Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MENGAGGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU

Dosen Pembimbing :

Roidah Lina, Lc., M.M.

Camelia ( Zahidah ) : (201.372. 029)

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Yogyakarta

Fakultas Pendidikan Bahasa Arab

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Mengaggungkan Ilmu Dan
Ahli Ilmu" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akhlaq . Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pendidikan dan juga mengingatkan
kita agar lebih memuliakan ilmu dan ahlinya. .

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Manajemen


Pendidikan Islam Ustadzah Roidah Lina, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bantul, 30 Mei 2022

Penulis dan Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1
Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 1
Tujuan Masalah ......................................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 2
Manfaat Menuntut Ilmu ............................................................................................................ 2
Memuliakan Ilmu dan Ahlinya ................................................................................................. 3
Hambatan Dalam Menuntut Ilmu .............................................................................................. 5
Dalil Urgensi Menuntut Ilmu .................................................................................................... 8
BAB III........................................................................................................................................ 10
PENUTUP ................................................................................................................................... 10
Kesimpulan ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu adalah hal penting bagi kehidupan manusia dan sangat menentukan
kedudukan seseorang yang dilihat dari seberapa banyak ilmu dan pengetahuan yang
mereka miliki dan juga menjadi sarana bagi setiap

Orang dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup. Oleh karena itu menuntut ilmu
hukumnya adalah wajib bagi umat Islam dan Allah akan mengangkat derajat seorang
yang berilmu baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana dalam hadits

َ ‫ضحُ ْان ِع ْه ُِم‬


ُ‫طهَة‬ َ ‫م َعهَّ فَ ِشي‬
ُِ ‫م ْس ِهمُ ك‬
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh
Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha‟if Sunan Ibnu Majah no. 224)

B. Rumusan Masalah

1. Apa manfaat menuntut ilmu?


2. Bagaimana cara memuliakan ilmu dan ahlinya?
3. Apa hambatan dalam menuntut ilmu?
4. Apa dalil urgensi menuntut ilmu?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui manfaat menuntut ilmu


2. Mengetahui cara memuliakan ilmu dan ahlinya
3. Mengetahui hambatan dalam menuntut ilmu
4. Mengetahui dalil urgensi menuntut ilmu

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manfaat Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah pondasi paling penting dalam keberlangsungan hidup,


nilai seseorang ditentukan dari ilmu yang ia miliki. Oleh karena itu Allah akan
mengangkat derajat seorang yang berilmu di dunia maupun di akhirat sebagaimana
Allah berfirman :‫س فِي ذَفَسَّحُا نَك ُْم قِي َمُ إِرَا آ َمىُا انَّزِيهَُ أَيُّ ٍَا يَا‬ ُ ِ ‫سحُا ْان َم َجا ِن‬ َ ‫حِ فَا ْف‬
ُ‫س‬َ ‫َللا يَ ْف‬
َُّ ‫م ََإِرَا نَك ُْم‬
َُ ‫ا ْوشضَا قِي‬
َُّ َُ‫َللا دَ َس َجاخُ ْان ِع ْه َُم أَذُا ََانَّزِيهَُ ِم ْىك ُْم آ َمىُا انَّزِيه‬
‫َللا يَ ْشفَ ُعِ فَا ْوشضَا‬ َُّ ََ ‫َخثِيشُ ذَ ْع َمهُنَُ تِ َما‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-


lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah [l58]: 11).

Dan terdapat banyak manfaat bagi seseorang yang menuntut ilmu, yaitu ;
1.Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk surga.
2.Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang
mengantarkan seseorang pada surga.
3.Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu
tersebut akan mengantarkan pada surga.

Sebagaimana kata sebagian ulama kala suatu ilmu diamalkan,


َُ ‫يَ ْعهَ ُْم نَ ُْم َما ِع ْه َُم للاُ أَ َْ َسثًَُ َع ِه َُم تِ َما َع ِم‬
ُ‫م َم ْه‬
“Siapa yang mengamalkan suatu ilmu yang telah ia ilmui, maka Allah akan
mewarisinya ilmu yang tidak ia ketahui.”
Sebagaimana kata ulama lainnya,

2
ُ‫سىَ ُِح ث َ َُاب‬
َ ‫سىَحُ ان َح‬
َ ‫تَ ْعذٌََا ان َح‬
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”
Begitu juga dalam ayat disebutkan,
َُّ َُ‫ٌذًِ ا ٌْرَذَ َْا انَّزِيه‬
ُ‫َللا ََيَ ِضيذ‬
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.”
(QS. Maryam: 76)
Juga pada firman Allah,
َُ‫ذ َ ْق َُاٌ ُْم ََآَذ َاٌ ُْم ٌذًِ صَ ادٌَ ُْم ا ٌْرَذَ َْا ََانَّزِيه‬
“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada
mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS. Muhammad: 17)
Keempat: Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju surga
yaitu saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju surga.
Sampai-sampai Ibnu Rajab simpulkan, menuntut ilmu adalah jalan paling ringkas
menuju surga. (Jami‟ Al-„Ulum wa Al-Hikam, 2: 297-298)

B. Memuliakan Ilmu dan Ahlinya

Yang harus lakukan sebagai seorang penuntut ilmu adalah bahwa tidak akan
mendapatkan ilmu dan juga tidak akan mendapatkan berkahnya ilmu selain dengan
menghormati ilmu dan menghormati ahli ilmu (Guru). Dijelaskan di dalam kitab
Ta‟limul Muta‟alim karangan Syaikh Burhanul Islam Al-Zarnuji bahwa “Tiada
keberhasilan seseorang dalam mencapai sesuatu kecuali dengan menghormatinya, dan
tiada kegagalannya selain karena tidak mau menghormatinya”, sudah jelas bahwa salah
satu keberhasilan seorang murid dalam menuntut ilmu adalah dengan cara menghormati
dan memuliakan ilmu dan ahli ilmu yaitu seorang guru. Dalam hal itu harus kita ketahui
tata cara menghormati ilmu dan ahlinya, yaitu :

1. Memuliakan kitab

Salah satu bentuk penghormatan terhadap ilmu adalah memuliakan kitab, karena
itu dianjurkan bagi penuntut ilmu supaya tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan
suci. Diceritakan bahwa Syaikh Imam Syamsul Aimmah As Sarkhasi R.A, pernah skit
perut pada suatu malam dimana ia tengah serius belajar, maka ia pun wudhu berulang-

3
ulang hingga 17 kali, karena dia tidak akan pernah belajar kecuali dalam keadaan suci.
Karena ilmu adalah nur (cahaya) dan wudhu juga nur (cahaya) maka nurilmu akan
menjadi semakin cemerlang.

Diantara penghormatan wajib kepada kitab adalah jangan menjulurkan kaki


kearah kitab, hendaklah meletakkan kitab tafsir diatas kitab yang lain dengan niat
memuliakan, dan tidak meletakkan barang apapun diatas kitab.

Termasuk arti memuliakan kitab yaitu menuisnya sebagus mungkin, jangan


mencoret-coret dan jangan pula membuat catatan-catatan yang mengburkan tulisan
kitab, kecuali keadaan terpaksa, sebaiknya format kitab itu persegi sebagaimana format
kitab Abu Hanifah, dan sebaiknya pula tidak ada warna merah, karena hal itu perbuatan
kaum filsafat bukan kaum salaf.

2. Menghormati Teman

Salah satu cara memuliakan ilmu adalah menghormati teman belajar dan Guru
yang mengajar. Dijelaskan bahwa “Berkasih sayang itu perbuatan tercela kecuali dalam
rangka mencari ilmu”.

3. Sikap Khidmat

Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar memperhatikan seluruh ilmu dan hikmah
dengan penuh ta‟dhim serta hormat, meskipun ia telah seribu kali ia mendengar
keterangan dan hikmajh yang itu-itu juga. Dalam kitab dijelaskan bahwa “ Barang siapa
ta‟dhimnya setelah seribu kali berulang tidak seperti ta‟dhimnya yang pertama kali,
maka dia bukan ahli ilmu”

4. Pemilihan bidang ilmu

Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar tidak memilih sendiri bidang studinya,
tetapi menyerahkan hal itu sepenuhnya kepada Guru, karena Guru telah sering
melakukan uji coba sehingga lebih tahu tentang apa yang terbagus untuk seseorang dan
sesuai dengan bakatnya.

4
5. Posisi Tempat Duduk

Dianjurkan kepada penuntut ilmu agar diwaktu belajar jangan duduk terlalu
dekat dengan Guru, kecuali keadaan terpaksa, tetapi hendaklah mengambil jarak antara
keduanya sejauh busur panah, karena posisi demikian itu lebih menghormati.

6. Menghindari Akhlak Tercela

Dianjurkan kepada pencari ilmu hendaklah menghindri akhlak yang tercela,


karena hal itu ibarat anjing. Padahal Nabi Muhammad SAW bersabda “Malikat tidak
akan memasuki rumah yang disitu terdapat patung atau anjing”, sedang manusia belajar
dengan perantara malaikat.

Sebagai seorang penuntut ilmu harus bisa mengamalkan apa yang telah
disebutkan diatas, dan yang harus diantisipasi oleh penuntut ilmu adalah sifat sombong.
Ada sebuah syair yang mengatatakan “ilmu adalah musuh bagi orang yang sombong”.
Jika seorang penuntut ilmu memiliki sifat sombong maka tidak akan memperoleh ilmu
yang bermanfaat. Dan dianjurkan juga bagi penuntut ilmu untuk melakukan tirakat,
yaitu membiasakan hidup sederhana tidak foya-foya, menjaga dirinya dari kemaksiatan,
dan senantiasa mengharap ridho Allah, supaya ilmu yang diperolehnya bermanfaat.

C. Hambatan Dalam Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu memiliki beberapa penghalang yang menghalangi antara ilmu itu dan
orang yang mencarinya. Di antara penghalang tersebut adalah:

Pertama, niat yang rusak. Niat adalah dasar dan rukun amal. Apabila niat itu salah
dan rusak, maka amal yang dilakukannya pun ikut salah dan rusak sebesar salah dan
rusaknya niat. Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda,

‫خ اْأل َ ْع َمالُ إِوَّـ َما‬


ُِ ‫م ََإِوَّ َما تِانىِيَّا‬ ُْ ‫للاِ إِنَّ ٌِجْ َشذًُ كَاو‬
ُْ ‫َد فَ َم‬
ُِ ‫ه و ََُِ َما ا ْم ِشئُ ِنك‬ ُ ًُِ ‫إِنَّ فَ ٍِجْ َشذًُ ََ َسسُ ِن‬
ِ‫للا‬ ُْ ‫َد ََ َم‬
ُ ًُِ ‫ه ََ َسسُ ِن‬ ِ ‫إِنَ ْي ًُِ ٌَا َج َُش َما إِنَّ فَ ٍِجْ َشذًُ يَ ْى ِكح ٍَا ا ْم َشأَجُ أ َ َُِ ي‬.
ُْ ‫صيْث ٍَا ِنذ ْويَا ٌِجْ َشذًُ كَاو‬
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang akan mendapatkan apa yang diniatkan.
Maka barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena
Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya

5
atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan apa yang
ia niatkan.”
Kedua, sesungguhnya kewajiban yang paling penting untuk diperhatikan oleh
seorang penuntut ilmu adalah mengobati niat, memperhatikan kebaikannya, dan
menjaganya dari kerusakan. Imam Sufyan ats-Tsauri (wafat th. 161 H) rahimahullaah
mengatakan, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat untuk aku obati daripada niatku.”

Ketiga, Al-Hasan al-Bashri (wafat th. 110 H) rahimahullaah menuturkan, “Siapa


yang mencari ilmu karena mengharap negeri akhirat, ia akan mendapatkannya. Dan
siapa yang mencari ilmu karena mengharap kehidupan dunia, maka kehidupan dunia
itulah bagian dari ilmunya.” Imam az-Zuhri (wafat th. 124 H) rahimahullaah berkata,
“Maka ilmu itulah bagian dari dunianya.”

Keempat, Imam Malik bin Dinar (wafat th. 130 H) rahimahullaah mengatakan,
”Barangsiapa mencari ilmu bukan karena Allah Ta‟ala, maka ilmu itu akan menolaknya
hingga ia dicari hanya karena Allah.”

Kelima, baiknya niat merupakan penolong yang paling besar bagi seorang penuntut
ilmu dalam memperoleh ilmu, sebagaimana dikatakan Abu „Abdillah ar-Rudzabari
(wafat th. 369 H) rahimahullaah, “Ilmu tergantung amal, amal tergantung keikhlasan,
dan keikhlasan mewariskan pemahaman tentang Allah „Azza wa Jalla.”

Keenam, Imam Ibrahim an-Nakha‟i (wafat th. 96 H) rahimahullaah mengatakan,


“Barangsiapa mencari sesuatu berupa ilmu yang ia niatkan karena mengharap wajah
Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan padanya.”

Ketujuh, hendaklah kita memperbaiki niat kita dalam menuntut ilmu dan menjauhi
niat buruk yang hanya untuk memperoleh keuntungan duniawi. Karena, terkadang
seorang penuntut ilmu terbetik niat dalam hatinya untuk tampil (ingin terkenal). Apabila
ia benar-benar ingin mempelajari ilmu, membaca berbagai nash dan buku sejarah serta
memperhatikan isinya, lalu ia termasuk orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah
Ta‟ala, hal itu akan menjadikannya sadar kembali, perhatiannya terhadap kitab-kitab itu
membuatnya bersemangat kembali untuk berbuat kebenaran dan kebaikan. Adapun jika

6
ia termasuk orang-orang yang dikalahkan hawa nafsu dan syahwatnya, hendaklah ia
tidak mencela, kecuali kepada dirinya sendiri.

Kedelapan, ingin terkenal dan ingin tampil adalah penyakit kronis. Tidak seorang
pun dapat selamat darinya, kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Ta‟ala. Apabila
niat seorang penuntut ilmu adalah agar terkenal, ingin dielu-elukan, ingin dihormati,
ingin dipuji, disanjung, dan yang diinginkannya adalah itu semua, maka ia telah
menempatkan dirinya pada posisi yang berbahaya. Rasulullah shallallaahu „alaihi wa
sallam bersabda

ِ ‫ب وَعَايَا يَا ْانعَ َش‬


, ‫ وَعَايَا يَا‬،‫ب‬ ُِ ‫)ثَالَثًا( ْانعَ َش‬، ُ‫ َعهَيْك ُْم أَخَافُ َما أ َ ْخ َُف‬: ،‫ش ٍْ َُجُ ا َ ِنشيَاء‬
َّ ‫ْانـ َخ ِفيَّحُ ََان‬

“Wahai bangsa Arab, wahai bangsa Arab (tiga kali), sesuatu yang paling aku takutkan
menimpa kalian adalah riya‟ dan syahwat yang tersembunyi.”

Kesembilan, Imam Ibnul Atsir (wafat th. 606 H) rahimahullaah mengatakan,


“Maksud syahwat yang tersembunyi dalam hadits ini adalah keinginan agar manusia
melihat amalnya.”

Kesepuluh, Mahmud bin ar-Rabi‟ (wafat th. 66 H) radhiyallaahu „anhu berkata,


“Ketika kematian hendak menjemput Syaddad bin Aus (wafat th. 58 H), ia berkata,
„Yang paling aku takutkan menimpa ummat ini adalah riya‟ dan syahwat tersembunyi.‟”
Dikatakan bahwa syahwat tersembunyi adalah seseorang ingin (senang) apabila
kebaikannya dipuji.

Kesebelas, seorang hamba yang bergembira dan senang dihormati orang lantaran
ilmu yang dimiliki dan amal yang dikerjakannya, maka ini menunjukkan bahwa adanya
sifat riya‟ (ingin dilihat orang lain) dan sum‟ah (ingin didengar orang lain) dalam
dirinya. Barangsiapa memperlihatkan amalnya karena riya‟, maka Allah Ta‟ala akan
memperlihatkannya kepada manusia, dan barangsiapa memperdengarkan amalnya,
maka Allah Ta‟ala akan memperdengarkan amal (kejelekan)nya kepada manusia.
Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda:

7
ُ‫س َّم َُع َم ْه‬
َ ‫س َّم َُع‬ ُْ ‫تِ ًُِ للاُ ي َشائِي ي َشا ِئي ََ َم‬.
َ ُ‫ للا‬،ًِ ِ‫ه ت‬

“Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan


aibnya. Dan barangsiapa beramal karena riya‟, maka Allah akan membuka niatnya (di
hadapan manusia pada hari Kiamat).”

Keduabelas, syahwat merupakan musibah, kecuali bagi orang yang hatinya ingat
kepada Allah Ta‟ala. Ketika Imam Ahmad bin Hanbal (wafat th. 241 H) rahimahullaah
mendengar bahwa namanya disebut-sebut, beliau mengatakan, “Semoga ini bukan ujian
bagiku.”

Ketigabelas, lalai menghadiri majelis ilmu para ulama Salaf mengatakan bahwa ilmu
itu di-datangi, bukan mendatangi. Tetapi, sekarang ilmu itu mendatangi kita dan tidak
didatangi, kecuali beberapa saja.

D. Dalil Urgensi Menuntut Ilmu

Agama Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, dan tidak terikat oleh
waktu dan tempat. Bahkan, ayat pertama yang turun kepada Rasulullah Salallahu
„Alaihi Wassalam saat menjadi nabi adalah salam surat Al-„Alaq yang memiliki arti
„Bacalah.‟ (QS Al‟alaq: 1).
Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan ilmu dalam Islam begitu mulia.
Dan dalam menuntut ilmu kita harus berdasarkan dalil-dalil yang shohih yang
berdasarkan pada Al-Quran Dan hadits. Berikut dalil-dalil mengenai urgensi menuntut
ilmu:
‫سانُ َماخَُ إِرَا‬
َ ‫اإل ْو‬ َ َ‫لَّ َع َمهًُ َع ْىًُ ا ْوق‬
ِ ‫ط َُع‬ ُْ ‫لَّ ثَالَثَحُ ِم‬
ُ ِ‫ه إ‬ ُْ ‫صذَُقَحُ ِم‬
ُ ِ‫ه إ‬ ِ ‫صا ِنحُ ََنَذُ أ َ َُْ تِ ًُِ ي ْىرَفَعُ ِع ْهمُ أ َ َُْ َج‬
َ ُ‫اسيَح‬ َ ُ‫نًَُ يَذْع‬

Artinya: “Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali
dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih
yang mendoakannya.” (HR Muslim no. 1631).
َ ‫ضحُ ْان ِع ْه ُِم‬
. ُ‫طهَة‬ َ ‫م َعهَّ فَ ِشي‬ ِ ََ ََ ‫ْش ِع ْى ُذَ ْان ِع ْه ُِم‬
ُِ ‫اضعُ م ْس ِهمُ ك‬ ُِ ‫يش كَم َق ِه ُِذ أ َ ٌْ ِه ًُِ َغي‬ ِ ‫َش ْان َخى‬
ُِ ‫َاص‬ َُ ٌُْ ‫َة ََانهُّؤْ ن َُؤ ْان َج‬
َُ ٌَّ‫ََانز‬

8
Artinya: “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang
menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata,
mutiara, dan emas di sekitar leher hewan.” (HR Ibnu Majah).

. ‫انعمم َ انقُل قثم انعهم‬


Artinya: “Berilmulah sebelum kamu berbicara, beramal, atau beraktivitas.” (HR
Bukhari).

ُْ ‫ فَعَهَ ْي ًُِ انذُّ ْويَا أَ َسا ُدَ َم‬،‫ه تِاْن ِع ْه ِم‬


.‫ه‬ ِ ًُِ ‫ فَعَهَ ْي‬،‫ه تِ ْان ِع ْه ِم‬
ُْ ‫اآلخ َشُيَ أ َ َسا ُد َ ََ َم‬ ُْ ‫تاِن ِع ْه ُِم فَعَهَ ْي ًُِ أ َ َسادٌَ َما ََ َم‬
Artinya: “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia
menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu,
dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia
menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

. ‫انُسع ديىكم َخيش انعثادج فضم مه خيش انعهم فضم‬


Artinya: “Keutamaan ilmu itu lebih baik dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik
keberagaman kalian adalah sikap wara‟,” (HR Turmidzi).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menuntut ilmu adalah hal yang penting dalam kehidupan umat Islam. Ilmu tidak
hanya untuk laki-laki tetapi wanita juga diwajibkan menuntut ilmu. Dalam menuntut
ilmu kita di wajibkan menjaga hak-hak ilmu yaitu memuliakan ilmu itu sendiri dan
juga para ahli ilmu dan meminta perlindungan dari hal-hal yang merusak ilmu dan
menjadi penghambat masuknya ilmu dalam hati kita dengan mempelajari ilmu
dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al-Quran dan As-sunnah serta penjelasan dari
guru.

10
DAFTAR PUSTAKA

Zarmuji. 2019. Kitab Ta‟lim Muta‟allim, Terjemahan Abdurrahman Azzam. Solo:


Aqwam.
Zarnuji, Syekh Ibrahim bin Ismail. 1995. Ta‟limul Muta‟alim. Semarang: CV
Al-Qur‟an Al-Karim dan Terjemahannya dengan transliterasi, Departemen Agama RI,
Bekasi: Hilal Media

11

Anda mungkin juga menyukai