Disusun Oleh :
Semarang 2019
KATA PENGANTAR
Menuntut ilmu juga merupakan jenis ibadah yang memiliki nilai dan dan
merupakan jenis ibadah yang berada ditempat tertinggi dalam agama islam dibanding
dengan ibadah lainnya. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada pak dosen yang
telah memberikan tugas untuk penulis agar bisa menambah wawasan mengenai
pembuatan makalah, keutamaan ilmu dan orang yang berilmu. Namun, dalam makalah
ini masih terdapat kesalahan, baik dalam penulisan maupun pembahasanya. Maka dari
itu kami dengan senang hati menerima dan mendengar saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga makalah mengenai Keutamaan Ilmu dan Orang Berilmu dapat
memberi manfaat bagi semuanya serta dapat menumbuhkan rasa keinginan menuntut
ilmu dengan sungguh-sungguh.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………... 3
A. Simpulan ……………………………………………………………… 4
B. Saran ………………………………………………………………….. 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah Surah Al-Alaq, didalam ayat itu
Allah memerintahkan kita untuk membaca dan belajar. Allah memperlakukan kita
dengan qalam yang sering kita artikan dengan pena.
Akan tetapi, sebenarnya kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dapat digunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata qalam juga memiliki
arti yang banyak. Seperti pada zaman sekarang, computer dan segala perangkatnya
termasuk internet dapat diartikan sebagai penafsiran kata qalam.
Dalam surah Al-Alaq, Allah Swt menganjurkan kepada kita untuk menuntut
ilmu. Setelah itu mengharuskan kepada kita untuk mengamalkan ilmu tersebut dalam
kehidupan dan mengajarkan kepada orang lain.
Orang berilmu dalam bahasa arab disebut َعا ِل ٌم, artinya orang yang mengetahui.
Jika seseorang memiliki ilmu, maka dia dapat meluruskan aqidahnya. Apabila ternyata
aqidah bengkok dari tuntutan agama, sedangkan orang yang tak berilmu tidak dapat
meluruskan aqidahnya, karena pada dasarnya dia tidak mengetahui apakah aqidahnya
bengkok dari tuntunan agama atau tidak.
Orang berilmu dapat mengamalkan ilmunya, baik itu ilmu agama maupun ilmu
dunia, sedangkan orang tak berilmu tidak dapat mengamalkan, karena mereka tidak
memiliki ilmu maupun pengetahuan untuk diamalkan.
Orang berilmu dalam hal tindakan selalu memikirkan baik dan buruk,
keuntungan dan kerugian serta manfaat dan mudhorotnya baik untuk diri sendiri
maupun untuk orang lain yang ada dilingkungan sekitarnya. Sedangkan, orang yang
tidak berilmu hanya mengandalkan ototnya tanpa berpikir apakah itu akan membawa
mudhorot bagi lingkungan atau tidak.
Ilmu juga sangat berguna bagi kehidupan kita, ilmu juga dapat memberi manfaat
kepada kita. Adapun manfaat-manfaat yang kita dapatkan seperti, mampu membedakan
yang mana benar dan salah, orang berilmu akan punya landasan hidup yang kuat, ilmu
itu juga dapat bermanfaat hingga wafat, sarana menuju surga, dapat meninggikan
derajat manusia dan ilmu juga harga yang berharga selain harta.
B. Rumusan Masalah
Apa dalil dari ketentuan ilmu dan orang yang berilmu ?
Apa peberdaan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?
Apa manfaat dari orang yang berilmu ?
Apa kerugian dari orang yang tidak berilmu ?
Apa dampak ilmu dalam kehidupan ?
Mengapa ilmu penting bagi kehidupan ?
C. Tujuan Penulisan
Mencari ayat Al-Qur’an dan hadis tentang ketentuan ilmu dan orang yang
berilmu
Mengetahui perbedaan dari orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu
Mengetahui manfaat dari orang yang berilmu
Mengetahui kerugian dari orang yang tidak berilmu
Mengetahui dampak ilmu dalam kehidupan
Mengetahui bahwa ilmu penting bagi kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengindentifikasi Ayat dan Hadist Tentang Keutamaan Ilmu dan Orang
yang Berilmu.
a) Ayat dan Tafsir Al-Qur’an
Ilmu merupakan symbol keberhasilan dan kejayaan bagi suatu bangsa. Selain
itu, islam merupakan agama yang sangat mementingkan dalam hal ilmu pengetahuan
dan keagamaan serta islam juga menganjurkan umatnya untuk terus menuntut ilmu baik
hal duniawi maupun akhirat. Dalam agama islam Allah Swt telah menganjurkan kepada
kita dalam Surah Al-Alaq ayat 1 dan 4, yang berbunyi َ اقرأ باسم ربّكَ الّذي خلقyang berarti
bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dengan membaca kita
mendapatkan ilmu-ilmu yang belum kita ketahui sebelumnya.
Ilmu pengetahuan menempati tempat yang paling tertinggi derajatnya dalam
islam, dan Allah juga akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi
seperti berikut :
ّللا الّذين امنوا منكم والّذين اوتواالعلم درجات
ّ يرفع
Artinya : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”(QS. Al-Mujadalah,
58 : 11).
Kosa Kata
Artinya Mufrodat
Allah Mengangkat للا
ّ ِيرفع
Orang-Orang yang diberi Ilmu وتواالعلم
ِ ا
Beberapa Derajat درجات
Tafsiran
Yakni Allah mengangkat derajat orang yang berilmu diantara kalian dengan
kemuliaan di dunia dan pahala di akhirat. Maka barangsiapa yang beriman dan memiliki
ilmu maka Allah akan mengangkat derajatnya dengan keimanannya itu dan mengangkat
derajatnya dengan ilmunya pula; dan salah satu dari itu adalah Allah mengangkat
derajat mereka dalam majelis-majelis.
َ ق ْل ِآمنوا ِب ِه أ َ ْو ََل تؤْ ِمنوا ۚ ِإ َّن الَّذِينَ أوتوا ْال ِع ْل َم ِمن قَ ْب ِل ِه ِإذَا يتْلَ ٰى
ِ َعلَ ْي ِه ْم يَ ِخ ُّرونَ ِل ْْلَذْق
ان س َّجدًا
Kosa Kata
Artinya Mufrodat
Tidak beriman َلتؤمنوا
Dibacakan يتلى
Menyungkurkan ي ِخ َّرون
: ( قل ) يا محمد لهؤَلء الكافرين بما جئتهم به من هذا القرآن العظيم: يقول تعالى لنبيه محمد صلى هللا عليه وسلم
أنزله هللا ونوه بذكره في سالف األزمان في، سواء آمنتم به أم َل فهو حق في نفسه: ( آمنوا به أو َل تؤمنوا ) أي
من صالح أهل الكتاب الذين يمسكون: ( إن الذين أوتوا العلم من قبله ) أي: كتبه المنزلة على رسله ؛ ولهذا قال
وهو أسفل، ( يخرون لْلذقان ) جمع ذقن، ولم يبدلوه وَل حرفوه ) إذا يتلى عليهم ) هذا القرآن، بكتابهم ويقيمونه
من جعله إياهم أهال إن أدركوا هذا الرسول الذي، شكرا على ما أنعم به عليهم، هلل عز وجل: الوجه ) سجدا ) أي
أنزل عليه [ هذا ] الكتاب ؛
شهد هللا أنّه آلاله اَلّ هووالمآلءكة واولوالعلم قآئمابالقسط آلاله اَلّهوالعزيزالحكيم
Artinya : Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia: (demikian pula) para
malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia,
yang maha perkasa, maha bijaksana.
Tafsiran ayat diatas, yaitu: Allah Swt menjelaskan tentang wahdaniyat Allah,
dengan menegakkan bukti-bukti kejadian yang berada dicakrawala luas, dalam diri
mereka dan menurun ayat-ayat tasyri’ yang mencerminkan hal tersebut. Para malaikat
memberikan kepada rasulullah tentang hal ini, kemudian mereka menyaksikan dengan
kesaksian yang diperkuat ilmu darinya. Hal ini menurut para nabi lebih kuat dari sebuah
keyakinan. Orang-orang yang berilmu telah memberikan tentang kesaksian ini,
menyaksikan dan menyaksikannya dengan kesaksian yang disertai dalil dan bukti.
Sebab, orang yang mengetahui sesuatu tidak membutuhkan hujjah lagi untuk
mengakuinya.
.فأ ّماالّذين في قلوبهم زيغ فيتّبعون ماتشابه منه ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله
ولقد آتينا داود و سليمان علما وقاَل الحمدهلل الّذي فضّلنا على كثير ّمن عباده المؤمنين
Artinya: Dan sungguh kami telah memberikan kepada Daud dan Sulaiman dan
keduanya berkata:”Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-
hambanya beriman.”
Tafsiran Ayat diatas:
والمواهب، من النعم الجزيلة، عليهما من هللا السالم، يخبر تعالى عما أنعم به على عبديه ونبييه داود وابنه سليمان
والنبوة، والملك والتمكين التام في الدنيا، وما جمع لهما بين سعادة الدنيا واآلخرة، والصفات الجميلة، الجليلة
( ولقد آتينا داود وسليمان علما وقاَل الحمد هلل الذي فضلنا على كثير من عباده: والرسالة في الدين ; ولهذا قال
)المؤمنين
كتب عمر بن عبد: عن جدي قال، أخبرني أبي: ذكر عن إبراهيم بن يحيى بن تمام: قال ابن أبي حاتم
لو كنت َل تعرف ذلك إَل، إَل كان حمده أفضل من نعمته، إن هللا لم ينعم على عبد نعمة فحمد هللا عليها: العزيز
في كتاب هللا المنزل
b) . Hadist dan Syarah
Keutamaan Orang Berilmu dan Ilmu
"العالم على العابد كفضلى على أدناكم
ِ "فضل:ّللا عليه وسلم قال ّ وعن أبي أمامة رضي هللا عنه
ّ أن رسول هللا صلى
وحتّى, حتّى النّملة فى جحرها,ّللا ومالئكته واهل السّموات واألرض ّ :ّللا عليه وسلم
ّ "إن ّ ّللا صلى
ّ ث ّم قال رسول
) وقال حديث حسن. ليصلّون على معلّم النّاس الخير" (رواه التمذي,الحوت
Kosa Kata (Mufrodat)
Artinya Kosa Kata
Orang yang berilmu, Orang yang
mengetahui العالم
Terjemahan hadist:
Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rauslullah SAW bersabda: “Kelebihan ahli
ilmu (‘alim) terhadap ahli ibadah (‘abid) adalah kelebihanku terhadap orang yang paling
rendah diantara kamu sekalian”. Kemudian Rasulullah SAW meneruskannya sabdanya.
“Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi sampai semut
yang berada disarangnya dan juga ikan senantiasa memintakan rahmat kepada orang
yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmidzi”).
Syarah Hadist:
Pada hadis ini Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan orang ‘alim atas ‘abid.
‘Alim artinya orang yang berilmu pengetahuan terutama ilmu syara’ sedang ‘abid
adalah ahli ibadah saja. Keduanya diperlakukan, dalam beragama orang ‘alim harus
beribadah sebagai manifestasi ilmunya yakni pengalaman ilmu. Demikian juga ‘abid
harus berilmu, karena ibadah tidsk dapat diterima kalau tidak didasari ilmu. Rasul
memberikan perumpamaan tentang keutamaan kedua orang tersebut:
فضل العالم على العابد كفضلى على أدناكم
“Kelebihan ahli ilmu (‘alim) terhadap ahli ibadah (‘abid) adalah seperti kelebihanku
terhadap orang yang paling rendah diantara kamu sekalian.”
Kalau orang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya sama sekali jelas tidak ada
keutamaannya, demikian juga orang ‘abid yang sma sekali tidak didasari ilmu.
Keduanya, ditolak, tetapi kejahatan orang ‘alim lebih jahat dibandingkan dengan ‘abid.
Imam Ruslan dalam kitabnya Al-Zubad berkata:
أ َ ْع َماله َم ْردودَة َلت ْقبَل# َو ًك ُّل َم ْن بِ َغي ِْر ِع ْلم يَ ْع َمل
ْ م َعذَّب ِم ْن قَ ْب ِل عب# َفَ َعالم ِب ِع ْلم ِه لم يَ ْع َم ْلن
َّادال َوث َ ْن
Kejahatan orang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya lebih jahat dari pada
orang ahli ibadah yang tidak ada ilmunya dan lebih jahat dari pada penyembah berhala.
Orang bodoh menjadi penyembah berhala suatu kewajaran karena kebodohannya, tetapi
orang ‘alim yang melanggar bukan suatu kewajaran, karena dia mengetahui
pelanggaran itu tidak benar.
Asbabun Nuzul :
1. QS. Al-Mujadalah 11
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa ayat ini
(al-Mujadalah: 11) turun pada hari Jum’at, di saat pahlawan-pahlawan Badr datang ke
tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak mau memberi tempat kepada
yang baru datang itu, sehingga mereka terpaksa berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri
orang-orang itu (yang lebih dulu duduk), sedang tamu-tamu itu (para pahlawan Badr)
disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat merasa
tersinggung perasaannya. Ayat ini (al-Mujadalah: 11) turun sebagai perintah kepada
kaum Mukminin untuk menaati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk
kepada sesama Mukminin.
B. Perbedaan Orang yang Berilmu dan Orang yang tidak Berilmu
1. Ayat Al-Qur’an Surah Az-Zumar ayat 9:
ِ ق ْل ه َْل يَ ْست َ ِوي الَّذِينَ يَ ْعلَمونَ َوالَّذِينَ ََل يَ ْعلَمونَ ۗ إِنَّ َما يَتَذَ َّكر أولو ْاأل َ ْلبَا
ب
قوله ( :حدثني مالك ) قال الدارقطني :لم يروه في الموطأ إَل معن بن عيسى ،ورواه أصحاب مالك كابن وهب
وغيره عن مالك خارج الموطأ ،وأفاد ابن عبد البر أن سليمان بن يزيد رواه أيضا في الموطأ ،وهللا أعلم .وقد اشتهر
هذا الحديث من رواية هشام بن عروة فوقع لنا من رواية أكثر من سبعين نفسا عنه من أهل الحرمين والعراقين
والشام وخراسان ومصر وغيرها ،ووافقه على روايته عن أبيه عروة أبو األسود المدني وحديثه في الصحيحين،
والزهري وحديثه في النسائي ،ويحيى بن أبي كثير وحديثه في صحيح أبي عوانة ،ووافق أباه على روايته عن عبد
هللا بن عمر بن الحكم بن ثوبان وحديثه في مسلم .قولهَ ( :ل يقبض العلم انتزاعا ) أي :محوا من الصدور ،وكان
تحديث النبي صلى هللا عليه وسلم بذلك في حجة الوداع كما رواه أحمد والطبراني من حديث أبي أمامة ،قال :لما
كان في حجة الوداع قال النبي صلى هللا عليه وسلم " :خذوا العلم قبل أن يقبض أو يرفع " .فقال أعرابي :كيف يرفع
؟ فقال " :أَل إن ذهاب العلم ذهاب حملته " .ثالث مرات .قال ابن المنير :محو العلم من الصدور جائز في القدرة،
إَل أن هذا الحديث دل على عدم وقوعه .قوله ( :حتى إذا لم يبق عالم ) هو بفتح الياء والقاف ،ولْلصيلي بضم أوله
وكسر القاف ،وعالما منصوب أي :لم يبق هللا عالما .وفي رواية مسلم " :حتى إذا لم يترك عالما " .قوله ( :رءوسا )
قال النووي :ضبطناه بضم الهمزة والتنوين جمع رأس .قلت :وفي رواية أبي ذر أيضا بفتح الهمزة ،وفي آخره همزة
أخرى مفتوحة جمع رئيس .قوله ( :بغير علم ) وفي رواية أبي األسود في اَلعتصام عند المصنف " :فيفتون برأيهم
ي عن البخاري في بعض األسانيد ،وهي "aورواها مسلم كاألولى .قوله ( :قال الفربري ) هذا من زيادات الرا
قليلة .قوله ( :نحوه ) أي :بمعنى حديث مالك ،ولفظ رواية قتيبة هذه أخرجها مسلم عنه ،وفي هذا الحديث الحث على
حفظ العلم ،والتحذير من ترئيس الجهلة ،وفيه أن الفتوى هي الرياسة الحقيقية ،وذم من يقدم عليها بغير علم ،واستدل
به الجمهور على القول بخلو الزمان عن مجتهد ،وهلل األمر يفعل ما يشاء ،وسيكون لنا في المسألة عود في كتاب
اَلعتصام إن شاء هللا تعالى
Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu dalam
mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi sumber ilmu itu
telah diangkat oleh allah dari bumu, sehingga tidak ada lagi yang mampu menjelaskan
ilmu dengan sebenar-benarnya. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merujuk apapun
dengan dasar keilmuan, sampai pada ketidaktahuan mereka dengan memilih pemimpim
yang sama tidak berilmunya . Hadits ini kemudian menjelaskan akibat yang sangat fatal
bila seorang guru sebagai sumber ilmu yang otentik wafat, yaitu manusia ditinggalkan
dalam keadaan sesat dan menyesatkan. Yaitu pemimpim bodoh menjawab pertanyaan
tanpa didasari oleh ilmu. Hadits ini menegaskan bagaimana pentingnya peran seorang
penyebar ilmu, gur yang benar sumber ilmunya. Karenanya ada hadits lain mengatakan
“Siapa yang belajar tanpa seorang syeih, maka syehnya adalah syetan.” Makanyatalah
kesetanan dalam segala yang diucapkannya. Imam Syafi’ menegaskan “Barang siapa
yang mempelajari ilmu dari hanya isi kitab saja, maka ia telah mempersempit hukum”
bagaimana tidak hukum itu akan tegak dengan adanya hakim, maka ilmu kan tegak
dengan adanya guru.
Sangat jelas sekali posisi dan kemuliaan guru di dunia, kemudian ini seharusnya
didasari oleh seluruh umat islam bahwa guru membawa peran penting dalam
memperpaiki kehidupan sebuah bangsa, akibat dari menelantarkan guru dan
meninggalkan guru adalah kehancuran sebuah bangsa karena mereka berkatadan
bekerja tanpa ilmu dan hanya mampu memberikan jalan yang sesat.
3.Asbabul Wurud
Mengenai latar belakang hadits ini adalah menurut Imam Ahmad dan al-
Thabari yang bersumber dari hadits Abu Umamah: “Selesai melakukan Hajji Wada’
Nabi bersabda: “Ambilah ilmu sebelum ia ditarik dan diangkat!” lalu seorang Arab
Baduy bertanya: “Bagaimana ilmu itu diangkat?” lalu Rasulullah Bersabda: “Ketahuilah
bahwa hilangnya ilmu itu ada tiga periode” , dalam riwayat lain Abu Ummah
meriwayatkan bahwa orang Arab itu bertanya “ Bagaimana mungkin ilmu itu diangkat,
sedangkan di tengah-tengah kami ada mushaf al-Qur’an, kami mempelajarinya serta
kami mengetahuinya, serta kami ajarkan kepada anak-anak dan istri kami, demikian
pula pada pelayan kami. “Rasulullah mengangkat kepalanya, dan beliau hamirkan
kepada orang itu, karena marahnya. Rasulullah lalu bersabda: “Inilah Yahudi dan
Nasrani di kalangan mereka tidak mempelajarinya, tatkala para Nabi dating kepada
mereka. Ibn Hajar berkata: “Hadits Masyhur sekali dari riwayat Hisyam. Dan dalam
riwayat lain bunyinya: …”sehingga tak ada lagi hidup seorang alim pun.”
Jenis ketiga adalah tanah tandus yang tanaman tidak dapat tumbuh di atasnya. Tanah
jenis ini tidak dapat menyerap air dan tidak pula menampungnya untuk dimanfaatkan
orang lain. Siapakah Manusia yang Disebutkan dalam Hadits Ini?
Manusia jenis pertama adalah penerus para Rasul ‘alaihimush sholaatu wa
salaam. Mereka inilah yang menegakkan agama ini dengan ilmu, ‘amal dan dakwah
(mengajak kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya). Merekalah pengikut para nabi yang
sebenarnya. Mereka inilah yang diibaratkan dengan tanah yang baik, hatinya senantiasa
bersih. Tanah seperti ini dapat menumbuhkan tumbuhan dan rerumputan yang banyak.
Dia dapat memperoleh manfaat, begitu juga manusia dapat memperoleh manfaat
darinya.
Orang-orang seperti inilah yang menggabungkan ilmu dalam agama dan kekuatan
dalam berdakwah. Merekalah yang disebut pewaris para Nabi sebagaimana yang
disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
ار
ِ صَ وب أ ْو ِلي ْاأل َ ْيدِي َو ْاأل َ ْب َ َواذْك ْر ِع َبادَنَا إب َْراه
َ ِيم َو ِإ ْس َحاقَ َو َي ْعق
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai
perbuatan-perbuatan yang besar dan al basho-ir.” (QS. Shaad: 45). Yang dimaksud al
basho-ir adalah mengetahui kebenaran. Dan dengan kekuatan, ilmu tersebut dapat
disampaikan dan didakwahkan pada yang lainnya.
Manusia jenis pertama ini memiliki kekuatan hafalan, pemahaman yang bagus
dalam masalah agama, dan memiliki kemampuan dalam tafsir. Kemampuan inilah yang
membuat tumbuh banyak rerumputan di tanah tersebut. Sehingga hal ini yang membuat
mereka lebih utama dari manusia jenis kedua.
Manusia jenis kedua adalah hufaazh (para penghafal hadits) dan dia
menyampaikan apa yang didengar. Kemudian orang lain mendatangi manusia jenis ini
dan mereka mengambil faedah darinya. Mereka termasuk dalam sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Ath Thobroni. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih). Manusia jenis kedua ini termasuk kalangan yang menghafal hadits, namun
mereka kurang dalam mengambil faedah darinya. Bahkan orang lain yang mengambil
ilmu dari mereka kadang lebih paham.
Siapakah contoh dari kedua jenis manusia di atas?
Cobalah kita bandingkan berapa banyak hafalan Abu Hurairah dengan Ibnu Abbas?
Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menyampaikan hadits-hadits tersebut sebagaimana
yang dia dengar. Beliau terus belajar siang dan malam. Jika dibandingkan dengan Ibnu
‘Abbas, hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas tidaklah lebih dari 20 hadits.
Namun lihatlah keluasan ilmu yang Ibnu ‘Abbas miliki dalam masalah tafsir dan
menggali faedah-faedah ilmu, sungguh sangat luas dan mendalam sekali.
ِ َّاس أ َ ْنفَعه ْم ِللن
اس ِ َّخيْر الن
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al
Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)
Manfaat yang dapat diberikan adalah dengan mendakwahkan ilmu, baik melalui hafalan
yang dimiliki atau ditambah lagi dengan pemahaman mendalam terhadap ilmu tersebut.
Sungguh sangat banyak cara untuk belajar dan berdakwah saat ini, bisa melalui
berbagai macam media seperti media cetak atau pun dunia maya (dunia internet).
Namun janganlah seseorang menjadi orang yang tercela karena enggan mempelajari
ilmu syar’i, enggan mengamalkan dan enggan mendakwahkannya.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Mqatil bin Hayyan, ia berkata “pad
suatu hari, yaitu hari Jumat, Rasulallah saw berada di Suffah mengadakan pertemuan
disuatu tempat yang sempit,dengan maksud menghormati pahlawan-pahlawan Perang
Badar yang terdiri dari orang-orang Muajirin dan Ansor. Beberapa orang pahlawan
Perang Badar itu terlambat datang, di antaranya Sabit bin Qais. Para pahlawan Badar itu
berdiri di luar yang kelihatan oleh Rasulullah mereka mengucapkan salam,
“assalamu’alaikum Ayyuhannabi wabarakatuh.” Nabi saw menjawab salam kemudian
mereka mengucapkan salam pula kepada orang-orang yang hadir lebih dahulu dan
dijawab pula oleh mereka. Para pahlawan Badar itu tetap berdiri, menunggu tempat
yang disediakan bagi mereka, tetapi tak ada yang menyediakannya. Melihat itu
Rasulullah saw merasa kecewa, lalu mengatakan kepada orang-orang yang berada di
sekitarnya dengan mengatakan, “Berdirilah,berdirilah.” Beberapa orang yang ada di
sekitar itu berdiri, tetapi dengan rasa enggan yang terlihat di wajah mereka. Maka
orang-orang munafik memberikan reaksi dengan maksud mencela Nabi saw, mereka
berkata, “Demi Allah, Muhammad tidak adil, ada orang yang dahulu datang dengan
maksud memperoleh tempat duduk di dekatnya, tetapi disuruh berdiri agar tempat itu
diberikan kepada orang yang terlambat datang.’’ Maka turunlah ayat ini.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ilmu merupakan symbol keberhasilan dan kejayaan bagi suatu bangsa. Selain
itu, islam merupakan agama yang sangat mementingkan dalam hal ilmu pengetahuan
dan keagamaan serta islam juga menganjurkan umatnya untuk terus menuntut ilmu baik
hal duniawi maupun akhirat. Jika memiliki ilmu kita dapat memahami aqidah tanpa ada
keraguan, dengan ilmu kita dapat melakukan segala hal dengan teratur. Sebagaimana
Allah telah berfirman di surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berarti “Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat”. Ilmu juga membawa kehidupan kita lebih teratur dan jelas.
Kita sebagai makhluk ciptaan-Nya harus menuntut ilmu, setelah itu kita harus
mengamalkannya dalam kehidupan dan mengajarkannya kepada orang lain. Orang
berilmu sangat berbeda dengan orang yang tidak berilmu, karena orang yang berilmu
memiliki landasan yang kuat dalam hidup mereka. Sedangkan, orang yang tidak
berilmu terombang-ambing dalam keraguan, karena mereka tidak memiliki
pengetahuan. Orang berilmu jika ingin bertindak selalu memikirkan manfaat dan
mudhorotnya baik buat diri sendiri maupun orang lain.
Seorang yang dikatakan berilmu dialah orang yang mempelajari ilmunya dengan
gurunya. Dan carilah guru yang mempelajari ilmunya dengan gurunya dan seterusnya,
jangan seperti orang Yahudi dan Nasrani dikalangan mereka tidak mempelajarinya. Jika
ada orang yang tidak mempelajarinya maka tidak akan hidup seorang alim pun. Jadi,
jadilah orang yang berilmu bukan jadi orang yang jahil, dan jika kita memiliki ilmu
ajarkanlah kepada orang lain jangan hanya disimpan sendiri karena itu akan sia-sia, dan
kita akan sama saja seperti orang jahil (tidak berilmu).
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA