MAKALAH
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Maudhu’i)
Disusun oleh :
Firman Nurahim
Kp. Cakung RT01/05 Jatiasari Jatiasih, Jl. Wibawa Mukti II, RT.001/RW.005,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah ﷻ, atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran. Alhamdulillah
penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Tafsir Maudhu’i”. Tujuan
penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah tafsir maudhu’i.
Di akhir penulis berharap makalah ini dapat dipahami oleh setiap pihak
yang membaca. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-
penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari
pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan
diperoleh oleh orang yang memburunya. Allah SWT berfirman :
وْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَلPPت ٰان َۤا َء الَّ ْي ِل َسا ِجدًا َّوقَ ۤا ِٕى ًما يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرةَ َويَرْ جُوْ ا َرحْ َمةَ َرب ٖ ِّۗه قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُم
ٌ ِاَ َّم ْن هُ َو قَان
ࣖب ِ يَ ْعلَ ُموْ نَ ۗ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْلبَا
Artinya: (Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.
(Q.S. )
ُ فَع هّٰللا هّٰللاPحُوْ ا ي ْفسPٰيٓاَيُّها الَّذ ْينَ ٰامنُ ْٓوا ا َذا قيْل لَ ُكم تَفَ َّسحُوْ ا فى ْالم ٰجلس فَا ْفس
ِ ْ ُزوْ ا يَرP ُزوْ ا فَا ْن ُشP َل ا ْن ُشPح ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِ ْي ِ َ َ َ ِ ِ َ ِ ْ َ ِ ِ َ ِ َ
ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر
ٍ ۗ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم د ََر ٰج
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah
kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S. )
2 ayat di atas Allah SWT, memuliakan serta membedakan antara orang
yang berilmu dengan yang tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan
ilmu itu sendiri dan manfaat dan keutamaan yang akan didapat oleh orang yang
berilmu.
Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai peran yang sangat
penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan
bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat.
Menurut Al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk
kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang
dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya
diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia, para binatangpun merasakan
bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki.
Dari sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban
sebuah bangsa tergantung kemajuan ilmu pengetahuan yang melingkupi. Dalam
kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib dimiliki,
karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan
tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Minimal, ilmu
pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada dirinya, untuk berusaha
agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam aturan-aturan yang telah
ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan
dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya.
Uraian di atas hanyalah uraian singkat betapa pentingnya ilmu pengetahuan
bagi manusia, baik untuk kehidupan dirinya pribadi, maupun dalam hubungan
dirinya dengan benda-benda di sekitarnya. Baik bagi kehidupan dunia maupun
kehidupan akhirat. Ada banyak hadits, firman Allah, dan pendapat para ulama
tentang pentingnya ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dapat penulis
rumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apa tafsir dari ayat-ayat tentang keutamaan ilmu ?
2. Apa saja hadits tentang keutamaan ilmu ?
C. Tujuan Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
Imam Al- Ghozali mengatakan dalam ihya ulumuddin dalam ayat ini Allah
SWT memulai menyebut namanya sendiri kemudian para malaikat dan
kemudian para ahli ilmu, ini menunjukan bagaimana tingginya derajat ahli
ilmu sehingga di letakkan setelah menyebut nama malaikat1. Imam ibnu katsir
mengatakan pada lafadz ْطِ َواُولُوا ْال ِع ْل ِم قَ ۤا ِٕى ًم ۢا بِ ْالقِسmerupakan keistimewaan besar
bagi para ulama dalam kedudukan ini2.
Dengan demikian dalam ayat ini menunjukan derajat yang tinggi dari para
ulama karena mereka telah di sejajarkan dengan para malaikat yang mulia
yaitu sama-sama dapat menyaksikan keesaan Allah SWT.
Ibnu abbas r.a mengatakan para ulama mempunyai tujuh ratus derajat lebih
tinggi dari orang-orang mu’min biasa yang mana perbedaaan setiap satu
ِ قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُموْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ ۗ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْلبَا
ࣖب
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abuth thufail bahwa Nafi’ bin Abdil harits
pernah berjumpa dengan Umar bin Khotob di Asafan. Umar mengangkatnya
sebagai pemimpin Makkah lalu Umar berkata kepadanya: Siapakah yang
engkau angkat sebagai khalifah atas penduduk lembah ? “ia menjawab: “yang
aku angkat sebagai khalifah atas mereka adalah Ibnu Abzi, salah seorang
budak kami yang telah merdeka. Maka Umar bertanya: benarkah engkau telah
mengangkat mantan budak sebagai pemimpin mereka ? “ Dia pun berkata: “
Wahai Amirul mu’minin, sesungguhnya ia adalah orang yang ahli membaca
kitabullah memahami ilmu faraid dan pandai berkisah. Lalu Umar berkata:
“sesungguhnya nabi telah bersabda: “sesungguhnya Allah SWT mengangkat
suatu kaum dengan kitab ini dan merendahkan yang lain dengan nya4.
Seorang mantan budak pun bisa menjadi seorang khaliafah karena ada ilmu
yang mulia pada dirinya.masih banyak sekali keutamaan ilmu dan orang-
orang berilmu baik di dalam Al qur an ataupun hadits.
ۗ َولَوْ َر ُّدوْ هُ اِلَى ال َّرسُوْ ِل َواِ ٰلٓى اُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْنهُ ْم لَ َعلِ َمهُ الَّ ِذ ْينَ يَ ْستَ ۢ ْنبِطُوْ نَهٗ ِم ْنهُ ْم
3 Imam Ibnu Abbas, Ihya Ulumiddin juz I ( Daar Al-kotob Al-Ilmiyah), hal. 15
4 Imam Ibnu Katsir, Lubabul tafsir Juz IX ( Pustaka Imam Syafi’i ), hal. 428
Artinya: (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil
Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka
(Rasul dan Ulil Amri). (Q.S An-Nisa: 83).
Allah SWT memudahkan para ulama untuk mengambil istinbath dari sumber-
sumber hukum yaitu Al –qur’an dan As-sunnah.5
اَ ْل ُعلَ َما ُء َو َرثَةُ اَأْل ْنبِيَا ِء (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان
Artinya: “Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi” (HR. Abu
Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan
tidak ada kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.
ِ ْت َواَأْلر
)ض (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان ِ يَ ْستَ ْغفِ ُر لِ ْل َعالِ ِم َما فِي ال َّس َم َوا
Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk
orang yang berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban
)َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِي الدِّي ِن (رواه البخاري ومسلم
Artinya: “Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi
kepahaman untuknya tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya: “Perumpamaan apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk
dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada
6 Ibid, hlm. 6
yang gemburyang dapat menerima air lalutumbuhlah padang rumput yang
banyak. Dari panya ada yang keras dapat menahan air dan tidak dapat
menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang tidak menolak
kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan orang yang pandai agama Allah
dan apa yang dituliskan kepadaku bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar,
dan perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau
menerima petunjuk Allah, yang mana saya di utus dengannya”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dari Sahal bin Sa’ad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin
Abi Thalib:
) َوا ِحدًا َخ ْي ٌر َلكَ ِم ْن حُ ْم ِر النَّ َع ِم (رواه البخاري ومسلم, ك َر ُجاًل َ فَ َوهللَا ِ َأَل ْن يَ ْه ِد
َ ِي هللاُ ب
Artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang karenamu,
maka itu lebih baik dari pada himar-himar ternak” (HR. Bukhari Muslim)
ُأ ُأ
َو َم ْن َدعَا إلَى, ُور ِه ْم َش ْيًئا
ِ ك ِم ْن ج ِ َم ْن َدعَا إلَى هُدًى َكانَ لَهُ ِم ْن اَأْلجْ ِر ِم ْث ُل ج
َ ِ اَل يَ ْنقُصُ َذل, ُُور َم ْن تَبِ َعه
َ ِضاَل لَ ٍة َكانَ َعلَ ْي ِه ِم ْن اِإْل ْث ِم ِم ْث ُل آثَ ِام َم ْن تَبِ َعهُ اَل يَ ْنقُصُ َذل
)ك ِم ْن آثَا ِم ِه ْم (رواه مسلم َ .
Artinya: “Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti
pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari phala-
pahala itu. Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti
dosa-dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa
itu” (HR. Muslim)
Artinya: “Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali
dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang
mendoakannya” (HR. Muslim)
Hadits-hadits tersebut menjelaskan keutamaan-keutamaan dan pentingnya ilmu
bagi manusia. Dan masih banyak hadits-hadits lain7.
7 An-Nawawi, “Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab”, Kairo: Maktabah al-Muniriyah, tt, Juz.
1 hlm. 40-41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh
sebab itu semua harus menyadari tentang hal ini, untuk membentuk keshalehan
individu dan keshalehan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paling
tidak setiap pendidik pada lembaga pendidikan manapun harus mampu menyadari
akan keutamaan dan pentingnya ilmu, lalu menyalurkannnya kepada peserta didik,
sehingga manfaat dan fungsi ilmu pengetahuan dapat dirasakan secara
menyeluruh, bukan sekadar formalitas belaka.
Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan
ulama, sebagaimana dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan,
kemulian dan pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi
kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
B. Saran
Seperti yang telah disampaikan dimuka bahwa semua orang harus
menyadari dan meyakini akan keutamaan dan pentingnya ilmu, terutama bagi
kalangan pendidik. Untuk selanjutnya penulis merumuskan saran-saran sebagai
berikut:
1. Hendaknya kita lebih mendalam di dalam mempelajari keutamaan dan
pentingnya ilmu, baik yang bersumber dari al-Qur’an, hadits, kitab-kitab para
ulama islam, maupun para cendekiawan yang lain.
2. Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang telah kita raih,
agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-orang di sekitar
kita.
3. Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya ilmu, maka hendaknya kita
tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu. Sesuai dengan sabda
Rasulullah bahwa menuntut ilmu tetap diharuskan sampai tubuh kita terkubur
dalam liang lahat.
DAFTAR PUSTAKA