Dosen Pembimbing :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Mengaggungkan Ilmu Dan
Ahli Ilmu" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akhlaq . Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pendidikan dan juga mengingatkan
kita agar lebih memuliakan ilmu dan ahlinya. .
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu adalah hal penting bagi kehidupan manusia dan sangat menentukan
kedudukan seseorang yang dilihat dari seberapa banyak ilmu dan pengetahuan yang
mereka miliki dan juga menjadi sarana bagi setiap
Orang dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup. Oleh karena itu menuntut ilmu
hukumnya adalah wajib bagi umat Islam dan Allah akan mengangkat derajat seorang
yang berilmu baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana dalam hadits
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dan terdapat banyak manfaat bagi seseorang yang menuntut ilmu, yaitu ;
1.Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk surga.
2.Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang
mengantarkan seseorang pada surga.
3.Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu
tersebut akan mengantarkan pada surga.
2
ُسىَ ُِح ث َ َُاب
َ سىَحُ ان َح
َ تَ ْعذٌََا ان َح
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”
Begitu juga dalam ayat disebutkan,
َُّ ٌَُذًِ ا ٌْرَذَ َْا انَّزِيه
َُللا ََيَ ِضيذ
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.”
(QS. Maryam: 76)
Juga pada firman Allah,
َُذ َ ْق َُاٌ ُْم ََآَذ َاٌ ُْم ٌذًِ صَ ادٌَ ُْم ا ٌْرَذَ َْا ََانَّزِيه
“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada
mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS. Muhammad: 17)
Keempat: Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju surga
yaitu saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju surga.
Sampai-sampai Ibnu Rajab simpulkan, menuntut ilmu adalah jalan paling ringkas
menuju surga. (Jami‟ Al-„Ulum wa Al-Hikam, 2: 297-298)
Yang harus lakukan sebagai seorang penuntut ilmu adalah bahwa tidak akan
mendapatkan ilmu dan juga tidak akan mendapatkan berkahnya ilmu selain dengan
menghormati ilmu dan menghormati ahli ilmu (Guru). Dijelaskan di dalam kitab
Ta‟limul Muta‟alim karangan Syaikh Burhanul Islam Al-Zarnuji bahwa “Tiada
keberhasilan seseorang dalam mencapai sesuatu kecuali dengan menghormatinya, dan
tiada kegagalannya selain karena tidak mau menghormatinya”, sudah jelas bahwa salah
satu keberhasilan seorang murid dalam menuntut ilmu adalah dengan cara menghormati
dan memuliakan ilmu dan ahli ilmu yaitu seorang guru. Dalam hal itu harus kita ketahui
tata cara menghormati ilmu dan ahlinya, yaitu :
1. Memuliakan kitab
Salah satu bentuk penghormatan terhadap ilmu adalah memuliakan kitab, karena
itu dianjurkan bagi penuntut ilmu supaya tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan
suci. Diceritakan bahwa Syaikh Imam Syamsul Aimmah As Sarkhasi R.A, pernah skit
perut pada suatu malam dimana ia tengah serius belajar, maka ia pun wudhu berulang-
3
ulang hingga 17 kali, karena dia tidak akan pernah belajar kecuali dalam keadaan suci.
Karena ilmu adalah nur (cahaya) dan wudhu juga nur (cahaya) maka nurilmu akan
menjadi semakin cemerlang.
2. Menghormati Teman
Salah satu cara memuliakan ilmu adalah menghormati teman belajar dan Guru
yang mengajar. Dijelaskan bahwa “Berkasih sayang itu perbuatan tercela kecuali dalam
rangka mencari ilmu”.
3. Sikap Khidmat
Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar memperhatikan seluruh ilmu dan hikmah
dengan penuh ta‟dhim serta hormat, meskipun ia telah seribu kali ia mendengar
keterangan dan hikmajh yang itu-itu juga. Dalam kitab dijelaskan bahwa “ Barang siapa
ta‟dhimnya setelah seribu kali berulang tidak seperti ta‟dhimnya yang pertama kali,
maka dia bukan ahli ilmu”
Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar tidak memilih sendiri bidang studinya,
tetapi menyerahkan hal itu sepenuhnya kepada Guru, karena Guru telah sering
melakukan uji coba sehingga lebih tahu tentang apa yang terbagus untuk seseorang dan
sesuai dengan bakatnya.
4
5. Posisi Tempat Duduk
Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar diwaktu belajar jangan duduk terlalu
dekat dengan Guru, kecuali keadaan terpaksa, tetapi hendaklah mengambil jarak antara
keduanya sejauh busur panah, karena posisi demikian itu lebih menghormati.
Sebagai seorang penuntut ilmu harus bisa mengamalkan apa yang telah
disebutkan diatas, dan yang harus diantisipasi oleh penuntut ilmu adalah sifat sombong.
Ada sebuah syair yang mengatatakan “ilmu adalah musuh bagi orang yang sombong”.
Jika seorang penuntut ilmu memiliki sifat sombong maka tidak akan memperoleh ilmu
yang bermanfaat. Dan dianjurkan juga bagi penuntut ilmu untuk melakukan tirakat,
yaitu membiasakan hidup sederhana tidak foya-foya, menjaga dirinya dari kemaksiatan,
dan senantiasa mengharap ridho Allah, supaya ilmu yang diperolehnya bermanfaat.
Menuntut ilmu memiliki beberapa penghalang yang menghalangi antara ilmu itu dan
orang yang mencarinya. Di antara penghalang tersebut adalah:
Pertama, niat yang rusak. Niat adalah dasar dan rukun amal. Apabila niat itu salah
dan rusak, maka amal yang dilakukannya pun ikut salah dan rusak sebesar salah dan
rusaknya niat. Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda,
5
atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan apa yang
ia niatkan.”
Kedua, sesungguhnya kewajiban yang paling penting untuk diperhatikan oleh
seorang penuntut ilmu adalah mengobati niat, memperhatikan kebaikannya, dan
menjaganya dari kerusakan. Imam Sufyan ats-Tsauri (wafat th. 161 H) rahimahullaah
mengatakan, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat untuk aku obati daripada niatku.”
Keempat, Imam Malik bin Dinar (wafat th. 130 H) rahimahullaah mengatakan,
”Barangsiapa mencari ilmu bukan karena Allah Ta‟ala, maka ilmu itu akan menolaknya
hingga ia dicari hanya karena Allah.”
Kelima, baiknya niat merupakan penolong yang paling besar bagi seorang penuntut
ilmu dalam memperoleh ilmu, sebagaimana dikatakan Abu „Abdillah ar-Rudzabari
(wafat th. 369 H) rahimahullaah, “Ilmu tergantung amal, amal tergantung keikhlasan,
dan keikhlasan mewariskan pemahaman tentang Allah „Azza wa Jalla.”
Ketujuh, hendaklah kita memperbaiki niat kita dalam menuntut ilmu dan menjauhi
niat buruk yang hanya untuk memperoleh keuntungan duniawi. Karena, terkadang
seorang penuntut ilmu terbetik niat dalam hatinya untuk tampil (ingin terkenal). Apabila
ia benar-benar ingin mempelajari ilmu, membaca berbagai nash dan buku sejarah serta
memperhatikan isinya, lalu ia termasuk orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah
Ta‟ala, hal itu akan menjadikannya sadar kembali, perhatiannya terhadap kitab-kitab itu
membuatnya bersemangat kembali untuk berbuat kebenaran dan kebaikan. Adapun jika
6
ia termasuk orang-orang yang dikalahkan hawa nafsu dan syahwatnya, hendaklah ia
tidak mencela, kecuali kepada dirinya sendiri.
Kedelapan, ingin terkenal dan ingin tampil adalah penyakit kronis. Tidak seorang
pun dapat selamat darinya, kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Ta‟ala. Apabila
niat seorang penuntut ilmu adalah agar terkenal, ingin dielu-elukan, ingin dihormati,
ingin dipuji, disanjung, dan yang diinginkannya adalah itu semua, maka ia telah
menempatkan dirinya pada posisi yang berbahaya. Rasulullah shallallaahu „alaihi wa
sallam bersabda
“Wahai bangsa Arab, wahai bangsa Arab (tiga kali), sesuatu yang paling aku takutkan
menimpa kalian adalah riya‟ dan syahwat yang tersembunyi.”
Kesebelas, seorang hamba yang bergembira dan senang dihormati orang lantaran
ilmu yang dimiliki dan amal yang dikerjakannya, maka ini menunjukkan bahwa adanya
sifat riya‟ (ingin dilihat orang lain) dan sum‟ah (ingin didengar orang lain) dalam
dirinya. Barangsiapa memperlihatkan amalnya karena riya‟, maka Allah Ta‟ala akan
memperlihatkannya kepada manusia, dan barangsiapa memperdengarkan amalnya,
maka Allah Ta‟ala akan memperdengarkan amal (kejelekan)nya kepada manusia.
Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda:
7
ُس َّم َُع َم ْه
َ س َّم َُع ُْ تِ ًُِ للاُ ي َشائِي ي َشا ِئي ََ َم.
َ ُ للا،ًِ ِه ت
Keduabelas, syahwat merupakan musibah, kecuali bagi orang yang hatinya ingat
kepada Allah Ta‟ala. Ketika Imam Ahmad bin Hanbal (wafat th. 241 H) rahimahullaah
mendengar bahwa namanya disebut-sebut, beliau mengatakan, “Semoga ini bukan ujian
bagiku.”
Ketigabelas, lalai menghadiri majelis ilmu para ulama Salaf mengatakan bahwa ilmu
itu di-datangi, bukan mendatangi. Tetapi, sekarang ilmu itu mendatangi kita dan tidak
didatangi, kecuali beberapa saja.
Agama Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, dan tidak terikat oleh
waktu dan tempat. Bahkan, ayat pertama yang turun kepada Rasulullah Salallahu
„Alaihi Wassalam saat menjadi nabi adalah salam surat Al-„Alaq yang memiliki arti
„Bacalah.‟ (QS Al‟alaq: 1).
Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan ilmu dalam Islam begitu mulia.
Dan dalam menuntut ilmu kita harus berdasarkan dalil-dalil yang shohih yang
berdasarkan pada Al-Quran Dan hadits. Berikut dalil-dalil mengenai urgensi menuntut
ilmu:
سانُ َماخَُ إِرَا
َ اإل ْو َ َلَّ َع َمهًُ َع ْىًُ ا ْوق
ِ ط َُع ُْ لَّ ثَالَثَحُ ِم
ُ ِه إ ُْ صذَُقَحُ ِم
ُ ِه إ ِ صا ِنحُ ََنَذُ أ َ َُْ تِ ًُِ ي ْىرَفَعُ ِع ْهمُ أ َ َُْ َج
َ ُاسيَح َ ُنًَُ يَذْع
Artinya: “Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali
dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih
yang mendoakannya.” (HR Muslim no. 1631).
َ ضحُ ْان ِع ْه ُِم
. ُطهَة َ م َعهَّ فَ ِشي ِ ََ ََ ْش ِع ْى ُذَ ْان ِع ْه ُِم
ُِ اضعُ م ْس ِهمُ ك ُِ يش كَم َق ِه ُِذ أ َ ٌْ ِه ًُِ َغي ِ َش ْان َخى
ُِ َاص َُ ٌُْ َة ََانهُّؤْ ن َُؤ ْان َج
َُ ٌَََّانز
8
Artinya: “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang
menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata,
mutiara, dan emas di sekitar leher hewan.” (HR Ibnu Majah).
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menuntut ilmu adalah hal yang penting dalam kehidupan umat Islam. Ilmu tidak
hanya untuk laki-laki tetapi wanita juga diwajibkan menuntut ilmu. Dalam menuntut
ilmu kita di wajibkan menjaga hak-hak ilmu yaitu memuliakan ilmu itu sendiri dan
juga para ahli ilmu dan meminta perlindungan dari hal-hal yang merusak ilmu dan
menjadi penghambat masuknya ilmu dalam hati kita dengan mempelajari ilmu
dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al-Quran dan As-sunnah serta penjelasan dari
guru.
10
DAFTAR PUSTAKA
11