidah dan syariah/sistem (nizham). Akidah dalam
konteks ini adalah 6 rukun iman. Sedangkan sistem (nizham) atau syariah adalah sekumpulan
hukum syara’ yang mengatur seluruh masalah manusia. Sehingga, sebelum melakukan
sesuatu, kita harus mengetahui hukum dari perbuatan tsb.
b. Allah telah memerintahkan kita untuk bersyariah secara total dan melarang kita untuk
mengikuti langkah-langkah saitan (Al Baqarah : 208).
3) Sumber-sumber Syariat Islam :
a. Al Qur’an (proses pembuktiannya sudah dibahas sebelumnya)
b. As Sunnah (perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan, persetujuan, diamnya) (An Najm : 3-4, Al
An’am :
50).
c. Ijma’ sahabat (Pujian Allah kepada mereka : Al Fath : 29, At Taubah: 100, Al Hasyr : 8). Para
sahabat tidak mungkin bersepakat dalam kemaksiyatan. Contoh : Pengumpulan Mushaf Al
Qur’an, Kewajiban mengangkat Khalifah)
d. Qiyas syar’iyah, ialah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada
yaitu dasar
nashnya dengan cara membandingkannya kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang
telah
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan ‘illat antara kedua kejadian
atau
peristiwa itu. Contoh : memukul orang tua haram karena diqiyaskan dengan larangan
(keharaman)
menyakiti hati orang tua pada QS. Al Isra : 23.
Jika ada fakta baru yang belum diketahui hukumnya : ijtihad
4) Sumber-sumber Aqidah dan Syariah diatas, dapat digunakan untuk mengatur hidup manusia
pada ranah/lingkup berikut :
Lingkup Syariat Islam

DIMENSI 1 DIMENSI 2 DIMENSI 3


Mengatur Hubungan Mengatur Hubungan Mengatur Hubungan Manusia dengan
Manusia dengan Allah Manusia dengan Manusia lainnya o Sist. Ekonomi o
Swt o Aqidah o Dirinya o Sist. Pendidikan o Sist. Hukum o
Ibadah Makanan o Sist. Politik (Dalam dan Luar Negeri)
Minuman o
o Sist. Pergaulan
Pakaian o Akhlaq
o Dll

5) Hukum perbuatan :
1) Wajib : perbuatan yang harus dikerjakan, tidak bisa ditunda- tunda atau sistem nyicil. Bahwa
wajib ada 2, ain dan kifayah. Wajib ain (beban pelaksanaannya kepada individu, tak bisa
diwakilkan, jika ditinggalkan dosanya ditanggung sendiri). Ex: belajar ilmu agama, sholat fardlu,
pakai jilbab, tepat janji, dll. Wajib kifayah (bebannya awalnya hanya kepada sekelompok orang,

20
namun jika belum sempurna tertunaikan maka semua umat Islam akan turut menangung
dosanya) misalnya mengurus jenazah, menerapkan seluruh syariat Islam Ex: hukum pidana, dll.
2) Sunnah : jika dilakukan mendapat pujian Allah/pahala, jika ditinggalkan tidak mendapat
apapun.
3) Mubah: bisa pilih : melakukan atau meninggalkan.
4) Makruh : : jika ditinggalkan mendapat pujian Allah/pahala, jika dilakukan tidak mendapat
apapun. Contohnya, memakan petai/jengkol/bawang, tidur setelah subuh, makan
kekenyangan, dll.
5) Haram : perbuatan yang harus segera ditinggalkan (tidak pakai nyicil) dan berikan contohnya
misal:
pacaran, minum miras, riba, syirik dll.
6) Hukum benda :
a. Semua benda hukumnya mubah selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.
b. Benda-benda yang diharamkan seperti di QS.Al-Maidah: 3 dan di beberapa hadist. Misal
keharaman khamr (miras) dan narkotika.
7) Diskusi : menelaah aktivitas harian kita dan coba menghukumi dengan hukum syara’ sejak
bangun tidur hingga tidur lagi, dikaitkan dengan peran masyarakat dan Negara dalam
menjalankan hukum-hukum Allah.
Syariat Islam Bagaimana penerapan syariah Islam hari ini?

 Mengapa kesyirikan merajalela, bahkan legitimasinya adalah bagian dari budaya (jadi
harus dilestarikan)? Baca Yusuf : 40. Ahmadiyyah masih eksis, padahal fatwa MUI
sudah jelas bahwa Ahmadiyyah itu keluar dari Islam. Aliran kepercayaan diakui.

Dalam hal ibadah, sekalipun kira tahu, sholat, puasa, zakat itu wajib dijalankan,
namun mengapa seakan-akan saat ini hal tsb menjadi MUBAH (pilihan). Buktinya
muslim bebasbebas saja meninggalkan sholat, puasa, zakat sebebas kita memilih mau
DIMENSI 1 makan nasi atau tidak.
 Artinya, tidak ada konsekuensi hukum jika kita tidak menjalankan sholat/puasa/zakat.

 Beda halnya ketika kita tidak bayar pajak Kendaraan Bermotor, Pajak penghasilan,
Pajak Bumi dan Pangunan kena denda berlipat-lipat, artinya ada puhishment
bagi yang tak mengerjakan.
 Juga ketika tidak mendaftarkan KIK no ponsel di blokir!!

 Menunggak bayar listrik alirannya diputus.

21
 Menutup aurat hal wajib pun menjadi mubah (pilihan)
 Tidak pakai helm, tidak bawa SIM/STNK ditilang
 Jika ada 2 muslimah, yang satu pakai helm namun tak menutup aurat, yang satunya
pakai hot pants tapi berhelm, STNK dan SIM lengkap. Kira-kira siapa yang dihukum??
 Miras masih beredar bebas, seperti di alfamart, indomaret, dll mudah sekali
DIMENSI 2 mendapatkan, tak ada punishmen bagi yang meminum bir/khamr.
 Jadi kalau belanja memilih untuk membeli teh kotak atau bir bintang
semacam memilih beli mie ayam atau bakso. Padahal dalam Islam teh kotak itu
halal, bir bintang itu haram.
 Dalam perihal akhlaq durhaka kepada ortu haram. Namun saat ini seakan
menjadi hal yang biasa. Mencaci ortu di sosmed lumrah
Siapa yang akam menerapkan ini ??? hanya boleh/bisa dilakukan oleh NEGARA.
 Mengapa Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim tapi riba menjamur hampir
dalam seluruh lini kehidupan? Karena : sistem membolehkan (contoh perbankan,
koperasi, bahkan arisan antar warga pun ada ribanya) riba yang haram ( An Nisa :
DIMENSI 3
161, Al Baqarah: 276) dalam Islam menjadi mubah. Bahkan ada bank yang mewajibkan
(tidak bisa menghilangkan riba dari tabungan kita)
 Begitu pula dengan zina sesuatu yang haram menjadi mubah. Padahal dalam
Islam, hukuman bagi pezina bisa dicambuk, bisa pula dirajam (An Nuur : 2-3)
8) Kesimpulan :
a. Manusia sejatinya cukup menjalani hidup dengan aturan yang berasal dari Allah Swt, tanpa
harus pusing-pusing membuat, mendebatkan, meneliti peraturan macam apa yang mampu
menjamin kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Apalagi sebagai orang yang
mengaku beriman kepada Allah, melafadzkan syahadat 17x sehari, maka bukti nyata atas iman
dan syahadatnya adalah dengan senantiasa hidup menggunakan aturan Allah SWT. (QS. An Nur
51-52).
b. Konsekuensi Iman kepada Allah adalah taat dalam menjalankan Syariat-Nya. Taat kepada
syariat adalah kewajiban. (An Nisa : 60-61, Al Maidah : 50, Al An’am : 57).
c. Islam (Aqidah & Syariat) diturunkan Allah sebagai Rahmat untuk seluruh alam ( QS Al
Anbiya : 107), bukan untuk menyulitkan, justru agar manusia dapat menjalankan hidup sesuai
fitrah penciptaannya, sehingga muncul ketenangan, keadilan dalam hidupnya. Sebaliknya, jika
kita mengambil aturan lain diluar syariat maka kesengsaraan hidup dunia dan akhirat pasti
akan didapatkan.(Thahaa : 124, Ali Imran : 23, Al Maidah : 44, Al Maidah 45, Al Maidah : 47-49,
An Nisa : 65, Al Ahzab 36).
d. Karena syariat berasal dari Allah (pencipta manusia, yang paling paham terhadap ciptaannya)
maka syariat Islam PASTI BISA kita jalankan, bahkan Allah Swt akan melimpahkan Barokah
kepada penduduk negeri yang beriman (Al A’raf : 96).
e. Munculkan selalu kesadaran untuk terikat kepada aturan-aturan Allah Swt. Jika belum tahu
atas hukum suatu benda atau perbuatan, bertanyalah (cari tahulah) agar kita senatiasa hidup
dalam koridor syariah Islam.

22
7. Tema : Hukum Syara’ 3 ; Jilbab (1
sesi) Target :
1) Paham batas aurat
2) Paham bahwa aturan syariat bagi wanita tidak hanya sebatas menutup aurat, namun jenis
pakaian juga diatur
3) Paham dalil naqli jilbab, khimar dan kapan dipakai Kisi-Kisi Penyampaian :
1) FAKTA
• Menurut Kapitalisme & Sosialisme thd Kehidupan dan Wanita :
Agama harus terpisah dari aturan2 kehidupan. Kehidupan untuk mencari kesenangan baik
bersifat benda ( materi ) ataupun kesenangan. Wanita adalah manusia yang bebas
• Pandangan Islam terhadap Kehidupan dan Wanita :
Kehidupan adalah jembatan menuju Akhirat. Setiap Amal akan dihisab/ dimintai
pertanggungjawaban. Wanita termasuk makhluk yg terikat dg aturan Allah Swt 2) Kesempurnaan
Islam dibuktikan dari tata aturan seputar :
a. Aurat Wanita
Batasan aurat wanita :
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya.” (Qs. an-Nuur [24]: 31).
Maknanya : Seluruh tubuh (tempat perhiasan seperti rambut, leher, telinga, lengan, betis,
dada, perut, punggung dsb adalah aurat kecuali ‘yg biasa tampak’ yaitu wajah dan telapak
tangan pergelangan. Dalam ayat tersebut juga dijelaskan kepada siapa saja mahrom kita (yang
boleh melihat aurat) kecuali aurat besar.
Batasan aurat diperjelas dalam hadits :
“Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidl) maka tidak boleh
baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, seraya menunjukkan wajah dan telapak
tangannya.” [HR. Abu Dawud].

Para fuqoha berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita ( termasuk wajah dan telapak tangan )
adalah aurat. Menafsirkan firman Allah SWT maa zhahara minha dengan “apa yang tampak
dengan unsur ketidaksengajaan” seperti terbuka karena tiupan angin sehingga kaki/betisnya
atau sebagian badannya terbuka. Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat
demikian. ( Terjemah tafsir ayat Ahkam Ash Shabuni jilid 2 hal 243-249, Bina Ilmu, 1993 )

Sedangkan yang berpendapat wajah dan telapak tangan bukan aurat menafsirkan maa
zhahara minha dengan “ apa yang secara kebiasaan memang tidak tertutup ketika ayat ini
turun “. Pendirian ini ditunjang dengan fakta bahwa wanita jahiliyyah tidak menutup bagian
wajahnya ( Bidayatul Mujtahid, Ibn Rusd, Juz I : 235-246 ). Ibnu Abbas mengatakan tafsir ayat
tersebut adalah sesuatu yang biasa tampak adalah wajah dan telapak tangan ( Tafsir Ibnu
Katsir, juz 3 : 283 ). Imam Ibnu Jarir Ath Thabari mengatakan bahwa “pendapat yang paling
kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang mengatakan sesuatu yang biasa tampak adalah
wajah dan telapak tangan “ ( Tafsir Ath Thabari, juz 18 : 94 ). Imam Al Qurthubi menyatakan “

23
berkenaan dengan wajah dan telapak tangan, maka terbukanya keduanya merupakan suatu
kebiasaan ibadah. Demikian halnya dengan haji dan shalat “ (Tafsir Al Qurthubi, juz 12 : 229).
Imam Zamakhsyari menyatakan bahwa sesungguhnya tidak mungkin untuk melepaskan
sesuatu dari kedua tangannya dan tidak akan lepas kebutuhan untuk membuka wajah,
khususnya dalam masalah persaksian, pengadilan dan pernikahan; serta adanya keperluan
untuk berjalan di jalanjalan sehingga tampak kedua telapak …….( khususnya bagi mereka yang
miskin ), inilah firman Allah : “ illa maa zhahara minha “ ( Tafsir Al Kasysyaf, juz 3 : 61 ).

Pada masa Rasulullah SAW, kaum wanita membuka wajah dan telapak tangannya saat mereka
berhadapan dengan beliau dan tidak dilarang. Mereka pun menampakkan wajah dan telapak
tangannya di pasar, jalan, dll.
Diriwayatkan dari Aisyah bahwasannya “ Suatu ketika datanglah anak perempuan dari
saudaraku seibu dari ayah Abdullah bin Thufail dengan berhias. Ia mengunjungiku, tetapi tiba-
tiba Rasulullah masuk kemudian beliau berpaling membuang mukanya. Maka aku katakan
kepada beliau, “ Wahai Rasulullah, dia adalah anak saudara perempuanku dan masih perawan
tanggung.”
Beliau bersabda, “ Apabila seorang wanita telah sampai pada usia baligh maka ia tidak boleh
menampakkan anggota badannya kecuali wajah dan selain ini sambil digenggamnya
pergelangan tangan sendiri dan dibiarkannya genggaman antara telapak tangan yang satu
dengan genggaman terhadap tangan yang lain. “ ( Ath Thabari ). Taqiyyuddin An Nabhani
berpendapat wanita muslimah selain istri Rasul tidak wajib menutup wajahnya ( Sistem
Pergaulan Dalam Islam, 69-98 ).
Ash Shabuni dalam Tafsir Ayat Ahkam menyatakan bahwa aurat sesama wanita adalah antara
pusat dan lutut.

b. Busana muslimah di luar rumah (di Kehidupan Umum)


Khimar
“Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Qs. an-Nuur [24]: 31). Kriteria
khimar : a) Tidak tipis
Imam Malik meriwayatkan hadist dari Al Qamah bin Abu Al Qamah dari Ibunya yang
berkata: “ Hafsah binti Abdurrahman pernah datang kepada Aisyah dengan mengenakan
kerudung yang tipis, kemudian Aisyah menyobeknya lalu menggantinya dengan
kerudung yang tebal.
b) Batas minimal panjang kerudung menutupi juyuub
Juyuub adalah bentuk jamak dari jayb yaitu kerah baju ( tawqah ) yang terlipat dan
terbuka di sekitar leher dan di atas dada pada penutup tubuh atau pakaian. Maksudnya
adalah kancing baju bagian atas (± 2-3 lubang kancing ), sehingga pakaian tersebut bisa
dimasuki kepala ketika dikenakan.
Jilbab

24
“Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya.”
(Qs. al-Ahzab [33]: 59). Juga Hadits yang diriwayatkan dari Ummu ‘Athiah r.a., bahwa dia
berkata:
“Rasulullah Saw memerintahkan kaum wanita agar keluar rumah menuju shalat Ied, maka
Ummu ‘Athiyah berkata, ‘Salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?’ Maka
Rasulullah Saw menjawab: ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya!”
[Muttafaqun ‘alaihi] (AlAlbani, 2001)

Hadits ini menyiratkan tentang jilbab adalah pakaian luar yang dikenakan perempuan diatas
pakaian kesehariaannya (yang biasa dikenakan di dalam rumah). Ketika Ummu ‘ Athiyah
bertanya tentang seseorang yang tidak memiliki jilbab, tentu perempuan tersebut bukan
dalam keadaan tak memiliki pakaian sama sekali yang ia kenakan di rumahnya. Ia hanya
tidak memiliki pakaian untuk keluar rumah. Perintah Rasul SAW agar saudara yang lain
meminjamkan jilbab kepadanya, bisa dipahami sebagai perintah agar ia tetap di rumahnya
jika tak memiliki pakaian untuk keluar.

Lafadz Yudniina adalah mengulurkan atau memanjangkan, jalaabiib adalah bentuk jamak
dari kata jilbab. Jilbab dalam kamus Al Muhith diartikan sebagai pakaian lebar dan longgar
untuk wanita serta dapat menutup pakaian wanita sehari-hari ( tsaub ). Menurut Al
Manshur Nashif dalam kitab At Taaj Al Jaami’ lil Ushuulil fii Ahaaditsa Ar Rasuul, dinyatakan
bahwa jilbab artinya pakaian perempuan yang dipakai di luar kerudung dan baju gamisnya
yang berfungsi menutupi seluruh tubuhnya. Menurut Ahmad Warson Al Munawwir dalam
kamus Al Munawwir jilbab diartikan sebagai baju kurung panjang sejenis jubah. Dengan
demikian makna jilbab adalah jenis pakaian yang longgar menutup tubuh dari atas sampai
bawah dan satu potong yang dipakai diatas pakaian rumahnya.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar yang berkata bahwa Rasul SAW bersabda : “ Barang siapa yang
mengulurkan pakaiannya karena sombong, maka Allah SWT tidak akan memandangnya di
hari kiamat.” Kemudian Ummu Salamah berkata, “ Bagaimanakah wanita dengan ujung
pakaian yang dibuatnya?”. Beliau menjawab, “ Hendaklah diulurkan sejengkal.” Ummu
Salamah bertanya lagi, “ Kalau demikian maka telapak kakinya akan terbuka?” maka jawab
Nabi SAW,” Jika demikian perpanjanglah sampai sehasta dan jangan ditambah.”

Nabi melalui hadits ini memerintahkan perempuan untuk menjulurkan ujung kainnya
sebatas satu hasta dari setengah betis sebagai batas maksimal untuk menutupi tubuh.
Pengertian ini sesuai dengan riwayat yang disampaiakn Imam Turmudzi dan Imam Thabrani
yang mengatakan : “ Sesungguhnya Nabi pernah mengukur satu jengkal buat Siti Fatimah
dari kedua mata kakinya, kemudian beliau bersabda : “ Inilah ujung kain seorang wanita.”

25
Dari pengertian hadits ini kita bisa pahami bahwa jilbab yang dikenakan wanita haruslah
terulur sampai bawah ( irkha’ ) menutupi sempurna kedua kakinya. Tidak cukup menutup
dengan kaos kaki tetapi ujung jilbabnya menggantung sehingga bentuk kakinya masih
tampak. Tidak perlu khawatir dengan ujung jilbab yang harus terkena tanah / lantai, karena
rasul telah menyampaikan solusinya. Namun bukan berarti tidak berhati-hati dengan najis.

Seorang perempuan datang kepada Ummu Salamah ( istri nabi ) serayaberkata,


“ Sesunggunya aku seorang wanita yang selalu memanjangkan bajuku sampai
menyentuh tanah, dan akan sering berjalan di tempat kotor. Dijawab oleh Ummu Salamah
dengan sabda Rasul “ pakaian itu, tersucikan kembali oleh tanah ( bersih ) sesudahnya ”.
(HR. Abu Dawud, Malik, Turmudzi ).

Seorang perempuan dari kalangan Bani Abdul Asyhal bertanya : “ Wahai Rasulullah,
sesungguhnya jalan yang kami lalui ke masjid berbau busuk, maka apa yang harus kami
lakukan bila hari sedang hujan ?” Rasul SAW menjawab, “ Bukankah sesudah jalan itu
terdapat jalan lain yang lebih baik darinya ?”. Ia menjawab, “ Memang benar ”. Rasul
kemudian bersabda, “ Yang tadi disucikan oleh yang ini”. ( HR. Abu Dawud ).

Pakaian wanita harus menutupi warna kulit, tidak transparan. Hadits Nabi SAW tentang kain
tipis. Usamah menjawab bahwa ia telah mengenakan kepada istrinya. Mendengar hal itu,
Rasul SAW kemudian bersabda kepadanya: “ Suruhlah istrimu untuk mengenakan kain
pelapis / puring ( ghilalah ) lagi di bagian dalamnya, karena sesungguhnya aku khawatir
kalau sampai lekuk tubuhnya tampak.”

Hal-Hal yang harus diperhatikan :


1) Kerudung yang pas-pasan (kecil)
2) Belahan pada jilbab hingga terlihat betisnya
3) Celana panjang sebagai pakaian dalam (pakaian rumah) dengan kain jilbab yang tipis
sehingga menerawang
4) Jilbab dengan ketat bagian dada dan pinggul
5) Kaos Kaki yang pendek sehingga terlihat auratnya ketika berjalan, naik tangga atau naik
motor

26
8. Tema : Hukum Syara’ 4 ; Riba (1
sesi) Target :
1) Paham Riba secara meyeluruh dan aplikasinya dalam kehidupan.
2) Paham bahwa butuh peran Negara untuk menghapuskan Riba secara total dalam
kehidupan Kisi-Kisi Penyampaian :
1) Rasul SAW bersabda yang menggambarkan realitas masa kini :
“Sungguh akan datang kepada manusia itu suatu masa, tidak tersisa seorangpun dari mereka
kecuali memakan riba. Dan barang siapa yang tidak memakannya, pasti terkena debunya” (HR.
Abu Dawud dan Ibnu Majah).
“Apabila perbuatan zina dan riba telah merajalela di suatu negeri, berarti penduduknya telah
mengijinkan turunnya adzab dari Allah atas diri mereka” (HR. Al-Hakim)

2) Bisakah kita hidup tanpa Riba???


Sistem kehidupan saat ini menjadikan transaksi riba sebagai pilar utama perekonomian dunia dan
pengembangan ekonomi masyarakat

3) Mengguritanya kerusakan masyarakat wajib move on :


a) Kewajiban melepaskan diri dari riba baik pada saat di dalam kehidupan islam ataupun bukan
b) Saatnya kaum muslimin mendorong semua pihak untuk mewujudkan kehidupan islam

4) APAKAH RIBA ITU?


• Makna riba secara bahasa adalah az-ziyadah atau tambahan.
• Secara syar’iy, makna riba adalah setiap tambahan yang diambil sebagai akibat dari pertukaran
jenis harta tertentu, karna pertukaran 2 harta sejenis di tempat terjadinya pertukaran atau
karena adanya penundaan pembayaran utang atau karena perbedaan waktu penyerahan harta
• Tambahan bisa berupa uang atau selain uang misal : hadiah atau manfaat

5) PELAKU RIBA MENGUMUMKAN PERANG KEPADA ALLAH


“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-
Nya akan memerangimu. (QS. Al-Baqarah: 279)
6) SIAPA SAJA PELAKU RIBA?
“Rasulullah SAW mengutuk orang yang memakan riba, orang yang memberinya, juru tulisnya dan
kedua saksinya. Rasulullah SAW menegaskan, “Mereka semua sama” (HR. Muslim).

7) JENIS-JENIS RIBA
a. Riba utang piutang (qard)
• Penambahan/keuntungan yang didapat dari transaksi utang piutang, sebagai imbalan
terhadap tempo pembayaran. (riba jahiliyyah)
• Tambahan yang dipastikan di awal (bunga) --> riba nasi'ah

27
• Tambahan karena terlambat mengembalikan pinjaman (denda) --> riba nasi'ah •
Bagaimana bermuamalah dengan orang yang berhutang kepada kita atau
sebaliknya?
“Jika seseorang meminjamkan uang kepada orang lain, janganlah ia menerima hadiah
(darinya)” (HR. Bukhari).
PENJELASAN HADITS:
Abu Burdah bin Abi Musa, “Aku datang ke Madinah dan bertemu dengan Abdullah bin
Salam, ia berkata, “Kamu hidup di dalam sebuah negeri dimana riba tersebar luas. Karena
itu, jika salah seorang berhutang kepadamu dan ia memberikan sekeranjang rumput atau
gandum atau jerami, janganlah kamu terima, karena itu adalah riba” (HR. Bukhari).

PENJELASAN RASUL SAW:


Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Jika seseorang dari kamu memberi pinjaman
dan peminjam menawarkan kepadanya makanan, janganlah kamu menerimanya; dan jika
peminjam menawarkan tunggangan, janganlah ia menerimanya; kecuali apabila sudah
terbiasa dengan saling menukar yang demikian” (HR. Baihaqi).

b. Riba Jual Beli


 Riba yang terjadi dalam transaksi komoditas ribawi Dibagi
menjadi 2 macam : riba fadhl dan riba nasi'ah Penjelasan :
a) Riba al-fadhl
• Riba karena pertukaran 2 jenis harta sejenis, yang satu lebih dari yang lain
• Hanya terjadi dalam 6 jenis harta komoditas ribawi, Rosulullah bersabda:
“Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum halus (bur) dengan gandum halus
(bur), gandum kasar (sya'ir) dengan gandum kasar (sya'ir), kurma dengan kurma dan
garam dengan garam; sama, seimbang dan kontan. Jika berbeda jenis barangnya,
maka perjualbelikanlah/barterlah sesuai dengan cara yang kalian sukai asalkan
dilakukan secara kontan”. (HR.Muslim).
• Ulama membagi ke 6 jenis harta komoditas ribawi tsb dalam 2 kelompok:
- Kelompok 1 : emas perak --> diqiyaskan ke semua jenis mata uang/alat tukar
zaman sekarang
- Kelompok 2 : Bur, syair, kurma dan garam--> diqiyaskan kepada semua bahan
makanan pokok yang bisa disimpan. Misal: beras, jagung, singkong, sagu dll
• Kelebihan dalam pertukaran 2 harta sejenis dapat terjadi dalam 3 bentuk: - Kualitas
sama tapi beda jumlah Misalnya :
* 1 kg kurma yang baik dengan 0.5 kg kurma yang baik
* Uang pecahan Rp 100.000 dengan uang pecahan Rp 10.000 sebanyak 9 lembar
- Jumlah sama tapi kualitas beda
Misalnya : 1 kg beras Rojolele dengan 1 kg beras IR-64
- Jumlah dan kualitas berbeda
Misalnya : 5 gr emas 24 karat dengan 1 gr emas 22 karat

28
c. Riba an-Nasi'ah
 Riba karena adanya penundaan, baik mendapatkan kelebihan
maupun tanpa kelebihan Bentuk-bentuknya:
a) Pada pertukaran/jual beli komoditas ribawi yang sejenis atau tidak sejenis tapi
sekelompok dalam qiyasnya --> jual beli 2 mata uang berbeda semisal rupiah dengan
dolar tapi tidak kontan
b) Jual beli dengan sistem kredit, ketika jatuh tempo jadwal pembayaran tapi tidak mampu
mencicil pembayaran tepat waktu, dikenakan denda. Cth: denda angsuran
kredit motor/mobil/rumah dll
c) Riba karena penundaan yang disebabkan utang/pinjaman (lihat lagi slide riba utang
piutang)

8) Besarnya dosa riba


“ Riba itu memiliki 73 pintu. Yang paling ringan dosanya adalah seperti seseorang mengawini
ibunya”. “Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang yang mengetahuinya, itu lebih buruk
ketimbang 36 kali perzinaan” (HR.Ahmad dan ad-Daruquthni)

“Satu dirham riba (dosanya) kepada Allah lebih berat daripada 36 kali berzina dengan pelacur.
(Ibn Abbas berkata) dan Beliau berkata : Siapa saja yang dagingnya tumbuh dari harta haram,
maka neraka lebih layak untuknya”

9) BAGAIMANA DENGAN YANG MENGULANG-ULANG MENGAMBIL RIBA?


HUKUMAN PELAKU RIBA DI AKHIRAT
Rasulullah bersabda:
“Pada waktu aku dimi’rajkan ke langit, aku memandang ke langit dunia, ternyata di sana
terdapat banyak orang yang memiliki perut seperti rumah-rumah yang besar dan telah doyong
perut-perut mereka. Mereka dilemparkan dan disusun secara bertumpuk di atas jalur yang
dilewati oleh para pengikut Fir’aun. Mereka diberdirikan di dekat api neraka setiap pagi dan sore
hari. Mereka berkata: “Wahai Rabb kami, janganlah pernah terjadi hari kiamat”. Aku tanyakan,
“Hai Jibril, siapa mereka?” Jawabnya, “Mereka adalah para pemakan riba dari kalangan umatmu
yang tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila”.

Rasulullah bersabda:
“Pada waktu aku diisra’kan, tatkala kami telah sampai ke langit ke tujuh, aku melihat ke arah
atasku, ternyata aku menyaksikan kilat, petir dan badai. Lalu aku mendatangi sekelompok orang
yang memiliki perut seperti rumah, di dalamnya banyak terdapat ular berbisa yang dapat terlihat
dengan jelas dari luar perut mereka. Aku tanyakan, “Hai Jibril, siapa mereka?” Dia menjawab,
“Mereka adalah para pemakan riba”.

10)MENABUNG DI BANK
a. Menabung dengan maksud memanfaatkan bunga bank--> haram karena memanfaatkan riba

29
b. Menabung dengan alasan keamanan dan kemudahan transaksi --> boleh dengan catatan:
 Untuk bank konvensional --> buat perjajian di atas materai untuk tidak memasukkan bunga ke
dalam rekening
 Untuk bank syariah : pilih akad wadhiah (menyimpan) saja, jangan akad mudhorobah -->
mendapat nisbah atau bagi hasil (tidak halal karna multi akad : terjadi akad wadhiah sekaligus
syirkah mudhorobah sekaligus)

11)PRODUK HALAL BANK


 Rekening bank (dengan catatan khusus)
 Transfer uang
 Kartu debit
 Tukar menukar mata uang asing secara tunai
 Menyewakan deposit box bagi nasabah yang hendak menyimpan barang berharga di bank
 Pencairan cek
 Interior billing (jaminan keamanan transaksi jarak jauh dari bank)
 Biaya administrasi dari urusan-urusan di atas tidak termasuk riba

12)BAGIMANA MENGHENTIKAN RIBA?


1. Solusi individu : Berhenti dari riba dan bertaubat
2. Solusi sistemik : Mengganti sistem kapitalisme yang menyuburkan riba, menerapkan sistem
Islam secara kaffah

13)BAGAIMANA JIKA SUDAH TERLANJUR MENGAMBIL RIBA?


Orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. (TQS : 2: 275)
14) BAGAIMANA CARANYA BERTAUBAT?
ϥϭϣϭ켰 ϥ ϭ ˵ ϣ켰 ϡϣ ˵ϭ ˵ϛ ϣ ϡ ϭϭ ϭϡϣ ˵ϭ ϡϣ ϭϣΗϭ ϥ ‫˵ڃ‬Ϫ˵ ˵ϛ ϭ 潡˵潠 ϥ
潠˵ Ώϣ έΗ˵ ϣ ϭϣ ϣϭ ϣϡϣ ϛ㿰ϥ˵
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS. Al-Baqarah: 279)
9. Tema : Ukhuwah Islamiyah (1 Sesi)
Target :
1) Keharaman ashobiyyah dan individualisme
2) Akidah Islam merupakan ikatan pemersatu dan persaudaran antar umat Islam yang
berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah
3) Konsekuensi ukhuwah islamiyyah Kisi-Kisi Penyampaian :
1) Mad’u membaca QS. Ali Imran 101-103. Pengisi menjelaskan ayat tersebut :

30
2) Bahwa kita diperintah untuk berpegang teguh kepada agama Allah, karena itulah jalan yang lurus
waspada..jangan sampai kita menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah sudah sangat jelas
kebenarannya (ingat kembali bagaimana membuktikan kebenaran Al Qur’an)
3) Di sana juga ada perintah untuk bertaqwa dan mati dalam keadaan muslim.
4) Allah juga perintahkan untuk senantiasa berpegang pada tali agama Allah (yaitu Islam), dan
dilarang bercerai berai. Karena sesungguhnya, hanya dengan Islam saja kita dapat bersatu dan
dipersatukan.
5) Namun, bagaimanakah caranya Islam mempersatukan kita?
6) Faktanya : Saat ini umat Islam terpecah menjadi 50 lebih negara bangsa, yang terkadang bisa
saling bermusuhan karena hal remeh, seperti sepak bola, saling mengklaim kepemilikan
adat/budaya tertentu (tarian, batik, kesenian, dll).
7) Sekaligus, umat Islam juga kehilangan rasa persaudaraan yang berlandaskan aqidah sebagaimana
yang harusnya tumbuh. Misal : ketika umat Islam di Rohingya, Suriah, Palestina, dll dizalimi,
dibunuh, direnggut kehormatannya, diambil hartanya, rasa sakit pada diri kita tak ada, rasa ingin
membantu pun lenyap. Bahkan sebagian dari umat Islam ada yang berkata “Urus saja diri sendiri
dulu sebelum urus orang lain, urus saja yg dekat dulu sebelum yang jauh…”
8) Padahal Rasul Saw bersabda : “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang
bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan
merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).
9) Mengapa kita tak mampu terikat seperti perumpamaan tubuh?

***Buka DISKUSI dengan Mad’u, ajak mereka bersama-sama menganalisa***


1) Pengisi menjelaskan penyebab kita tak berasa seperti 1 tubuh, karena ikatan antar umat bukan
berasaskan Islam, namun bisa jadi berasaskan satu diantara ikatan rapuh/rusak berikut: Ikatan
nasionalisme (ikatan berdasarkan bangsa, loyalitas tertinggi adalah kepada bangsanya sendiri),
serta ikatan kepentingan/manfaat (ikatan yang menyatukan manusia karena kesamaan manfaat
yng ingin diraih).
2) Aturan Islam sendiri diperuntukkan bagi seluruh umat Islam yang ada di dunia secara umum.
Tidak dibatasi oleh batas Negara, selama dia dia beraqidah Islam harus menerapkan aturan Islam
secara menyeluruh. Kesamaan aqidah inilah yang akan menyatukan kaum muslimin (sama
aqidahnya dan aturannya, sehingga mendorong untuk menerapkan).
3) Ketika kita menilik sejarah perjalanan dakwah Rasul, bagaimana Rasul membawa Islam kepada
bangsa Arab dulu, maka dengan gamblang dapat kita saksikan bahwa saat itu Arab pada
umumnya, dan Makkah pada khususnya hidup dibawah baying-bayang fanatisme kabila. Loyalitas
tertinggi ada pada kabilahnya sendiri. Namun sejak Islam datang kepada mereka, dan sejak Islam
mampu merasuk kedalam akal, dan jiwa mereka, ikatan kesukuan/fanatisme kabilah pun berganti
menjadi ikatan aqidah.
4) Buktinya adalah ketika fase dakwah di mekkah. Islam mampu mempersaudarana Billal bin Rabah,
keluarga Yasir (budak, orang lemah dan miskin) dengan Abu Bakar, Umar, Abdurrahman bin Auf
(org merdeka yang kaya).

31
5) Karena Rasul sendiri telah bersabda : "Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru
kepada ashobiyah (kelompok-isme, nasionalisme, sukuisme), orang yang berperang karena
ashobiyah, dan orang
yang mati karena ashobiyah." [HR. Abu Dawud]
"Dan siapa saja yang berperang di bawah panji kejahilan, ia marah karena ashobiyah, atau ikut
menolong
(membantu) demi ashobiyah, kemudian ia terbunuh, maka matinya adalah mati jahiliyah." [HR.
Muslim]
6) Lebih jauh lagi, ketika memasuki fase dakwah di Madinah (setelah Rasul hijrah ke Madinah), Islam
telah dijadikan sebagai aturan kehidupan dalam semua aspek kehidupan disana. Umat Islam
diikat dengan ikatan aqidah Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah yang tidak hanya
menyatukan hati dan pikiran mereka, namun menyatukan seluruh aktivitas dalam hidup mereka
dengan aturan Islam.
7) Jika kita meneropong kondisi umat Islam hari ini, apa yang dirasakan?
8) Umat Islam zaman now dikatakan sulit bersatu, karena terdiri dari banyak kelompok. Benarkah
banyaknya kelompok/jamaah seakan-akan menghalagi persatuan umat? Seharusnya tidak.
Karena syariat mengizinkan hadirnya kelompok2 dakwah, yang dipaparkan dalam QS. Ali Imran:
104
9) Jadinya, banyaknya kelompok Islam dikalangan umat Islam sejatinya adalah sunatullah, selama
aktivitasnya sesuai dengan Islam (sebagaimana yang dipaparkan dalam QS. Ali Imran 104 diatas).
10)Jika faktanya umat hari terpecah dan seakan sulit bersatu, penyebabnya tidak lain karena 2 hal :
 Internal Umat :
Lemahnya tsaqofah Islam hingga tak paham mana wilayah yang syariat mengizinkan
adanya berbedaan, mana yang tidak boleh ada perbeda.
Contoh : dalam masalah pokok (ushul) dari agama seperti aqidah (Iman kepada Allah, Allah itu
Esa, Rasulullah adalah nabi terakhir, Al Qur’an adalah Kitabullah, dll), serta dalam masalah2
yang sudah jelas dalilnya (ayat muhkamat) seperti sholat fardhu hukumnya wajib, zina dan riba
hukumnya haram, dll maka tidak boleh ada perbedaan dikalangan umat.
Sedangkan dalam wilayah furu’ (cabang) yaitu syariat, yang dalilnya masih memungkinkan
adanya perbedaan pendapat (ayat mutasyabihat), seperti : pakai qunut atau tak pakai qunut,
dalil Isbal pada pria, cadar, jumlah rakaat sholat tarawih, dll, maka dimungkinkan/dibolehkan
adanya perbedaan. Dan ini sah dimata syariat. Tak perlu sampai bermusuhan jika terjadi
perbedaan dikalangan umat.

 Eksternal Umat :
Masuknya ide Nasionalisme ketengah-tengah umat Islam. Sebagaimana yang telah
disampaikan diatas Ikatan nasionalisme merupakan ikatan berdasarkan kesamaan bangsa,
maka loyalitas tertinggi adalah kepada bangsanya sendiri. Saat ini umat Islam didunia terpecah
kedalam 50 lebih Negara bangsa (nation state), yang mana masing-masing dari Negara bangsa
tersebut focus pada kelagsungan hidup bangsanya masing-masing. Aturan internasional juga
menyepakati bahwa setiap bangsa tersebut tidak boleh saling mencampuri urusan/permasalah

32
bangsa lain. Sehingga, ketika sebuah Negara bangsa mendapatkan kedzaliman dari Negara
lain, maka selain kedua Negara tersebut tidak boleh ada Negara lain yang turut campur.
Padahal, kita tidak bisa menafikkan, bahwa kenyataannya umat muslim sering menjadi korban
kedzaliman dari orang-orang kafir (seperi di Rohingya, Palestina, Suriah, Afganistan, Iraq, dll),
maka keberadaaan ‘nation state’ tadi akhirnya membatasi pertolongan yang bisa diberika
kepada sesama muslim. Ikatan ini juga membuka peluang mudahnya umat tersulut pada
konflik karena perbedaan nation, seklipun mereka sama-sama umat Islam.
11)Kesimpulan : Bahwa membangun Ukhwah Islamiyyah (Persaudaraan yang berlandaskan Ikatan
Ideologi Islam) adalah kewajiban menurut dalil syariat. Ukhwah Islamiyyah dibangun
berlandaskan ikatan aqidah Islam yang bersumber kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Jika umat
Islam tidak bersatu dibawah ikatan shahih ini, maka sejatinya umat ini menanggung sendiri dosa
perpecahan tersebut, sekaligus membuat umat seperti buih dilautan yang tercerai-berai.

10. Tema : Problematika Umat (1 sesi)


Target :
1) Sebab-sebab kemunduran umat Islam
2) Mulai mengenalkan nama 000, dan kronologis sampai dengan lahirnya UU Ormas.
3) Mulai mengenalkan aktivitas 000 yang akhirnya membawa pada dibubarkannya 000
counter opini negative atas 000
4) Akar masalah terdzaliminya umat Islam dan syariatnya adalah karena rezim sekuler.
5) Kebangkitan umat Islam hanya bisa diraih dengan mabda’ Islam.
Kisi-Kisi Penyampaian :
Mad’u membaca Thahaa : 124-128, Pengisi menjelaskan ayat tersebut :
1) Allah Swt memperingatkan konsekuensi dunia dan akhirat bagi siapa saja yang berpaling dari
peringatan Allah : hidup di dunia akan sempit, diakhirat akan buta, mengapa? Karena berpaling
dari peringatan Allah Swt.
2) Apa yang dimaksud berpaling dari peringatan Allah Swt? Dalam Tafsir Ibnu Katsir berpaling
bermakna : Menenantang perintah Allah, menentang apa yang diturunkan Allah melalui para
Nabi dan Rasul-Nya, juga berpaling dari petunjuk tersebut, melupakan dan mengambil petunjuk
dari selainnya.
3) Apa yang dimaksud penghidupan yang sempit? Yaitu didunia ditimpa kesengsaraan, penderitaan,
kehidupan yang buruk, rizki yang kotor, tiadanya ketenangan (dada yang sesak, walau sec
lahiriyah boleh jadi materi terpenuhi, hidup mewah, namun ia tak memiliki keyakinan yang
mantab, tidak punya pegangan/petunjuk, hati yang diliputi kekhawatiran, kebingungan dan
keraguan dan terus tenggelam dalam keraguan tsb). Ada pula sebagian ulama yang menafsirkan
bahwa kehidupan yg sempit bermakna, kelak didalam kubur orang tersebut akan dihimpit oleh
kuburnya.
4) Lanjut jawaban Allah terkait penyebab kesempitan diatas ada pada Thahaa 126 itulah
balasan atas berpaling dari peringatan Allah Swt didunia penghidupan yang sempit, diakhirat
diabaikan Allah (dilupakan Allah)

33
 Ajak Mad’u bercermin pada kehidupan hari ini? Apakah mereka merasakan ‘kesempitan
hidup’? Apakah kehidupan umat Islam berada pada kondisi yang digambarkan dalam ayat
diatas? Minta mereka menganalisa, bangun diskusi. Paparkan bukti-bukti aqliyah.
 Ternyata hari ini ayat tsb terbukti : Terjadi krisis multidimensi melanda umat Islam sec khusus,
dan manusia sec umum. Contoh : kemiskinan, kezaliman, pergaulan bebas, LGBT,
ketidakpastian hukum, bahkan terjadi kriminalisasi atas Islam, ajarannya dan umatnya. Hari ini
Islam & syariatnya ibarat momok/monster.
 Islam dituduh agama yang radikal, identik dengan terorisme dan kekerasan, antikebhinekaan
serta intoleran. Islamophobia melanda.
 Syariat Islam dipinggirkan, dianggap tidak cocok diterapkan, kuno, tidak mampu menaungi
keberagaman manusia seperti di Indonesia.
 Aktivitas dakwah jadi sasaran presekusi, dibubarkan. Amar ma’ruf haniy munkar dianggap
“ujaran kebencian”, rohis di sekolah-sekolah diawasi, kelompok-kelompok Islam dicurigai.
 Jika kita sedikit mundur kebelakang banyaknya fitnah atas Islam, syariat dan umatnya
'memanas' ketika menjelang pilkada DKI.
 Umat banyak yang menyeru dan mengingatkan agar menolak pemimpin kafir. Ini didasari oleh
keberadaan salah satu calon Gubernur DKI (yaitu Ahok) yang adalah non muslim.
 Kemudian ditambah peristiwa Ahok mengatakan "jangan mau dibohongin sama al
Maidah",. Ucapan tsb walau tujuannya untuk mengkampanyekan dirinya, namun jelas
menyinggung umat Islam karena sama artinya Ahok mengatakan bhw Al Qur'an (firman Allah
swt berisi kebohongan).
 Kemarin umat semakin tersulut ketika sikap penegak hukum dan pemerintah sgt lamban,
terkesan berbelit-belit untuk kasus Ahok, sdg penangkapan oknum terduga teroris (baru
terduga saja) sangat cepat bahkan bisa langsung tembak mati ditempat.
 Seruan ulama pun seolah tak didengar.
 Maka umat bersama ulama menginisiasi Aksi Bela Islam 1,2,3 sbg bentuk protes kpd
pemerintah. Ditengah tekanan ummat, pemerintah menerbitkan RUU Ormas.
 Banyak pakar hukum menilai bhw RUU tsb (yg saat ini telah d sahkan mnjd UU) sangat
berpotensi melahirkan represifme kpd kelompok2/ormas Islam. FH UII dalam seminar
Nasionalnya (sept 2017) pun mengeluarkan pernytaan sikap, dengan tegas menolak di
sahkannya RUU ini. Namun apa daya, voting di DPR dimenangkan olh pihak yg mendukung
disahkannya.
 Sayangnya, ada satu kelompok umat Islam yang akhirnya menjadi korban rentetan peristiwa
ini. Yaitu 000.
 Tanya ke mad’u…sudah pernah dengar nama 000? Apakah mereka mengikuti kasus
pencabutan status Ormas Berbadan Hukum Perkumpulan?
 Jika sudah tau dan mengikuti fakta minta pendapatnya.
 Jika belum tahu beri penjelasan sedikit ttg 000, sbb :

34
 Yaitu salah satu ormas Islam yang memiliki tujuan perjuangan menegakkan Syariat Islam.
000 Mencoba mendakwahkan Islam sebagai solusi multidimensi atas permasalahan yang
melanda umat, khususnya di Indonesia.
 Aktivitas 000 sendiri adalah dakwah yaitu mengedukasi umat agar memahami syariat
Islam secara menyeluruh, dan mau menjadikan Islam sebagai Jalan Hidup mereka.
 000 Juga senantiasa memaparkan solusi Islam untuk permasalahan bangsa, seperti
Pengentasan hutang luar negeri, pengeloaan SDM, korupsi, LGBT, masalah kerusakan
generasi, pendidikan, masalah tenaga kerja asing, dll. Semua dipaparkan bagaimana solusi
Islamnya.
 Maka, apa salah dr 000? Tak jelas. 000 Kemudian menggugat pemerintah melalui
PTUN, minta bukti, pada aspek apa dari aspek 000 yang menyimpang.
 Justru 000 ingin Indonesia ini barokah dengan aturan Islam, shingga 000 menyeru umat agar
mengambil Islam yang berasal dari Dzat Yang Maha Sempurna, Maha Adil, Allah Swt, sbg
solusi atas permasalahn kehidupan.
 Sebagaimana janji Allah Swt akan menurunkan kebarokahan jikalau penduduk suatu negeri
beriman dan bertaqwa kepada Allah (QS Al A’raf 96)
 Kalau memungkinkan tampilkan video Jubir yang melakukan audiensi ke DPR
5) Kesimpulan : Umat Islam hari ini baik yang ada di Indonesia maupun di bagian bumi lain sejatinya
sedang sakit. Jika kita kembali merenungi QS. Thahaa diatas, seharusnya kita mampu
menyimpulkan akar masalah sekaligus solusi atas permasalah umat hari ini. yaitu ketiadaan
penerapan Islam secara sempurna hingga mengakibatkan kehidupan yang sempit. Padahal,
pertanggungjawaban kita dihadapan Allah swt kelak, jelas lebih berat dibandingkan apa yang
menimpa kita didunia.

11. Tema : Problematika Umat 2 (1 sesi)


Target :
1) Counter terhadap opini negatif : Islam intoleran, anti kebhinekaan, memecah belah.
Kisi-Kisi Penyampaian :
1) Mad’u membaca QS. Saba’ : 28-30, Al A’raf : 158, Pengisi menjelaskan ayat tersebut, bahwa
sesungguhnya Islam diturunkan Allah untuk seluruh umat manusia sampai dengan kiamat kelak.
Bukan hanya untuk umat tertentu pada zaman tertentu.
2) Maka, jika kita ingat kembali Ruang Lingkup Syariat (Khusunya pada Dimensi 3) disana jelas
bahwa Islam memiliki tata aturan dalam kehidupan umum.

35
3) Pertanyaannya, ketika pada faktanya umat manusia di dunia ini beragam (Agama, suku, Ras, dll)
mungkinkan Islam bisa menyatukan mereka?
4) Ini sekaligus menjawab tuduhan miring atas Islam dan syariat Islam, bahwa Islam itu intoleran,
serta antikebhinekaan. Apakah benar demikian? Mengapa tuduhan tsb dapat muncul??

****
Munculnya opini yang digerakkan oleh pihak-pihak tertentu mengesankan seolah Islam, syariah
Islam dan Khilafah Islam itu anti kebhinnekaan. Ini menunjukkan dua hal: pertama, kebodohan
tentang Islam, syariah dan Khilafah Islam. Kedua, adanya niat jahat di balik tuduhan itu, karena
kepentingan politik asing dan aseng di belakang mereka. Karena itu, penting dijelaskan, bagaimana
Islam, syariah Islam dan Khilafah merawat kebhinnekaan tersebut?

Masalah kebhinnekaan atau kemajemukan telah dibahas oleh Islam, syariah Islam, dan diterapkan di
dalam negara Islam, jauh lebih dulu ketimbang bangsa Barat. Bahkan, boleh dikatakan, hanya
Islamlah yang mengakui keberagamaan manusia, baik suku, bangsa, bahasa, kedudukan sosial,
bahkan agama.

Islam mengakui keberagaman, kemajemukan, dan kebhinnekaan manusia, dari aspek jenis kelamin,
suku, warna kulit, bahasa, status ekonomi, sampai posisi di tengah masyarakat. Keberagaman itu
merupakan fakta, yang tidak bisa dinafikan. Di dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan, ”Wahai manusia,
sungguh Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, serta menjadikan
kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal.” (TQS. al-Hujurat [49]:
13).

Pengakuan yang tegas dan jelas, bahwa manusia memang telah diciptakan berbeda, satu dengan
yang lain. Itu merupakan fitrah kehidupan. Sejak zaman Nabi SAW hingga kini, perbedaan suku,
bangsa, ras, bahasa dan agama itu tetap ada. Islam pun dipeluk bukan hanya oleh bangsa Arab,
tetapi juga non-Arab [ajam]. Negara khilafah pun didiami bukan hanya oleh orang Islam, tetapi juga
non-Muslim.

Wilayah kekuasaan kaum Muslim sejak zaman Nabi SAW hingga Khilafah Utsmani meliputi Jazirah
Arab, benua Afrika, Asia hingga Eropa. Ulama Islam terdiri dari beragam etnis. Imam aI-Bukhari
berasal dari kawasan Bukhara di Uzbekistan, Rusia. Ibn Hazm berasal dari Cordoba, Spanyol,
sedangkan Imam an-Nawawi berasal dari Damaskus, Syam. Bahkan ada juga Imam an-Nawawi al-
Bantani yang berasal dari Banten, Indonesia (nusantara).

Karena itulah, Islam dengan tegas melarang umatnya membanggakan suku bangsa dan keturunan.
Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang berbangga-bangga dengan slogan-slogan jahiliah,
suruhlah ia menggigit kemaluan ayahnya dan tidak usah pakai bahasa kiasan terhadap dirinya.” (HR.
Ahmad).

Primordialisme Haram

36
Selain Islam dan khilafah menjaga kebhinnekaan, Islam juga dengan tegas melarang sikap
primordialisme atau chauvinisme, yang kerap merendahkan bangsa lain dan menganggap bangsanya
atau rasnya lebih superior. Selain perbedaan suku bangsa dan warna kulit, Islam juga mengakui
adanya perbedaan strata sosial-ekonomi sebagai anugerah dari Allah.

Allah dengan tegas menyatakan, ”Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang
paling bertakwa." (TQS. AI-Hujurat [49]: 13). Dalam hadits shahih, Nabi SAW juga tegas menyatakan,
”Wahai manusia, ingatlah, bahwa Tuhan kalian satu, dan nenek moyang kalian juga satu [Adam].
Ingatlah, bahwa tidak ada kemuliaan bagi bangsa Arab atas bangsa lain non-Arab, juga bangsa non-
Arab atas bangsa Arab, bangsa kulit putih atas kulit hitam, begitu juga kulit hitam atas bangsa kulit
putih, kecuali karena ketakwaannya. Apakah aku sudah menyampaikan?” Mereka menjawab,
”Rasulullah Saw. telah menyampaikan.” (HR. Ahmad)

Islam dan kafir juga fakta yang ada di tengah-tengah masyarakat, karena menjadi Muslim dan kafir
adalah pilihan. Dengan segala konsekuensinya, maka pilihan itu pun dihormati oleh Islam. Sampai
Allah SWT melarang kaum Muslim, termasuk khilafah, memaksa orang kafir untuk memeluk islam,
”La ikraha fi addini” [Tidak ada paksaan [bagi kaum kafir] untuk memeluk agama [Islam].” (TQS. Al-
Baqarah [02]: 256).

Nabi juga mengajarkan, dan menginstruksikan kepada para walinya di daerah. Dalam surat baginda
dinyatakan, ”Siapa saja yang tetap dengan keyahudian dan kenasraniannya, maka tidak boleh
dipaksa atau dibujuk [untuk meninggalkan agamanya].” Ketentuan ini terus dipegang teguh dan
diterapkan dalam sepanjang sejarah khilafah. Umat Islam, Kristen, Yahudi, Majusi dan yang lain bisa
hidup denqan damai di bawah naungan khilafah, dengan pilihan keyakinan masing-masing.

Meski orang-orang non-Muslim diakui sebagai warga negara Khilafah dan disebut sebagai ahli
dzimmah, tidak berarti mereka merupakan warga kelas kedua. Tidak. Hak-hak mereka sebagai warga
negara, seperti mendapatkan jaminan kebutuhan pokok individu, sandang, papan dan pangan,
termasuk kebutuhan pokok masyarakat, seperti keamanan, kesehatan dan pendidikan, semuanya
dijamin oleh khilafah.

Diskriminasi terhadap kelompok non-Muslim juga tidak terjadi di dalam negara khilafah. Pemicu
konflik antarumat beragama yang melibatkan elemen umat Islam justru dipicu oleh perilaku
kalangan non-Muslim. Karena pengkhianatan mereka terhadap dzimmah-nya, orang-orang Yahudi
diusir dari Madinah, karena pengkhianatan mereka. Mereka kemudian diusir dari Jazirah Arab, juga
di zaman 'Umar bin Khatthab karena pengkhianatan mereka. Perlindungan Islam

Islam adalah sistem kehidupan yang telah menjamin kebersamaan dan keadilan bagi semua
manusia. Secara fikrah maupun thariqah, seluruh hukum Islam memberikan perlindungan bagi
semua kalangan; lintas sosial, suku bangsa, bahkan hingga lintas agama.

37
Dalam sistem Islam tidak dikenal dikotomi masyarakat mayoritas-minoritas. Sekalipun kaum Muslim
dominan di suatu wilayah khilafah, bukan berarti mereka memiliki keistimewaan atau hak prerogatif
yang tidak bisa dimiliki warga minoritas. Di hadapan syariah Islam semua warga adalah sama.

Kaum Muslim juga dilarang untuk menghina sesembahan dan simbol-simbol sesembahan kalangan
nonMuslim, sebagaimana firman-Nya, ”Janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa pengetahuan." (TQS. al-An'am [6]: 108).

Karena itu, praktik kehidupan yang majemuk, plural, atau apapun sebutannya telah menjadi catatan
emas dalam sejarah yang ditorehkan umat Islam dan negara khilafah sepanjang I4 abad.

Semua terwujud dalam satu wadah khilafah, yang di dalamnya aturan Islam yang agung diterapkan
dan memberikan jaminan kehidupan yang terbaik bagi seluruh masyarakat. Catatan apik ini diakui
oleh para sejarawan Barat. T.W. Arnold dalam bukunya, The Preaching of Islam, menyatakan bahwa
Uskup Agung Kristen dan Sinoda Agung bebas memutuskan segala hal yang berkenaan dengan
keyakinan dan dogma tanpa menerima intervensi apapun dari negara. Sesuatu yang justru tidak
pernah terjadi pada masa pemerintahan para Kaisar Byzantium.

Keadilan dan kebersamaan status di mata hukum yang membuat kalangan non-Muslim tetap tunduk
dan menjaga keutuhan khilafah sekalipun ada masa jumlah warga non-Muslim di banyak wilayah
lebih dominan dibandingkan kalangan kaum Muslim.

38

Anda mungkin juga menyukai