Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL ISLAM & ILMU PENGETAHUAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK - IV

Dosen pengampu:

M. Hakim MN, S.PdI

Disusun oleh: Kelompok 5


Yukhana Ninka T. P (201610430311201)
PGSD 6E
Kelas : Muttawasittin-Mutaqaddimin

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
April 2019
ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
A. Keutamaan Ilmu, Ilmuwan dan Majelis Ilmu

Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa
yang Allah wajibkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali
dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan
ilmu pula agama-Nya disebarkan.

Kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan pada makanan dan
minuman, sebab kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu. Imam Ahmad
mengatakan, “Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena
makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu
diperlukan di setiap waktu.”

Jika kita ingin menyandang kehormatan luhur, kemuliaan yang tak terkikis oleh
perjalanan malam dan siang, tak lekang oleh pergantian masa dan tahun, kewibawaan tanpa
kekuasaan, kekayaan tanpa harta, kedigdayaan tanpa senjata, kebangsawanan tanpa keluarga
besar, para pendukung tanpa upah, pasukan tanpa gaji, maka kita mesti berilmu

Ilmu merupakan warisan Nabi Muhammad. Dengan kita memiliki ilmu itu akan
menjaga kita dari pelanggaran. Orang yang banyak ilmu, meskipun meninggal dunia akan
tetap dikrnang ilmunya. Orang yang banyak ilmu, akan memberikan pangkat di surga .

Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di
manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang
lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi
kelangsungan hidup yang lebih baik.

Ilmu dan illmuwan atau orang yang berilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya:

1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: ”jika
manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu
yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya,” (HR Bukhori
dan Muslim)

2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman Allah SWT: (Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali dia. Yang menegakkan
keadilan. para malaikat dan orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu,). (QS. Ali
Imran 18)

3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu
sebagaimana dalam firman Allah, ‫ب ِز ْدنِي ِع ْل ًما‬
ِ ‫َوقُ ْل َر‬
Dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu) (QS.Thahaa 114)

4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah:


‫دَ َر َجات‬. ‫ّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم‬
َّ ِ‫يَ ْرفَع‬
(Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan). (QS. Mujadilah 11)

5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya:

‫ّللاَ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْالعُلَ َما ُء‬


َّ ‫إِنَّ َما يَ ْخشَى‬
(sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang
berilmu). (QS. Fathir 25).

6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana firman-Nya: (Allah
menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-
benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)). ( QS. Al-Baqarah 269)

7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang ”Barang siapa yang Allah
menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama,” (HR
Bukhari dan Muslim).

8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, ”Barang siapa yang menempuh suatu jalan
dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surge,”
(HR Muslim)

9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu,”Tidak hasad kecuali dalam dua hal, yaitu
terhadap orang yang Allah beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran dan orang
yang Allah beri hikmah lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya,” (HR Bukhari )

10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu,”Sesungguhnya para


malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya,” (HR.
Ahmad dan Ibnu majah).

11. Orang yang berilmu merupakan pewaris para Nabi. “Sesungguhnya orang-orang yang
berilmu adalah pewaris para nabi. Sedangkan para nabi itu tidak mewariskan dirham. Para
nabi itu hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil
keuntungan yang besar.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

12. Orang yang berilmu memperoleh keutamaan jauh diatas ahli ibadah. “Keutamaan se#rang
yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah itu ibarat keutamaan bulan atas seluruh bintang-
bintang.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

13. Orang yang berilmu memperoleh keutamaan dimohonkan ampunan oleh seluruh
penduduk langit dan bumi. “Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi itu selalu
memohonkan ampunan bagi orang yang berilmu, termasuk ikan paus di laut.” (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi)
Hal yang disayangkan ternyata beberapa majelis ilmu sudah tidak memiliki daya
magnet yang bisa memikat umat Islam untuk duduk di sana, bersimpuh di hadapan Allah
untuk meluangkan waktu mengkaji firman-firman Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Kita lebih senang menyia-nyiakan waktu bersama teman-teman, menghabiskan waktu di
instagram, twitter, atau media sosial lain dibandingkan duduk di majelis ilmu. Ada banyak
faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya adalah karena umat Islam belum
mengetahui keutamaan dan keuntungan, mempelajari ilmu agama. Maka dari itu, setelah kita
mengetahui dan memahami keutamaan mencari ilmu dan orang yang berilmu, kita
seharusnya sadar. Keutamaan majelis ilmu ini bisa kita pahami dengan adanya etika atau
akhlak mencari ilmu.

B. Antara Ilmu Agama dan Ilmu Umum

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫علَى ُك ِل ُم ْس ِلم‬ َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬


َ ‫ضة‬ ُ َ‫طل‬
َ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no.
3913)

Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah. Ketika sudah turun perintah Allah
yang mewajibkan suatu hal, sebagai muslim yang harus kita lakukan adalah sami’na wa
atha’na, kami dengar dan kami taat. Sesuai dengan firman Allah Ta ‘ala:

“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah
dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah
dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang
yang berbahagia.” (QS. An-Nuur [24]: 51).

1lmu agama itu diartikan sebagai ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-
Qur’an dan hadits, seperti ilmu akidah dan fikih, atau seperti tata cara wudhu dan shalat.
Sementara ilmu umum itu diartikan sebagai ilmu yang tidak secara langsung merujuk kepada
al-Qur’an dan hadits, seperti ilmu teknik dan kedokteran, atau seperti tata cara membuat
jembatan dengan baik dan mengobati penyakit dengan benar.

Ali berkata “ Barang siapa yang menginginkan dunia dan akhirat, maka harus punya
ilmu”. Kalau memliki ilmu semuanya akan ikut, mulai dari harta, kekayaaan, dunia, akhirat,
dan lainnya. Keutamaan ilmu sangatlah besar serta balasannya sangatlah agung dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menyiapkan berbagai macam kebaikan baik di dunia maupun di
akhirat bagi orang yang menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Lebih mengutamakan ilmu agama daripada ilmu umum. Akan tetapi, kedua ilmu harus
seimbang dan saling berkesinambungan. Ilmu agama yang lebih mendominan. Sebab, ilmu
agama merujuk dari Al- Quran dan Hadist.

Misalnya, pada ibadah shalat, kita memang harus didasari ilmu yang benar. Dan ilmu
di sini tentu saja merupakan ilmu yang secara langsung merujuk kepada al-Qur’an dan hadits.
Namun demikian, bukan berarti bahwa ilmu yang tidak secara langsung merujuk kepada al-
Qur’an dan hadits itu menjadi kurang utama. Bagaimana kita bisa menghadap kiblat secara
tepat misalnya, bila kita tidak menguasai ilmu perbintangan atau astronomi dengan baik.

C. Akhlak Mencari dan Mengajarkan Ilmu

Dalam mencari ilmu kita perlu memperhatikan adab-adab dan akhlak dalam mencari ilmu.
Adab-adab mencari ilmu yaitu :

1) Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu

Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta’ala dan seseorang tidak akan
mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. “Padahal mereka tidak
disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya
kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat
dan memurnikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)

2) Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat

Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang
bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat,
karena banyak kaum Muslimin yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti
mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam ilmu hukum sekuler, dan lainnya.

3) Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu

Dalam menuntut ilmu diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-
malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah
apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.

4) Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala

Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan
maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan
dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.

5) Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu

Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua
sifat itu masih ada dalam dirinya.
6) Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru

Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-
hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah
orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)

7) Diam ketika pelajaran disampaikan

Ketika belajar dan mengkaji ilmu agama tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa
ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh
ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan
diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)

8) Berusaha memahami ilmu agama yang disampaikan

Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di hadaapan
guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalama. Bersungguh-
sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya saat
pelajaran disampaikan, tidak membaca satu kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama,
mengulang pelajaran setelah kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang
telah dipelajari.

9) Menghafalkan ilmu agama yang disampaikan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku,
kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang
membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).

10) Menuliskan ilmu itu dalam tulisan agar tidak hanya dalam hafalan, kemudian
mengamalkan ilmu yang dipelajari

Akhlak mencari ilmu tidak berbeda dengan adab-adab mencari ilmu. Akhlak mencari ilmu
sebagai berikut :

a) Niat yang tulus


b) Selalu berusaha menambah ilmu
c) Berguru pada ahlinya
d) Bertanya dengan tepat

Pada Syairan Ala Tanalul ‘ilma


Syarat berhasilnya mencari ilmu ada 6 :

1) Kecerdasan 4) Bekal
2) Kecintaan 5) Kesabaran
3) Bimbingan Guru 6) Waktu yang lama

Akhlak Mengajarkan Ilmu

Setelah mendapatkan ilmu, hendaknya kita berusaha mengajarkannya dengan sebaik


mungkin. Berikut ini akhlak mengajarkan ilmu yang benar yaitu tidak menyembunyikan
ilmu dan tidak segan mengatakan tidak tahu.

D. Prinsip-Prinsip Islam dalam Pengembangan Iptek

1lmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang tanpa norma-norma moral dan
agama akan mendatangkan malapetaka, bukan hanya bagi umat manusia, namun juga bagi
hewan-hewan, tumbuhan dan lingkungan. Oleh karena itu sudah seharusnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi itu selalu dalam arahan dan pengawasan agama, terutama
agama 1slam. Sehingga pada pengembangan IPTEK yang begitu cepat perlu adanya prinsip-
prinsip islam agar kehidupan berjalan dengan baik, sebagai berikut :

a. Memperhatikan halal dana haram


b. Memperhatikan maslahat bagi masyarakat umum
c. Memperhatikan skala prioritas
d. Menjauhi sikap mubadzir (empat istilah yang berkaitan dengan kebutuhan dan
keinginan manusia, yaitu: dharuriyat, hajiyat, tahsiniyat dan kamaliyat).

E. Persoalan Bioakhlak dalam Pandangan Islam : Bayi Tabung, Kloning, Ganti


Kelamin, Bedah Palstik, dsb.

BAYI TABUNG

Proses teknologi bayi tabung itu sebenarnya tidak ubahnya sebagai proses
pembuahan alami, yaitu bertemunya sel sperma dengan sel telur. Hanya saja pembuahan
alami terjadi dalam rahim seorang calon ibu, sementara pembuahan bayi tabung dilakukan di
sebuah tempat khusus hasil karya manusia. Dengan kemajuan teknologi, sepasang suami-istri
yang telah diketahui dimungkinkan memiliki anak, namun ternyata selalu gagal dalam proses
pembuahan, bisa memperoleh solusi dengan bantuan para dokter melalui proses ini.

Secara ilmu umum proses bayi tabung ini diperbolehkan bagi sepasang suami istri
yang lama memiliki keturunan. Namun, secara ilmu agama sebenarnya proses bayi tabung ini
tidak diperbolehkan. Akan tetapi, bila terdapat permasalahan yang berat mengenai keturunan
maka proses bayi tabung ini diperbolehkan dengan beberapa persyaratan. Hendaknya sperma
dan ovum berasal dari sepasang suami istri. Oleh karena itu, pembuahan yang dilakukan
antara sperma dan ovum yang berasal dari luar pasangan tidak bisa dibenarkan. Pembuahan
seperti ini menjadi tidak berbeda dengan perzinahan yang diharamkan. Kemudian, hendaknya
rahim tempat bersemainya bakal janin itu adalah istri dari pemilik sperma. Hal semacam
demikian ini diatur, sehingga tidak ada wanita yang mengandung benih dari laki-laki yang
bukan suaminya.

KLONING

Dengan bantuan teknologi yang disebut dengan kloning, telah dimungkinkan


terjadinya pembuahan tanpa bantuan sperma. Secara sederhana, proses kloning ini terjadi
dengan cara: Pertama, menyiapkan sebuah sel telur yang diambil inti selnya. Kedua,
mengambil inti sel dari sel selain sel telur. Ketiga, menyuntikkan inti sel tersebut ke dalam
sel telur di atas. Dengan proses demikian, terbentuklah zigot atau bakal janin.

Hukum kloning dibedakan kepada obyeknya. Bila obyeknya binatang, apalagi


binatang langka yang hampir punah, maka kloning tidak dipermasalahan. Adapun kloning
kepada manusia hukumnya adalah haram. Kloning kepada manusia diharamkan dengan
beberapa alasan. Pertama, dari segi hak asuh anak. Setiap anak memiliki hak untuk
mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah dan seorang ibu. Sementara seorang bayi hasil
kloning hanya memiliki orang tua dari ibu saja. Kedua, dari segi hukum. Apa jadinya bila
setiap wanita yang hamil di luar perkawinan mengaku telah melakukan kl#ning.

GANTI KELAMIN

Saat ini manusia bisa melakukan operasi ganti kelamin. Seorang yang semula
berkelamin laki-laki bisa berganti kelamin perempuan, dan sebaliknya. Dalam 1slam, jenis
kelamin mempengaruhi kedudukannya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
hamba. Dalam 1slam, pembedaan jenis kelamin memiliki konsekuensi yang serius, sejak
lahir hingga mati. Operasi ganti kelamin diharamkan dalam agama, dikarenakan itu sudah
merubah kodratnya dia sebagai hamba dan makhluk ciptaan-Nya.

OPERASI PLASTIK

Saat ini teknologi sangat canggih dan cepat berkembang, seseorang dapat
mempercantik dirinya dengan teknologi yang berkembang. Tindakan-tindakan yang di luar
batas kewajaran itu memberikan kesan, seakan-akan kita tidak bisa menerima karunia yang
telah diterimanya. Bahkan secara etika pelaku tindakan tersebut memberikan kesan sebagai
sosok yang tidak percaya diri, sehingga dia bersembunyi di balik topeng yang dibuatnya
sendiri. Padahal tindak-tindakan itu bukannya tidak membawa dampak negatif secara medis
bagi dirinya sendiri.

Secara umum 1slam menerima semua yang indah namun wajar. Namun bila sampai
mengarah kepada perbuatan yang melebihi batas kewajaran, apalagi mengarah pada sikap
yang tidak menerima karunia dari-Nya, maka hal itu bisa dikategorikan sebagai perbuatan
yang tidak menyatakan ungkapan rasa syukur.
DAFTAR PUSTAKA

Al Quran dan Al Hadist.

Barr, Ibnu Abdil. 2013. Buku Ilmu dan Keutamaannya. Jakarta : Pustaka Azzam.

Hambali, Hamdi. 2017. Buku Ilmu Alamiah Dasar. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Kutub As-Sab’ah: Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Jami’ At-Tirmidzi, Sunan Ibnu
Majah, Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasai, Musnad Al-Imam Ahmad.

Nata, Abudin. 2018. Islam dan Ilmu Pengetahuan . Jakarta: UIN Syarif Hidahayatullah

Suparlan Suhartono. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta : Media Ar-Ruzz

Anda mungkin juga menyukai