Anda di halaman 1dari 6

Kewajiban menuntut ilmu, mengembangkan dan mengamalkannya:

Perintah menuntut ilmu, Keutamaan orang berilmu, dan Kedudukan


ulama dalam Islam

Rohmatul Afiyah (211102014)1, Hernanda Trisya Merita (211102008)2


Universitas Muhammadiyah Gresik

Introduction
Sebagai umat muslim (orang yang beragama Islam) kita memerlukan belajar secara
teratur (long live education). Belajar dalam Islam bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup
di dunia dan memperoleh bekal untuk di akhirat. Hal-hal penting tentang Ilmu yang harus
kita pelajari nantinya akan berpengaruh dan InsyaAllah dapat menjadi pegangan kita selama
hidup di dunia yaitu dengan ilmu kita dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di
manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang
lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi
kelangsungan hidup yang lebih baik. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu).
Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ain; dan 2) Fardhu Kifayah.
Orang yang berilmu sangat dimuliakan oleh Allah SWT dan akan diangkat derajatnya oleh
Allah SWT.
Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya,
menjadi agung dan mulia kehormatannya. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam
kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya,
mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta
derajat orang-orang yang bertaqwa.
Discussion
Perintah Menuntut Ilmu (Menurut Al-qur'an dan Hadits)
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah, Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan
sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling
dekat dan mudah untuk sampal kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut,
tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.
Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat selain wahyu pertama yang
disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw sebagai landasan utama
perintah untuk menuntut ilmu. Dijelaskannya pula sarana untuk mendapatkannya, disertai
bagaimana nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya, dan urgensinya dalam mengenal ke-
Maha Agung-an Sang Khalik dan mengetahui rahasia penciptaan serta menunjukkan tentang
hakikat Ilmiah yang tetap. Sebagaimana fiman-Nya: "Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dan segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam
1
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Gresik
(baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". (Q.S. Al 'Alaq
[96]: 1-5).
Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga berfirman: "...Katakanlah :* Adakah sama
orang-orang yang mengetahui (ilmu agama Islam) dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran" (Q.S. Az
Zumar [39]: 9).
Para mutasir menyimpulkan firman Allah di atas, bahwa: 1) Tidaklah sama antara
hamba Allah yang memahami Ilmu agama Allah, yaitu yang menyadari dirinya, memahami
tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mentaat segala perintah dan larangan-Nya, dengan orang-
orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah, yang tidak mau mempelajari ilmu agama
Allah; 2). Hanya orang-orang yang berakal sehatlah yang dapat mengambil hikmah atau
pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah.
Terkait hal tersebut Rasulullah saw menandaskan bahwa menuntut, memahami dan
mendalami Ilmu agama Islam itu, merupakan kewajiban utama setiap muslim, Sebagaimana
hadis yang diriwayatkan abl Sufyan r.a., ia mendengar Rasulullah Saw telah bersabda : siapa
yang dikehendaki menjadi orang baik oleh Allah, Allah akan memberkan kepahaman
kepadanya dalam agama Islam" (HR. Bukhari, Muslim). Memahami ilmu agama akan
membuat seorang muslim, baik dan benar dalam beribadah kepada Allah SWT, jauh dari
Bid'ah atau hal-hal lain yang membatalkan ibadah kita. Serta mampu membentengi diri dan
keluarga dari aqidah berbahaya.
Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (tardhu). Para ahli fiqih
mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ain; dan 2). Fardhu kitayah.
1. Fardhu Ain
Fardhu 'ain adalah setiap Ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim
tentang limu Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu'amalahnya
lurus dan sesuai dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam
Al Qur'an dan Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam
firman-Nya, "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak)
Melainkan Allah" (QS. Muhammad [47]: 19). Juga yang dimaksudkan oleh
Rasulullah Saw dalam haditsnya, "Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim". (H.R.
Ibnu Majah). Pengertian mencari ilmu di sini, adalah mencari ilmu agama Islam,
hukumnya wajib bagi laki-laki dan perempuan.
2. Fardhu Kifayah
Fardhu Kifayah adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan
mempelajari, menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam Ilmu-ilmu
yang dibutuhkan umat Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum, kedokteran,
perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada yang
mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan jika tidak
ada seorang pun yang melakukannya, maka semua menanggung resikonya.
Inilah yang diserukan Allah SWT dalam firman-Nya. "Tidak sepatutnya bagi
orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya" (QS. At-
Taubah [9]:122).
Bahwa tidak ada jalan untuk mengenal Allah, meraih ridha-Nya serta
menggapai keuntungan dan kedekatan dengan-Nya, kecuali dengan ilmu. Ilmu adalah
cahaya yang dengannya Allah mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab, dan
dengannya pula memberi petunjuk dan kesesatan dan kebodohan. Dengan ilmu
terungkaplah seluruh keraguan, khurafat dan kerancuan (QS. Al Maidah [5]: 15-16)
dan (QS. Al-A'raf [7]:157).
Allah SWT dan Rasul-Nya telah pula menentukan pedoman bagi kita hingga
akhir zaman, barangsiapa yang berpegang teguh kepada Al Qur'an dan As Sunnah
(Hadis) Sahih, tidak akan sesat selamanya. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Hal orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul(Nya), dan
ull amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih bak akibatnya" (QS. An Nisa [4]: 59). Dan hadits nabi Saw:
"Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu bagimu, jikalau kamu berpegang
teguh dengannya, maka kamu tidak akan sesat selamanya, (yaitu) Kitab Allah (Al
Qur'an) dan Sunnah Nabi-Nya. (H.R. Hakim; at-Targhib, 1:60).
Banyak jalan untuk menuntut ilmu agama antara lain mengikuti majelis taklim
yang istiqomah mengkaji Al Qur'an dan As Sunnah sahih di berbagai tempat dan
media. Ilmu agama ada di Quran Tafsir Qur'an, Juga hadis-hadis sahih, yang sudah
diterjemahkan. Jika kita tidak memahami imu agama Islam, bagaimana kita bisa tahu
mana perintah dan larangan Allah? Bagaimana kita bisa tahu ibadah yang kita lakukan
itu sah dan diterima Allah ? Tapi umat Islam juga jangan sembarangan menimba ilmu.
Salah-salah memilih sumber ilmu, maka kelak ilmu yang dimiliki itu akan tersesat.
Keutamaan Orang Berlimu
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di
manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang
lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi
kelangsungan hidup yang lebih baik. ilmu menurut Imam Al Ghazali, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Ilmu yang bersifat Syariat
2. Ilmu yang bersifat Akal
Dari keduanya ada yang berupa Ilmiah Teoritis, dan ada yang Ilmiah Praktis
1. Ilmu Syari’at
Ilmu Syariat ini terbagi menjadi 2:
a. Ilmu Ushul (Pokok) atau Ilmu Tauhid (Merupakan Ilmiah Teoritis)
b. limu Furu' atau Cabang (Merupakan limiah Praktis).
Hal ini ada yang menyangkut Hak Alloh Ta'ala seperti segala yang terkait
Ibadah, Hak Hamba Alloh terkait dengan tata pergaulan manusia yang terdiri 2 aspek,
yaitu Aspek Mu'amalah dan Aspek Mu'agodah, serta Hak Jiwa (Akhlak/Budi pekerti)
sifat / akhlak baik harus dibina. dimiliki, dikembangkan dan sifat/akhlak jelek harus
dihindari, dibuang.
2. Ilmu Akal
Ilmu Akal itu bersitat berdiri sendiri, yang melahirkan komposisi keseimbangan.
Ilmu Akal ini menurut beliau dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a. Tingkat kesatu ialah matematika dan logika
b. Tingkat kedua ialah ilmu alamiah (aksi dan reaksi alam)
c. Tingkat ketiga, adalah ilmu teori tentang realiitas, berujung pada ilmu
kenabian, mukjijat, teori jiwa yang suci
Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: "Jika
manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jarahnya, Ilmu
yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya," (HR. Bukhori
dan Muslim)
2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman Allah SWT: (Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada llah yang berhak disembah kecuali dia. Yang menegakkan
keadilan, para malaikat dan orang berlimu (juga menyatakan yang demikian itu,). (QS. All
Imran 18)
3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu
sebagaimana dalam firman Allah, (... dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku
ilmu) (QS. Thahaa 114)
4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah, (... Allah
mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan). (QS. Mujadilah 11)
5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya:
( sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang
berilmu). (QS. Fathir 25).
6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana firman-Nya: (Allah
menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al- Quran dan As-Sunnah)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, la benar-
benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakalah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)). (QS. Al-Baqarah 269)
7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang "Barang siapa yang Allah
menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama," (HR
Bukhari dan Muslim).
8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga. Barang siapa yang menempuh suatu jalan
dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
(HR Muslim)
9. Diperbolehkannya "hasad kepada ahli ilmu. Tidak hasad kecuali dalam dua hal, yaitu
terhadap orang yang Allah beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran dan orang
yang Allah beri hikmah lalu la mengamalkannya dan mengajarkannya." (HR Bukhari)
10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu, "Sesungguhnya para
malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya," (HR.
Ahmad dan Ibnu majah).

Kedudukan Ulama dalam Islam


Tidak lah sama bagi seluruh kaum muslimin akan kedudukan dan derajat yang tinggi
dari para Ulama. Karena mereka berada di dalam kebaikan, mereka adalah seorang panglima
yang diikuti langkahnya, dilkuti perbuatannya, diambil pendapat dan persetujuan mereka.
Para Malaikat meletakkan sayap mereka sebagai bentuk keridhoan atas apa yang
mereka lakukan, seluruh makhluk memintakan ampun kepada Allah untuk mereka, sampai-
sampai ikan di lautan. Ilmu yang mereka miliki telah menyampaikan mereka pada kedudukan
terbaik dan derajat muttaqin. yang dengannya tinggilah kedudukan dan derajat mereka.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdiniah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (QS. Al- Mujadilah: 11).
Al-Imam Abu Bakar Al-Ajurri rahimahullah berkata mengenal kedudukan ulama,
"para ulama lebih utama dibanding seluruh orang mukmin dalam setiap waktu dan
kesempatan, mereka ditinggikan dengan Ilmu dan dihiasi oleh hikmah, melalui mereka
diketahuilah halal-haram, haq- batik dan keburukan dari sesuatu yang bermanfaat dan
kebaikan dari sesuatu yang buruk. Keutamaan mereka sangat agung dan kedudukan mereka
sangatlah tinggi. Mereka adalah pewaris para Nabi dan penyejuk pandangan para wall Allah.
Ikan yang berada di lautan memintakan ampunan untuk mereka, para malaikat meletakkan
sayap-sayap mereka sebagai bentuk keridhaan untuk mereka.
Para ulama memberikan syafaat setelah para Nabi di hari kiamat nanti, majlis mereka
memberikan hikmah, orang-orang akan tercegah dari kelalaian dengan perbuatan mereka
mereka adalah seutama-utama hamba dan setinggi-tingginya jihad. Kehidupan mereka adalah
ghanimah dan kematian mereka adalah musibah. Mereka memperingatkan orang yang lalal
dan mengajari orang yang tidak tahu. Keburukan tidaklah membahayakan mereka dan
kejahatan tidaklah membuat mereka takut.
Sampai pada perkataan beliau, mereka adalah lentera yang menerangi para hamba,
cahaya yang menyinari sebuah negeri, pemimpin umat dan mata air hikmah. Mereka
membuat setan marah dengan cara menghidupkan hati-hati para pencari kebenaran dan
memadamkan hati-hati para pelaku penyimpangan Permisalan mereka di dunia sebagaimana
bintang-bintang yang ada di langit yang dengannya manusia Maka jika bintang- bintang
hilang mereka akan bingung, namun jika kegelapan pergi mereka akan melihat. Sekian
perkataan Syaikh rahimahullah, dan atsar dari sala! yang semakna dengan ini banyak sekali.
Conclusion
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. . Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan
sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling
dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut,
tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Menuntut ilmu dalam Islam
hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu
‘ain; dan 2). Fardhu kifayah.
Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya: Ilmu adalah amalan yang tidak
terputus pahalanya, Menjadi saksi terhadap kebenara, Allah memerintahkan kepada nabinya
Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu. Tidak samar bagi setiap muslim akan
kedudukan ulama dan tokoh agama, serta tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan
mereka dalam hal kebaikan mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta
dicontoh perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam
kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya,
mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta
derajat orang-orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan
dan martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya

Referensi
[1] Riyanto, Prof. 2010. Ceramah Kultum. Diakses pada tanggal13 Maret  2015.
[2] Admin. 2013. Al-qur’an dan Hadits. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015
[3] Indra, Dodi. 2013. Keutamaan Ilmu. Diakses pada tanggal 14 Maret 2015.
[4] Monica. 2014. Kedudukan Ulama dalam Islam. Diakses pada tanggal 14 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai